Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN PEMBANGUNAN HOTEL

Disusun Oleh :
Andhika Wira Kusuma
20200110102

Dosen Pengampu :
Dr. Burhan Barid, S.T., M.T.
NIP 19700907199609123029

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota yang sangat terkenal
dengan kearifan lokalnya. Sebutan sebagai kota pelajar, kota kebudayaan dan
pariwisata yang sudah begitu melekat mengiringi laju perkembanganya.
Yogyakarta mempunyai kultur budaya yang sangat kental dan kuat untuk
mendorong masyarakat agar terus maju. Banyak potensi-potensi yang bisa
dimanfaatkan seperti ragam kebudayaan, berbagai tempat pariwisata dan
sumberdaya, keberagaman etnis, suku maupun agama sehingga membawa
dampak positif untuk kehidupan sosial. Itu lah yang menjadi pembeda kota
yogyakarta dengan kota lainya (Murti, 2017).
Namun pada kenyataanya berberapa tahun terakhir Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman di penuhi dengan hotel-hotel dan apatemen yang menjamur
seolah tidak ada batasan lagi. Pada tahun 2018 jumlah hotel di Kota
Yogyakarta sendirin sudah berjumlah 513 (BPS, 2019). Rumah-rumah
masyarakat yang tengelam dengan adanya pembanguanan hotel. Sehingga
obyek wisata yang ada di Yogyakarta dan sleman tidak seimbang dengan
pembangunan proyek-proyek terse but. Menurut Nadia dan Suharno (2015),
Dampak yang dirasakan masyarakat atas pembangunan proyek-proyek
tersebut adalah kekeringan, berkurangnya kualitas dan debit air tanah serta
kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, pembangunan proyek hotel, apatermen
maupun mall yang semakin menjamur malah menimbulkan dampak yang
merugikan bagi masyarakat sekitar.
Banyaknya bangunan hotel, kondotel, apatermen maupun mall
Kabupaten Sleman menghiasi sepanjang jalan. Jika pertumbuhan hotel-hotel
dan apatermen menjadi tidak terkendali maka lambat laun akan seperti kota
Yogyakarta. Menjadi kota yang penuh dengan keramaian dengan di barengi
kemactan jalan, polusi, merusak kenyamanan masyarakat setempat dan
lunturnya sosial budaya yang ada di daerah terse but. dengan begitu maka
adanya peraturan Bupati Sleman Nomor 63 Tahun 2015 berisi tentang
Penghentian sementara pendirian kondotel,apatermen dan hotel di Wilayah
Kabupaten Sleman. Diharapkan dapat mencegah banyaknya izin
pembangunan-pembangunan proyek besar terse but. Dan dapat menekan
jumlah pembangunan hotel dan apatermen di Wilayah Kabupaten Sleman.
Banyaknya fenomena pembangunan hotel dan apatermen di Kabupaten
Sleman yang ada di berberapa wilayahnya. Pembangunan infrastruktur
tersebut dinilai dapat menunjang kebutuhan masyarakat. Pemerintah berusaha
untuk mewujudkan kesejahteraan warganya dengan adanya pembangunan-
pembangunan tersebut dan diharapkan banyak dampak positifnya bagi warga
sekitarnya. Namun nyatanya masih adanya penolakan dari warga sekitar
pembangunan sekitar. Salah satunya warga Dusun Gandingan yang
melakukan aksi turun ke jalan untuk memprotes langsung pembangunan
apatermen dan condotel terse but. Salah satu alasan mereka adalah dengan
adanya pembangunan apatetermen dan condotel tersebut kebudayaan dan
warisan dari leluhur akan luntur.
Untuk itu pembangunan ataupun pengembangan hotel dan apatemen
harus mempertimbangkan lingkungan. Agar tidak menimbulkan dampak
negative bagi masayarakat sekitar. Karena pembangunan hotel dan apatermen
terhadap lingkungan hidup harus berjalan secara serasi agar tujuan dan
manfaat pembangunan seimbang dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
Kabupaten Sleman. Agar hak masyarakat dapat hidup di lingkungan
berbudaya yang kondusif, nyaman bersih dan sehat terpenuhi hingga ke anak
cucu nantinya. Dan peran pemerintah dalam melakukan pengambilan
keputusan telah sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam
mempertimbangkan berbagai aspek.
