Laporan Praktikum Kimia Dasar 5
Laporan Praktikum Kimia Dasar 5
Dinda Bectari
M1B120012
Asisten Laboratorium
1. Khairil Mar Ati (F1C117022)
Dosen Pengampu
1. Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D.
2. Restina Bemis, S.Si., M.Si.
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PERCOBAAN IX
PERBANDINGAN SENYAWA KONVALEN DAN IONIK
I. Tujuan Percobaan
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3
Isomer adalah molekul dengan rumus molekul yang sama tetapi berbeda
struktur molekulnya (maksudnya padatan atom-atom dalam molekulnya)
denganikatan kimia (Jhon, 2009).
Ikatan kimia dapat dibagi menjadi kategori besar : ikatan ion dan
ikatan konvalen. Disebut terbentuk ikatan ion jika terjadinya perpindahan
elektron diantara ion, jika terjadinya perpindahan elektron diantara atom
untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-
menarik. Daya tarik menarik diantara ion-ion yang bermuatan berlawanan
merupakan suatu ikatan ion. Ikatan konvalen terbentuk dari terbaginya
(sharing) elektron diantara atom-atom. Dengan perkataan ini, daya tarik
menarik inti atom pada elektron yang terbagi di antar elektron itu merupakan
suatu ikatan konvalen (Brady, 1999).
Ikatan ion adalah ikatan ion positif (kation) dan ion negatif (anion),
terjadi ikatan karena partikel yang muatannya berlawanan sling tarik menarik.
Ion positif dan negatif dapat terbentuk bila terjadi serah terima elektron antara
atom. Atom yang melepas elektron akan menjadi ion negatif. Senyawa ion yang
terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang seling membentuk
molekul raksasa dan akan mempunyai sifat tertentu. Sifat-sifat itu diantara
lain adalah kebanyakan menunjukan titik leleh tinggi, pada umumnya
senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amoniak). Senyawa ion
berwujud padat tidak menghantaarkan listrik, karena ion positif dan negatif
terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi senyawa cairan ion akan
manghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air karena
terionisasi. Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka
senyawa ion berupa padatan dan berbentuk kristal. Permukaan kristal itu
tidak mudah digores atau digeser. Selain dari sifat-sifat yang disebutkan
diatas, senyawa ion juga memiliki sifat hamper tidak terbakar (Wilbraham,
1992).
Ikatan ionik terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara
sebuah atom logam dengan sebuah atom. Dalam perpindahan ini ataom
menjadi logam ion yang bermuatan positif (kation) dan bukan menjadi ion
bermuatan negatif (Petrucci, 1987)
Ikatan konvalen adalah ikatan yang terjadi antara dua ataom dengan
pemakaian bersama sepasang elektron atau lebih. Ikatan konvalen dapat
terjadi antara atom yang sama dengan atom yang berbeda. Sifat-sifat senyawa
konvalen antara lain kebanyakan titik leleh rendah, larut dalam pelarut non
polar dan sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, pada suhu
kamar berbentuk cairan atau gas, mudah terbakar dan banyak yang berbau
(Syukri, 1999).
Isomer adalah beberapa molekul dengan rumus molekul yang sama
tetapi berbeda struktur molekulnya (maksudnya, penataan atom-atom
molekulnya berbeda). Keisomeran umumnya terdapat pada senyawa karbon
tetapi tidak ada senyawa konvalen lainnya maupun senyawa ionik. Perbedaan
sifat fisis dan kimia senya isomer akan bersifat sama (Brady, 2003).
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya,
ikatan konvalen dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan kuat, sedangkan
ikatan hidrogen dan ikatan van der walls dianggap sebagai ikatan lemah
(Jhon, 2009).
Ikatan kovalen sendiri terbentuk karena atom-atom yang berikatan
(secara kimia) memiliki elektronegativitas yang sama/hampir sama dan jika
berinteraksi akan terjadi pemakaian elektron secara bersama-sama oleh atom-
atom yang berikatan. Bentuk dalam ikatan kovalen tak terkecuali hidrocarbon,
unsur-unsur penyusunnya merupakan unsur-unsur non logam. Tapi ada juga
beberapa ikatan kovalen yang tidak sepenuhnya bersifat kovalen, dimana
ikatan ini memiliki sifat ionic karena memiliki beda elektronegativitas yang
tinggi; contoh adalah HCl. Ikatan ini biasa disebut ikatan kovalen polar. Ikatan
pada bensin (senyawa bensin) merupakan ikatan kovalen non polar. Dimana
ciri-ciri dari ikatan kovalen non-polar adalah : bentuk molekul yang terjadi
simetris, beda keelektronegatifan antar atom yang berikatan sangat kecil dan
mendekati nol, tidak terdapat pasangan elektron bebas di sekitar atom pusat.
