Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : SRI YOLANDA B. ABDJUL

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043181761

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/Ilmu Perundang - Undangan

Kode/Nama UPBJJ : 85/GORONTALO

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Lembar Jawaban Tugas I

1. Kasus 1

JAKARTA, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati revisi Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU PPP). Seluruh perwakilan
fraksi sepakat untuk menambahkan pasal mengenai pembahasan undang-undang yang dapat
dilanjutkan oleh keanggotan DPR selanjutnya. "Seluruh fraksi menyetujui draf yang dihasilkan oleh
Panja diteruskan di rapat paripurna agar disahkan menjadi draf resmi RUU hasil inisiatif DPR," ujar
Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) Totok Daryanto saat memimpin rapat di Kompleks Parlemen,
Senayan, Jakarta, Kamis (29/8/2019). Dalam rapat tersebut, seluruh fraksi menyepakati ketentuan
mengenai periode pembahasan undang-undang. Dengan demikian seluruh produk legislasi yang
belum selesai pada keanggotaan DPR periode 2014-2019 akan dilanjutkan pembahasannya di periode
2019-2024. Pasal baru itu menyatakan, dalam hal pembahasan rancangan undang-undang belum
selesai pada periode masa keanggotaan DPR saat ini, hasil pembahasan rancangan undang-undang
tersebut disampaikan pada DPR periode berikutnya dan berdasarkan kesepakatan DPR, Presiden
dan/atau DPD, rancangan undang-undang tersebut dapat dimasukkan kembali ke dalam daftar
Prolegnas Jangka Menengah dan/atau Prolegnas Prioritas Tahunan. Ketua Baleg Supratman Andi
Agtas mengatakan, ada dua alasan yang mendasari penambahan pasal tersebut. Pertama untuk
menyiasati anggaran pembuatan undang-undang. Selama ini pembahasan rancangan undang-undang
yang sudah berlangsung dalam suatu periode tidak dapat dilanjutkan ke periode selanjutnya. Dengan
demikian pembahasan rancangan undang-undang harus dimulai lagi dari awal pada periode DPR
berikutnya dan menghabiskan anggaran lebih besar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "DPR Revisi UU Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan" ,: https://nasional.kompas.com/read/2019/08/29/18192841/dpr-revisi-uu-
pembentukanperaturan-perundang-undangan.
Penulis : Kristian Erdianto
Editor : Krisiandi

Dari kasus I diatas berikan penjelasan dan contoh kongkret mengenai perbedaan antara Peraturan
Perundang–Undangan dengan Undang-undang?

Jawab :
Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau gesetzgebung) mempunyai dua pengertian,
yaitu ;
1. Peraturan perundang-undangan yang merupakan proses pembentukan/proses membentuk
peraturan-peraturan negara, baik ditingkat pusat maupun daerah.
2. Peraturan perundang-undangan yang merupakan segala peraturan negara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Pengertian dari peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.

Sedangkan, pengertian undang-undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden (Pasal 1 angka 3 UU 12/2011).
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa undang-undang (“UU”) adalah termasuk
salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Selain UU, menurut ketentuan UU 12/2011, Undang-
Undang Dasar 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi), dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota juga termasuk kategori peraturan perundang-undangan.

2. Di Indonesia banyak norma-norma yang berlaku, berbeda dengan di negara lain hanya mengenal
norma hukum yang bersifat tertulis dan memiliki sanksi yangh tegas. Di Indonesia banyak faktor yang
mempengaruhi dan sumber norma yang mempengaruhi. Tak jarang norma tersebut hanya
dibudayakan saja akan tetapi tidak kodifikasikan dalam catatan yang sah.
Pertanyaan :
Jelaskan yang dimaksud dengan Norma dan norma apa saja yang berlaku di Indonesia dan bagaimana
bisa mempertahankan norma – norma yang hidup di masyarakat tersebut berikan contoh
kongkretnya?