Selain itu kegiatan pembangunan hotel dianggap merugikan warga
sekitar hotel dan dianggap mengaburkan citra Kota Yogyakarta sebagai kota
sejarah yang penuh budaya. Tetapi di satu sisi meningkatkan pendapatan kota
Yogyakarta dari sektor hotel dan perhotelan (Murti, 2017). Pembangunan
hotel yang tidak terkontrol, sehingga menyebabkan terbatasnya ruang terbuka.
Oleh karena itu, masyarakat lokal pun memaksimalkan perkarangan rumahnya
untuk menyediakan pembangunan sebagai pendamping fasilitas akomodasi
seperti minimarket, rumah makan dan prasarana pendukung lainya. Sehingga
seharusnya pemerintah melaksanakan PERWAL No. 77 Tahun 2013, tentang
Pengendalian Pembangunan Hotel untuk melakukan moratorium izin hotel
(Sedayu, 2017).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana analisis dampak lingkunagn pembangunan hotel dan apatemen
terhadap sanitasi lingkungan di Kabupaten Sleman ?

C. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menrupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (2000:67) dalam (Marsudi, 2017)
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan prosedur
pemecahan masalahnya (solusi) yang diselidiki dengan cara
menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu subjek atau objek
penelitian (seseorang, lembaga, dan masyarakat) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang
meliputi interpretasi data dan analisis data. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini kami mencari data dari berbagai sumber online seperti
jurnal, berita, maupun Web Pemerintah Yogyakarta. Sebagai salah satu cara
untuk memahami masalah yang terjadi di Sekitar Yogyakarta yang terkena
dampak sanitasi dari pembangunan hotel dan apatermen.
3. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data kualitatif ini adalah
reduksi data (data reduction) atau memilih data¬data mana saja yang
penting, menyajikan data agar lebih mudah dipahami (data display),
verifikasi (verification), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing).
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman dan sekitarnya yang
terkena dampak pembangunan hotel.
D. Pembahasan
Bersaingnya pembangunan hotel dan apatemen di Yogyakarta maupun di
Kabupaten Sleman saat ini menimbulkan berbagai masalah yang muncul
terutama terkait dengan lingkungan. Tidak dapat di pungkiri bahwa adanya
hotel mendukung Yogyakarta sebagai tempat pariwisata. Wisatawan tidak
perlu jauh-jauh ataupun sulit untuk mendapatkan tempat penginapan. Banyak
hotel-hotel berbintang maupun tidak menghiasi pinggir-pinggir jalan kota
Jogja dari harga yang paling mahal hingga termurah tidak sulit untuk
ditemukan. Namun pertumbuhan hotel yang tak terkendali di Yogyakarta
menyebabakan kerusakan lingkungan yang juga berdampak langsung kepada
masyarakat sekitar.
Munculnya fenomena Jogja Asad tersebut menjadi salah satu bentuk
protes warga masyarakat jogja yang terkena dampak dari pembangunan hotel.
Karena air adalah masalah vital yang merupakan kebutuhan pokok sehari-hari
bagi masyarakat. Dampak negatif dari pembangunan hotel bukan hanya air
yang kering, rumah-rumah warga yang tertutup cahaya matahari dan masalah
pengelolahan limbah hotel. Jika dampat negatif tersebut tidak segera dicari
solusinya maka akan berdampak ke kesehatan masyarakat juga. Sehingga kota
Jogja sudah tidak lagi kondusif sebagai tempat tinggal untuk warganya. Untuk
itu adanya pembangunan hotel seharusnya juga memperhatikan dan
mempertimbangkan lingkungan sekitar jangan hanya langsung bangun saja.