Memiliki titik didih yang rendah sehingga secara fisika mudah berubah bentuk
tapi secara kimia ikatannya tidak putus, Sebagian besar senyawa ini mudah
menguap. Senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat menghantar arus
listrik. Hal ini disebabkan senyawa kovalen tidak mengandung ion-ion sehingga
posisi molekulnya tidak berubah (stabil). Kebanyakan senyawa kovalen tidak
dapat melarut dalam air, tetapi mudah melarut dalam pelarut organik. Pelarut
organik merupakan senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah, alkohol,
dan aseton, sehingga dapat disimpulkan sementara diketahui bahwa bensin
tidak terpengaruh oleh listrik dan karena tidak mengandung ion (Pranoto,
2013).
III. Prosedur percobaan
III.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Thermometer 100
- Gelas piala 100 mL
- Gelas piala 150 mL
- Erlenmeyer 150 mL
- Batang pengaduk
- Spatula
- Kaca arloji
b. Bahan
- Akuades
- n-heksan
- Sikloheksan
- n-dekana
- o-diklorobenzen
- p-diklorobenzen
- n-butil alkohol
- t-butil alkoho
- Naftalen
- C10H8
- p-dikorobenzen
- C6H4Cl2
- NaCl
- KI
- MgSO4
- (CH3)2CHOH
III.2 Skema kerja
1. Perbandingan Titik Leleh
a. Senyawa – senyawa kovalen
Hasil
b. Senyawa Ionik
Senyawa Ionik
Hasil
2. Perbandingan Kelarutan
Dimasukkan 1 ml air
Hasil
Hasil
4. Isomer
o-diklorobenzena, p-diklobenzena,
Hasil
VI. Hasil dan Pembahasan
Dari praktikum yang telah dikalukan pada percobaan perbandingan
senyawa kovalen dan ionic didapatkan hasil untuk masing-masing percobaan,
mulai dari perbandingan titik leleh, perbandingan kelarutan, senyawa karbon
berantai lurus dan lingkar (cincin) dan isomer. Hasil tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
4.1 Hasil
A. Perbandingan titik leleh
a. Senyawa Kovalen
p- Dikloro benzene - 52 °C – 54 °C
C6H4Cl
b. Senyawa Ionik
KI 681 °C
MgSO4 1124 °C
B. Perbandingan Kelarutan
C18H8 X -
C6HCl2
NaCl X -
KI X -
MgSO4 X -
Naftalein - X
D. Isomer
O-dikloro benzene - -
F-dikloro benzene - -
Sifat kelarutan
Sifat kimia
4.2 Pembahasan
A. Perbandingan Titik Leleh
Pada perbandingan titik leleh mengujikan 5 bahan uji. 2 bahan uji dari
senyawa kovalen dan 3 bahan uji dari senyawa ionic. Bahan ujinya yakni : Naftalen
(C10H8), p-Dikloro benzene (C6H4Cl), Garam dapur (NaCl), KI, MgSO4.
a. Senyawa Konvalen
Titik leleh adalah temperature dimana zat padat berubah wujud menjadi zat
cair pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain, titik leleh merupakan suhu
ketika fase padat dan cair sama-sama dalam keadaan setimbang. Perubahan
tekanan tidak mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang
berarti.
Daya tarik vanderwalls yang ada diantar molekul senyawa konvalen jauh
lemah dibandingkan dalam senyawa ion, karena itu hanya sedikit energi (kalor
lebih rendah) yang diperlukan oleh molekul dari senyawa konvalen untuk merusak
keadaan padatnya yang teratur dan berubah menjadi keadaan cair yang lebih acak.
