Anda di halaman 1dari 4

Tikungan Alur Pelayaran Sungai Musi

Pada sungai alami, biasanya akan dijumpai banyak meander atau tikungan sungai. Jíka tikungan itu
terialu tajam maka akan menyulitkan manuver kapal di tikungan, mempercepat aliran arus dan
mengurangi jarak pandang. Ketajaman tikungan sungai ditentukan dari besarnya nilai radius atau jari-
jari tikungan.
Alur Pelayaran Kelas 2
LOA 41
BEAM 20
DEPTH 3.917
Kapal Referensi Tongkang
Profil Alur Pelayaran Normal Profile

1. Jalur Pelayaran di Indonesia (Bambang Triatmojo, 2010)


Alur pelayaran dalam waterway sedapat mungkin dibuat mengikuti garis lurus, untuk
memudahkan proses navigasi kapal. Jika terdapat kendala dari sisi kedalam, alur, dsb, maka
dapat mempetrtimbangkan adanya tikungan atau belokan. Satu garis tikungan lebih baik
dibandingkan beberapa tikungan kecil yang berdekatan. Menurut Bambang Triatmojo, untuk
memastikan keselamatan dan kenyamanan dalam merancang jalan tikungan, diperlukan agar
alur lurus antar dua tikungan minimal 10 kali panjang kapal referensi. Untuk desain tikungan
alur pelayaran sungai musi 10×LoA = 10×41 = 410 meter. Selain itu, perlu ada segmen lurus
diantara 2 belokan sebesar 1.5 kali panjang kapal referensi, 1.5
× LoA=1.5 × 41=61.5 meter . Namun, dalam kasus lokasi studi tersebut, kondisi sungai
sudah memenuhi syarat panjang segmen lurus di antara dua belokan. Lebar tambahan pada
tikungan denga jari-jari busur pada tikungan (R) tergantung kepada sudut tikungan (∝ ¿.

Dengan,

Asumsi jika sudut belokannya 30° , R≥ 5 L , maka lebar tambahan pada tikungan 5 ×LoA = 5×
41 = 205 meter. Jika sudut belokannya 45° , R≥ 10 L , maka lebar tambahan pada tikungan 10
×LoA = 10×41 = 410 meter.
2. PM 129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Inisiasi
Perairan
Menurut Peraturan Menteri 129 tahun 2016 pasal 11, pada perencanaan lebar
dalam belokan-belokan alur sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d, lebar tambahan
2
1 p
untuk lintasannya berdasarkan P dari kapal, jadi × , dengan R-radius belokan. P adalah
8 R
LoA, panjang kapal referensi. Pada lokasi studi terdapat tikungan dengan Radius 205 m dan
410 m berdasarkan perhitungan menggunakan metode menurut Bambang Triatmojo maka
2 2 2 2
1 p 1 41 1 p 1 41
lebar tambahan pada tikungan × = × =¿ 1.025 m dan × = × =0.513
8 R 8 205 8 R 8 R
m. Namun begitu, lebar sungai di lokasi studi sudah memenuhi lebar alur + pelebaran
tikungan sehingga lebar dapat diabaikan.

3. Waterway Guidelines, 2011


Berdasarkan waterway guideline radius tikungan harus dibuat cukup besar
mengingat adanya keterbatasan dalam :
 Sudut kemudi yang dibutuhkan untuk mengambil tikungan
 Pengurangan kecepatan di tikungan
 Koreksi kemudi yang diperlukan
 Hilangnya visibilitas

Minimum bend radiuses R, normal profile R = 6.L, sedangkan narrow profile R = 4.L. L =
length of reference vessel. Segmen Sungai musi pada tugas sebelumya tergolong ke dalam
profil normal/normal profile. Berdasarkan panjang/LoA kapal referensi tongkang yang akan
melewati Sungai Musi yaitu 41 m. Sehingga jari-jari minimum belokan yang harus digunakan
pada segmen sungai ini haruslah 6×LoA = 6 × 41=¿ 246 m. Radius 205m perlu perubahan
tetapi radius 410 m tidak perlu perubahan dari kondisi eksisting.

