Anda di halaman 1dari 9

Abstrak

Budaya perusahaan ini memiliki peran penting bagi suatu perusahaan. Budaya
perusahaan ini juga mempunyai pengaruh bagi anggotanya untuk bisa lebih efektif dan
berkontribusi dengan baik di dalam perusahaan itu serta budaya perusahaan ini juga bisa
membentuk nilai-nilai dan norma – norma yang baik bagi anggota organisasinya. Di dalam
Paper ini juga akan membahas implementasi atau penerapan budaya perusahaan ini di dalam
suatu perusahaan itu juga amatlah sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu perusahaan
tersebut. Budaya perusahaan ini juga bisa menjadi stabilisator bagi perusahaan tersebut.
Dengan adanya Budaya Perusahaan ini, juga bisa membuat karyawan tertarik dan memiliki
sense of belonging terhadap perusahaan. Hal ini tentunya akan mendorong retensi karyawan
dan perolehan bakat baru dari mereka. Budaya perusahaan juga berfungsi sebagai faktor
pendukung hubungan masyarakat atau publik.

Pendahuluan
Budaya perusahaan merupakan serangkaian nilai perusahaan yang muncul dan membentuk
perilaku kolektif korporasi bagi anggotanya. Merangkum dari buku Karakteristik Budaya
Organisasi karya Normawaty, perusahaan di Amerika dan Eropa adalah yang pertama kali
mempelopori konsep budaya perusahaan pada tahun 1970-an.Salah satu tokohnya adalah
Edgard H Schein seorang profesor manajemen di Sekolah Manajemen Sloan Institut
Teknologi Massachusetts. Bentuk dari budaya perusahaan adalah kekeluargaan, kejujuran dan
integritas. Budaya perusahaan memiliki 4 jenis, yaitu Clan Culture, Adhocracy Culture,
Market Culture dan Hierarchical Culture. Tujuan Budaya Perusahaa ini ialah bisa
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif, dapat mendukung karyawan untuk
bekerja dengan baik dan mencapai tujuan perusahaan. Budaya perusahaan juga dapat
berperan dalam memasarkan nilai-nilai perusahaan kepada pelanggan dan masyarakat luas.