Dengan kata lain, senyawa konvalen meleleh pada suhu yang lebih rendah
dibandingkan ion. Polimer berstruktur molekul tinggi (plastic, protein, pati) yang
mengandung ikatan konvalen. Tentunya memiliki titik lebih tinggi yang sangat
tinggi tetai kenyataanya terurai menjadi molekul yang lebih kecil jauh sebelum titik
didih tercapai. Kelarutan dari senyawa konvalen dalam air adalah sifat lain yang
dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Suatu senyawa yang dapat membentuk ikatan
dengan air cendrung untuk dapat lebih larut dalam air. Hanya sedikit senyawa
konvalen yang larut dalam air.
b. Senyawa ionik
Senyawa ionik dakam bnetuk padat tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena ion positif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi, satu dalam
wujud cairan senyawa ion dapat menghantarkan arus listrik karena terionisasi.
Berdasarkan buku referensi, titik leleh urea sebesar 37-62°C, 37-51°C, 37-59°C
titik leleh naftalena sebesar 37-53°C, 37-44°C, 37-46°C.
Berdasarkan percobaan suhu pada saat urea mulai mendidih yaitu
sebesar 66°C dan suhu urea mulai meleleh sempurna yaitu sebesar 85°C. Dari saat
urea mulai meleleh sampai urea melelh sempurna disebut dengan kisaran titik
leleh sebesar 66-85°C. Seadangkan suhu naftalena sebesar saat mulai leleh sebesar
67°C. Untuk senyawa ion tidak dapat dilakukan karena titik leleh senyawa ion
sanggat tinggi, Hal ini disebabkan ikatan antar molekulnya sangat kuat, sehingga
perlu energi yang besar untuk dapat merenggangkan kerapatan molekulnya.
Dari perbandingan senyawa konvalen dan senyawa ion ini terlihat bahwa
senyawa konvalen mempunyai titik leleh yang lebih rendah dibandingkan senyawa
ion. Oleh karena itu, hanya diperlukan sedikit energi oleh molekul atau senyawa
konvalen untuk merusak keadaan padatnya yang tertaur dan berubah menjadi
keadaan cair yang lebih acak. Dengan kata lain senyawa konvalen meleleh pada
suhu yang lebih rendah dibandingkan senyawa ion.
B. Perbandingan Kelarutan
Pada percobaan ini selain untuk mengetahui kelarutanya. Dalam hal ini kita
menggunakan dua macam pelarut yaitu air yang memiliki sifat polar dan pelarut
CCl4 yang merupakan pelarut non polar.
Secara umum dan dilihat dari literaturnya senyawa konvalen larut dalam
non polar seperti senyawa naftalena, sedangkan senyawa ion pada umumnya larut
dalam pelarut polar (seperti air dan ammonia) karena sebagian molekul pelarut
menghadapkan kutub negatifnya ke ion positif dan sebagian lagi menghadapkan
kutub positifnya ke ion negatif. Akhirnya ion-ion terpisah satu sama lain.
Pada senyawa naftalen tidak larut dalam air, sedangkan pada senyawa
NaCl, Kl dan MgSO4 larut dalam air. Pada umumnya senyawa konvalen yang
ditambah dengan air tidak larut, sedangkan apabila ditambah dengan CCl 4
merupakan pelarut non polar, senyawa tersebut akan larut.
Hal ini menandakan bahwa senyawa-senyawa ion larut dalam pelarut polar
karena dipolarnya tidak saling meniadakan dan sukar larut dalam CCl 4 sebagai
pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam air. Pada senyawa ini kami hanya
menggunakan senyawa isopropildikohol, C10H8 dan M9SO4. Isopropil alcohol dan
M9SO4 larut dalam air. Sedangkan senyawa C10H8 tidak larut dalam pelarut air
karena pelarut air bersifat polar sedangkan senyawa C10H8 bersifat nonpolar.
Pada percobaan yang menggunakan pelarut karbon tetraklorida M9SO4
tidak larut dalam karbon tetraklorida, sedangkan isopropil alcohol dan C10H8 larut
dalam tetraklorida. Namun berdasarkan literature pada air (CH3)2 CHOH, NaCl, KI
dan M9SO4 larut, dan pada karbon tetrakliroda (CH3)2 CHOH, C10H8, propanol
larut.
