4. , Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andy
Yogjakarta, , ,
9 Prediksi Erosi Tanah Erosi akibat aliran permukaan Pengetahuan matematika Widyaningtias
10 Metode Konservasi 1 Metode Vegetasi Metode Kimia Pengetahuan pada bidang Widyaningtias
tertentu dalam rekayasa
SDA Pengetahuan
matematika
Rencana Perkuliahan: Ruang Kuliah MS Team
Mingg Topik Subtopik Capaian Belajar Dosen
u
11 Metode Konservasi 2 Metode Fisika Metode Konservasi Pengetahuan keilmuan Widyaningtias
Air
12 Evaluasi Lahan Pengertian Metode Evaluasi Lahan Kerjasama dalam tim multi disiplin Widyaningtias
Konsep dan Evaluasi Lahan Elemen manajemen proyek, konstruksi
dan asset Sikap dan peran pemimpin
serta prinsip kepemimpinan
13 Klasifikasi Kesesuaian Struktur klasifikasi kesesuaian lahan Kerjasama dalam tim multi disiplin Widyaningtias
Lahan Prosedur evaluasi lahan Hasil Elemen manajemen proyek, konstruksi
evaluasi kesesuaian lahan Kegiatan dan asset Sikap dan peran pemimpin
evaluasi lahan serta prinsip kepemimpinan
14 Klasifikasi Struktur klasifikasi kemampuan Kerjasama dalam tim multi disiplin Widyaningtias
Kemampuan Lahan lahan Kelas Kemampuan Lahan Sub Elemen manajemen proyek, konstruksi
Kelas Kemampuan lahan dan satuan dan asset Sikap dan peran pemimpin
kemampuan lahan Kriteria klasifikasi serta prinsip kepemimpinan
15 Perancangan usaha Rancangan teknis rehabilitasi lahan Dasar-dasar kebijakan publik, bisnis, dan Widyaningtias
konservasi tanah akibat degradasi lahan Usaha administrasi
pertanian berkelanjutan
16 Ujian Akhir Semester Widyaningtias
• Sistem dan Bobot Penilaian
• UTS : 30%
• UAS : 30%
• Tugas : 20%
• Kuis : 10%
• Diskusi : 10%
• Nilai Akhir
• A :>= 80.00
• AB : 75 – 79
• B : 65 – 74
• BC : 60 – 64
• C : 50 – 59
• D : <= 49
Properti dan Fungsi Sumberdaya
Air dan Lahan
ENDANG HERNAWAN
PROPERTI SUMBER DAYA AIR
• Air merupakan sumber daya yang sangat vital dan tersebar di
seluruh bumi.
• Oleh karena itu air merupakan mukzizat dari alam, cabang
ilmu pengetahuan, dan darah dari kehidupan di alam.
• Banyak karakteristik (properties) air digunakan sebagai
referensi dari properties benda lainnya.
• Pada awal perkuliahan kita akan membahas tentang
properties air dari 4 prespektif yaitu: fisik, hidrolik, kimia,
dan biologi.
1. Properties Fisik
A. Tiga status/keadaan air
• Air memiliki tiga status: padat (solid), cair (liquid), dan gas
(gaseous)
• Semua status ini pada umumnya berada pada daerah beriklim
temperet (empat musim).
• Pada atmosfir standar (760 mm Hg) dan suhu sekitar O0C, ketiga
status tersebut berada dalam kesetimbangan ketika tekanan
sebagian uap air adalah 4 mm Hg.
• Perubahan status air dari satu status air ke status air berikutnya
tergantung pada temperatur air dan tekanan atmosfir.
• Peningkatan tekanan udara akan menyebabkan titik beku air lebih rendah
dan meningkatkan titik didih air.
• Ketika tekanan udara dibawah 760 mm Hg dan temperatur di bawah 0oC,
status padat air berubah secara langsung menjadi status uap, dan
fenomena ini disebut sublimasi.
• Perubahan dalam status air tidak mengubah sifat kimianya tetapi
mempengaruhi kohesi molekul air dan kepadatan air.
• Molekul air memiliki ikatan yang kaku (rigidly) satu dengan lainnya, tetapi
ada ruang diantara molekul-molekul, dan kekakuannya berbeda diantara
tiga status air.
• Pola molekul dalam uap air lebih rendah dari status padat dan cair.
