TINJAUAN PUSTAKA
A. konsep anak usia prasekolah
1. Definisi
Berdasarkan uraian dari Suryana, D. (2014), anak usia
prasekolah, yang berusia antara 3 sampai 6 tahun, merupakan
periode yang penting dalam perkembangan fisik, psikososial, dan
kognitif mereka. Beberapa poin kunci yang dapat disimpulkan dari
pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: Pertumbuhan Fisik:
Usia prasekolah merupakan waktu di mana pertumbuhan fisik anak
mengalami peningkatan yang signifikan. Ini adalah periode di
mana anak mengalami perkembangan fisik yang pesat, seperti
peningkatan tinggi badan, pertumbuhan otot, dan perkembangan
sistem motorik mereka.
Anak-anak prasekolah mulai mengalami perkembangan
psikososial yang penting. Mereka mulai mengembangkan
keterampilan sosial seperti interaksi dengan teman sebaya dan
mengontrol emosi mereka dengan lebih baik. Perkembangan
Kognitif: Anak-anak prasekolah juga mengalami peningkatan
dalam perkembangan kognitif. Mereka mulai menunjukkan minat
yang meningkat dalam pembelajaran, mengembangkan rasa
keingintahuan yang kuat, dan mampu memahami konsep-konsep
yang lebih kompleks. Permainan sebagai Alat Pembelajaran:
Permainan menjadi salah satu cara utama di mana anak-anak
prasekolah belajar dan mengembangkan keterampilan mereka.
Permainan tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga
membantu mereka dalam mengembangkan hubungan dengan orang
lain, memahami aturan, dan mengasah keterampilan kognitif
mereka.
Lembaga pendidikan prasekolah memiliki peran yang penting
dalam membantu pertumbuhan fisik dan psikologis anak di luar
lingkungan keluarga. Mereka dirancang untuk membantu
meletakkan dasar bagi perkembangan sikap, intelektual,
keterampilan fisik dan motorik, serta keterampilan sosial anak-
anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka. Dengan
memahami pentingnya periode prasekolah dan peran lembaga
pendidikan prasekolah dalam mendukung perkembangan anak-
anak, kita dapat memberikan investasi yang tepat pada masa ini
untuk memastikan bahwa anak-anak memiliki fondasi yang kuat
untuk pertumbuhan dan perkembangan masa depan mereka.
Berdasarkan kutipan dari Mansur, A. R., & Andalas, U.
(2019), beberapa poin kunci yang dapat disimpulkan tentang
periode prasekolah adalah sebagai berikut: Periode Penting dan
Mendasar: Usia prasekolah dianggap sebagai periode awal yang
paling penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan manusia. Ini adalah fase yang memiliki
dampak yang signifikan pada perkembangan anak hingga periode
perkembangan akhir mereka.
Usia prasekolah sering disebut sebagai masa keemasan atau
golden age. Ini adalah periode di mana potensi anak berkembang
paling cepat. Anak-anak pada periode ini cenderung memiliki
kemampuan belajar yang tinggi dan kemampuan adaptasi yang
baik terhadap lingkungan mereka. Beberapa konsep yang terkait
dengan masa anak usia dini meliputi masa eksplorasi, masa
identifikasi/imitasi, masa peka, dan masa bermain. Konsep-konsep
ini mencerminkan tahap-tahap perkembangan yang khas pada
periode prasekolah, seperti keingintahuan yang tinggi, kemampuan
untuk meniru, sensitivitas terhadap lingkungan, dan pentingnya
permainan dalam pembelajaran dan pengembangan keterampilan.
Penting untuk memahami bahwa masa keemasan anak
prasekolah tidak akan dapat diulang kembali pada masa-masa
berikutnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik
untuk mendukung dan memfasilitasi perkembangan anak secara
optimal selama periode ini. Kurangnya dukungan atau stimulasi
yang memadai dapat berdampak negatif pada perkembangan anak.
Dengan memahami pentingnya masa prasekolah sebagai periode
keemasan dalam perkembangan anak, penting bagi kita untuk
memberikan lingkungan yang mendukung dan merangsang bagi
anak-anak prasekolah agar mereka dapat mencapai potensi
maksimal mereka dalam perkembangan fisik, emosional, sosial,
dan kognitif.
