L = 2 x B + 30
Lebar alur untuk lalu lintas kapal dua arah:
L = 4 x B + 30
Lebar alur untuk lalu lintas kapal dua arah di tikungan:
L = 6 x B + 30
Perancangan Geometrik:
Lebar Alur Pelayaran pada Tikungan
𝐶 = 𝐹𝑚𝑎𝑥
• Sementara arus (F), misalnya dalam kendaraan/jam adalah kerapatan (D)
dalam kendaraan/km dikalikan kecepatan rata-rata (V) dalam km/jam:
𝐹 =𝐷∙𝑉
• Idealnya ship domain diturunkan dari survey terhadap kapal standar. Juga
untuk kapal-kapal lainnya agar dapat dikonversi menjadi kapal standar
• Semestinya ship domain akan berbeda dimensinya untuk kecepatan kapal
yang berbeda, namun Rallis (1977) memberikan pendekatan ship domain
yang statis, yang berbentuk bidang elips dengan minor axis 3 L dan major
axis 7 L (Rallis, 1977), L adalah panjang kapal.
• Dengan ship domain yang statis, pada suatu jalur pelayaran 1 arah dengan
kondisi navigasi normal dan kapal-kapal yang dimensinya dan kecepatan
sama (kecepatan V), maka kapasitas jalur pelayarannya (C) adalah:
𝐶 = 𝐷𝑚𝑎𝑥 ∙ 𝐵 ∙ 𝑉
• Dimana:
– Dmax : kerapatan maksimum
– B : lebar jalur pelayaran
Menentukan Kerapatan dan Kapasitas
• Selanjutnya menurut Fujii dan Tanaka (1971) nilai Dmax dapat diperoleh
dari persamaan berikut:
1.15
𝐷𝑚𝑎𝑥 =
(7𝐿 ∙ 3𝐿)
• Sehingga
1.15
𝐶= ∙𝐵∙𝑉
21 𝐿2
• Contoh:
• Suatu jalur pelayaran 1 arah dengan lebar 200 meter, panjang kapal
standar 62 meter, kecepatan rata-rata 5 knot (9.26 km/jam), maka
kapasitas jalur pelayaran tersebut adalah:
1.15
𝐶= ∙ 0.2 ∙ 9.26 =
21 (0.062)2
Menentukan Kerapatan dan Kapasitas
• Pada suatu jalur pelayaran 1 arah dengan kondisi navigasi normal dan
kapal-kapal yang dimensinya dan kecepatan sama serta lebar yang tidak
memungkinkan untuk menyusul, maka kapasitas jalur pelayarannya (C)
tidak perlu memperhitungkan lebar jalur, selain itu ship domain bisa
disederhanakan menjadi gap atau jarak henti yang merupakan fungsi dari
kecepatan. Kemudian kerapatan mengikuti persamaan:
1000
𝐷=
(𝑑ℎ + 𝐿)
𝑑ℎ = 𝑓(𝑉)
• Dimana:
– dh : jarak henti
– f(V) : fungsi dengan variabel kecepatan
• Kapasitas diperoleh dengan mencoba-coba nilai kecepatan yang
memberikan arus terbesar
Menentukan Kerapatan dan Kapasitas
• Contoh:
• Suatu segmen jalur pelayaran perairan darat satu arah, dilakukan survey
terhadap kapal standar (L=62 m) dengan mencoba beberapa kecepatan
kemudian diukur jarak yang menurut nakhoda aman dengan kapal lain di
depannya. Hasilnya diplotkan seperti pada gambar berikut.
• Data kemudian diregresi dan diperoleh persamaan jarak henti sebagai
berikut
𝑑ℎ = 0.272 𝑉 3.171
Jukung yang jumlahnya paling tinggi, Perlambatan Maksimum (am) 0,40 0,55 0,11 0,14
menunjukkan perbedaan untuk semua Statistik Jarak Henti Minimum (meter) Kapal Berlayar Melawan Kapal Berlayar
Kapal Jukung Arus Searah Arus
kondisinya Rata-Rata
Bermuatan
20,38
Kosong
16,62
Bermuatan
40,76
Kosong
33,62
• Untuk kapal tongkang sebagai kapal StdDeviasi 2,91 2,38 7,27 5,15
Perlambatan Maksimum (am) 2,50 3,00 1,25 1,50
• Draft-nya 12,4 m
(yang terbaru 15,2 m)
yang bisa menampung
4800 TEUs kapal
petikemas (yang baru
sampai 12600 TEUs)
Maritime Lock
• Di pelabuhan-pelabuhan
muara yang elevasinya
berada dibawah
permukaan laut, Lock
sangat penting dalam
operasional pelabuhan.
Jenis Struktur Lock [1]
Sluice System
Jenis Struktur Lock [2]
Lift.