Pembahasan

A. Sejarah Dan Perkembangan Budaya Perusahaan

Merangkum buku Karakteristik Budaya Organisasi karya Normawaty, perusahaan di


Amerika dan Eropa adalah yang pertama kali mempelopori konsep budaya perusahaan
pada tahun 1970-an.
Salah satu tokohnya adalah Edgard H Schein seorang profesor manajemen di Sekolah
Manajemen Sloan Institut Teknologi Massachusetts. Schein selanjutnya menjabat sebagai
Konsultan BO di berbagai bisnis di Amerika dan Eropa serta Ketua Kelompok Studi
Organisasi (1972-1981). Artikel ilmiah “Organizational Culture and Leadership”
merupakan salah satu karyanya.
Menurut Daniel R. Denison, pada tahun 1980-an dan 1990-an, dari sinilah mulainya
perkembangan budaya perusahaan,ketika banyak diskusi tentang budaya konflik dan
bagaimana melestarikan budaya Indonesia sekaligus menumbuhkan cita-cita baru,
budaya perusahaan di Indonesia menjadi terkenal. Pada saat yang sama, para sarjana
mulai menelitinya dan memasukkannya ke dalam berbagai kursus sekolah formal dan
informal. Prof Dr Taliziduhu Ndraha, seorang spesialis ilmu pemerintahan, merupakan
salah satu pakar yang cukup ulet dalam menciptakan budaya perusahaan. Menggunakan
sumber daya perusahaan (uang, material, mesin, prosedur, lingkungan, fasilitas, data, dan
lain sebagainya) secara efisien dan efektif dapat mencapai tujuan bisnis yang telah
ditetapkan.
Perusahaan atau organisasi bisa dianggap sebagai ruang atau wadah tempat orang
berkumpul dan bekerja sama secara logis dan metodis. Jenis kerja sama yang dimaksud
adalah kerja sama yang berorientasi pada tujuan. Dengan meniru pola interaksi alami
setiap orang atau kelompok, maka kerja sama bisa dilakukan. Pola interaksi tersebut
menganut aturan, konvensi, keyakinan, dan nilai-nilai yang berbeda yang ditetapkan oleh
para pendiri perusahaan. Kebiasaan atau budaya perusahaan akan berkembang
berdasarkan pola interaksi umum dari waktu ke waktu.
Mengenai budaya perusahaan ini lebih jelasnya Schein (dalam Hodgets and Luthans,
2000) mendefinisikannya sebagai asumsi dasar yang ditemukan, dikelola dan
dikembangkan oleh sekelompok individu dan digunakan dalam mengatasi permasalahan
internal maupun eksternal. Asumsi ini dikembangkan dengan baik dan menjadi nilai-nilai
yang diyakini bersama dan diajarkan pada anggota baru sebagai satu-satunya cara untuk
diterima, berpikir, bertindak dan merasakan setiap permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan. Berdasar pengertian tersebut, Schein (Nelson & Quick, 1997) melihat ada
tiga tingkatan dalam budaya perusahaan, yaitu Artifak, Nilai-nilai dan Asumsi.
Pertama, Artifak. Artifak yang dimaksudkan di sini adalah simbol-simbol Budaya
yang terdapat pada fisik dan kondisi sosial lingkungan kerja. Beberapa hal yang termasuk
dalam artifak, yaitu aturan perilaku individu ( personal Enactment), seremonial dan ritus,
kisah, ritualitas, dan simbol-simbol. Seremonial dan Ritus merupakan aktivitas yang
menjadi ketetapan dan dilakukan pada waktu-waktu khusus, maka berbeda dengan
Ritual. Ritual dalam hal ini lebih diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan
perusahaan setiap hari dan selalu diulang-ulang. Biasanya perilaku tersebut tidak tertulis
secara resmi, tetapi mengirimkan pesan yang jelas sebagai “satu-satunya cara yang harus
dilakukan dalam perusahaan ini”. Para insider (orang dalam) yang biasa melakukan ritual
ini kemungkinan tidak menyadari, tapi outsider (orang Luar) dapat mengungkapkannya
dengan mudah. Artifak yang terakhir adalah Simbol, yaitu tanda-tanda khusus yang
dimiliki perusahaan dan mengkomunikasikan budaya perusahaan dengan pesan tanpa
kata. Contoh yang jelas kelihatan seperti Pertamina dengan kuda laut, Dagadu dengan
Lambang mata, Caltex dengan bintang, dan Telkom dengan lingkaran dan garisgaris
birunya.
Kedua, Nilai-nilai. Posisi nilai lebih dalam daripada artifak. Ia merefleksikan dasar-
dasar kepercayaan mengenai apa yang harusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan. Nilai-nilai perusahaan dikomunikasikan secara sadar dalam perbincangan-
perbincangan dan penulisan visi-misi perusahaan atau laporan tahunan. Bentuk nilai-nilai
perusahaan ada dua macam, pertama, espoused values, dan kedua, enacted values.
Espoused values adalah apa yang dikatakan oleh karyawan perusahaan tentang nilai
perusahaan. Sedang Enacted values adalah nilai-nilai yang direfleksikan dalam cara
individu Berperilaku sehari-hari dalam perusahaan.
Ketiga, Asumsi-asumsi. Posisi asumsi memiliki tempat yang lebih dalam dan
berpengaruh pada kepercayaan, yang menunjukkan dan mengarahkan karyawan dalam
berpikir, merasakan dan bertindak di perusahaan. Sebagai suatu yang mendalam dan
fundamental dalam budaya perusahaan, ia merupakan suatu Esensi budaya. Namun, ia
memiliki karakteristik yang unik, yaitu seringkali tidak disadari. Bahkan, kemungkinan
para karyawan enggan dan tidak mampu Mendiskusikan, apalagi merubahnya.