B. Karakteristik anak prasekolah
Berdasarkan poin-poin yang telah disampaikan, kita dapat
menyimpulkan beberapa karakteristik anak usia dini sebagai
berikut: Unik: Setiap anak memiliki keunikan dalam gabungan
bakat, minat, dan kepribadian mereka. Keunikan ini tercermin
dalam preferensi mereka, cara belajar, dan interaksi dengan
lingkungan.
Dengan keunikan setiap anak penting untuk memberikan
dukungan yang sesuai dan memupuk kekuatan serta minat mereka.
Spontan: Anak-anak pada usia ini dikenal dengan spontanitas
mereka. Mereka bereaksi secara langsung dan tanpa hambatan
terhadap situasi atau emosi yang muncul. Spontanitas ini
memberikan wawasan tentang pikiran dan perasaan anak-anak,
serta membantu kita memahami perspektif dan pengalaman
mereka. Ceroboh: Anak-anak seringkali menunjukkan keluguan
karena pemahaman mereka tentang tanggung jawab masih
terbatas. Mereka mungkin melakukan kesalahan atau tindakan
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Meskipun bisa
membuat orang dewasa cemas, keluguan ini sebagian besar
mencerminkan fokus anak-anak pada kegembiraan dan
pengalaman langsung. Aktif dan Enerjik: Anak-anak usia dini
penuh energi dan mencari kesempatan untuk bermain dan
menjelajah. Mereka aktif dalam berbagai aktivitas fisik, yang
membantu dalam perkembangan motorik mereka. Masa penuh
energi ini juga memberikan banyak peluang untuk belajar dari
pengalaman. Dengan memahami karakteristik ini, orang dewasa
dapat memberikan dukungan yang sesuai dan menciptakan
lingkungan yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
optimal bagi anak-anak usia dini. Menghargai keunikan mereka,
memahami spontanitas dan keluguan mereka, serta memberikan
kesempatan untuk aktif dan bereksplorasi dapat membantu
membangun fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.
Berdasarkan poin-poin tersebut, kita dapat menambahkan
karakteristik tambahan dari anak usia dini: Egois: Anak-anak kecil
cenderung melihat dunia dari perspektif mereka sendiri karena
pemahaman mereka tentang perasaan dan perspektif orang lain
masih dalam tahap pembentukan. Meskipun tampak egois, ini
adalah hasil dari perkembangan kognitif mereka yang masih dalam
proses. Seiring bertambahnya pengalaman sosial, mereka akan
belajar untuk lebih memahami dan berempati terhadap orang lain.
Rasa Ingin Tahu: Anak-anak usia dini menunjukkan tingkat
keingintahuan yang tinggi terhadap dunia di sekitar mereka.
Dorongan alami ini mendorong mereka untuk menjelajahi,
bertanya, dan bereksperimen. Rasa ingin tahu ini menjadi pondasi
untuk pembelajaran dan perkembangan kognitif mereka, membantu
mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan
Mengingat Terbatas: Anak-anak usia dini memiliki kapasitas
memori yang terbatas. Rentang perhatian mereka yang pendek,
ditambah dengan kemampuan kognitif yang masih dalam
perkembangan, membuat mereka kesulitan untuk menyimpan
informasi dalam jangka waktu yang lama. Namun, mereka
cenderung mengingat pengalaman yang terkait dengan emosi atau
pengulangan yang kuat. Anak-anak usia dini biasanya memiliki
semangat petualangan yang tinggi. Mereka gemar mengeksplorasi,
mengambil risiko, dan menjelajahi wilayah yang belum dikenal.
Semangat ini adalah bagian penting dari proses belajar mereka,
memfasilitasi eksperimen, pembelajaran dari kesalahan, dan
membentuk ketahanan.
Dengan memahami karakteristik-karakteristik ini, orang
dewasa dapat merancang lingkungan yang sesuai dan memberikan
dukungan yang tepat untuk memfasilitasi perkembangan optimal
anak-anak usia dini. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengeksplorasi, bertanya, dan belajar dari pengalaman adalah
kunci dalam membantu mereka tumbuh dan berkembang. Imajinasi
dan Fantasi yang Tinggi Pada tahap ini, anak-anak memiliki imajinasi
yang sangat kaya, sering kali mencampur realitas dengan fantasi
mereka. Imajinasi ini membentuk dasar ekspresi kreatif. Dengan
demikian, juga memicu permainan pretend-play dan seringkali
mempengaruhi pemahaman mereka tentang dunia. Anak bisa percaya
pada makhluk mitos, menciptakan teman imajiner, dan merangkai cerita
kompleks, menunjukkan kemampuan berpikir kreatif mereka.