Selain itu, perlu ada segmen lurus diantara 2 belokan sebesar 1.5 kali panjang kapal
referensi, 1.5 × LoA=1.5 × 41=61.5 meter . Namun, dalam kasus lokasi studi tersebut,
kondisi sungai sudah memenuhi syarat panjang segmen lurus di antara dua belokan. Pada
tikungan juga perlu diperhatikan bahwa kapal yang berlayar pada garis aksis pelayaran harus
memiliki pandangan yang tidak terganggu sepanjang 5L dengan maksimum 600m. Maka 5
× LoA=5 × 41=205 meter , dengan batas atas atau maksimumnya 600m ini sudah
terpenuhi oleh kondisi sungai di lokasi studi. Pandangan yang tidak terganggu ini berguna
untuk memudahkan proses manuver berhenti jika diperlukan.
4. Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, 2002 (OCDI)
Saluran navigasi mempunyai tikungan, sudut perpotongan garis tengah adalah
saluran pada tikungan harus dibuat sekecil mungkin. Jika arah angin atau arus pasang surut
hampir tegak lurus terhadap saluran navigasi, manuver kapal sangat dipengaruhi oleh angin
atau arus. Oleh karena itu, perlu untuk mempertimbangkan pengaruh angin dan/atau arus
pasang surut kuat. Dalam penentuan sudut perpotongan pada suatu tikungan saluran
navigasi adalah perlu untuk dipertimbangkan, diameter belok, kecepatan berlayar, rasio draft
kapal kedalaman air, jumlah alat bantu navigasi yang dikerahkan,dll. Sebaiknya sudut
perpotongannya adalah garis tengah saluran pada suatu tikungan tidak akan terjadi melebihi
sekitar 30° . Jika sudut melebihi 30° garis tengah saluran pada tikungan harus dibuat sebagai
busur yang mempunyai jari-jari kelengkungan lebih besar dari sekitar empat kali panjangnya
keseluruhan kapal referensi. Pada tikungan saluran dua arah dimana sudut persimpangan
adalah 30° atau lebih besar dan lebar saluran sama dengan L itu diperlukan untuk
menambah lebar saluran pada tikungan dengan potongan sudut. Menurut OCDI
merekomendasikan agar sudutnya dalam pelayaran tidak melebihi 30° , jika sudut melebihi
30° , maka perlu memastikan bahwa besar jari-jari tikungan alur pelayaran adalah sebesar 4
LoA. Asumsi sudutnya 30° , besar jari-jari tikungan adalah 4 × LoA=4 × 41=164 meter .
Untuk alur dua arah dengan sudut tikungan lebih dari 30° , maka lebar minimum alur
pelayaran sebesar LoA, dengan LoA merupakan panjang kapal referensinya, lebar
minimumnya 41m.

5. Economic & Social Commission For Asia and The Pasific (ESCAP)
Menurut ESCAP (1989), secara umum tikungan alur pelayaran dapat ditentukan
sebagai berikut :
1. Untuk alur normal, jari-jari tikungan alur sebaiknya minimum sebesar 6 kali lebar kapal.
2. Untuk alur sempit, jari-jari tikungan alur sebaiknya minimum sebesar 5 kali lebar kapal.
3. Untuk alur tunggal, jari-jari tikungan alur sebaiknya minimum sebesar 4 kall lebar kapal.

Untuk dapat dikategorikan Layak, tentunya sebaiknya digunakan alur normal di melintas (Rmin = 6 x
B), Hal ini hanya berlaku untuk sungai karena danau tidak memiliki tikungan. Untuk alur normal maka
R = 6 x B = 6 x 20 = 120 m.

Economic & Social Commission For Asia and The Pasific, 1989, Guidelines for The Design of inland
Naviation Canals, United Nations

Anda mungkin juga menyukai