Jawab :
Negara Indonesia merupakan negara hukum. Seluruh warga negara harus taat dan tunduk pada hukum
yang berlaku. Menaati norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara akan menciptakan ketertiban dan keadilan. Hal ini sesuai dengan tujuan dibentuknya hukum,
yaitu untuk menciptakan ketertiban dan keadilan.
Di dalam lingkungan masyarakat sendiri, norma dibagi menjadi 2 berdasarkan sifatnya yang terdiri dari
:
1. Norma Formal
Norma formal, merupakan suatu aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang dirumuskan oleh
pihak yang berwenang seperti pemerintah maupun lembaga masyarakat atau institusi resmi yang
berguna untuk mengatur masyarakat dan memastikan adanya kesepakatan bersama yang sifatnya
resmi maupun formal.
Contoh dari norma formal yaitu, mengenai pelestarian lingkungan hidup yang diatur dalam
Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008 yang tertera pada Lembaran Daerah. Yang kedua, norma
mengenai penataan pemukiman yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2008 yang
tertera pada Lembaran Daerah. Selanjutnya, kependudukan yang diatur dalam Peraturan Daerah
No. 15 Tahun 2008 yang tertera pada Lembaran Daerah, dan masih banyak lagi.
Berbagai norma formal lainnya, seperti nilai Pancasila dan juga UUD 1945 daat kamu pelajari
dalam buku Teori Hierarki Norma Hukum yang membahas mengenai wujud penerapan dari sistem
negara hukum Indonesia.

2. Norma Non Formal


Norma non-formal adalah suatu bentuk ketentuan maupun aturan yang dijalankan masyarakat
dalam sebuah lingkungan tanpa diketahui siapa yang merumuskannya dan biasanya bentuk dari
norma non-formal ini tidak tertulis, namun masyarakat menjalankannya karena kesadaran ataupun
sudah menjadi kebiasaan dalam diri untuk menjaga keharmonisan lingkungan masyarakat yang
sifatnya tidak resmi dan tidak memaksa masyarakatnya untuk menjalankan aturan tersebut.
Contoh dari norma non-formal, yaitu aturan-aturan yang ada di rumah maupun keluarga, seperti
bagaimana cara kita bersikap ketika makan maupun minum, dan juga bagaimana cara kita
berpakaian yang biasanya norma non-formal ini berbentuk sebuah kebiasaan.

Di Indonesia ada 4 Norma yang berlaku di masyarakat, yaitu ;


1. Norma Agama
Norma agama adalah sekumpulan kaidah atau peraturan hidup manusia yang sumbernya dari
wahyu Tuhan. Penganut agama meyakini bahwa apa yang diatur dalam norma agama berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa, yang disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya untuk disebarkan kepada
seluruh umat manusia di dunia. Pemahaman akan sumber norma agama yang berasal dari Tuhan
membuat manusia berusaha mengendalikan sikap dan perilaku dalam hidup dan kehidupannya.
Setiap manusia harus melaksanakan perintah Tuhan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
Contohnya, perintah melaksanakan ibadah sesuai dengan Agama dan keyakinannya, melakukan hal
positif, mematuhi orang tua, dilarang membunuh, mencuri, dan menipu.
Indonesia bukan negara yang mendasarkan pada satu agama. Namun, negara Indonesia percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana ditegaskan dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Hal itu juga ditegaskan dalam pasal 29 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pelaksanaan norma agama dalam masyarakat
Indonesia bergantung pada agama yang dianutnya. Norma agama bagi penganut agama Islam
bersumber pada al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Orang yang beragama Kristen dan
Katolik pegangan hidupnya bersumber pada Alkitab. Umat Hindu pegangan hidupnya bersumber
pada Veda. Tripitaka menjadi kaidah pegangan hidup penganut Buddha. Sementara itu, kitab suci
Konghucu adalah Shishu Wujing.
Norma agama dalam pelaksanaannya tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
tetapi juga mengatur bagaimana hubungan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dilengkapi dengan akal dan pikiran. Dengan akal tersebut
manusia diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk tidak hanya memanfaatkan alam, tetapi juga
harus memelihara serta melestarikannya. Manusia juga dituntut untuk menciptakan kebaikan dan
kebahagiaan dengan sesama manusia. Oleh karena itu, dengan pelaksanaan norma agama, akan
tercipta kepatuhan manusia kepada Tuhan dan keserasian manusia dengan sesama dan
lingkungannya.