3 Reaksi Kimia Dapat bereaksi dengan Br2 Dapat bereaksi dengan Br2,
membentuk sikloheksana membentuk 1,2
dibromosikloheksana
4 Struktur molekul Berupa gas ikatan Berupa ikatan yang
terbentuk kursi
5 Jumlah Isomer Ada 5 : n-heksana, 2-metil Ada 3 : heksana, 2 metil
pentana, 3 metil pentana, siklopentana, 3 metil
2.2 dimetil butana siklopentana
D. Isomer
Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, tetapi rumus
strukturnya berbeda. Pada praktikum kali ini, kita dapat mengetahui sifat fisik dan
sifat kimia, yakni sebagai berikut :
Sifat fisik :
- Warna jernih
- Bau khas obat bius (obat anestesi)
- Memiliki titik didih yang tinggi
- Dapat menyebabkan kulit terasa dingin (reaksi endoterm)
- Alcohol suhu rendah, wujudnya cair dan dapat larut dalam air
- Alcohol suhu tinggi, semakin sukar larut dalam air, titik didih semakin
tinggi
Sifat kimia :
- Bersifat polar
- Memiliki ikatan hydrogen
- Bersifat netral
- Mudah menguap
- Mudah terbakar (oksidasi)
- Pada umumnya larut dalam air, dan
- Alcohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehida, lalu aldehida dapat
dioksidasi lagi menjadi asam karboksilat, dan
Contoh :
CH3 – CH2 – CH2 – OH (1 propanol)
CH3 – CH2 – C – H (propanol)
CH3 – CH2 – C – OH (asam propanoat)
- Dapat bereaksi dengan Na
5.1 Kesimpulan
1. Senyawa kovalen merupakan suatu snyawa yang bisa terbentuk dari dua
maupun lebih unsur non-logam misalnya seperti hidrogen dan karbon.
2. Senyawa ionik adalah senyawa yang partikelnya berupa ion. Salah satu
contohnhya adalah kalium klorida (gabungan ion K+ dan Cl-) yang
merupakan senyawa ionik.
3. Terdapat dua jenis senyawa kovalen yaitu senyawa kovalen nonpolar dan
senyawa kovalen polar.
4. Senyawa ionik dapat berada dalam fasa padat, cair, dan gas.
5. Beberapa perbedaan antara senyawa kovalen dan senyawa ionik seperti
kemudahan menguap (volatile), daya hantar listrik, dan kelarutan.
5.2 Saran
Brady, E. J. 2003. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. Jakarta : Binaputra
Aksara.
Aji Pranoto. 2013. “ Analisis pemasangan alat ionisasi sebagai upaya mengurangi
konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada sepada motor”. Jurnal
ReTII. Vol.8(2) : 175-180
LAMPIRAN
Pertanyaan Prapraktek :
1.Apa sebabnya air disebut molekul polar? Jelaskan dwikutub air berdasarkan
bentuk molekulnya!
Jawaban:
Karena air dapat melarutkan senyawa ionik, air membentuk ikatan yang kuat
dengan ion-ion.
Senyawa kovalen = mempunyai titik didih dan titik leleh rendah, mempunyai tiga
wujud (padat, cair, dan gas), dalam keadaan murni bersifat isolator, larutan dalam
pelarut nonpolar, dan terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam.
Cl
CH3 C Cl CH3 , 2,2- dikhloro propana
Cl
4.Di antara senyawa-senyawa berikut ini : MgCl2, C4H10, SO3, Li2O, C3H8, PCl3,
HCl, tentukan mana yang senyawa ionik dan mana senyawa kovalen?
Jawaban :
ionik : MgCl2 dan Li2O
kovalen : C4H10, SO3, C3H8, PCl3, dan HCl
5.Gambarkan ikatan rantai lurus dan siklik dari C4H8 (setiap ikatan digambarkan
dengan garis)!
Jawaban :
CH3 C CH2 CH3
Evaluasi :
1.Mana yang lebih tinggi titik didihnya kalsium, klorida, CaCl2, asetil klorida ?
jelaskan !
Jawaban :
Yang lebih tinggi adalah CaCl2, Hal ini karena CaCl2 adalah senyawa ionik dimana
antara ikatan molekul kuat. Sedangkan pada senyawa asetil klorida, senyawa
kovalen memiliki gaya vanderwall yang lemah dan menyebabkan ikatan antar
molekul demikian lemah pula.
4.Dieter sedikit larut dalam air, jelaskan peranan air dalam pelarutan eter !
Jawaban :
Dieter sedikit larut dalam air karena daya polarisasinya kecil dari air, tidak ada
ikatan hidrogen, air sukar melarutkan dietil eter karena daya polarisasinyakecil
dan kurang reaktif.
2.CH3 -O-CH2-CH2-CH3
3.CH3-O-CH-CH2
CH3