Density/Kerapatan (g/cm-3) dalam Status Solid, Liquid dan Gaseous pada Beberapa Temperature
Temperature (oC)
State of Water
0 4 10 20 30 40
Solid 0.91600
Liquid 0.99964 0.999997 0.99970 0.99821 0.99565 0.99222
Gaseous 4.845x10-6 6.36x10-6 6.94x10-6 17.30x10-6 30.38x10-6 51.19x10-6
• Molekul air dekat dengan the triple point. Hal ini membuat masa jenis
es lebih rendah, dan volumenya lebih besar, dari kondisi air liquid.
• Uap air memiliki konduktor panasnya lebih rendah pada saat liquid.
Konduktivitas termal es sekitar 141 kali dari uap air.
• Panas Spesifik dan konduktivitas termal dari uap air, liquid, dan gas
pada suhu 0oC
Property Uap Air Cair Es
Panas Spesifik, cal g-1oC-1 0.44 1.00 0.50
Konduktivitas termal, cal cm-1sec-1oC-1 0.0038(10-3) 1.32(10-3) 5.35(10-3)
B. Latent Heat of Water panas laten air
• Perubahan apapun dari keadaan air melibatkan sejumlah transfer panas yang
cukup besar. Pada 20oC membutuhkan 586 kalori panas untuk mengkonversi satu
gram air dari keadaan cair menjadi uap air.
• Kebutuhan panas ini berkurang menjadi 541 cal/g ketika air mencapai suhu
100oC, titik didih air. Temperatur air tidak meningkat pada saat melampaui titik
didihnya jika panas ditambahkan secara menerus.
• Panas yang ditambahkan tidak ditahan di dalam air tetapi dibawa oleh uap
melalui proses pendidihan. Inilah yang disebut panas laten penguapan; yang
dapat dihitung dengan persamaan.
Lv = 597 – 0.564(T) (1)
Dimana T adalah temperatur air dalam derajat Celsius, dan Lv adalah kalori per
gram dari air. Lv, menurun pada laju 1% per 10oC.
• Hal yang sama, kebutuhan panas untuk mengubah 1 g air dari padat
menjadi cair tanpa perubahan temperatur, mengacu pada persamaan
(1), adalah fungsi dari temperatur permukaan T, dalam derajat
Celsius.
Lf = 80 + 0.564(T) (2)
• Dimana Lf digambarkan dalam kalori per gram. Dengan demikian
untuk melelehkan 1 g es pada 0oC membutuhkan 80 cal, hanya 13.4%
dari latent heat uap air pada temperatur yang sama. Proses sublimasi
membutuhkan latent heat ekuivalen terhadap jumlah Lv dan Lf, atau
677 cal/g.
• Penguapan, sublimasi, dan fusi menggambarkan simpanan energi
(energy-sink) dari permukaan sebab panas mengabsorbsi dari
lingkungan untuk melakukan proses ini.
• Kebalikannya, jumlah panas yang sama akan dibebaskan jika uap air
dikondensasi ke dalam embun (proses disebut kondensasi), air dalam
bentuk liquid menjadi es (kristalisasi), atau uap air langsung menjadi
embun beku/frost (pembekuan).
• Oleh karena itu, kita tidak merasa dingin selama salju turun tetapi
akan terasa dingin ketika salju mencair.
C. Saturation Vapor Pressure (Tekanan Uap Jenuh)
• Uap air, seperti gas lainnya, memberikan tekanan parsial di udara. Kondisi
ini disebut tekanan uap terhadap atmosfir (e). Jumlah maksimum tekanan
uap air tergantung pada temperatur udara (Gambar 2).
• Ketika jumlah tekanan uap air di udara mencapai maksimum pada
temperatur tertentu, udara dianggap jenuh dan tekanan yang diberikan
oleh uap air disebut tekanan uap jenuh (es).
• Perbedaan diantara es dan e atau (es – e), adalah defisit uap jenuh. Untuk
temperatur secara umum dalam biosfir, tekanan uap jenuh es, dalam
millibars dapat diestimasi oleh (Tabata, 1973).
ln es = 21.382 – 5347.5/Ta (3)
Dimana Ta adalah temperatur udara dalam Kelvin dan ln adalah logaritma
natural.
1200
1013
1000
Tekanan uap jenuh, mb
800
600
400
200
0
0 20 40 60 80 100
Temperature, oC
• Tekanan uap e dapat dikonversi kedalam kerapatan uap ρv (atau
kelembaban absolut) oleh:
ρv = 217 e/Ta (4)
• Dimana ρv dalam grams per meter kubik, e dalam millibars, dan Ta
dalam Kelvin.