2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang sumbernya
berasal dari hati nurani seseorang. Norma ini merupakan sesuatu yang kita jalani dan rasakan setiap
harinya, dimana seseorang didorong untuk melakukan tindakan yang baik dan menghindari tindakan
yang buruk. Norma ini berwujud akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk.
Contohnya, berbicara yang santun kepada orangtua, menggunakan pakaian sesuai dengan keadaan,
jujur dalam perkataan maupun perbuatan, menghormati sesama manusia, berbagai kejahatan
kesusilaan yang semakin banyak bermunculan seperti percabulan, pelecehan sesksual dan masih
banyak lagi.

3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan aturan-aturan yang menekankan pada perbuatan seseorang untuk
menjaga kesopan santunan, tata krama mereka, dan juga ada istiadat setiap individu. Hal tersebut
dikarenakan Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, budaya, dan adat istiadat yang
berbeda-beda dan hidup berdampingan satu sama lain.
Norma kesopanan ini diberlakukan untuk menjaga dan menghargai satu sama lain dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan diberlakukannya norma kesopanan adalah penerimaan diri dari masyarakat,
mampu menghargai orang lain khususnya orang yang lebih tua, memahami hakikat dan tata etika
dalam bergaul, dan mampu bersosialisasi dengan baik tanpa melanggar hal-hal yang tidak baik.
Norma kesopanan dalam masyarakat memuat aturan tentang pergaulan masyarakat, antara lain
terlihat dalam tata cara berpakaian, tata cara berbicara, tata cara berperilaku terhadap orang lain,
tata cara bertamu ke rumah orang lain, tata cara menyapa orang lain, tata cara makan, dan
sebagainya. Tata cara dalam pergaulan dalam masyarakat yang berlangsung lama dan tetap
dipertahankan oleh masyarakat, lama kelamaan melekat secara kuat dan dirasakan menjadi adat
istiadat. Beberapa pendapat ahli membedakan antara norma kesopanan dengan kebiasaan dan
hukum adat. Kebiasaan menunjukkan pada perbuatan yang berulang-ulang dalam peristiwa yang
sama, kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Sedangkan adat istiadat adalah
aturan/kebiasaan yang dianggap baik dalam masyarakat tertentu dan dilakukan secara turun
temurun.
Seperti pada contohnya adalah, menghormati orang yang lebih tua dengan memanggil panggilan
kakak kepada orang yang lebih tua, tidak membuang ludah sembarangan di tempat umum, siswa
yang bersikap sopan sebagai bentuk hormat terhadap pengajar, dan masih banyak lagi.

4. Norma Hukum
Norma Hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat dan
dibuat oleh badan-badan resmi negara serta bersifat memaksa sehingga perintah dan larangan
dalam norma hukum harus ditaati oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari
aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim dapat memaksa seseorang untuk menaati
hukum dan memberikan sanksi bagi pelanggar hukum. Norma hukum juga mengatur kehidupan
lainnya, seperti larangan melakukan tindak kejahatan dan pelanggaran, larangan melakukan
korupsi, larangan merusak hutan serta kewajiban memelihara hutan, dan kewajiban membayar
pajak. Peraturan tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh warga negara Indonesia.
Contohnya, wajib membayar pajak, pengendara motor dan mobil harus memiliki SIM, menaati
peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
Pada hakikatnya, suatu norma hukum dibuat untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam
pergaulan hidup bermasyarakat. Untuk itulah, Norma Hukum memiliki dua macam sifat, yaitu ;
1) Bersifat Perintah
Bersifat perintah, yaitu memerintahkan orang berbuat sesuatu dan jika tidak berbuat maka ia
akan melanggar norma hukum tersebut. Contohnya, perintah bagi pengendara kendaraan
bermotor untuk memiliki dan membawa SIM (surat ijin mengemudi). Ketentuan pasal 281 UU
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan bahwa “Setiap
orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak memiliki SIM dipidana
kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)”.
2) Bersifat Larangan
Bersifat larangan, yaitu melarang orang berbuat sesuatu dan jika orang tersebut melakukan
perbuatan yang dilarang maka ia melanggar norma hukum tersebut. Contohnya, larangan bagi
pengemudi kendaraan bermotor melebihi batas kecepatan paling tinggi yang diperbolehkan dan
berbalapan dengan kendaraan bermotor lain (ketentuan pasal 115 UU Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).
Negara Indonesia merupakan negara yang melaksanakan norma hukum. Hal itu dapat kita lihat dalam
Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara
hukum”. Norma hukum mutlak diperlukan di suatu negara. Hal itu untuk menjamin ketertiban dalam
kehidupan bernegara. Sebagai negara hukum, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah dan seluruh
rakyat Indonesia untuk menegakkan hukum dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kasus II

