Peningkatan Pengembangan Rencana Usaha dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pelaku/kelompok usaha dalam rangka membuat rencana pengembangan produk dan rencana keuangan termasuk didalamnya rencana kebutuhan modal untuk memproduksi barang. Peningkatan pengembangan rencana usaha ini dimaksudkan agar masyarakat dapat merencanakan dan melihat peluang pasar dengan baik supaya produk yang dikembangkan tidak jatuh di pasaran dan menguntungkan sehingga mampu mengembalikan atau memutar modal agar usaha yang dikelola dapat terus berjalan. Kegiatan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Target Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Penanganan Akses Reforma Agraria tahun ketiga, dilaksanakan melalui rapat koordinasi dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang bertujuan untuk menyusun formula kegiatan teknis dalam rangka pelaksanaan pengembangan usaha dan akses pemasaran yang dilaksanakan pada Tahun 2023 dengan jangka waktu pelaksanaan kegiatan teknis selama enam (6) bulan. Pihak yang terlibat pada kegiatan rapat ini yaitu: 1. Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2. Tenaga Pendukung (Field Staff) Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Reforma Agraria; 3. Gugus Tugas Reforma Agraria (jika ada); 4. Perwakilan dari OPD terkait; 5. Stakeholders lainnya. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) agenda: a. Penetapan Target Intervensi Kegiatan Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Kegiatan ini berfokus pada pendataan dan analisis data target intervensi kegiatan pengembangan usaha dan akses pemasaran. Data yang dapat digunakan dalam melakukan analisis subjek pada kegiatan ini adalah data subjek Reforma Agraria hasil pemetaan sosial tahun pertama yaitu tahun 2021. Dalam penentuan prioritas subjek kegiatan pengembangan usaha dan akses pemasaran Reforma Agraria memiliki dua kriteria dibawah ini: 1) Subjek Penanganan Akses Reforma Agraria (PARA) Tahun 2021 yang sudah memiliki kelompok, sebagai Subjek Prioritas untuk dilakukan analisis data; 2) Subjek Penanganan Akses Reforma Agraria (PARA) tahun 2021 yang belum memiliki kelompok namun berpotensi memperoleh dfasilitasi akses reforma agraria tahun ketiga, sebagai subjek alternatif jika subjek prioritas tidak tersedia. Khusus untuk kriteria ini, apabila masih terdapat sejumlah masyarakat yang belum memiliki kelompok usaha, dapat melampirkan Surat Keterangan tentang Pembentukan Kelompok Usaha dari Kepala Desa setempat yang dibuat dengan batas waktu sebelum diterbitkannya Surat Keputusan kelompok usaha hasil fasilitasi Penanganan Akses Reforma Agraria khususnya Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran. Apabila subjek Penanganan Akses Reforma Agraria (PARA) tahun 2021 memiliki kondisi yang bersifat force majeure maka subjek PARA tersebut tidak menjadi target intervensi. Kondisi force majeure yang dimaksud antara lain: 1) Subjek meninggal dunia sebelum penetapan subjek sasaran kegiatan pengembangan usaha dan akses pemasaran; atau 2) Subjek sudah meninggalkan lokasi objek PARA (pindah domisili) sebelum penetapan subjek sasaran kegiatan pengembangan usaha dan akses pemasaran. Perihal subjek dengan kondisi force majeure untuk lebih lanjutnya diberikan keterangan pada basis data (Sistem Informasi Pengembangan Tanah Masyarakat). b. Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Rencana Aksi disusun berdasarkan kesepakatan bersama dengan OPD terkait dengan jangka waktu pelaksanaan kegiatan selama enam (6) bulan, poin – poin yang menjadi penyusunan Rencana Aksi tersebut diantaranya: 1) Rencana Aksi yang disusun memuat kegiatan-kegiatan; 2) Waktu Pelaksanaan, dapat disesuaikan dengan kebutuhan setempat dan berdasarkan kesepakatan OPD terkait; 3) Peserta, yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat dan berdasarkan kesepakatan OPD terkait.
