Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. konsep anak usia prasekolah
1. Definisi
Berdasarkan uraian dari Suryana, D. (2014), anak usia
prasekolah, yang berusia antara 3 sampai 6 tahun, merupakan
periode yang penting dalam perkembangan fisik, psikososial, dan
kognitif mereka. Beberapa poin kunci yang dapat disimpulkan dari
pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Fisik:
Usia prasekolah merupakan waktu di mana pertumbuhan fisik anak
mengalami peningkatan yang signifikan. Ini adalah periode di
mana anak mengalami perkembangan fisik yang pesat, seperti
peningkatan tinggi badan, pertumbuhan otot, dan perkembangan
sistem motorik mereka.
Anak-anak prasekolah mulai mengalami perkembangan
psikososial yang penting. Mereka mulai mengembangkan
keterampilan sosial seperti interaksi dengan teman sebaya dan
mengontrol emosi mereka dengan lebih baik. Perkembangan
Kognitif: Anak-anak prasekolah juga mengalami peningkatan
dalam perkembangan kognitif. Mereka mulai menunjukkan minat
yang meningkat dalam pembelajaran, mengembangkan rasa
keingintahuan yang kuat, dan mampu memahami konsep-konsep
yang lebih kompleks. Permainan sebagai Alat Pembelajaran:
Permainan menjadi salah satu cara utama di mana anak-anak
prasekolah belajar dan mengembangkan keterampilan mereka.
Permainan tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga
membantu mereka dalam mengembangkan hubungan dengan orang
lain, memahami aturan, dan mengasah keterampilan kognitif
mereka.
Lembaga pendidikan prasekolah memiliki peran yang penting
dalam membantu pertumbuhan fisik dan psikologis anak di luar
lingkungan keluarga. Mereka dirancang untuk membantu
meletakkan dasar bagi perkembangan sikap, intelektual,
keterampilan fisik dan motorik, serta keterampilan sosial anak-
anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka. Dengan
memahami pentingnya periode prasekolah dan peran lembaga
pendidikan prasekolah dalam mendukung perkembangan anak-
anak, kita dapat memberikan investasi yang tepat pada masa ini
untuk memastikan bahwa anak-anak memiliki fondasi yang kuat
untuk pertumbuhan dan perkembangan masa depan mereka.
Berdasarkan kutipan dari Mansur, A. R., & Andalas, U.
(2019), beberapa poin kunci yang dapat disimpulkan tentang
periode prasekolah adalah sebagai berikut: Periode Penting dan
Mendasar: Usia prasekolah dianggap sebagai periode awal yang
paling penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan manusia. Ini adalah fase yang memiliki
dampak yang signifikan pada perkembangan anak hingga periode
perkembangan akhir mereka.
Usia prasekolah sering disebut sebagai masa keemasan atau
golden age. Ini adalah periode di mana potensi anak berkembang
paling cepat. Anak-anak pada periode ini cenderung memiliki
kemampuan belajar yang tinggi dan kemampuan adaptasi yang
baik terhadap lingkungan mereka. Beberapa konsep yang terkait
dengan masa anak usia dini meliputi masa eksplorasi, masa
identifikasi/imitasi, masa peka, dan masa bermain. Konsep-konsep
ini mencerminkan tahap-tahap perkembangan yang khas pada
periode prasekolah, seperti keingintahuan yang tinggi, kemampuan
untuk meniru, sensitivitas terhadap lingkungan, dan pentingnya
permainan dalam pembelajaran dan pengembangan keterampilan.