Jenis Struktur Lock [5]
BOR = (Jumlah Jam Tambat Dari Seluruh Kapal / Waktu tersedia) x 100 %
• Daya Lalu Tambatan (BTP/Berth Throughput): Jumlah ton /TEU’s dalam satu perioda
(bulan/tahun) yang melewati tiap meter panjang dermaga
BTP = (Jumlah Ton atau Jumlah TEU’s dalam Satu Periode) / Panjang Dermaga
Kapasitas dan Utilisasi Gudang/Lapangan
Penumpukan
Kapasitas:
• Waktu Siap Operasi: waktu tersedia (Possible Time) 24 jam per hari.
Waktu Operasi = 24 x jml Hari Kalender Pada Bulan Ybs.
• Luas Efektif: luas lantai keseluruhan dikurangi dengan luas lantai yang digunakan untuk
lalu lintas alat dan orang, kantor dan batas pengaman.
Luas Efektif = 60 % Dari Luas Seluruhnya
• Kapasitas Penumpukan: jumlah maksimal daya tampung barang dalam
gudang/lapangan, baik dalam satuan berat (TON), maupun volume (M3), dari luas
efektif, dikalikan jumlah hari kalender.
• Rata-rata Waktu Barang Ditumpuk (Dweling Time/DT): jumlah hari rata-rata
tiap ton atau M3 barang yang ditumpuk selama satu bulan.
DT = (Ton Party Barang x Lama Hari Penumpukan)/Jumlah Ton Seluruh Barang
yang Ditumpuk pada Bulan Ybs.
Atau:
DT = (M3 Party Barang x Lama Penumpukan)/Jumlah M3 Seluruh Barang yg
Ditumpuk pada Bulan Ybs.
Kapasitas dan Utilisasi Gudang/Lapangan
Penumpukan
Utililasi Gudang dan Lapangan Penumpukan:
• Tingkat Pemakaian Gudang/Lapangan (Shed Occupancy Ratio/SOR):
perbandingan antara jumlah pemakaian ruang penumpukan yang dihitung dalam
satuan Ton-Hari atau M3-Hari, dengan kapasitas penumpukan yang tersedia.
SOR = (Jumlah Ton atau M3 Barang x Hari Dwelling Time)/(Kapasitas
Penumpukan Dalam Satuan Ton) x 100 %
Satuan Standar = 2,5 ton/m2.
Kapasitas:
• Waktu Tersedia (Possible Time): jumlah waktu tersedia dalam satu hari adalah
21 jam, yaitu 24 jam dikurangi waktu istirahat pergantian shift (3 jam). Jadi jumlah
waktu tersedia dalam satu bulan adalah 21 jam x jumlah hari kalender pada bulan
yang bersangkutan.
Utilisasi:
• Tingkat Pemakaian (Utilisasi): perbandingan antara jumlah pemakaian alat
dalam satu bulan dengan jumlah yang tersedia pada bulan tersebut.
• Setelah itu diidentifikasi waktu pelayanan dan atau waktu tempuh dari
masing-masing komponen sistem:
– Muat di asal ke truk
– Perjalanan truk di akses pelabuhan asal
– Bongkar di pelabuhan asal, truk ke tempat penumpukan
– Muat di pelabuhan asal, dari tempat penumpukan ke kapal
– Perjalanan kapal
– Bongkar di pelabuhan tujuan, dari kapal ke tempat penumpukan
– Muat di pelabuhan tujuan, dari tempat penumpukan ke truk
– Perjalanan truk di akses pelabuhan tujuan
– Bongkar di tujuan dari truk
Pendekatan untuk menghitung waktu
tunggu di lokasi bongkar/muat
1
P0 =
M −1 1 n
n! ( ) + ( )
1 M M
M! M −
n =0
( )M
Ls = P + – Pn : probabilitas terdpt n unit
( M − 1)!( M − ) 2
0
dalam sistem
– : tingkat kedatangan (misal:
( )M 1 Ls kapal/jam)
Ws = P0 + = – : tingkat pelayanan (misal:
( M − 1)!( M − ) 2
kapal/jam)
– L : expected jumlah unit
Lq = Ls − – W : expected waktu tunggu
– s : dalam sistem
1 Lq – q : dalam antrian
Wq = Ws − = – n : channel ke-
– M : jumlah channel
Contoh Pengembangan Alur Pelayaran Transportasi Perairan Darat
Cikarang Bekasi Laut (CBL) Canal
• Saat ini sudah terdapat
banjir kanal CBL yang juga
difungsikan sebagai akses
dari beberapa aktivitas
(termasuk pembangkit
listrik) di sekitarnya
• Direncanakan akan
menjadi salah satu
alternatif moda akses dari
Pelabuhan Tanjung Priok
untuk angkutan peti
kemas (15 - 1.7 - 30 km
jarak dari Tanjung Priok)
Pemilihan Kapal
Debit kanal eksisting juga bervariasi, pada musim kemarau bahkan sangat
rendah, sehingga hampir kering.
Alternatif Pembangunan
Untuk mengatasi
masalah gradien dan
kedalaman air, kanal
dapat dikeruk dengan
elevasi yang sama
dengan elevasi di
dasar muara agar air
laut bisa masuk
sampai hulu