• Kerapatan uap akan lebih besar jika mendekati tanah lembab, air atau
permukaan kanopi dan menurun dengan semakin tinggi.
D. Difusi uap
• Uap air, seperti gas lainnya, melakukan difusi di udara dalam merespon
terhadap kelerengan dalam kerapatan atau tekanan parsial dari molekul air.
• Di bawah udara bebas dari setiap gerakan konvektif dan turbulensi, aliran
uap air qv, adalah proporsional terhadap gradient kerapatan uap air (ρv )
terhadap jarak z oleh formula berikut.
qv = -Dv (d ρv/dz) (5)
• Dimana qv digambarkan dalam gram per cm kuadrat per detik, Dv koefisien
difusi dari uap air dalam centimeter kuadrat per detik, z dalam centimeter,
dan tanda negatif menggambarkan difusi menempati dalam arah
menurunkan kerapatan.
• Dv meningkat dengan peningkatan temperatur T karena peningkatan
aktivitas molekuler tetapi menurun dengan meningkatnya tekanan
atmosfir P karena frekwensi tumbukan molekul dengan rumus:
Dv = (210 +1.5 Ta)/P (6)
Dimana Ta dalam derajat Celsius dan P dalam millibars.
Sebagai contoh, pada atmosfir standar (1013 mbar) bagian udara pada
suhu 20oC memiliki Dv sama dengan 0.237 cm2/sec.
E. Kapasitas Panas
• Panas adalah bentuk energi, suatu kuantitas, dan suatu ukuran dari energy kinetik total
dari semua molekul benda.
• Temperatur adalah indikator panas dan dingin, suatu skala, dan suatu ukuran rata-rata
energi kinetik per molekul suatu benda.
• Suatu bendungan air mungkin memiliki temperatur lebih rendah dari lahan dan
mempunyai kandungan panas yang lebih besar sebab massa nya lebih besar dan panas
spesifiknya lebih besar.
• Panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur 1 g suatu benda 1 oC disebut the
specific heat dari suatu benda.
• Jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan 1 g air 1oC adalah 1 cal. Sehingga the
specific heat dari air adalah 1 cal/oC/g, dan semua specific heat lainnya digambarkan
secara proporsional terhadap air.
• Ethyl Alcohol = 0.58 cal g-1 oC-1, Air = 1.00 cal g-1 oC-1 dan Mercury = 0.033 cal g-1 oC-1
• Kapasitas panas suatu benda adalah total panas dikandung dalam suatu
benda sebagai determinasi oleh specific heat, temperartur dan massa:
HC = (c)(T)(v)(ρ) (7)
Dimana
c = specific heat dalam calories per degree Celsius per gram
T = temperatur dalam degree Celsius
v = volume benda dalam cm kubik
ρ = kerapatan dalam gram per kubik
HC = kapasitas panas dalam calories.
• Jika diketahui es 1 cm3 dengan c = 0.5 cal/oC/g dan T = 1oC, maka
kapasitas panasnya adalah
• HC = (0.50 cal/oC/g)(1oC)(1 cm3)(0.1 g/cm) = 0.050 cal.
• Kapasitas panas air untuk 1 cm3 pada T = 1oC adalah 1 cal, atau 20 kali
lebih besar dari es.
• Catatan bahwa
• 1 cal = 4.19 joules (J) = 4.19 x 107 ergs = 1/252 British thermal unit
(Btu) = 3.09 ft-lb
• Panas spesifik dari air laut menurun dengan meningkatnya salinitas
air laut.
• Pada temperatur 17.5 oC dan tekanan 1 atm, panas spesifik adalah
• 0.968 cal/oC/g pada salinitas 1%
• 0.951 cal/oC/g pada salinitas 2%
• 0.926 cal/oC/ga pada salinitas 4% (list, 1971).
• Untuk tanah panas spesifik berkisar dari 0.2 sampai 0.6 cal/oC/g,
tergantung pada kandungan kadar lengas tanah, porositas dan
temperatur.