Liputan6.com, Jakarta - Rencana amandemen UUD 1945 terbatas guna menghidupkan kembali Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) belum diputuskan oleh MPR. Ahli hukum tata negara Prof Juanda
mengusulkan perlunya referendum atau pemungutan suara oleh masyarakat jika MPR ingin
menghidupkan GBHN.
"Kalau mau amandemen libatkan rakyat, bagaimana libatkannya? Kalau mau adil ya referendum,"
kata Juanda dalam diskusi Menghidupkan GBHN, Menghidupkan Orba? di Jalan Wahid Hasyim,
Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (16/2/2020).
Juanda ingin, dalam referendum tersebut perlu dijelaskan ke masyarakat poin apa yang akan
diamandemen guna menghidupkan GBHN.
"Misalnya pasal A, B, atau C yang akan diubah, jadi masyarakat mau pilih mana saat pemungutan
suara," ucap Juanda.
Dia mempertanyakan MPR telah melibatkan masyarakat dalam menggaungkan menghidupkan
kembali GBHN. Juanda mengimbau agar wacana perubahan atau amandemen UUD 1945 untuk
menghidupkan GBHN tidak menjadi wacana kepentingan elite politik.
"Jangan sampai nanti terus bergulir bahwa wacana amandemen sekadar wacana kepentingan politik
elite," ucap Juanda.
Bila perubahan tersebut benar dilakukan, dia menyarankan MPR mengkaji secara komprehensif dan
mengundang berbagai kalangan dari aspek sesuai bidangnya.
"Mari kita lihat lakukanlah secara benar, negara hukum ada namanya Komisi Konstitusi. Enggak tahu
sekarang difungsikan lagi atau tidak," tandas Juanda.
Sumber : https://www.liputan6.com/news/read/4180284/mpr-diminta-gelar-referendum-jika-ingin-
hidupkan-gbhn
Dari kasus II, Pada saat sekarang peristilahan GBHN tidak dipergunakan lagi sebagai pedoman dasar
(guiding principles). Jelaskan mengenai fungsi Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan transformasi
GBHN pada saat ini/penganti GBHN?