Pembangunan apatermen dan condotel The Palace di Sleman tepatnya di
Jalan Kaliurang, Kilometer 11 menimbulkan protes warga atas pembangunan
nya. Warga yang berdemo menuntut untuk penolakan pengoprasian hotel dan
apatermen tersebut. Karena sejak awal akan pembangunanya warga
menemukan kesalahan dalam administrasi soal perizinan pembangunan
apatermen dan condotel tersebut. Awal mulanya mereka curiga adalah tidak
adanya sosialisasi yang diberikan kepada warga sekitar yang terkena dampak
dari pembanagunan tersebut. Selain itu, ada berberapa dokumen-dokumen
seperti peta tapak bangunan dan Amdal yang memang disamarkan. Hal itu
membuat warga sekitar merasa ada sesuatu yang janggal dan terkesan di tutup-
tutupi oleh pihak hotel dan apatemen tersebut yang seharusnya pihak hotel
transparan terhadap masyarakat.
Karena itu masyarakat sekitar menuntut agar pihak hotel memberikan
kejelasan dan pertanggung jawaban. Mereka menuntut yang sebenarnya hak
mereka juga, karena memang mereka yang nantinya merasakan dampak
langsung dari pembangunan apatermen dan condotel tersebut. Masyarakat tak
ingin lingkungan mereka yang selama ini baik-baik saja terkena dampak
apatermen dan condotel terse but. Selain itu pembangunan apatermen dan
Condotel ini berlangsung dengan tidak mempertimbangkan lingkungan
sekitar. Terbukti dengan tempat berdirinya apatemen dan hotel tesebut
termasuk kedalam zona yang rawan gempa. Sehingga apabila tetap berdiri
bangunan tesebut akan sangat membahayakan bagi warga sekitar lingkungan
terse but. Selain itu lokasi apatemen yang akan dibangun pun sebenarnya
adalah jalur utama evakuasi bencana merapi, resapan air untuk sawah dan
lingkungan padat penduduk dan lalulintas.
Jika memang mereka benar-benar memperhatikan Lingkungan dan
memperhatikan peraturan maupun prosedur yang telah ditetapkan pemerintah
yang ada pada Peraturan daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012
yang berkaitan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman
Tahun 2011-2031 berisi tentang pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan
hidup dengan mengendalikan berbagai kegiatan pada daerah kawasan lindung,
mengendalikan kegiatan budidaya pertambangan, mengendalikan kawasan
terbangun pada kawasan lindung dan mengendalikan fungsi dari kawasan
pelestarian alam di Taman Nasional Gunung Merapi. Seharusnya digunakan
sebagai pedoman dalam memberikan pertimbangan keluarnya izin AMDAL
bagi proyek-proyek besar seperti hotel, apatermen dan mall. Dengan begitu
Pihak hotel dan apatermen belum atau tidak menggunakan peraturan yang
telah di tetapkan. Jika mereka mengikuti aturan main yang termuat dalam
perda terse but tidak akan muncul masalah yang meresahkan masyarakat sekita
proyek terse but. Dan juga dalam pembuatan maupun penyusunan tentang
dokumen lingkungan tidak mendengarkan aspirasi masyarakat sekitar,
sehingga terkesan mengabaikan pendapat masyarakat.
Selain itu dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat pembangunan
apatermen dan condotel The Palace adalah masalah sanitasi. Sanitasi
merupakan salah satu hal pokok yang menjadi kebutuhan sehari-hari bagi
masyarakat. Jika kebutuhan sanitasi pokok tersebut tergangu maupun tercemar
oleh limbah ataupun sebagainya makan akan berdampak juga terhadap hal-hal
lain. Oleh karena itu, masyarakat sekitar apatermen dan condotel The Palace
menuntut agar mereka mendapatkan sosialisi yang berkaitan dengan dampak
atapun kejelasan yang sebenarnya. Karena memang sampai saat masyarakat
berdemo, mereka tidak memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Bahkan
masyarakat yang jarak rumahnya hanya 100 meter belum mendapatkan
sosialisasi. Disisi lain sosialisasi memang di perlukan bagi masyarakat sekitar
karena memang mereka yang merasakan dampak langsung jika nantinya
apatermen dan condotel The Palace beroprasi. Dan mereka juga takut jika dari
pihak apatermen dan condotel The Palace tidak bertanggung jawab untuk
dampak lingkungan yang terjadi nantinya.