F. Konduktivitas Thermal
P1 P3
• P2
F2 A2 A1
Fluid
Self-purification merupakan
system alamiah yang kompleks
yang melibatkan proses
peluruhan secara fisika dan
proses konversi secara kimia
dan biologi
Proses Self Purification Sungai
Proses fisika, meliputi
• Dilusi
• Dispersi
• Sinar matahari (melalui reaksi bio
kimia)
H Daerah
A
perakaran
B
C
Daerah aerasi
Tanah lembab
Daerah batuan
3. Tekstur tanah (t)
• Tekstur tanah adalah satu factor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah
untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan
kimia tanah lainnya.
• Klasifikasi butir-butir primer tanah menurut dua sistem
Sistem USDA (US Department of Agriculture) Sistem Internasional
Diameter (mm) Nama Fraksi Diameter (mm)
2–1 Pasir sangat kasar I 2.0 - 0.2
1 - 0.5 Pasir kasar II 0.2 – 0.02
0.5 - 0.25 Pasir sedang III 0.02 – 0.002
0.25 – 0.1 Pasir halus IV < 0.002
0.1 – 0.05 Pasir sangat halus
0.05 – 0.002 Debu
< 0.002 Liat
• Menurut USDA, tekstur tanah dikelompokkan ke dalam 12 kelas
tekstur yaitu
1) Pasir (sands). Tanah dinyatakan bertekstur pasir jika mengandung pasir 85%
atau lebih besar, dengan persentase debu ditambah 1,5 persentase liat tidak
lebih dari 15%, terdiri dari
• Pasir kasar: 25% atau lebih pasir sangat kasar dan kasar, dan kurang dari 50% pasir
berukuran lebih halus
• Pasir: 25% atau lebih pasir kasar, kasar dan sedang, dan 50% pasir halus dan sangat
halus
• Pasir halus: 50% atau lebih pasir halus atau kurang dari 25% pasir sangat kasar, kasar, dan
sedang, dan kurang dari 50% pasir sangat halus
• Pasir sangat halus: 50% atau lebih pasir sangat halus
2) Pasir berlempung (loamy sands): tekstur tanah yang mengandung pasir pada batas
atas atau 85 – 90%, dan persentase debu ditambah 1.5 kali persentase liat tidak
kurang dari 15%, pada batas bawah mengandung tidak kurang dari 75 – 85% pasir,
dan persentase debu ditambah 2 kali persentase liat tidak lebih dari 38%.
3) Lempung berpasir (sandy loam), tekstur tanah yang mengandung:
• Liat 20% atau kurang, dan persentase debu ditambah dua kali persentase liat lebih dari 30%,
dan 52% atau lebih pasir, atau
• Kurang 7% liat, kurang 50% debu, dan antara 43 sampai 52% pasir.
4) Lempung (loam). Tekstur tanah yang mengandung 7% sampai 27% liat, 28% - 50%
debu, dan kurang dari 52% pasir
5) Lempung berdebu (silt loam). Tekstur tanah yang mengandung:
• 50% atau lebih debu dan 12-27% liat atau
• 50-80% debu dan kurang 12% liat
6) Debu (silt), tekstur tanah yang mengandung 80% atau lebih debu dan kurang 12%
liat
7) Lempung liat berpasir (sandy clay loam), tekstur yang terdiri dari 20-30% liat,
kurang dari 28% debu dan 45% atau lebih pasir.
8) Lempung Berliat (clay loam). Tekstur tanah yang terdiri dari 27-40% liat dan 20 –
45% pasir.
9) Lempung liat berdebu (silty clay loam). Tekstur tanah yang terdiri dari 27-40% liat
dan kurang dari 20% pasir
10) Liat berpasir (sandy clay). Tekstur tanah yang mengandung 35% atau lebih liat dan
45% atau lebih pasir
11) Liat berdebu (silty clay). Tekstur tanah yang terdiri dari 40% atau lebih liat dan 40%
atau lebih debu
12) Liat (clay). Tekstur tanah yang mengandung 40% atau lebih liat, kurang dari 45%
pasir, dan kurang dari 40$ debu.