Penting untuk memahami bahwa masa keemasan anak
prasekolah tidak akan dapat diulang kembali pada masa-masa
berikutnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik
untuk mendukung dan memfasilitasi perkembangan anak secara
optimal selama periode ini. Kurangnya dukungan atau stimulasi
yang memadai dapat berdampak negatif pada perkembangan anak.
Dengan memahami pentingnya masa prasekolah sebagai periode
keemasan dalam perkembangan anak, penting bagi kita untuk
memberikan lingkungan yang mendukung dan merangsang bagi
anak-anak prasekolah agar mereka dapat mencapai potensi
maksimal mereka dalam perkembangan fisik, emosional, sosial,
dan kognitif.
B. Karakteristik anak prasekolah
Berdasarkan poin-poin yang telah disampaikan, kita dapat
menyimpulkan beberapa karakteristik anak usia dini sebagai
berikut: Unik: Setiap anak memiliki keunikan dalam gabungan
bakat, minat, dan kepribadian mereka. Keunikan ini tercermin
dalam preferensi mereka, cara belajar, dan interaksi dengan
lingkungan.
Dengan keunikan setiap anak penting untuk memberikan
dukungan yang sesuai dan memupuk kekuatan serta minat mereka.
Spontan: Anak-anak pada usia ini dikenal dengan spontanitas
mereka. Mereka bereaksi secara langsung dan tanpa hambatan
terhadap situasi atau emosi yang muncul. Spontanitas ini
memberikan wawasan tentang pikiran dan perasaan anak-anak,
serta membantu kita memahami perspektif dan pengalaman
mereka. Ceroboh: Anak-anak seringkali menunjukkan keluguan
karena pemahaman mereka tentang tanggung jawab masih
terbatas. Mereka mungkin melakukan kesalahan atau tindakan
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Meskipun bisa
membuat orang dewasa cemas, keluguan ini sebagian besar
mencerminkan fokus anak-anak pada kegembiraan dan
pengalaman langsung. Aktif dan Enerjik: Anak-anak usia dini
penuh energi dan mencari kesempatan untuk bermain dan
menjelajah. Mereka aktif dalam berbagai aktivitas fisik, yang
membantu dalam perkembangan motorik mereka. Masa penuh
energi ini juga memberikan banyak peluang untuk belajar dari
pengalaman. Dengan memahami karakteristik ini, orang dewasa
dapat memberikan dukungan yang sesuai dan menciptakan
lingkungan yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
optimal bagi anak-anak usia dini. Menghargai keunikan mereka,
memahami spontanitas dan keluguan mereka, serta memberikan
kesempatan untuk aktif dan bereksplorasi dapat membantu
membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.
Berdasarkan poin-poin tersebut, kita dapat menambahkan
karakteristik tambahan dari anak usia dini: Egois: Anak-anak kecil
cenderung melihat dunia dari perspektif mereka sendiri karena
pemahaman mereka tentang perasaan dan perspektif orang lain
masih dalam tahap pembentukan. Meskipun tampak egois, ini
adalah hasil dari perkembangan kognitif mereka yang masih dalam
proses. Seiring bertambahnya pengalaman sosial, mereka akan
belajar untuk lebih memahami dan berempati terhadap orang lain.
Rasa Ingin Tahu: Anak-anak usia dini menunjukkan tingkat
keingintahuan yang tinggi terhadap dunia di sekitar mereka.
Dorongan alami ini mendorong mereka untuk menjelajahi,
bertanya, dan bereksperimen. Rasa ingin tahu ini menjadi pondasi
untuk pembelajaran dan perkembangan kognitif mereka, membantu
mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan
Mengingat Terbatas: Anak-anak usia dini memiliki kapasitas
memori yang terbatas. Rentang perhatian mereka yang pendek,
ditambah dengan kemampuan kognitif yang masih dalam
perkembangan, membuat mereka kesulitan untuk menyimpan
informasi dalam jangka waktu yang lama. Namun, mereka
cenderung mengingat pengalaman yang terkait dengan emosi atau
pengulangan yang kuat. Anak-anak usia dini biasanya memiliki
semangat petualangan yang tinggi. Mereka gemar mengeksplorasi,
mengambil risiko, dan menjelajahi wilayah yang belum dikenal.
Semangat ini adalah bagian penting dari proses belajar mereka,
memfasilitasi eksperimen, pembelajaran dari kesalahan, dan
membentuk ketahanan.
Dengan memahami karakteristik-karakteristik ini, orang
dewasa dapat merancang lingkungan yang sesuai dan memberikan
dukungan yang tepat untuk memfasilitasi perkembangan optimal
anak-anak usia dini. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengeksplorasi, bertanya, dan belajar dari pengalaman adalah
kunci dalam membantu mereka tumbuh dan berkembang. Imajinasi
dan Fantasi yang Tinggi Pada tahap ini, anak-anak memiliki imajinasi
yang sangat kaya, sering kali mencampur realitas dengan fantasi
mereka. Imajinasi ini membentuk dasar ekspresi kreatif. Dengan
demikian, juga memicu permainan pretend-play dan seringkali
mempengaruhi pemahaman mereka tentang dunia. Anak bisa percaya
pada makhluk mitos, menciptakan teman imajiner, dan merangkai cerita
kompleks, menunjukkan kemampuan berpikir kreatif mereka.
Menambahkan karakteristik tambahan dari anak usia dini Anak-
anak usia dini meskipun memiliki kosa kata terbatas, mereka berusaha
keras untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Mereka
menggunakan kata, suara, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah untuk
menyampaikan pesan mereka. Seiring dengan perkembangan
kemampuan berbahasa mereka, mereka semakin mampu
mengartikulasikan pikiran, keinginan, dan perasaan mereka dengan
lebih jelas. Mudah Frustrasi dan Tidak Sabar: Anak-anak pada usia ini
cenderung mudah frustrasi dan kurang sabar jika situasi tidak berjalan
sesuai dengan keinginan mereka. Mereka masih dalam proses
pembentukan pemahaman tentang kesabaran dan ketekunan, sehingga
mudah mengalami ledakan emosi saat menghadapi tantangan atau
penundaan. Namun, dengan arahan dan asuhan yang tepat, mereka
dapat secara bertahap belajar mengelola emosi dan meningkatkan
kesabaran mereka. Sulit Fokus: Anak-anak usia dini sering kesulitan
untuk fokus dan mudah teralihkan oleh rangsangan baru. Mereka juga
sulit untuk berkonsentrasi pada satu tugas dalam jangka waktu yang
lama. Fokus mereka akan meningkat seiring dengan pertambahan usia
dan perkembangan, dan akan mendapatkan manfaat dari aktivitas yang
merangsang perhatian dan konsentrasi.
Dengan memahami karakteristik ini, orang dewasa dapat
mengembangkan strategi pendekatan yang sesuai untuk membantu
anak-anak usia dini mengelola emosi, meningkatkan kesabaran, dan
mengembangkan kemampuan fokus mereka secara bertahap. Hal ini
dapat dilakukan melalui penggunaan teknik komunikasi yang
mendukung, memberikan arahan yang jelas, dan memberikan
lingkungan yang merangsang perkembangan keterampilan berbahasa
dan konsentrasi.