Dampak Lingkungan yang juga di timbulkan oleh pembangunan tersebut
adalah tergangunya resapan air yang di gunakan untuk mengairi persawahan.
Warga juga takut jika nantinya lingkungan mereka menjadi kekeringan karena
dampak dari pembangunan apatermen dan condotel The Palace. Karena
pastinya pembangunan seperti itu juga akan mempengaruhi ketersediaan air
saat musim kemarau nanti. Masyarakat juga mungkin akan kehilangan akses
kualitas dan jumlah air. Jika masyarakat sudah kehilangan akses air yang
menjadi kebutuhan pokok sehari-hari warga Yogyakarta karena pengeboran
yang dilakukan untuk membuat sumur dalam tentunya sangat berpengaruh
pada sumur dangkal warga sekitarnya. Jika air tanah kering mereka tidak bisa
mengairi sawah-sawah mereka. Sehingga akan berdampak juga pada kegiatan
perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu masyarakat sekitar juga
berpendapat jika pembangunan apatermen dan condotel The Palace
berlangsung akan merusak sosial budaya masyarakat kampung.
Satu kamar hotel memerlukan setidaknya 380 liter air sementara rumah
tangga memerlukan hanya 300 liter air. Tentu saja ini sangat merugikan warga
sekitarnya karena satu kamar hotel membutuhkan lebih banyak air. Tidak
menutup kemungkinan menculnya masalah-masalah lain yang berkaitan
dengan kebutuhan air bersih tersebut, seperti tergangunya kesehatan karena
kurangnya air bersih dan ekonomi dengan air bersih tanah yang menjadi hak
kita saja harus membeli. Seharusnya dalam pembangunan maupun
pengoprasian hotel terse but harus menggunakan saluran air dari PDAM agar
tidak menganggu air tanah sekitar proyek pembangunan. Di Yogyakarta
sendiri pembangunan maupun pengoprasian mall, apatermen maupun hotel
diharuskan menggunakan air dari saluran pipa PDAM.
Dalam pembangunan hotel dan apatemen tersebut pemerintah perlu
memperimbangkan berberapa hal agar keseimbangan tetap ada. Karena
pemerintah mempunyai peran besar untuk memberikan perizinan atas
pembangunan hotel-hotel tersebut. selain itu perlunya pengontrolan dan
pengawasan terhadap pembangunan-pembangunan tidak hanya hotel,
apatermen akan tetapi juga mall. Sehingga nantinya lebih ke pro lingkungan
dibanding dampak negatifnya yang merugikan warga sekitar. Maka dari itu
lingkungan sangat penting untuk kita jaga. Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012, ada berberapa aspek yang harus
dipenuhi dalam pembangunan sebuah hotel maupun apatemen yaitu jika aspek
lingkungan masuk kedalam kualifikasi AMDAL. Maka ada berberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengembang hotel.
Bahkan di Kota Yogyakarta nyatanya tidak banyak yang masuk
kualifikasi untuk mendapatkan AMDAL. AMDAL bisa diterapkan pada
daerah cagar budaya dan Luas daerah 10,000 m2. Sedangkan untuk yang tidak
Masuk ke dalam Kualifikasi AMDAL, maka perlu UPL (Upaya Pemantauan
Lingkungan) dan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan). Untuk sistem
pengawasan yang berlangsung dimulai dari sebelum pembangunan proyek
hotel dengan pemeriksaan AMDAL maupun UPL dan UKL lalu dilanjukan
dengan melakukan uji publikasi yang nantinya disharing oleh BLH. Saat
proses terse but ada hotel yang tiddak masuk kedalam kriteria AMDAL,
namun jika dikembangkan lebih lanjut dengan wajib AMDAL terlebih dahulu.