• Untuk penentuan klasifikasi kemampuan lahan, tekstur lapisan tanah atas (0-30
cm) dan lapisan bawah (30-60 cm) dikelompokkan sbb:
𝑡1 = 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑢𝑟 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠, 𝑚𝑒𝑙𝑖𝑝𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑢𝑟 𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟, 𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑏𝑢, 𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑎𝑡
𝑡2 = 𝑡𝑛ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑢𝑟 𝑎𝑔𝑎𝑘 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠, 𝑚𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑢𝑟 𝑙𝑝𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟, 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑖𝑎𝑡, 𝑑𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑏𝑢
𝑡3 = 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑢𝑟 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔, 𝑚𝑒𝑖𝑝𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑘𝑠𝑡𝑢𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔, 𝑙𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑒𝑏𝑢, 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑏𝑢
𝑡4 = tanah bertekstur agak kasar, meliputi tekstur lempung berpasir, lempung bersasir halus, dan lempung berpasir sangat
halus
𝑡5 = tanah berteskstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir
Segitiga Tekstur Tanah
LIAT
LIAT LIAT
BERPASIR BERDEBU
LEMPUNG
30 LEMPUNG BERDEBU
LEMPUNG LIAT BERLIAT
BERPASIR
20
LEMPUNG
BERPASIR
LEMPUNG LEMPUNG
10 BERDEBU
PASIR DEBU
Kandungan pasiir
4. Struktur tanah
• Struktur tanah adalah ikatan butir-butir primer ke dalam butir-butir sekunder atau agregat
• Susunan butir-butir primer dalam agregat menentukan tipe struktur tanah
• Yang berkondisi remah – lepas, dapat dilihat dengan jelas (tanpa alat pembantu)
keadaannya tampak cerai berai, mudah digusur atau didorong ke tempat-tempat yang
dikehendaki
• Yang berkondisi remah – sedang, kondisinya cenderung agak bergumpalan, dimana ada
dalam keadaan agregasi atau bergumpalan dan terdapat pula yang porus berlubang-
lubang bergeronggong, memudahkan aliran air menerobos menyerap ke dalam lapisan-
lapisan tanah sebelah bawah.
• Kondisi lengket-lengket, kondisi ini sangat kompak bila dalam bentuk gumpalan dan amat
berat apabila digali serta keras apabila diolah, kalau kering gumpanannya menjadi keras
dan retakan-retakan, dan bila basah keadaannya lengket.
Pada susunan remah terdapat pori-pori non kapiler yang tidak dapat menampung air yang diisi oleh
udara. Sedangkan pori-pori antar butir tanah bersifat kapiler yang dapat menampung air hujan, dan
tidak merembes ke bawah,air ini berguna untuk akar tanaman.
5. Keasaman dan salinitas tanah
• Kedua sifat kimia tanah ini sangat berpengaruh pada kesediaan hara tanaman,
dikenal dengan pH tanah.
• pH tanah adalah suatu ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan air tanah
dan dipakai sebagai ukuran bagi keasaman tanah. pH merupakan log
kebalikan ion hydrogen.
• Sumber utama ion 𝐻 + dalam tanah yaitu liat dan humus. Dalam air
terdisosiasi: 𝐻 + + 𝑂𝐻 − 𝐻2 𝑂 ՚ 𝐻 + + 𝑂𝐻 −
→
−
• Apabilai 𝐻 = 𝑂𝐻 → 𝑃𝐻 = 7 artinya tanah setempat memiliki derajat
yang netral.
Harga pH tanah
PH Reaksi
<4.5 Sangat masam sekali
4.5 – 5.0 Masam sekali
5.1 – 5.5 Agak masam
5.6 – 6.0 Sedikit masam
6.1 – 6.5 Kurang masam
6.6 – 7.5 Netral
7.6 – 8.0 Sedikit alkalis/basa
8.1 – 9.0 Agak alkalis/basa
> 9.0 Sangat alkalis
Harga pH tanah
• pH tanah ini mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap tanaman.
• Pengaruh langsung pada akar tanaman pada pH < 4.0, >10.0
menyebabkan kerusakan pada akar
• Pengaruh tidak langsung:
a. tersedianya unsur hara,
b. timbulnya keracunan tanaman
• Pada pH rendah oleh unsur kimia Al dan Mn
• Pada tanah yang alkalis P akan terikat oleh 𝐶𝑎 ++ pada tanah asam P akan
terikat oleh Al dan Fe sehingga tidak tersedia bagi tanaman
6. Kemiringan lahan
• Kemiringan lahan dinyatakan dalam derajat atau persen; dimana
dua titik berjarak 100 m yang memiliki beda tinggi 10 m
membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan
kecuraman 45𝑜 .
• Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, tetapi juga akan
mempercepat aliran permukaan yang dengan demikian
memperbesar energy angkut aliran permukaan.
• Semakin miringnya lereng, jumlah butir-butir tanah yang terpercik
ke bagian bawah lereng oleh tumbukan butiran hujan semakin
banyak.