Implementasi Fasilitasi Akses Pemasaran
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara menggandeng para offtaker secara kemitraan atau Dinas/Lembaga terkait untuk membantu membuka akses pasar seperti mengadakan pameran-pameran hasil produk usaha kecil di titik-titik lokasi yang strategis, memasarkan produk melalui media sosial (instagram, facebook), memasarkan produk melalui toko online (shopee, tokopedia, bukalapak, dan sejenisnya) atau memasarkan produk melalui pembuatan website milik usaha itu sendiri. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang saat ini terbuka lebar melalui platform digital akan memberikan peluang yang luas bagi usaha kecil dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan dengan biaya pemasaran yang rendah. 1. Pengadaan Narasumber Kegiatan Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Pengadaan Narasumber pada Kegiatan Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Penanganan Akses Reforma Agraria tahun ketiga, dilaksanakan melalui rapat koordinasi dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait. Pengadaan narasumber bertujuan untuk membantu pada kegiatan teknis dan substantif yang berkaitan dengan Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran. Pihak yang terlibat pada kegiatan ini yaitu: 1) Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2) Subbagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 3) Tenaga Pendukung (Field Staff) Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Reforma Agraria; 4) Gugus Tugas Reforma Agraria (jika ada); 5) Perwakilan dari OPD terkait; 6) Stakeholders lainnya. 2. Identifikasi Potensi Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Kegiatan ini dilaksanakan melalui perjalanan dinas ke lokasi atau desa yang merupakan objek reforma agraria yang telah ditentukan pada Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Tentang Penetapan Target Penanganan Akses Reforma Agraria – Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Tahun Ketiga. Keterlibatan pada kegiatan ini yaitu: 1) Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2) Tenaga Pendukung (Field Staff) Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Reforma Agraria; 3) Narasumber; dan 4) Perwakilan dari OPD terkait. 3. Implementasi Pendampingan Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Kegiatan ini dilaksanakan melalui perjalanan dinas ke lokasi atau desa yang merupakan target pada Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahahan Tentang Penetapan Target Penanganan Akses Reforma Agraria – Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Tahun Ketiga. Keterlibatan pada kegiatan ini yaitu: 1) Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2) Tenaga Pendukung (Field Staff) Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Reforma Agraria; 3) Narasumber; dan 4) Perwakilan dari OPD terkait. Pelaksanaan pendampingan dilakukan oleh perangkat daerah terkait yang dibantu oleh narasumber, beserta Tenaga Pendukung (Field Staff) yang berperan sebagai fasilitator teknis pendampingan yang memastikan kegiatan bisa terlaksana dengan baik.
Implementasi Fasilitasi Infrastruktur Pendukung
Fasilitasi infrastruktur pendukung dilakukan dalam rangka membantu masyarakat mendapatkan dukungan infrastruktur pembangunan seperti akses jalan, jembatan, transportasi, listrik dan lain sebagainya. Saat pembangunan infrastruktur pendukung dapat dipenuhi dengan baik, akan membantu masyarakat dalam pendistribusian produk usaha ke pasar dengan waktu yang lebih singkat. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang dalam hal ini diwakili oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi sebagai fasilitator harus pro aktif melakukan koordinasi dengan Dinas terkait dalam membantu masyarakat mendapatkan pembangunan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan sesuai kondisi geografis masing-masing lokasi. 