C. Kognitif anak prasekolah


Contoh yang diambil peneliti adalah kemampuan kognitif anak
dalam berhitung masih sangat rendah oleh karenaya perlu dilakukan
upaya lain dalam meningkatkan kemampuan anak tersebut dalam hal ini
peneliti mencoba dengan kegiatan bermain dadu anak TK Mutiara
Pekanbaru dalam menyebutkan urutan bilangan 1 – 10, dengan harapan
kemampuan anak akan meningkat.
Kognitif yang menjadi fokus penelitian adalah suatu proses berfikir
yakni kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa, proses kognitif
berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang mencirikan seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ideide dan
belajar. Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis, reflektif terhadap “Aksi” atau tindakan
yang dilakukan oleh guru atau pelaku mulai dari perencanaan sampai
dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa
kegiatan pembelajaran mengajar untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Subjek penelitian ini adalah anak didik
TK Mutiara Pekanbaru yang berjumlah 14 orang. dengan rincian anak
14 laki – laki sejumlah 8 orang dan anak perempuan sejumlah 6 orang.
dan rentang usia berkisar antara 5 -6 tahun. Data penelitian di peroleh
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, analisis data.
Berdasarkan kegiatan pembelajaran pada anak melalui permaianan
dadu pada siklus satu pertemuan ke 5 terjadilah peningkatannya, berikut
ini perbandingan hasil observasi peningkatan kemampuan kognitif pada
anak melalui permainan dadu kegiatan 1 menghitung mata dadu
1memperoleh hasil BSH 8 oarang anak 40 % dan 4 Hasil penelitian
diperoleh rata-rata peningkatan kesiapan berhitung anak dari siklus I
meningkat lagi pada siklus II yaiti memperoleh Nilai BSH 10 oarng
anak 71%. Artinya bermain dadu dapat meningkatkan kemampuan
Kognitif dalam berhitung. Dalam kegiatan bermain dadu ini
dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa;
Kemampuan berhitung anak didik meningkatkan dari pra siklus ke
siklus I kemudian ke siklus II secara signifikan dengan media dadu di
TK Mutiara Pekanbaru, media dadu dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam kegiatan berhitung di TK Mutiara Pekanbaru
D. PERMAINAN ULAR TANGGA
Salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan kognitif
anak yaitu menggunakan media. Menurut Steffi Adam dan
Muhammad Taufik Syastra bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu baik berupa fisik maupun teknis dalam proses pembelajaran
yangdapat membantu guru untuk mempermudah dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan (Talizaro, 2018). Media pembelajaran juga terdapat
jenis-jenis media yaitu media visual, media audio dan media
audio visual.
Salah satu media permainan yang dapat mengembangkan
perkembangan kognitif anak yaitu media permainan ular tangga.
Media Permainan ular tangga merupakan salah satu alternatif
permainan yang tepat untuk diterapkan pada anak usia dini,
terutama untuk mengembangkan kemampuan kognitif. Permainan
ular tangga ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
kognitif anak karena pada papan permainan ini menggunakan angka,
sehingga anak dapat belajar mengenal angka dan berhitung selama
proses bermain. Sehingga secara tidak langsung kemampuan
anak juga berkembang melalui permainan ini(Handayani, 2015).
Media permainan ular tangga dapat digunakan untuk
membantu semua aspek perkembangan anak. Permainan ular
tangga dapat diberikan untuk anak usia 5-6 tahun dalam rangka
menstimulasi berbagai perkembangan salah satunya yaitu aspek
kognitif. Keterampilan kognitif matematika yang terstimulasi yaitu
menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan
konsep bilangan (Indriasih, 2016).
Media permainan yang dapat mengembangkan aspek kognitif
anak yaitu permianan ular tangga. Permainan ini dibagi dalam
kotak-kotak, didalam kotak-kotak tersebut tergambar sejumlah
ular dan tangga yang menghubungkannya dengan kotak
lainnya. Selain itu kelebihannya adalah anak dapat bereksplorasi
langsung menjadi bidaknya yang terikat dengan aturan main.
Melalui kegiatan permainan ular tangga ini dapat melatih
kemampuan bebahasa anak yaitu dengan cara mendengarkan dan
melakukan perintah secara urut, memahami simbol benda-benda
disekitar dan memahami aturan permainan yang sudah disepakati
bersama teman (Putri, 2019).
Jadi diharapkannya dengan media permainan ular tangga
kemampuan kognitif khusunya berhitung pada anak akan bisa
memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Pada kegiatan
media permainan ular tangga yang diharakannya anak dapat
berhitung dengan baik dan dapat menghubungkan konsep bilangan
dengan lambang bilangan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.Media pembelajaran di TK Dharma Wanita Pampangan OKI
belum menggunakan media permainan ular tangga.
2.Penggunaan media pembelajaran yang belum bervariasi.
E. Standar Operasional Prosedur
a. Tujuan
1. melatih daya tangkap
2. melatih anak berbicara lancar,
3. melatih daya konsentrasi,
4. melatih membuat kesimpulan,
5. membantu perkembangan intelegensi,
6. membantu perkembangan fantasi,
7. menciptakan suasana yang menyenangkan.
C. Persipan alat dan bahan Ular tangga
Dadu dan kocokan Patung pionir
D. Prosedur Pre interaksi
1. Siapkan alat-alat
2. Identifikasi faktor atau kondisi klien
3. Cuci tangan
E. Tahap orientasi
1. Beri salam dan panggil klien dengan nama
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamaya Tindakan pada klien/keluarga
F. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan di lakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien saat bermain
3. Jaga privasi klien, memulai kegiatan dengan berdoa
4. mulai bermain dengan 5 orang anak di bagi jadi 3 sesi , setiap sesi 1
lawan 1
5. setiap anak mengocok bergantian dadu yang ada dan melangkah
sesuai angka yang keluar
6. Bantu klien untuk memilih jika kesulitan
7. Memulai terapi bermain ular tangga dengan 5 orang dengan
kuesioner
G. Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan umpan balik positif
4. Kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri kegiatan dengan berdoa
6. Bereskan alat-alat
7. Cuci tangan
8. Dokumentasi
F . kerangka teori