Saat Pengawasan berlangsung, pihak hotel diwajibkan membuat laporan
tentang lingkungan secara berkala dengan waktu yang telah di tetapkan yaitu
enam bulan sekali dan dilaporkan langsung kepada BLH sebagai syarat untuk
memperpanjang izin. Untuk itu selaku Pemerintah Kabupaten Sleman
setempat harus memperketat dalam memberikan izin AMDAL. Agar sesuai
dengan prosedur yang ada sehingga dampak-dampak yang tidak di inginkan
dapat di minimalisir. Sehingga warga Kabupaten Sleman tetap mendapatkan
kenyamanan dan ketenanganan.
Banyaknya masalah yang muncul dari awal menjadi alasan masyarakat
berdemo hingga terbentuknya perlawanan dari warga yang tergabug dalam
Aliansi Warga Sleman Berdaya (AWSB) menuntut penghentian pembangunan
apatermen dan condotel The Palace. Lalu atas dasar swadaya masyarakat
sekitar munculah petisi sebagai salah satu cara dalam melakukan penolakan
bersama atas pembangunan apatermen dan condotel tersebut yang di tuliskan
didalam sebuah benner yang diletakan di tempat-tempat strategis. Sejak
adanya aksi itu masyarakt terus menerus melakukan audiensi dengan pihak
pemerintah. Dengan adanya aksi penolakan itu pula, pembangunan proyek
tersebut harus menunggu keputusan kebijakan mengenai pembangunan
apatemen dan condotel tersebut. Selain itu dampak- dampak yang akan
masyarakat rasakan dan tanggung jawab dari pihak hotel tersebut menjadi
alasan. Untuk itu perlu adanya pengendalian terhadap dampak lingkungan.
Selama adanya proses keterbukaan maka akan sampai pada sebuah
pertimbangan dan memutuskanya. Penegakan hukum yang masih lemah
belum dapat membuat pelanggar izin mendapatkan efek jera. Pemerintah lebih
mempertimbangkan aspek ekonomi dengan menjamurnya hotel-hotel maupun
apatermen dibandingkan dengan kenyamanan warganya dan moral atas
ketaatan pada asas para investor mengenai permohonan izin.
Dari berbagai munculnya pro dan kontra dari berbagai pihak warga
masyrakat termasuk Aliansi Warga Sleman Berdaya (AWSB), pihak
pengembang apatermen dan condotel The Palace akhirnya angkat bicara.
Bahwa mereka telah melakukan sosialisasi kepada warga yang terkena
dampak pembangunan terse but. pihak pengembang juga menjelaskan
berbagai izin yang diperlukan untuk pembangunan telah dikantoginya seperti
AMDAL, IPT dan masalah tentang sosialisasi irigasi. Sosialisasi dilakukan
dari warga desa hingga aparatur desa Pendak. Lokasi proyek terse but berdiri
dilahan seluas 4.200m yang terletak di JL. Kaliurang Sleman. Sedangkan
untuk masalah pembangunan apatermen dan condotel The Palace yang akan
membangun basement dengan awal mulanya dengan kedalaman 7m yang
tentunya menganggu sumber air tanah warga lingkungan sekitar telah diubah
oleh pihak pengembang menjadi 5,5m. Soal izin pembuatan basement terse
but pihak pengembang mengatakan bahwa mereka sudah mempunyai Izin
Penggunaan Tanah (IPT) dari Bupati sleman. Dan untuk masalah air tanah
lingkungan sekitar yang hilang telah diperhitungkan oleh ahli dalam
bidangnya. Pengembang juga mengatakan bahwa mereka menggunakan
sistem terbaik untuk mencegah sumber air tanah yang hilang, menekan getaran
dan dampak-dampak lain yang akan muncul nantinya. Selain itu,
pembangunan hotel, mall dan apatemen merugikan warga sekitar karena
karena keuntungan yang sebenarnya milik para investor itu sendiri. Sehingga
dampak-dampak negative atas pembangunan-pembangunan proyek besar terse
but merugikan rakyat, tetapi menguntungkan untuk para stakeholder dan
swasta. Rakyat dirugikan baik sosial,ekonomi, maupun lingkungan namun
para investor menikmati untung yang besar.