Jawab :
Garis-garis Besar Haluan Negara atau disingkat GBHN adalah haluan negara tentang penyelenggaraan
negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu
yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk lima tahun guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Kukuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan berkat dan rahmat Tuhan Yang Mahakuasa bagi rakyat
Indonesia secara keseluruhan menjadi dasar dilaksanakannya pembangunan di segala bidang.
Garis-garis Besar Haluan Negara disusun atas dasar landasan idiil Pancasila dan landasan konstitusional
Undang-Undang Dasar 1945.
GBHN memiliki fungsi sangat besar dalam aspek pembangunan nasional. Berikut adalah beberapa
fungsi GBHN :
o Sebagai visi dan misi rakyat indonesia yang ditujukan untuk rencana pembangunan nasional
dimana proses pembangunan yang akan dijalankan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat secara merata adil dan makmur.
o Sebagai tata cara , perilaku, cara bertindak dan cara pemersatu didalam pembangunan nasional
tanpa lagi melihat perbedaan suku, agama dan ras.
o Sebagai landasan penting untuk menentukan arah dan tujuan yang tepat sasaran yaitu
mewujudkana masyarakat indonesia yang lebih demokratif, saling melindungi dan membela hak
asasi manusia selama tidak merugikan pihak lain, berkeadilan sosial, menjalankan serta
menegakkan supremi hukum didalam kehidupan bermasyarakat, berakhlak baik, santun,
berbudaya dalam kurun waktu lima tahun kedepan dan lima tahun selanjutnya.
o Sebagai arah dan pondasi kuat serta strategi pembangunan nasional untuk menjadikan
masyarakat indonesia sebagai masyarakat yang makmur, bersatu dan saaling gotong royong demi
terwujudnya cita-cita yang berdasarkan Pancasila.
o Pembanguanan nasional yang dilaksanakan hanya semata mata dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
kepentingan rakyat. Pelaaksanaannya mencakup beberapa aspek penting yaitu aspek kehidupan
berbangsa, politik, sosial budaya, pertahaanan keamanan dan ekonomi, dimana dilakuakan
dengan memperkuata manfaat dari sumber daya manusia, sumber daya alam dan memperkuat
ketajhanan nasional secara merata.
o Pembangunan yang dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin masyarakat indonesia,
mencapai kemajuan disegala bidang yang saling menguntungkan, terciptanya rasa aman ,
keadilan, saling mengharahgai, saling menyayangi, sama sama menciptakan lingkungan yang
tentram dan menjamin rakyatnya untuk mengeluarkan pendapatnya.
o Sebagai pemersatu Antara pemerintah dan masyarakat , agar terwujud saling mendukung, saling
bekerja sama, saling melengkapai dan saling bersatu didalam satu tujuan demi terwujudnya
pembangunan nasional yang adil dan makmur.
o Sebagai penguat tegaknya kedaulataan masyarakat indonesia disegala bidang dan aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.
o Sebagai pedoman untuk mewujudkan pengamalan , pelaksanaan dan pendukungan penuh
terhadap ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat. agar tercipta rasa iman dan takwa
kepada tuhan yang maha esa demi persatuan seluruh indonesia yang hidup saling bertoleransi,
rukun, damai dan sejahtera seperti pada fungsi pancasila.
o Sebagai perisai untuk menghadang segala pengaruh globalisasi yang masuk kedalam NKRI (negara
kwesatuan republik indonesia) yang diharapkan masyarakat mampu hidup dengan cara bersosial
budaya yang memakai kepribadian yang kreatif, berfikiran positif kedepan, dinamis dan dapat
menimbang manfaat serta kerrugian dari masuknya pengaruh dari luar.
GBHN atau Garis garis besar haaluan negara selain berfungsi untuk mempertahankan kestabilan
pembangunan nasional juga berperan bagi misi pembanguann nasional Indonesia yaitu Sebagai
pengamalan terhadap pancasila dalaam kehidupan sehari hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dalam keadaan apapun dan dapat juga sebagai ondasi yang kuat bagi kedaulatan raakyat
dalam segala bidang dan aspek dimasyaraakat berbangsa dan bernegara.