B. Pengertian Budaya Perusahaan Menurut Para Ahli

Budaya perusahaan tidak terlepas dari visi dan misi suatu perusahaan tersebut, dimana
pengertian Visi adalah suatu rangkaian kata yang memuat impian, cita-cita, nilai, masa
depan dari suatu organisasi, baik di dalam sebuah lembaga hingga perusahaan. Visi juga
merupakan sebuah tujuan organisasi dalam bekerja. Visi tercipta dari hasil pemikiran
para pendirinya terkait gambaran masa depan organisasi. Visi dapat memiliki fungsi
untuk menentukan langkah ke depan, menginspirasi anggota, memotivasi anggota agar
memberikan kontribusi yang maksimal. Oleh karena itu, rangkaian kata yang digunakan
dalam sebuah visi harus ringkas dan jelas, umumnya hanya satu kalimat atau tidak lebih
dari satu paragraf.
Sementara, misi adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat mewujudkan cita-citanya
tersebut di masa depan. Selain itu, misi juga akan menjawab beberapa pertanyaan seperti
bagaimana sikap perusahaan, bagaimana upaya untuk menang, hingga bagaimana
mengukur sebuah proses kemajuan. Jadi, misi dapat disimpulkan sebagai sekumpulan
rencana atau cara yang ditentukan untuk mewujudkan visi yang sudah ditetapkan.
 Menurut Armstrong (2009) Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah
nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana
orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa
dilakukan. Nilai adalah apa yang diyakini bagi orang-orang dalam berperilaku
dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur
perilaku seseorang.
 Menurut Robbins (1996 : 289), budaya organisasi merupakan suatu Persepsi
bersama yang dianut oleh anggota – anggota organisasi,dan Merupakan suatu
sistem makna bersama.
 Menurut Molenaar (2002) Budaya mempunyai kekuatan yang
Penuh,berpengaruh pada individu dan kinerjanya bahkan terhadap lingkungan
kerja.
 Menurut Susanto, AB. (1997:3) Budaya perusahaan ialah suatu nilai-nilai yang
menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan
eksternal dan penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-
masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan
bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku.
 Menurut Schein, H. (1992:12) Budaya perusahaan sebagai suatu perangkat
asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah
pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan eksternal
maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok dalam mencegah
ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian
dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki kesinambungan.
 Menurut Koentjoroningrat (1994 : 5) Budaya itu sendiri memiliki tiga
tingkatan yang saling berinteraksi satu sama lain. Tingkatan yang pertama
berupa benda-benda hasil kecerdasan dan kreasi manusia (artefacts dan
creation). Tingkatan kedua adalah nilai-nilai dan ideologi yang merupakan
aturan, prinsip, norma, nilai, dan moral yang menuntun organisasi dan
merupakan harta kekayaan yang ingin mereka penuhi. Tingkatan ketiga adalah
asumsi dasar yang tidak disadari mengenai keadaan kebenaran dan kenyataan,
kemanusiaan, hubungan manusia dengan alam, hubungan antar manusia,
keadaan waktu dan alam semesta.
 Menurut Hofstade, Geerst (1990:32) Budaya perusahaan didefinisikan sebagai
perencanaan bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang
membedakan anggota-anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan
kelompok dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada
dalam pikiran individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan memiliki
bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental
para anggota kelompok tersebut.
 Menurut T.handoko dan Supriyono (2004) menyatakan budaya perusahaan
merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota
organisasi. Setiap anggota akan berpengaruh sesuai dengan yang berlaku agar
diterima oleh lingkunganya.
Budaya Perusahaan disini merupakan terjemahan dari kata Corporate Culture,
dari definisi budaya perusahaan yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa
budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan
yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran,
pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara
pada kualitas kinerja perusahaan. Dengan demikian, budaya perusahaan merupakan solusi
yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik, bagi sebuah kelompok dalam menghadapi
persoalan-persoalan di dalam dan di luar kelompoknya.

C. Manfaat Budaya Perusahaan (Corporate Culture) bagi Kinerja Organisasi

Ada dua sisi manfaat yang diperoleh apabila budaya perusahaan dipahami oleh
seluruh lapisan sumber daya manusia dan bagi perusahaan. Manfaat bagi sumber daya
manusia adalah:
 Sebagai pedoman berperilaku di dalam perusahaan. Dalam hal ini karyawan tidak
dapat semena-mena bertindak atau berperilaku sekehendak hati, melainkan harus
menyesuaikan diri dengan siapa dan dimana mereka berada.
 Adanya kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan tugas dan tanggung
jawab masing-masing individu dapat meningkatkan fungsinya dan
mengembangkan tingkat interpendensi antar individu atau bagian karena Individu
atau bagian yang lain saling melengkapi dalam kegiatan usaha perusahaan.
 Memberikan dorongan kepada karyawan untuk mencapai prestasi kerja atau
produktivitas yang lebih baik. Mengetahui secara pasti tentang karirnya di
perusahaan sehingga mendorong mereka untuk konsisten dengan tugas dan
tanggung jawab.
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan antara lain:

 Merupakan salah satu unsur yang dapat menekan tingkat perputaran (turn
over) karyawan, karena budaya perusahaan mendorong karyawan
memutuskan untuk tetap berkembang bersama perusahaan tersebut.
 Sebagai pedoman di dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan
ruang lingkup kegiatan intern perusahaan seperti tata tertib administrasi,
hubungan antar bagian, penghargaan prestasi karyawan, penilaian kerja dan
lain-lain.
 Untuk menunjukkan pada pihak eksternal tentang keberadaan perusahaan dari
ciri khas yang dimiliki, di tengah-tengah perusahaan yang ada di masyarakat.
 Merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan perusahaan (corporate
planning).
 Dapat membuat program-program pengembangan usaha dan pengembangan
sumber daya manusia dengan dukungan penuh dari seluruh jajaran sumber
daya manusia yang ada.

D. Jenis Budaya Perusahaan

Terdapat empat bentuk budaya perusahaan yang berbeda, yaitu Clan Culture,
Adhocracy Culture, Market Culture, dan Hierarchy Culture. Empat kategori tersebut
dipecah sesuai dengan tujuan dan prioritas masing-masing bisnis.
 Clan Culture ( Budaya Kekerabatan), jenis budaya perusahaan ini
kemungkinan besar anggota yang berada di dalam perusahaan tersebut
berhubungan erat satu sama lain, sehingga anggota budaya ini
mengedepankan kerja sama. Perusahaan dengan kultur ini menganut
komitmen, tradisi, dan komunikasi terbuka serta konsensus sebagai pilar
bisnis. Adapun sistem kepemimpinan clan culture ini adalah mentorship.
Tom’s of Maine, perusahaan yang memproduksi segala jenis produk
perawatan tubuh merupakan salah satu perusahaan yang terkenal
menganut budaya klan. Tom Chappell, sang pemilik perusahaan,
memprioritaskan keharmonisan antara staf, klien, vendor, dan lingkungan.
 Adhocracy Culture (Budaya Adhokrasi) jenis budaya perusahaan ini
dibangun di atas energi dan kreativitas tak terbatas. Dengan sosok
pemimpin yang visioner, karyawan didorong untuk berani mengambil
risiko. Nilai yang dipegang teguh biasanya didasari oleh perubahan yang
dinamis. Salah satu hal yang menyatukan perusahaan yaitu eksperimen di
mana setiap individu bebas berkarya. Facebook adalah contoh perusahaan
dengan budaya adhocracy. Mark Zuckerberg terkenal sebagai CEO berkat
kata-kata bijaknya: “Bergerak dengan cepat dan hancurkan barang-barang;
kamu belum bergerak dengan cepat sampai kamu merusak banyak hal.”
 Market Culture (Budaya Pasar), jenis budaya perusahaan Ini merupakan
budaya yang paling agresif dari keempat company culture yang ada.
Beberapa orang percaya bahwa budaya market berbeda dengan budaya
klan, sehingga bisa menjadi penghalang proses belajar. Budaya ini
mendorong persaingan sehat tidak hanya dengan bisnis eksternal tetapi
juga antara stafnya sendiri. Karyawan akan dimintai pertanggungjawaban
atas target yang tinggi, dengan penghargaan atau hukuman tergantung
pada performa mereka. Tekanan yang diberikan pada karyawan
dimaksudkan untuk menginspirasi mereka agar melakukan yang terbaik.
Tetapi banyak orang yang skeptis dan khawatir bahwa metode ini dapat
menumbuhkan budaya toxic yang tidak menghargai kejujuran dan
produktivitas menjadi rendah.
 Hierarchical Culture (Budaya Hierarki), jenis budaya perusahaan ini
dalam lingkungan kerja yang hierarkis, struktur perusahaan memiliki
peran penting dalam menentukan bagaimana karyawan berinteraksi satu
sama lain. Dalam budaya ini, operasional bisnis dibentuk oleh norma-
norma yang dilembagakan dan batasan-batasan yang dipaksakan dari
atasan. Karyawan menjadi lebih produktif dan mencapai tujuan organisasi
ketika mereka diawasi dengan baik dan tunduk pada aturan. Perusahaan
memiliki stabilitas karena adanya aturan dan prosedur tertulis.