Menanggapi berbagai masalah-masalah yang telah muncul dari
masyarakat tentang dampak munculnya pembangunan hotel, apatermen dan
condotel tersebut dengan melihat kondisi-kondisi sosial masyarakat setelah
berdirinya pembangunan-pembangunan tersebut akhirnya dimunculkanya
Peraturan Bupati Sleman Nomor 63 Tahun 2015 mengenai penghentian
sementara pendirian hotel dan condotel yang ada di Wilayah Kabupaten
Sleman. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat menekan
pertumbuhan proyek-proyek yang ada di wilayah Kabupaten Sleman tersebut.

E. Kesimpulan
Pembangunan hotel, apatermen Apatermen dan Condotel The Palace
berdampak besar bagi masyarakat lingkungan sekitar. Dampak akses air,
limbah, struktur bangunan mapun sosial dan budaya. Untuk itu pihak swasta
perlu memberikan tanggung jawab kepada masyarakat sekitar. Peran
pemerintah juga sangant diperlukan dalam memeberikan izin pembangunan
(AMDAL). Pihak swasta selaku investor harus mejalani prosedur sesuai
dengan aturan yang berlaku. Agar tidak terjadi Pro dan Kotra di wilayah
tempat pembangunan.Selain itu diharapkan pemerintah melakukan
pengendalian dan pengontorolan pembangunan hotel dan apatermen. Agar
Kabupaten Sleman tetap nyaman untuk ditinggali masyarakatnya.
Matriks Interaksi Komponen Kegiatan dengan Komponen Lingkungan
Komponen Kegiatan
KOMPONEN/PARAMETER LINGKUNGAN Pra Kontruksi Kontruksi Operasional
(1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (1) (2) (3)
A. Geo Fisik-Kimia
1. Kualitas Udara √(-) √(-) √(-)
2. Tingkat Kebisingan √(-) √(-) √(-) √(-)
3. Getaran √(-) √(-)
4. Limbah Padat √(-) √(-) √(-) √(-)
5. Limbah Cair √(-) √(-)
6. Limbah B3 √(-) √(-) √(-) √(-)
7. Alih Fungsi Lahan √(-)
8. Erosi dan Kestabilan Lereng √(-) √(-)
9. Debit Air Larian (Run Off) √(-) √(-) √(-)
10. Kualitas Air Permukaan √(-) √(-) √(-) √(-)
11. Kuantitas Air Tanah √(-) √(-) √(-)
B. Biologi
1. Keragaman Jenis Flora √(-) √(+) √(-)
2. Keragaman Jenis Fauna √(-)
C. Sosekbudmas
1. Kesempatan Kerja Masyarakat √(+) √(+) √(-) √(+)
2. Peluang Berusaha Masyarakat √(+)
3. Sikap dan Persepsi Masyarakat √(+/-) √(+/-) √(+/-) √(+/-) √(+/-) √(+/-) √(+/-)
4. Konflik Sosial √(-)
5. Keamanan dan Kenyamanan √(-)
C. Transportasi
1. Kelancaran Lalu Lintas √(-) √(-) √(-) √(-)
2. Keselamatan Lalu Lintas √(-) √(-) √(-) √(-)
3. Kerusakan Jalan √(-) √(-) √(-)
D. Kesehatan Masyarakat
1. Kesehatan Masyarakat √(-) √(-) √(-) √(-)
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja √(-) √(-) √(-) √(-) √(-) √(-) √(-) √(-)
Keterangan :
(-) Dampak negatif
(+) Dampak positif
(+/-) Dampak positif/dampak negatif

A. Pra Konstruksi B. Kontruksi C. Operasional


1. Pengurusan Perizinan 1. Mobilisasi Equipment 1. Rekruitmen Tenaga Kerja Operasional
2. Sosialisasi dan Konsultasi Publik Rencana 2. Pembersihan Lahan dan Pematangan Lahan 2. Kegiatan Operasional Hotel
Kegiatan 3. Mobilisasi Material Konstruksi 3. Pemeliharaan Lingkungan dan