1. Rapat Penyusunan Rencana Kegiatan Fasilitasi Infrastruktur Pendukung Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pra-survey dalam rangka pemenuhan infrastruktur untuk mendorong pemenuhan kebutuhan Penanganan Akses Reforma Agraria khususnya pengembangan usaha dan akses pemasaran produk masyarakat. Rapat ini dapat dilaksanakan dengan beberapa metode, diantaranya: a. Turut serta dalam kegiatan penyusunan rencana pembangunan daerah seperti Musrenbangda atau Forum Komunikasi yang terdapat di tingkat Kabupaten/Kota seperti Forkompinda, dll; b. Melaksanakan koordinasi dengan OPD terkait khususnya Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pekerjaan Umum setempat dalam rangka identifikasi dan inventarisasi data awal perencanaan kegiatan pemenuhan infrastruktur masyarakat; c. Sebagai bahan rujukan kegiatan rapat penyusunan rencana kegiatan fasilitasi infrastruktur pendukung dapat menggunakan data pemetaan sosial tahun 2021 khususnya pada poin kelengkapan sarana dan prasarana. Dengan tahapan melakukan rekapitulasi data tersebut secara kumulatif dan kuantitatif (Lampiran 9). Hasil rekapitulasi yang dituangkan dalam kesimpulan dapat dielaborasikan dengan data hasil Musrenbangda atau Forum Komunikasi yang terdapat di tingkat Kabupaten/Kota seperti Forkompinda dan/atau hasil koordinasi dengan OPD terkait khususnya Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pekerjaan Umum setempat. 2. Survey Kebutuhan Infrastruktur Pendukung Penajaman kebutuhan Infrastruktur Utama dilaksanakan melalui survey yang turun secara langsung ke lokasi atau desa yang merupakan objek reforma agraria khususnya objek yang menjadi intervensi Penanganan Akses Reforma Agraria. Hasil dari inventarisasi dan identifikasi yang diperoleh pada penyusunan rencana kegiatan fasilitasi infrastruktur pendukung sebagai bahan dalam kegiatan penajaman kebutuhan infrastruktur pendukung khususnya kesesuaian data sekunder dengan data lapangan (observasi lapangan). Mekanisme dan pendekatan pelaksanaan kegiatan penajaman kebutuhan infrastruktur pendukung disepakati bersama OPD terkait. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa setempat, koordinasi di tingkat kecamatan, atau mekanisme pelaksanaan lain. 3. Endline Survey Penanganan Akses Reforma Agraria Endline Survey Penanganan Akses Reforma Agraria dilaksanakan melalui sensus secara langsung ke subjek reforma agraria yang menjadi target atau yang telah dilaksanakan kegiatan pemetaan sosial tahun pertama (2021). Kegaiatan ini dilaksanakan oleh Tenaga Pendukung (Field Staff) Pengembangan Usaha dan Akses Pemasaran Reforma Agraria Kantor Pertanahan Kabupaten/kota. Pemutakhiran data melalui endline survey atau pemetaan sosial tahun ketiga memiliki rincian komponen yang terdiri dari: a. Pendampingan Kegiatan Penanganan Akses b. Evaluasi terhadap Pemanfaatan tanah c. Evaluasi Keberlanjutan Kerja Sama d. Evaluasi terhadap kegiatan Pertambahan sektor usaha/diversifikasi e. Evaluasi terhadap pengembangan akses pemasaran f. Evaluasi terhadap Peningkatan Kesejahteraan Keluarga
Diseminasi model akses reforma agraria merupakan kegiatan penyebaran informasi mengenai model pemberdayaan masyarakat kepada kelompok masyarakat dan/atau masyarakat penerima akses reforma agraria agar masyarakat baik yang tergabung dalam kelompok maupun individual memperoleh informasi dan menerimanya sehingga pada akhirnya masyarakat penerima akses reforma agraria dapat memanfaatkan model pemberdayaan tersebut dalam mendukung kelangsungan usahanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Pelaksanaan diseminasi ini dilakukan melalui rapat penyusunan bahan diseminasi model yang melibatkan internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, Dinas serta para offtaker terkait. Diseminasi model akses reforma agraria dilaksanakan melalui rapat di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam rangka membahas dalam rangka membahas rancangan kegiatan diseminasi model akses Reforma Agraria yang terdiri dari: 1. Rapat Evaluasi Implementasi Penataan Akses Reforma Agraria Kegiatan ini merupakan bentuk evaluasi terhadap Penanganan Akes Reforma Agraria yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2021 - 2023. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari: 1) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2) Seksi Pneataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 3) Tenaga Pendukung (Field Staff) Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 4) GTRA (jika ada); 5) Tokoh Masyarakat; 6) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. 2. Rapat Penyusunan Success Story Penanganan Akses Reforma Agraria Penyusunan Success Story disusun berdasarkan hasil rapat evaluasi Penanganan Akses Reforma Agraria yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2021 – 2023 dengan mekanisme memilih salah satu lokasi unggulan dari beberapa lokasi yang menjadi target Penanganan Akses Reforma Agraria 2021 - 2023. Rapat ini melibatkan peserta yang terdiri dari: 1) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2) Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 3) Tenaga Pendukung (Field Staff) Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 4) GTRA (jika ada); 5) Tokoh Masyarakat; 6) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait; dan 7) Stakeholders lainnya. 