E. Eksistensi Dan Implementasi Budaya Perusahaan

Arti dari eksistensi sendiri ialah keberadaan, jadi bisa dikatakan bahwa budaya
perusahaan ini keberadaannya itu eksis di dalam suatu perusahaan tersebut, di mana pasti
di setiap perusahaan itu memiliki budaya perusahaan ,meskipun budaya perusahaannya
bermacam-macam dan berbeda-beda dengan perusahaan yang satu dan perusahaan yang
lain. Tetapi bisa dipastikan di setiap sebuah perusahaan itu ada yang namanya budaya
perusahaan. Karena mayoritas karyawan yang bekerja memakai nilai budaya perusahaan
akan dengan sendirinya mengontrol dan mengawasi karyawan yang lain untuk tetap
dapat bekerja dalam koridor toleransi yang dapat diterima terhadap penyimpangan nilai
budaya itu sendiri.
Sementara kata implementasi ini memiliki arti ialah penerapan, bisa dikatakan
bahwa di setiap perusahaan, budaya perusahaan ini pasti diterapkan dan di patuhi serta
dilaksanakan oleh para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan tersebut. Syarat
keberhasilan implementasi budaya perusahaan ini ialah komitmen yang sungguh-
sungguh dari top manajemen, dan apabila pemimpin puncak tidak meyakini budaya
perusahaan yang dirumuskan, pasti budaya perusahaan ini tidak akan jalan dengan baik ,
sebaliknya jika pemimpin puncak memiliki komitmen dapat dipastikan budaya
perusahaan akan berjalan baik, karena komitmen pimpinan puncak ini tidak akan ada bila
budaya perusahaan ini tidak dilihat sebagai faktor yang menentukan hidup dan matinya
perusahaan pada masa yang akan datang. Dan sebagian besar kegagalan implementasi
budaya adalah karena pimpinan yang ragu – ragu dalam melaksanakannya, terutama jika
dihadapkan pada masalah operasional yang memberikan kontribusi besar kepada
perusahaan.
Pada perusahaan-perusahaan baru implementasi budaya perusahaan ini jauh lebih
mudah diterapkan daripada untuk perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan lama, dan
di tengah jalan dibangun budaya perusahaan. Pada perusahaan yang baru budaya
perusahaan informal belum terbentuk, sehingga budaya perusahaan yang ditentukan
manajemen (budaya formal) akan lebih mudah diterima oleh karyawan.
Budaya perusahaan formal sendiri ialah sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan
oleh suatu perusahaan tersebut sejak awal perusahaan itu dibangun, bisa dikatakan
karyawan yang bekerja dengan budaya perusahaan formal ini harus mengikuti segala
peraturan dan kebijakan yang sudah ditetapkan di dalam perusahaan tersebut, dan hal ini
bersifat formal/resmi dan tidak bisa di ubah. Sementara Budaya informal ialah budaya
yang bisa di ubah atau dibuat oleh karyawan – karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan tersebut dengan cara-cara baru dan membentuk inovasi baru untuk
perusahaan tersebut dengan kesepakatan bersama.
Dalam merumuskan budaya perusahaan formal untuk perusahaan yang sudah lama
berdiri, perlu diperhatikan budaya informal apa yang sudah ada pada saat perusahaan itu
dibangun, karena ini yang akan berserberangan dengan budaya formal yang akan
dibentuk. Mengabaikan budaya informal yang sudah ada untuk menerapkan budaya
formal ini, akan berakibat kegagalan dalam penerapan budaya perusahaan yang
diinginkan, terutama pada perusahaan yang kinerja usahanya sudah baik.
Alasan utama mengapa tidak boleh mengabaikan budaya informal ini dalam
pembentukan budaya formal, karena dalam pelaksanaan budaya perusahaan pasti nanti
akan menyebabkan konflik, terutama konflik kepentingan. Konflik yang terbesar ini
adalah antara manajemen dengan operasional. Para karyawan di tingkat operasional bisa
saja mempunyai budaya yang berbeda dengan budaya yang akan diimplementasikan,
apalagi jika budaya yang dikenalkan ini bersifat ekstrem atau sangat berbeda dengan
budaya informal yang sudah ada.