Menambahkan karakteristik tambahan dari anak usia dini Anak-
anak usia dini meskipun memiliki kosa kata terbatas, mereka berusaha
keras untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Mereka
menggunakan kata, suara, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah untuk
menyampaikan pesan mereka. Seiring dengan perkembangan
kemampuan berbahasa mereka, mereka semakin mampu
mengartikulasikan pikiran, keinginan, dan perasaan mereka dengan
lebih jelas. Mudah Frustrasi dan Tidak Sabar: Anak-anak pada usia ini
cenderung mudah frustrasi dan kurang sabar jika situasi tidak berjalan
sesuai dengan keinginan mereka. Mereka masih dalam proses
pembentukan pemahaman tentang kesabaran dan ketekunan, sehingga
mudah mengalami ledakan emosi saat menghadapi tantangan atau
penundaan. Namun, dengan arahan dan asuhan yang tepat, mereka
dapat secara bertahap belajar mengelola emosi dan meningkatkan
kesabaran mereka. Sulit Fokus: Anak-anak usia dini sering kesulitan
untuk fokus dan mudah teralihkan oleh rangsangan baru. Mereka juga
sulit untuk berkonsentrasi pada satu tugas dalam jangka waktu yang
lama. Fokus mereka akan meningkat seiring dengan pertambahan usia
dan perkembangan, dan akan mendapatkan manfaat dari aktivitas yang
merangsang perhatian dan konsentrasi.
Dengan memahami karakteristik ini, orang dewasa dapat
mengembangkan strategi pendekatan yang sesuai untuk membantu
anak-anak usia dini mengelola emosi, meningkatkan kesabaran, dan
mengembangkan kemampuan fokus mereka secara bertahap. Hal ini
dapat dilakukan melalui penggunaan teknik komunikasi yang
mendukung, memberikan arahan yang jelas, dan memberikan
lingkungan yang merangsang perkembangan keterampilan berbahasa
dan konsentrasi.
KERANGKA TEORI
Kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berfikir lebih efisien dan tersruktur serta dapat
memecahkan masalah, berkembangnya kemampuan kognitif ini akan mempermudah anak
menguasai pengetahuan yang lebih luas, sebagai hasilnya anak bisa berfungsi secara wajar dalam
KONDISI YANG DIHARAPKAN
kehidupan masyarakat.
Meningkatkan Kognitif dan Kerjasama antar tim, persaingan yang positif,
kemurahan hati, simpati, empati, sikap tidak mementingkan diri sendiri,
meniru hal-hal positif dan mengurangi rasa kebergantungan dan perilaku
yang abstrak pada anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus
Menurut (Sugiyono, 2017 : 74). Di dalam rancangan penelitian ini
memakai desain penelitian Pre-Experimental Design. Metode
pendekatan yg digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
Pretest-Postest Design. Pada desain ini ada pretest, atau sebelum di kasi
tindakan. makanya hasil perlakuan dapat diketahui lebih tepat, karena
dapat dibedakan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan dan
sesudah
a.Subjek
Subjek penelitian studi kasus ini yaitu difokuskan pada individu
anak usia Anak prasekolah yang mengalami gangguan Perkembangan
kognitif dengan melakukan permainan ular tangga dengan anak yang
cenderung pasif sulit berkonsentrasi.
b. Teknik sampling
Di penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Permainan Ular
Tangga. Variabel dependen yaitu peningkatan kemampuan kognitif anak.