KERANGKA TEORI

PENERAPAN METODE BERMAIN ULAR TANGGA

Permainan ular tangga untuk anak-anak dapat meningkatkan kecerdasan dan


memperkenalkan keterampilan berhitung untuk anak usia Prasekolah

KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

Kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berfikir lebih efisien dan tersruktur serta dapat
memecahkan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak
menguasai pengetahuan yang lebih luas, sebagai hasilnya anak bisa berfungsi secara wajar dalam
KONDISI YANG DIHARAPKAN
kehidupan masyarakat.
Meningkatkan Kognitif dan Kerjasama antar tim, persaingan yang positif,
kemurahan hati, simpati, empati, sikap tidak mementingkan diri sendiri,
meniru hal-hal positif dan mengurangi rasa kebergantungan dan perilaku
yang abstrak pada anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus
Menurut (Sugiyono, 2017 : 74). Di dalam rancangan penelitian ini
memakai desain penelitian Pre-Experimental Design. Metode
pendekatan yg digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
Pretest-Postest Design. Pada desain ini ada pretest, atau sebelum di kasi
tindakan. makanya hasil perlakuan dapat diketahui lebih tepat, karena
dapat dibedakan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan dan
sesudah
a.Subjek
Subjek penelitian studi kasus ini yaitu difokuskan pada individu
anak usia Anak prasekolah yang mengalami gangguan Perkembangan
kognitif dengan melakukan permainan ular tangga dengan anak yang
cenderung pasif sulit berkonsentrasi.
b. Teknik sampling
Di penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Permainan Ular
Tangga. Variabel dependen yaitu peningkatan kemampuan kognitif anak.
Responder yang ada di penelitian adalah anak usia 4-6 tahun yang ada di
TK Babussalam yang bisa dan bersedia menjadi subjek penelitian
sebanyak 6 anak usia prasekolah. Metode sampling yang digunakan yaitu
Quasi Partisipant
1. Kriteria Inklusi
a) Anak usia Prasekolah
b) Bersedia menjadi responden
c) Anak usia Prasekolah yang Berada di TK babussalam
d) Anak usia Prasekolah yang mengalami Masalah
Perkembangan kognitif
2. Kriteria Ekslusi
a) Anak usia Prasekolah
b) Anak usia prasekolah yang tidak mengalami
Masalah perkembangan kognitif
c) Anak usia prasekolah yang tidak bersedia menjadi
responden
c. Subjek / kasus / partisipan
Subjek penelitian ini difokuskan pada individu anak usia
prasekolah yang mengalami masalah perkembangan kognitif
dengan jumlah respon 6 orang anak
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Hasil ukur skor
Operasional Ukur
1. Variabel Kemampuan Lembar Belum berkembang (bb)- Nominal
terikat : kognitif adalah observasi berkembang sangat baik
Meningkatk kemampuan dan (BSB dilihat dari indicator
an anak untuk kuesioner ketuntasan . dikatakan
kemampuan berfikir lebih (bb) jika dari 6 anak yang
kognitif kompleks dan bisa menjawab kuesioner
tersruktur serta hanya 1 dan sebaliknya
pemecahan dikatakan (BSB) dari 6
masalah anak yang bisa menjawab
ada 6 orang anak
2 Variabel Permainan Ular Lembar Nominal
bebas : Tangga Sebagai observasi
Penerapan alat bermain Dan sop
bermain ular yang bersifat
tangga edukatif,
permainan ular
tangga membuat
anak-anak
senang bermain
sekaligus
mengembangkan
kemampuan
C. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini menggunakan pre test dan post test
adalah, alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data
guna memecahkan suatu masalah penelitian atau mencapai tujuan
penelitian. Adapun penelitian ini untuk menerapankan permainan ular
tangga terhadap kognitif anak usia prasekolah (4-6 tahun) di tk a
babussalam (Hasmi, 2016).
D. Tempat dan Waktu
1. Tempat Lokasi penelitian ini di TK BABUSSALAM
2. Waktu Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan
frekuensi pertemuan sebanyak 3 kali dan durasi selama 50 menit.
E. Cara Pengumpulan Data
Berikut Contoh penelitian yang memberikan gambaran tentang
penelitian lapangan yang dilakukan di TK Tunas Mekar Surabaya tentang
pemanfaatan media bermain ular tangga dalam pengembangan berhitung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian
one-shot case study. Data dikumpulkan melalui observasi langsung,
dengan fokus pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
dan proses belajar mengajar, serta melibatkan 20 anak dari kelompok A
TK Tunas Mekar Surabaya. Teknik pengumpulan data utama adalah
observasi dengan checklist, dilakukan di dalam kelas selama
pembelajaran.
Observasi ini bertujuan untuk memahami perkembangan
kemampuan berhitung anak dengan menggunakan media permainan ular
tangga. Hasil penelitian diambil melalui pengamatan sistematis dan
pencatatan tentang aktivitas pembelajaran serta penggunaan media.
Peneliti melakukan pengamatan dua kali dalam pembelajaran berhitung
melalui RPPH, proses belajar mengajar, dan penilaian perkembangan
berhitung anak sebelum dan sesudah penggunaan media permainan ular
tangga. Hasil penelitian tersebut akan dicatat dalam ndic hasil observasi
unberikut contoh observasi yang telah dilakukan sebelumnya di penelitian

Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berhitung pada anak


kelompok A sebelum menggunakan media bermain ular tangga belum
optimal, hal ini dapat dibuktikan dengan skor penilaian yang dicapai dari
setiap ndicator ketuntasan belajar di bawah rata-rata, sedangkan
dengan menggunakan media ular tangga mengalami pengembangan
yang sangat optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan skor
penilaian yang dicapai dari setiap ndicator ketuntasan belajar
sangat baik . Dalam hal ini penggunaan media permaiananular
tangga dalam pembelajaran lebih efektif dalam pengembangan
berhitung.
F. Etika Penelitian
Dalam penelitian yang melibatkan manusia, terutama anak-anak
prasekolah, aspek etika sangatlah penting untuk diperhatikan. Berikut
adalah prinsip-prinsip etika yang harus diikuti dalam penelitian ini,
berdasarkan yang diuraikan oleh Yusuf et al. (2017):
a. Prinsip Kerahasian (Confidentiality):
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan kepada para narasumber
penelitian, dengan tidak menuliskan nama pada formulir alat ukur,
melainkan hanya menggunakan kode. Hal ini bertujuan untuk melindungi
identitas responden dan menjaga kerahasiaan informasi pribadi mereka.
b. Prinsip Otonomi (Autonomy):
Responden harus diberikan kebebasan untuk memilih apakah mereka ingin
secara sukarela berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu,
responden diberikan inform consent yang memberikan penjelasan yang
jelas mengenai tujuan, prosedur, risiko, dan manfaat penelitian, sehingga
mereka dapat membuat keputusan yang terinformasi.
c. Prinsip Beneficence dan Maleficence:
Responden diperbolehkan untuk berhenti berpartisipasi jika mereka
merasa tidak aman atau tidak nyaman baik secara fisik maupun psikologis
selama penelitian. Peneliti bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
penelitian tidak menimbulkan risiko yang tidak proporsional terhadap
responden dan memberikan manfaat yang nyata bagi mereka.
d. Prinsip Keadilan (Justice):
Peneliti harus memperlakukan responden secara adil, wajar, dan jujur,
serta memberikan hak-hak yang sama kepada semua responden. Hal ini
melibatkan penghindaran diskriminasi dan memastikan bahwa semua
responden memiliki akses yang sama terhadap penelitian dan manfaatnya.
Dengan mematuhi prinsip-prinsip etika ini, penelitian dapat dilaksanakan
dengan integritas dan kehati-hatian yang memadai, serta melindungi hak
dan kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Lampiran 1