F. Budaya Perusahaan Sebagai stabilisator

Budaya perusahaan bukanlah peraturan perusahaan. Budaya perusahaan juga tidak


dapat dipaksakan, tetapi jika ada yang melanggar budaya perusahaan ini maka hukuman
yang ada adalah psikis kerena menjadi bahan pembicaraan atau tidak disukai rekan –
rekan kerjanya. Budaya perusahaan ini dilaksanakan karena ada keyakinan yang bebas
untuk melakukan apa yang disepakati, tanpa paksaan.
Budaya perusahaan yang kuat akan menjaga perusahaan tetap stabil dalam jangka
panjang. Untuk perusahaan yang tidak memiliki budaya perusahaan yang kuat
perusahaan tersebut akan lebih mudah diombang-ambingkan oleh nilai-nilai baru yang
dibawa oleh pemimpin baru. Itulah sebabnya kenapa disebutkan budaya perusahaan itu
sebagai stabilisator, karena dengan adanya budaya perusahaan di dalam suatu
perusahaan tersebut, maka perusahaan itu akan tetap stabil dan tidak mudah diobang-
ambingkan oleh nilai-nilai baru yang dibawa oleh pemimpin baru dan dengan adanya
budaya perusahaan ini juga bisa menjaga perusahaan itu agar tidak mudah dirobohkan
atau dihancurkan oleh perusahaan lain.

G. Pengaruh Budaya Perusahaan terhadap Kinerja Karyawan

Budaya perusahaan memiliki hubungan positif dengan kinerja karyawan. Dengan


adanya budaya organisasi maka kinerja karyawan akan lebih meningkat (Tanuwibowo
Dan Setiawan, 2015, hal. 67). Budaya perusahaan memiliki hubungan positif dengan
Kinerja karyawan, budaya organisasi yang kuat dapat membantu kinerja karyawan dan
kinerja perusahaan, karena akan menciptakan sesuatu yang luar biasa dalam diri
Karyawan. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
Karyawan (Trang, Dewi Sandy 2013). Budaya organisasi dapat mendorong atau
menurunkan kinerja karyawan, tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan, dan norma-
norma yang dianut. Seperti yang dikemukakan oleh T.handoko dan Supriyono (2004,Hal.
29) menyatakan budaya perusahaan merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang
mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berpengaruh sesuai
dengan yang berlaku agar diterima oleh lingkunganya.

Kesimpulan

Budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan
yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran,
pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara
pada kualitas kinerja perusahaan. Sejarah budaya perusahaan ini berawal dari perusahaan di
Amerika dan Eropa yang pertama kali mempelopori konsep budaya perusahaan pada tahun
1970-an. Salah satu tokohnya adalah Edgard H Schein seorang profesor manajemen di
Sekolah Manajemen Sloan Institut Teknologi Massachusetts. Terdapat empat bentuk budaya
perusahaan yang berbeda, yaitu Clan Culture, Adhocracy Culture, Market Culture, dan
Hierarchy Culture.
Budaya perusahaan ini juga keberadaannya itu eksis di dalam suatu perusahaan tersebut, di
mana pasti di setiap perusahaan itu memiliki budaya perusahaan. Budaya perusahaan ini juga
pasti diterapkan dan di patuhi serta dilaksanakan oleh para karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan tersebut. Budaya perusahaan yang kuat akan menjaga perusahaan tetap stabil
dalam jangka panjang. Itulah sebabnya kenapa disebutkan budaya perusahaan itu sebagai
stabilisator, karena dengan adanya budaya perusahaan di dalam suatu perusahaan tersebut,
maka perusahaan itu akan tetap stabil dan tidak mudah diobang-ambingkan oleh nilai-nilai
baru yang dibawa oleh pemimpin baru. Budaya perusahaan juga memiliki pengaruh positif
dalam mendorong kinerja karyawan lebih meningkat, tergantung dari sifat nilai-nilai,
keyakinan, dan norma-norma yang dianut.

Anda mungkin juga menyukai