Transformasi GBHN

Pasca kejatuhan Orde Baru, sempat terjadi kevakuman pelaksanaan pembangunan karena
adanya proses transisi politik tahun 1998-1999. Dalam GBHN yang ditetapkan oleh MPR tahun 1998,
semestinya pada tahun itu Indonesia sudah memasuki Repelita VII. Namun krisis ekonomi yang
menghantam Indonesia memudarkan semua impian rencana pembangunan yang telah disusun sejak
masa awal Orde Baru dengan istilah tinggal landas. Para kritikus mengomentarinya dengan istilah satir
dari tinggal landas menjadi tinggal di landasan.Tap MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN yang
merupakan produk era Orde Baru kemudian dicabut dan diganti dengan Tap MPR No.X/MPR/1998
tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara. Pokok reformasi pembangunan ini agak berbeda dengan
kelaziman GBHN yang biasanya ditetapkan oleh MPR untuk jangka waktu panjang dan memang dibuat
hanya untuk masa transisi yang dilaksanakan oleh Presiden Habibie. Dalam dokumen ini juga dijelaskan
bahwa ketetapan ini hanya berlaku untuk kurun waktu sampai terselenggaranya Sidang Umum MPR
hasil pemilihan umum 1999.
Presiden Habibie yang memerintah dalam waktu singkat lebih memfokuskan pada pemulihan
ekonomi dengan mengimplementasikan paket kebijakan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF.
Meskipun tidak lama, Habibie mampu melakukan banyak hal dalam memperbaiki kondisi ekonomi
moneter dengan melakukan berbagai kebijakan seperti merekapitulasi perbankan, merekonstruksi
perekonomian Indonesia, dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dollar. Namun demikian
pemerintahan yang singkat ini berakhir tragis dengan ditolaknya laporan pertanggunjawaban presiden
dalam sidang umum MPR RI tahun 1999. MPR RI hasil pemilu 1999 masih menghasilkan dokumen GBHN
yang merupakan GBHN penghabisan dalam sejarah di republik ini melalui Tap MPR No. IV/MPR/1999
Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 – 2004. Meskipun sama-sama bernama GBHN
muatan yang terkandung di dalam GBHN zaman Orde Baru dengan era reformasi mengalami
perubahan yang cukup mendasar. Pada zaman Order Baru GBHN merupakan haluan negara tentang
pembangunan nasional, sementara GBHN era reformasi merupakan haluan penyelenggaraan negara.
Istilah pembangunan nasional diganti dengan penyelenggaraan negara. Tujuan dari GBHN era
reformasi ada penegasan mewujudkan masyarakat yang demokratis yang sebelumnya tidak ada. Selain
itu ada penegasan soal jangka waktu bahwa GBHN yang dimaksud untuk periode 1999-2004.
Dalam kaidah pelaksanaannya juga ada perbedaan mendasar. GBHN era reformasi merupakan
arah bagi lembaga-lembaga tinggi negara dan segenap rakyat Indonesia. Implikasinya semua lembaga
tinggi negara wajib melaksanakan GBHN dan memberikan pertanggungjawaban pada MPR. Sedangkan
GBHN zaman Orde Baru pelaksanaannya ditentukan oleh Presiden sebagai mandataris MPR dan wajib
memberikan pertanggungjawaban kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat atas tugas menjalankan
Garis-garis Besar Haluan Negara pada akhir masa jabatannya. Landasan Pancasila dan UUD 1945 juga
tidak dicantumkanlah secara eksplisit lagi seperti pada GBHN pada masa Orde Baru.
Dari GBHN Menjadi RPJPN
Selama kurun waktu 1999-2002, MPR melakukan kerja bersejarah yaitu mengamandemen UUD
19457 . Dalam amandemen yang ketiga tahun 2001,
Pasal 3 “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar
daripada Haluan Negara”
diubah menjadi Pasal 3 Ayat (1) yang menghapus kewenangan MPR untuk menetapkan GBHN, “Majelis
Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar”.
Sejak saat itu konsep dan istilah GBHN tidak ada lagi dalam perencanaan pembangunan di
Indonesia. Kalau kita mencermati perdebatan dalam sidang perubahan UUD oleh Badan Pekerja MPR
penghapusan GBHN ini berkaitan dengan perubahan model pemilihan presdien dan wakil presiden yang
tadinya oleh MPR dirubah melalui pemilihan langsung oleh rakyat. Dengan dipilih langsung oleh rakyat
maka menjadi wewenang Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat untuk menentukan rencana
pembangunan. Sehingga tidak diperlukan adanya bimbingan dari MPR RI, tidak diperlukan adanya tolok
ukur dari MPR, sehingga Presiden itu nanti tidak bisa lagi dijatuhkan karena perbedaan kebijakan,
perbedaan pendapat dalam kebijakan antara MPR dengan Presiden. Sehingga yang bisa menjatuhkan
Presiden nanti adalah hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, pelanggaran Konstitusi. Tidak