LAMPIRAN
PENERAPAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP KOGNITIF
ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK A BABUSSALAM

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Disusun Oleh :

MUHAMAD HAETAMI MADANI


NIM. P17320321013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (KAMPUS BOGOR)
PROGRAM DIPLOMA TIGA

Lampiran 2

LEMBAR KEASLIAN KTI

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Muhamad Haetami Madani Tempat/Tanggal lahir : Bogor, 17 Januari
2004
NIM : P17320321013
Program Studi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung Program
Studi Keperawatan (Kampus Bogor) Program Diploma Tiga
Judul KTI : Penerapan permainan ular tangga terhadap kognitif anak usia
prasekolah (4-6 tahun) di tk a babussalam kota bogor

Dengan penuh kesadaran saya telah memahami sebaik-baiknya dan menyatakan


bahwa Karya Tulis Ilmiah ini bebas dari segala bentuk plagiat. Apabila
dikemudian hari terbukti adanya indikasi plagiat, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai
peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-undang yang berlaku.

Bogor, Maret 2024 Yang Membuat Pertanyaan

Muhamad Haetami Madani


NIM. P17320321013
Lampiran 3

PENERAPAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP KOGNITIF


ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK A BABUSSALAM KOTA
BOGOR

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung Program Studi Keperawatan
(Kampus Bogor) Program Diploma Tiga

Disusun Oleh :

MUHAMAD HAETAMI MADANI

NIM. P17320321056

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (KAMPUS BOGOR)

PROGRAM DIPLOMA TIGA

2024
Lampiran 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : (P/L)
Umur :
Alamat :
No.HP :
Sebagai orang tua/wali
Nama : (P/L)
Umur :
Alamat :
Menyatakan setuju untuk berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian studi kasus "Penerapan Terapi Bermain Paper Craft Terharap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah (3-6) Tahun di Paud
Melati Kota Bogor" secara sukarela tanpa ada paksaan dengan catatan apabila
saya merasa dirugikan dalam penelitian ini, maka saya dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Bogor, Maret 2024


Peneliti Orang tua/wali Responden

Muhamad Haetami Madani (……………………………)


Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


ULAR TANGGA
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
TAHAP PRE INTERAKSI 1 2 3
1 1. Membuat kontrak dengan klien
2. Mengingatjan kontrak dengan klien
3. mempersiapkan tempat pertemuan untuk
permainan
4. mempersiapkan alat papan ular tangga dan
papan nama
TAHAP ORIENTASI
2 1. memberi salam terapeeutik
2. memperkenalkan diri
3. peserta memakai papan nama yang sudah
disediakan

ORIENTASI
3 1. Membagi klien dalam beberapa tim, 1 tim
terdiri dari 2 orang dan 1 mahasiswa untuk
mendampingi
2. Memberikan penjelasan mengenai cara
bermain ular tangga
3. Membagikan papan ular tangga ke masing
masing kelompok dan kelompok dapat
memulai permainan yang dipimpin oleh satu
mahasiswa pendamping
4.beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan
TAHAP ORIENTASI
1. EVALUASI
a. Mengikuti terapi bermain ular tangga dan
meminta menyebutkan angka dari 1-15 di
papan ular tangga
b. terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Kegiatan dilakukan 2 kali dalam 2 hari
selama 1 minggu pertemuan

Sop Ular Tangga | PDF (scribd.com)

Anda mungkin juga menyukai