Responder yang ada di penelitian adalah anak usia 4-6 tahun yang ada di
TK Babussalam yang bisa dan bersedia menjadi subjek penelitian
sebanyak 6 anak usia prasekolah. Metode sampling yang digunakan yaitu
Quasi Partisipant
1. Kriteria Inklusi
a) Anak usia Prasekolah
b) Bersedia menjadi responden
c) Anak usia Prasekolah yang Berada di TK babussalam
d) Anak usia Prasekolah yang mengalami Masalah
Perkembangan kognitif
2. Kriteria Ekslusi
a) Anak usia Prasekolah
b) Anak usia prasekolah yang tidak mengalami
Masalah perkembangan kognitif
c) Anak usia prasekolah yang tidak bersedia menjadi
responden
c. Subjek / kasus / partisipan
Subjek penelitian ini difokuskan pada individu anak usia
prasekolah yang mengalami masalah perkembangan kognitif
dengan jumlah respon 6 orang anak
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Hasil ukur skor
Operasional Ukur
1. Variabel Kemampuan Lembar Belum berkembang (bb)- Nominal
terikat : kognitif adalah observasi berkembang sangat baik
Meningkatk kemampuan dan (BSB dilihat dari indicator
an anak untuk kuesioner ketuntasan . dikatakan
kemampuan berfikir lebih (bb) jika dari 6 anak yang
kognitif kompleks dan bisa menjawab kuesioner
tersruktur serta hanya 1 dan sebaliknya
pemecahan dikatakan (BSB) dari 6
masalah anak yang bisa menjawab
ada 6 orang anak
2 Variabel Permainan Ular Lembar Nominal
bebas : Tangga Sebagai observasi
Penerapan alat bermain Dan sop
bermain ular yang bersifat
tangga edukatif,
permainan ular
tangga membuat
anak-anak
senang bermain
sekaligus
mengembangkan
kemampuan
C. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini menggunakan pre test dan post test
adalah, alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data
guna memecahkan suatu masalah penelitian atau mencapai tujuan
penelitian. Adapun penelitian ini untuk menerapankan permainan ular
tangga terhadap kognitif anak usia prasekolah (4-6 tahun) di tk a
babussalam (Hasmi, 2016).
D. Tempat dan Waktu
1. Tempat Lokasi penelitian ini di TK BABUSSALAM
2. Waktu Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu dengan
frekuensi pertemuan sebanyak 3 kali dan durasi selama 50 menit.
E. Cara Pengumpulan Data
Berikut Contoh penelitian yang memberikan gambaran tentang
penelitian lapangan yang dilakukan di TK Tunas Mekar Surabaya tentang
pemanfaatan media bermain ular tangga dalam pengembangan berhitung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian
one-shot case study. Data dikumpulkan melalui observasi langsung,
dengan fokus pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
dan proses belajar mengajar, serta melibatkan 20 anak dari kelompok A
TK Tunas Mekar Surabaya. Teknik pengumpulan data utama adalah
observasi dengan checklist, dilakukan di dalam kelas selama
pembelajaran.
Observasi ini bertujuan untuk memahami perkembangan
kemampuan berhitung anak dengan menggunakan media permainan ular
tangga. Hasil penelitian diambil melalui pengamatan sistematis dan
pencatatan tentang aktivitas pembelajaran serta penggunaan media.
Peneliti melakukan pengamatan dua kali dalam pembelajaran berhitung
melalui RPPH, proses belajar mengajar, dan penilaian perkembangan
berhitung anak sebelum dan sesudah penggunaan media permainan ular
tangga. Hasil penelitian tersebut akan dicatat dalam ndic hasil observasi
unberikut contoh observasi yang telah dilakukan sebelumnya di penelitian
LAMPIRAN
PENERAPAN PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP KOGNITIF
ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK A BABUSSALAM
Lampiran 2
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Bandung Program Studi Keperawatan
(Kampus Bogor) Program Diploma Tiga
Disusun Oleh :
NIM. P17320321056
2024
Lampiran 4
ORIENTASI
3 1. Membagi klien dalam beberapa tim, 1 tim
terdiri dari 2 orang dan 1 mahasiswa untuk
mendampingi
2. Memberikan penjelasan mengenai cara
bermain ular tangga
3. Membagikan papan ular tangga ke masing
masing kelompok dan kelompok dapat
memulai permainan yang dipimpin oleh satu
mahasiswa pendamping
4.beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan
TAHAP ORIENTASI
1. EVALUASI
a. Mengikuti terapi bermain ular tangga dan
meminta menyebutkan angka dari 1-15 di
papan ular tangga
b. terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
2. Rencana tindak lanjut
Kegiatan dilakukan 2 kali dalam 2 hari
selama 1 minggu pertemuan