lagi kepada pelanggaran GBHN. Dengan sistem pemilihan langsung, GBHN adalah yang merupakan
platform partai yang memenangkan Pemilu, yang ditentukan oleh platform calon Presiden yang
memenangkan kursi Kepresidenan. Akibatnya Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR, akan
tetapi langsung kepada para pemilih. Sehingga jika seorang Presiden tidak memenuhi kehendak rakyat
maka ia tidak akan terpilih kembali, apabila ia mencalonkan untuk masa jabatan berikutnya.
Untuk pertama kalinya pemerintahan Indonesia tidak lagi mengacu pada GBHN yang sudah
dihapus dalam perumusan rencana pembangunan nasional sejak tahun 2004. Pada tahun ini pula
pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan. Sebagai gantinya perencanaan
pembangunan nasional mengacu pada UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN). Saat ini, dokumen yang menggantikan GBHN adalah dokumen Rencana Pembanganan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan dengan UU No. 17 Tahun 2007. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah
dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005
sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi
seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga
seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan saling
melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Dokumen ini kemudian
diturunkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan dokumen rencana
pembangunan tahunan yang disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dokumen ini yang menjadi dasar
penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
GBHN dan RPJPN sebagai dua model perencanaan pembangunan nasional yang bersifat jangka
panjang, merupakan panduan pembangunan nasional di segala bidang kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia. Perbedaannya dua kebijakan pembangunan nasional tersebut dibuat atau disusun dalam
bentuk atau format yuridis yang berbeda. GBHN pada sepanjang pemerintahan Orde Baru disusun atau
ditetapkan dalam bentuk Ketetapan MPR (TAP MPR), sementara RPJPN di era pemerintahan reformasi,
dirumuskan dalam ketentuan hukum berbentuk Undang-Undang.
Dugaan bahwa perencanaan pembangunan saat ini tidak memiliki pedoman sebagaimana
GBHN tidaklah tepat. Dalam RPJPN seperti halnya dalam GBHN dijelaskan secara runtut arah dan
tahapan pembangunan yang ingin dicapai dalam jangka panjang atau 20 tahun mendatang yang
kemudian dirinci dalam RPJMN untuk lima tahun dan RKP untuk jangka waktu satu tahun.
Dengan demikian anggapan bahwa kekacauan dan ketiadaan panduan dalam pembangunan di
Indonesia sebenarnya sudah dijawab dengan adanya RPJPN sebagai pengganti GBHN. Namun demikian
harus diakui bahwa pelaksanaan RPJPN tidaklah seefektif pelaksanaan GBHN. Hal ini disebabkan karena
perubahan sistem politik di Indonesia yang semakin demokratis dan terdesentralisasi. Kepala daerah
(Gubernur, Bupati dan Walikota) saat ini dipilih langsung oleh rakyat dan mereka memiliki otonomi
dalam mengelola daerahnya. Dalam pengelolaan itu seringkali tidak sejalan dengan pemerintah pusat.
Pemerintah pusat tidak memiliki kontrol yang kuat terhadap pemerintah daerah untuk menjalankan
kebijakannya. Bahkan kebijakan pemerintah daerah seringkali berbenturan dengan kebijakan
pemerintah pusat sebagai bentuk penentangan strategis. Demokratisasi politik di tingkat pusat juga
membawa implikasi besar terhadap pola dan arah pembangunan di Indonesia. Tidak ada lembaga
negara yang kuat yang mampu melakukan kontrol terhadap seluruh proses perencanaan pembangunan
di Indonesia. Kekuatan parlemen yang semakin dominan menyebabkan Presiden sebagai kepala
pemerintahan, meskipun dipilih langsung oleh rakyat, tidak bisa berbuat banyak. Sebagai akibatnya,
hierarki kepemimpinan dari pemerintah pusat ke daerah menjadi tidak efektif. Ketidakefektifan ini
kentara manakala partai politik pengusung presiden yang menang berbeda dengan partai politik
pengusung kepala daerah yang menang di tingkat provinsi/kota/kabupaten. Dalam kondisi seperti ini,
masyarakat akan lebih banyak dikorbankan karena formulasi kebijakan untuk memajukan
pembangunan menjadi tidak lagi tunduk kepada presiden selaku kepala negara/ pemerintahan, tetapi
lebih cenderung mengikuti dan mematuhi kemauan pemimpin partai politik masing-masing.

TERIMA KASIH

(Sumber : berbagai modul Ilmu Perundang-Undangan)

Gorontalo, 21 Oktober 2022

Sri Yolanda B. Abdjul


NIM. 043181761

Anda mungkin juga menyukai