3. Rekruitmen Tenaga Kerja Konstruksi 4. Pembangunan Hotel Bangunan Hotel
5. Demobilisasi Equipment
6. Pembersihan Akhir dan Kegiatan Pertanaman
7. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Tenaga
Kerja Konstruksi
Komponen lingkungan terkena Identifikasi Dampak Potensial
No Jenis Kegiatan
dampak No Dampak Potensial
A Tahap Pra Konstruksi
A.1 Pengurusan Sikap dan Persepsi Perubahan Sikap dan Persepsi
1
Perizinan Masyarakat Masyarakat Positif dan/atau Negatif
Konflik sosial 2 Terjadinya konflik sosial
A.2 Sosialisasi dan
Sikap dan Persepsi Perubahan Sikap dan Persepsi
Konsultasi 3
Masyarakat Masyarakat Positif dan/atau Negatif
Publik
A.3 Rekruitmen Terbukanya kesempatan kerja
Kesempatan kerja masyarakat 4
Tenaga Kerja masyarakat
Konstruksi
Sikap dan Persepsi Perubahan Sikap dan Persepsi
5
Masyarakat Masyarakat Positif dan/atau Negatif
B Tahap Konstruksi
B.1 Mobilisasi Kelancaran Lalu Lintas 6 Gangguan kelancaran Lalu Lintas
Peralatan Keselamatan Lalu Lintas 7 Gangguan keselamatan lalu lintas
Konstruksi Kerusakan Jalan 8 Terjadinya kerusakan jalan
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
9
Kerja Kerja
B.2 Pembersihan dan Kualitas Udara 10 Penurunan Kualitas Udara
Pematangan Tingkat Kebisingan 11 Peningkatan Tingkat Kebisingan
Lahan
Getaran 12 Peningkatan Getaran
Limbah Padat 13 Timbunan Limbah Padat
Limbah B3 14 Timbulan Limbah B3
Alih Fungsi Lahan 15 Perubahan Alih Fungsi Lahan
Erosi dan Kestabilan Lereng Peningkatan Laju Erosi dan Gangguan
16
Kestabilan Lereng
Debit Air Larian (Run Off) 17 Debit Air Larian (Run Off)
Keragaman Jenis Flora 18 Penurunan Keragaman Jenis Flora
Keragaman Jenis Fauna 19 Penurunan Keragaman Jenis Fauna
Sikap dan Persepsi 20 Perubahan Sikap dan Persepsi
Masyarakat Masyarakat Positif dan/atau Negatif
Kesehatan Masyarakat 21 Gangguan Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
22
Kerja Kerja
B.3 Mobilisasi Kualitas Udara 23 Penurunan Kualitas Udara
Material Tingkat Kebisingan Peningkatan Tingkat Kebisingan
24
Konstruksi
Kelancaran Lalu Lintas 25 Gangguan kelancaran Lalu Lintas
Keselamatan Lalu Lintas 26 Gangguan keselamatan lalu lintas
Kerusakan Jalan 27 Terjadinya kerusakan jalan
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
28
Kerja Kerja
B.4 Pembangunan Kualitas Udara 29 Penurunan Kualitas Udara
Hotel Tingkat Kebisingan 30 Peningkatan Tingkat Kebisingan
Getaran 31 Peningkatan Getaran
Limbah Padat 32 Timbunan Limbah Padat
Limbah Cair 33 Timbulan Limbah Cair
Limbah B3 34 Timbulan Limbah B3
Erosi dan Kestabilan Lereng Peningkatan Laju Erosi dan Gangguan
35
Kestabilan Lereng
Debit Air Larian (Run Off) Peningkatan Debit Air Larian (Run
36
Off)
Kualitas Air Permukaan 37 Penurunan Kualitas Air Permukaan
Kuantitas Air Tanah 38 Penurunan Kuantitas Air Tanah
Peluang Berusaha Masyarakat 39 Terbukanya Peluang Berusaha
Masyarakat
Sikap dan Persepsi Perubahan Sikap dan Persepsi
40
Masyarakat Masyarakat Positif dan/atau Negatif