3. Rapat Pembentukan Kelompok Usaha Masyarakat Reforma Agraria Kegiatan ini disusun sebagai wujud hasil pendampingan dan fasilitasi akses reforma agaria yang sudah terlaksana selama 3 (tiga) tahun. Peserta yang terlibat terdiri dari: 1) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 2) Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 3) Tenaga Pendukung (Field Staff) Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 4) GTRA (jika ada); 5) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait; 6) Perangkat Kelurahan; 7) Tokoh Masyarakat. Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Pendukung (Field Staff)
1. Melakukan pendampingan kepada masyarakat dan kelompok masyarakat terkait
dengan kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran; 2. Membantu petugas Kantor Pertanahan dalam penyusunan perencanaan kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran; 3. Melakukan infput data terkait seluruh rangkaian kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran ke dalam aplikasi dan/atau instrumen lain; 4. Melakukan validasi data terhadap data-data sekunder dalam kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran jika dibutuhkan; 5. Melakukan fasilitasi terhadap narasumber apabila dibutuhkan; 6. Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan yang berkaitan dengan program pemberdayaan tanah masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung; 7. Menyusun laporan bulanan kepada Kepala Seksi Penataan dan Pemberdayaan di Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang; 8. Menyusun dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran yang diketahui oleh minimal Koordinator Substansi pada Seksi Penataan dan Pemberdayaan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Tenaga Pendukung (Field Staff) yang bertugas di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota, mempunyai tugas untuk menghimpun data yang menyangkut dengan perkembangan kondisi subjek penanganan akses reforma yang di akomodir melalui kelembagaan ekonomi masyarakat, khususnya perkembangan pengembangan produk dan akses pemasaran dari hasil usaha masyarakat subjek reforma agraria. Tenaga Pendukung (Field Staff) Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran di Kantor Pertanahan dalam menjalankan tugasnya melapor dan melakukan korrdinasi dengan Konsultan Perorangan di Kantor Wilayah. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tenaga Pendukung (Field Staff) wajib dilaporkan kepada Kantor Pertanahan yang meliputi: 1. Laporan Bulanan; 2. Laporan Akhir. Laporan akhir secara khusus disiapkan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usaha dan Fasilitasi Akses Pemasaran sebagai pertanggungjawaban sekaligus bahan evaluasi dan perbaikan. Setiap pelaporan kegiatan Tenaga Pendukung (Field Staff) mengacu pada semua perkembangan (progress) kegiatan yang dilakukan kepada subjek Penanganan Akses di lokasi untuk diserahkan ke Kantor Pertanahan sesuai dengan kebijakan agenda pelaksanaan Penanganan Akses Reforma Agraria.
Kualifikasi Tenaga Pendukung (Field Staff) yang diperlukan, yakni:
1. Warga Negara Indonesia; 2. Berusia minimal 24(dua puluh empat) tahun dan maksimal 35 (tiga puluh lima) tahun; 3. Untuk mekanisme Pengadaan Tenaga Pendukung, Kualifikasi Pendidikan S1/D4 pengalaman kurang dari 3 (tiga) tahun (dibuktikan dengan surat pengalaman kerja); 4. Diutamakan Tenaga Pendukung Tahun Pertama/Kedua kegiatan Penanganan Akses Reforma Agraria (dibuktikan dengan surat pengalaman kerja); 5. Tidak berstatus ASN/TNI/Polri atau terikat kontrak kerja dengan pihak manapun; 6. Mampu menggunakan dan mengoperasikan komputer sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan; 7. Mampu bekerja sama dalam tim serta memiliki komitmen kuat dibidang pemberdayaan masyarakat; 8. Memiliki kemampuan komunikasi, presentasi dan manajerial yang baik; 9. Bersedia bekerja penuh waktu (full time) dan berdomisili di lokasi Penanganan Akses Reforma Agraria; 10. Memperhatikan kesetaraan gender; 11. Sanggup bekerja dalam tekanan dan target waktu; 12. Bersedia mengikuti pelatihan secara tatap muka dan/atau virtual; 13. Mempunyai Nomor Ijin Berusaha (NIB) dan terdaftar pada Sistem Informasi Kinerja Penyedia (e-SIKAP) yang berlaku; 14. Mempunyai NPWP dan Nomor Rekening (setelah dinyatakan lulus); 15. Surat Keterangan Sehat dari Dokter (setelah dinyatakan lulus); 16. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih berlaku (setelah dinyatakan lulus seleksi);