Kesehatan Masyarakat 41 Gangguan Kesehatan Masyarakat
Komponen lingkungan terkena Identifikasi Dampak Potensial
No Jenis Kegiatan
dampak No Dampak Potensial
Keamanan dan Kenyamanan 42 Penurunan Keamanan dan Kenyamanan
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
43
Kerja Kerja
B.5 Demobilisasi Kelancaran Lalu Lintas 44 Gangguan kelancaran Lalu Lintas
Peralatan Keselamatan Lalu Lintas 45 Gangguan keselamatan lalu lintas
Konstruksi Kerusakan Jalan Terjadinya kerusakan jalan
46
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
47
Kerja Kerja
B.6 Pembersihan Limbah Padat 48 Timbunan Limbah Padat
Akhir dan Limbah B3 49 Timbulan Limbah B3
Kegiatan
Keragaman Jenis Flora 50 Peningkatan Keragaman Jenis Flora
Pertanaman
Kelancaran Lalu Lintas 51 Gangguan kelancaran Lalu Lintas
Keselamatan Lalu Lintas 52 Gangguan keselamatan lalu lintas
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
53
Kerja Kerja
B.7 PHK Tenaga
Kerja Kesempatan Kerja Masyarakat 54 Hilangnya kesempatan kerja masyarakat
Konstruksi
C Tahap Operasional
C.1 Rekrutmen Kesempatan Kerja Masyarakat Terbukanya kesempatan kerja
55
Tenaga Kerja masyarakat
Operasional Sikap dan Persepsi Perubahan Sikap dan Persepsi
Masyarakat 56 Masyarakat Positif dan/atau Negatif
C.2 Kegiatan Peluang Berusaha Masyarakat Terbukanya peluang berusaha
57
Operasional masyarakat
Hotel Tingkat Kebisingan 58 Peningkatan Tingkat Kebisingan
Limbah Padat 59 Timbunan Limbah Padat
Limbah Cair 60 Timbulan Limbah Cair
Limbah B3 61 Timbulan Limbah B3
Debit Air Larian (Run Off) 62 Debit Air Larian (Run Off)
Kualitas Air Permukaan 63 Penurunan Kualitas Air Permukaan
Kuantitas Air Tanah 64 Penurunan Kuantitas Air Tanah
Keragaman Jenis Flora 65 Peningkatan Keragaman Jenis Flora
Kesempatan Berusaha Terbukanya Kesempatan Berusaha
66
Masyarakat Masyarakat
Pendapatan Masyarakat 67 Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Sikap dan Persepsi Perubahan Sikap dan Persepsi
68
Masyarakat Masyarakat Positif dan/atau Negatif
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
69
Kerja Kerja
C.3 Pemeliharaan Limbah B3 70 Timbulan Limbah B3
Lingkungan
Keselamatan dan Kesehatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan
dan Bangunan 71
Kerja Kerja
Hotel
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, A., 2018. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Warga Masyarakat Atas Air
Tanah, Disertasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Kusuma, D. P., Hartono, W., & Muttaqien, A. Y., 2015, Pengendalian Biaya dan Waktu
pada Proyek Pembangunan Hotel dengan Menggunakan Primavera Project
Planner P6 (Studi Kasus Pembangunan Hotel In Yogyakarta). Matriks Teknik
Sipil, 3(3).
Khairunnisa, T., & Purnomo, E. P. Berbagai Dampak yang Muncul Akibat
Pembangunan Uttara the Icon Apartement di Kabupaten Sleman.
Sumarwoto, O., 2003, Analisis Mengenai Dampak lingkungan, Gadjah mada
University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai