Anda di halaman 1dari 9

1. Bagaimana perbedaan perilaku beton polos dan beton bertulang?

Jawab :
Beton bertulang :
 Jenis beton yang diperkuat dengan baja tulangan, yang dipasang di dalam beton
untuk memberikan kekuatan tambahan dan meningkatkan daya tahan terhadap
beban.
 Baja tulangan berfungsi untuk menahan beban tarik pada beton, sedangkan beton
yang dicor di sekitarnya berfungsi untuk menahan beban tekan.
 Populer dipakai untuk konstruksi gedung karena lebih ekonomis, mudah dibentuk,
tahan api, biaya perawatan yang rendah, dan mudah didapatkan.
 Lebih berat dari material baja. Sehingga akibat beban sendiri beton bisa retak
 Aliran Beban : Pelat → Balok → Kolom → Pondasi
Beton polos :
 Bahan yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik
yang rendah.
 Beton merupakan bahan buatan yang terdiri atas campuran semen, air, agregat
kasar dan agregat halus. Tanpa ada tulangan hanya material beton saja.
 Beton polos memiliki kekuatan tekan yang cukup tinggi, tetapi rentan terhadap
regangan dan lentur. Oleh karena itu, cocok digunakan untuk struktur yang
menerima beban tekanan langsung seperti fondasi bangunan, trotoar, dan jalan
raya.
2. Apa perbedaan perilaku bagi balok dengan tulangan ganda dan tulangan tunggal, dan
berikan 3 alasan penggunaan tulangan ganda
Jawab :
Tulangan tunggal :
 Suatu balok dinyatakan bertulangan tunggal jika pada penampang beton bertulang
tersebut hanya diperhitungkan terpasang baja tulangan pada satu sisi saja, yaitu
pada bagian serat yang menerima gaya tarik.
Tulangan ganda
 Balok bertulangan rangkap adalah balok beton bertulang yang menggunakan baja
tulangan pada bagian penampang yang menerima gaya tarik maupun tekan.
 Tulangan ganda memberikan redistribusi beban yang lebih merata di sepanjang
panjang balok, sehingga mengurangi risiko kegagalan struktur akibat momen lentur
yang terkonsentrasi di area tertentu.
 Dengan adanya tulangan ganda, balok memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menahan regangan yang disebabkan oleh beban yang diterapkan. Ini mengurangi
kemungkinan terjadinya retak atau keruntuhan pada balok akibat regangan yang
berlebihan.
 Tulangan ganda membantu mendistribusikan gaya tarik secara lebih merata di
seluruh balok, sehingga mengurangi risiko terjadinya keretakan yang dapat
mengurangi kekuatan dan kestabilan struktur.
 Penggunaan tulangan ganda secara efektif meningkatkan efisiensi struktur dengan
memungkinkan penggunaan bahan yang lebih hemat tanpa mengorbankan kekuatan
dan kestabilan. Dengan kata lain, balok dengan tulangan ganda dapat dirancang lebih
ringan daripada balok dengan tulangan tunggal dengan kekuatan yang sama.
 Struktur dengan penggunaan tulangan ganda juga cenderung memiliki masa pakai
yang lebih panjang karena mampu menahan beban dan gaya eksternal dengan lebih
baik, mengurangi risiko perbaikan atau penggantian yang diperlukan dalam jangka
waktu yang lebih singkat.
3 Alasan Menggunakan Tulangan Ganda :
 Tulangan rangkap digunakan untuk mengurangi lendutan jangka panjang. Prinsip
tulangan rangkap digunakan dengan asumsi kapasitas tulangan tunggal terpenuhi
terlebih dahulu baru kemudian tulangan rangkap berfungsi.
 kekuatan lentur, distribusi gaya, efisiensi material, dan kemampuan menahan
regangan.
 Meningkatkan Kekuatan dan Kekakuan Struktur: Tulangan ganda secara efektif
meningkatkan kekuatan dan kekakuan struktur beton bertulang. Dengan adanya
tulangan tambahan, struktur menjadi lebih mampu menahan momen lentur dan
gaya tarik yang terjadi akibat beban yang diterapkan. Hal ini memungkinkan struktur
untuk mengatasi beban-beban eksternal dengan lebih efisien dan meningkatkan
daya dukungnya.
 Redistribusi Beban dan Mencegah Retak:Tulangan ganda membantu
mendistribusikan beban secara merata di seluruh struktur, mengurangi kemungkinan
terjadinya konsentrasi beban yang dapat menyebabkan keretakan atau kegagalan
pada titik-titik tertentu. Dengan redistribusi beban yang baik, struktur menjadi lebih
stabil dan mampu menahan deformasi yang berlebihan, sehingga menghindari
retakan yang dapat merusak kekuatan dan kestabilan struktur.
 Meningkatkan Masa Pakai dan Kinerja Jangka Panjang: Penggunaan tulangan ganda
pada struktur beton bertulang dapat meningkatkan masa pakai dan kinerja struktur
secara keseluruhan. Kekuatan tambahan yang diberikan oleh tulangan ganda
membantu mengurangi risiko perubahan bentuk yang tidak diinginkan, deformasi
yang berlebihan, dan kerusakan struktural dalam jangka waktu yang panjang.
Dengan demikian, struktur menjadi lebih tahan terhadap beban-beban dinamis dan
lingkungan yang mengakibatkan regangan atau gerakan berulang.
tie beam merupakan struktur bawah suatu bangunan. tie beam adalah balok yang letaknya
paling bawah dari semua balok pada sebuah struktur bangunan.

3. Jelaskan konsep under reinforced, over reinforced dan balanced failure


Jawab :
 Under Reinforced (Tulangan Kurang):
Pada kondisi under reinforced, jumlah tulangan baja yang digunakan kurang
dari yang diperlukan untuk menahan momen lentur maksimum yang terjadi pada
struktur. Hal ini mengakibatkan bahwa bagian beton di luar zona lentur akan
mengalami tegangan tarik yang melebihi kapasitas tarik beton. Dalam kondisi ini,
beton akan retak lebih dahulu sebelum tulangan baja mulai bekerja secara optimal.
Kegagalan pada kondisi under reinforced cenderung bersifat gradual dan dapat
memberikan peringatan dengan munculnya retakan sebelum kegagalan total terjadi.

 Over Reinforced (Tulangan Berlebihan):


Pada kondisi over reinforced, jumlah tulangan baja yang digunakan lebih
banyak dari yang diperlukan untuk menahan momen lentur maksimum. Hal ini dapat
mengakibatkan bahwa bagian beton di luar zona lentur tidak mengalami tegangan
tarik yang signifikan, karena tulangan baja yang berlebihan sudah mampu menahan
momen lentur tersebut. Meskipun struktur menjadi lebih kuat, penggunaan tulangan
baja yang berlebihan dapat mengakibatkan pemborosan material dan meningkatkan
biaya konstruksi tanpa memberikan peningkatan kinerja yang signifikan.

 Balanced Failure (Kegagalan Seimbang):


Kondisi balanced failure terjadi ketika struktur beton bertulang dirancang
dengan jumlah tulangan baja yang cukup untuk menahan momen lentur maksimum
dengan baik, tanpa over reinforced maupun under reinforced. Pada kondisi ini,
momen lentur yang terjadi didistribusikan secara merata antara beton dan tulangan
baja, sehingga keduanya bekerja secara optimal dalam menahan beban. Kegagalan
pada kondisi balanced failure cenderung bersifat seimbang dan terkendali, dimana
struktur masih mampu memberikan peringatan dengan adanya retakan sebelum
kegagalan total terjadi.

4. Dalam desain elemen struktur akan ada faktor reduksi yang dikalikan pada kapasitas
nominal penampang, jelaskan filosofinya dan aplikasinya pada aturan desain lentur versus
geser
Jawab :
Faktor reduksi yang dikalikan pada kapasitas nominal penampang adalah salah satu konsep
penting dalam desain struktur yang bertujuan untuk memperhitungkan ketidakpastian,
variasi bahan, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja struktur. Filosofi di
balik penggunaan faktor reduksi adalah untuk memberikan margin keamanan dan keandalan
terhadap beban-beban yang bekerja pada struktur. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
struktur dapat bertahan dan berkinerja baik dalam kondisi ekstrem dan tidak terduga.

Aplikasi faktor reduksi sangat relevan dalam aturan desain lentur versus geser pada struktur
beton bertulang. Berikut adalah penjelasan mengenai filosofi dan aplikasi faktor reduksi
dalam kedua aturan tersebut:

 Aturan Desain Lentur:

Filosofi: Aturan desain lentur bertujuan untuk memastikan bahwa kapasitas


nominal penampang (biasanya dinyatakan dalam momen maksimum yang dapat
ditahan oleh penampang) lebih besar dari momen yang dihasilkan oleh beban-beban
yang bekerja pada struktur. Faktor reduksi diperhitungkan untuk mempertimbangkan
variasi kuat tekan beton, variasi kekuatan tulangan baja, ketidakpastian dalam
analisis struktural, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja struktur.
Aplikasi: Faktor reduksi (biasanya disimbolkan dengan huruf phi, ϕ)
diterapkan pada kapasitas nominal penampang dalam persamaan perhitungan
momen lentur yang diterima oleh struktur. Misalnya, dalam rumus momen lentur M
= ϕ * φ * Mn, faktor reduksi ϕ dan φ digunakan untuk memperhitungkan
ketidakpastian dan memberikan margin keamanan terhadap momen lentur yang
dihitung.
 Aturan Desain Geser:

Filosofi: Aturan desain geser bertujuan untuk memastikan bahwa kapasitas


nominal penampang terhadap geser (biasanya dinyatakan dalam gaya geser
maksimum yang dapat ditahan oleh penampang) lebih besar dari gaya geser yang
dihasilkan oleh beban-beban yang bekerja pada struktur. Faktor reduksi diterapkan
untuk mempertimbangkan variasi kuat tekan beton, variasi kekuatan geser beton,
efek ukuran elemen, ketidakpastian dalam analisis struktural, dan faktor lain yang
mempengaruhi kinerja geser.
Aplikasi: Faktor reduksi (juga disimbolkan dengan huruf phi, ϕ) diterapkan
pada kapasitas nominal penampang terhadap geser dalam persamaan perhitungan
gaya geser yang dapat ditahan oleh struktur. Misalnya, dalam rumus gaya geser Vn =
ϕ * φ * Vc, faktor reduksi ϕ dan φ digunakan untuk memperhitungkan
ketidakpastian dan memberikan margin keamanan terhadap gaya geser yang
dihitung.
Dengan menerapkan faktor reduksi ini, desain struktur menjadi lebih konservatif dan dapat
memberikan keandalan yang lebih tinggi terhadap beban-beban yang bekerja pada struktur.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa struktur dapat berkinerja baik dan aman dalam
berbagai kondisi beban dan lingkungan yang berbeda.
5. Jelaskan serta gambarkan apa itu diagram interaksi untuk kolom
Diagram interaksi adalah representasi grafis dari hubungan antara momen lentur (M) dan
gaya aksial (N) pada elemen struktur tertentu, seperti kolom beton bertulang. Diagram ini
digunakan dalam analisis struktur untuk menentukan kapasitas beban aksial dan momen
lentur yang dapat ditahan oleh kolom tersebut sekaligus.
Berikut adalah penjelasan serta gambaran diagram interaksi untuk kolom:
 Penjelasan Diagram Interaksi:
o Pada diagram interaksi, sumbu horizontal biasanya mewakili momen lentur
(M) dan sumbu vertikal mewakili gaya aksial (N) yang bekerja pada kolom.
o Kurva pada diagram interaksi menunjukkan kombinasi momen lentur dan
gaya aksial yang dapat ditahan oleh kolom tanpa mengalami kegagalan. Area
di bawah kurva tersebut menunjukkan zona aman untuk kolom tersebut.
o Diagram interaksi dapat digunakan untuk menentukan batas-batas kapasitas
beban aksial dan momen lentur yang dapat diterima oleh kolom berdasarkan
karakteristik material yang digunakan (beton dan baja tulangan), geometri
kolom, dan kondisi batas tertentu.
 Gambaran Diagram Interaksi untuk Kolom:
o Pada diagram interaksi untuk kolom beton bertulang, kurva yang terbentuk
biasanya berbentuk poligon dengan empat sisi. Sisi-sisi ini mewakili batas-
batas kapasitas kolom terhadap momen lentur dan gaya aksial.
o Batas atas kurva menunjukkan kapasitas maksimum kolom terhadap momen
lentur tanpa gaya aksial (Mmax).
o Batas bawah kurva menunjukkan kapasitas maksimum kolom terhadap gaya
aksial tanpa momen lentur (Nmax).
o Batas lateral kiri dan kanan kurva menunjukkan kapasitas kolom terhadap
kombinasi momen lentur dan gaya aksial (M-N interaction).
o Titik-titik ekstrim pada kurva, seperti titik sudut atas dan bawah, mewakili
kegagalan kolom yang dapat terjadi saat mencapai batas kapasitas terhadap
momen lentur atau gaya aksial.
Dengan menggunakan diagram interaksi, insinyur struktur dapat mengevaluasi kapasitas dan
kinerja kolom dengan lebih komprehensif dan memastikan bahwa kolom dapat berkinerja
dengan baik dalam kondisi beban yang beragam, seperti beban gravitasi, beban angin, atau
beban gempa. Diagram ini juga membantu dalam merancang struktur yang aman, efisien,
dan memenuhi persyaratan keandalan struktural yang ditetapkan.
Top of Form
6. Bahan beton dikatakan bersifat brittle (getas), jelaskan
Jawab :
Beton dikatakan bersifat brittle atau getas karena cenderung pecah atau retak secara
mendadak tanpa memberikan tanda-tanda yang jelas sebelumnya. Sifat ini berkaitan dengan
struktur dan karakteristik material beton itu sendiri. Berikut adalah beberapa penjelasan
lebih lanjut mengenai sifat brittle pada beton:

1. Struktur Molekuler: Beton merupakan material komposit yang terdiri dari campuran
agregat kasar, agregat halus, semen, dan air. Struktur molekuler beton yang padat
membuatnya cenderung tidak lentur. Ketika tekanan yang diterapkan melebihi kekuatan
tariknya, beton cenderung langsung pecah tanpa adanya perubahan yang mencolok pada
bentuk atau strukturnya.

2. Rasio Air-Semen:Rasio air-semen yang tinggi dapat menyebabkan beton menjadi lebih
getas. Semakin tinggi rasio air-semen, semakin banyak ruang udara yang tertinggal dalam
struktur beton setelah proses pengeringan. Hal ini menyebabkan kekuatan tarik beton
menurun dan cenderung mudah pecah.

3. Kekuatan Tarik yang Rendah: Beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi namun kekuatan
tarik yang relatif rendah. Ini berarti beton lebih mudah untuk menahan tekanan daripada
menahan tarikan. Ketika diterapkan gaya tarik yang signifikan, beton biasanya tidak mampu
menahan gaya tersebut dan akan pecah dengan cepat.

4. Kondisi Lingkungan:Faktor lingkungan seperti suhu ekstrem atau perubahan suhu yang
cepat juga dapat mempengaruhi sifat getas beton. Perubahan suhu yang tiba-tiba dapat
menyebabkan kontraksi atau ekspansi yang cepat pada beton, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan pecah atau retak.

5. Penggunaan Bahan Tambahan: Penambahan serat atau bahan tambahan lainnya seperti
polimer dapat meningkatkan ketahanan tarik beton dan mengurangi sifat getasnya. Ini
disebut sebagai beton bertulang serat atau beton fiber-reinforced yang memiliki kekuatan
tarik yang lebih baik daripada beton konvensional.

Meskipun beton memiliki sifat getas, namun itu juga memiliki kekuatan tekan yang tinggi dan
tahan terhadap kompresi. Oleh karena itu, beton sering digunakan dalam konstruksi untuk
struktur bangunan yang membutuhkan ketahanan terhadap beban tekanan, meskipun perlu
diperhatikan bahwa dalam situasi tertentu, sifat getasnya harus dipertimbangkan agar dapat
menghindari kegagalan struktural yang tidak diinginkan.
7. Kehadiran tulangan tekan pada penampang balok dapat mempengaruhi daktilitas
penampang, jelaskan mengapa dan bagaimana?
Jawab :
Kehadiran tulangan tekan pada penampang balok dapat mempengaruhi daktilitas
penampang karena memperbaiki perilaku struktural beton saat mencapai batas beban
terhadap lentur. Berikut adalah penjelasan mengapa dan bagaimana tulangan tekan
mempengaruhi daktilitas penampang balok:
1. Peran Tulangan Tekan: Tulangan tekan ditempatkan di bagian bawah penampang balok
untuk menahan tekanan yang timbul saat balok dibebani secara lentur. Saat beban
diterapkan, zona kompresi beton di bagian bawah penampang balok akan mengalami
pemampatan dan tekanan yang signifikan. Tulangan tekan bertugas menahan gaya tekan ini
dan mencegah beton mengalami kegagalan secara getas.

2. Peningkatan Kekuatan dan Daktilitas: Kehadiran tulangan tekan secara signifikan


meningkatkan kekuatan penampang balok terhadap beban lentur. Selain itu, tulangan tekan
juga memperbaiki daktilitas penampang, yang mengacu pada kemampuan struktur untuk
memberikan peringatan atau tanda-tanda sebelum mengalami kegagalan. Ini terjadi karena
tulangan tekan memberikan kemampuan redistribusi beban, artinya jika ada retakan yang
terjadi dalam beton, beban akan dialihkan ke tulangan tersebut sehingga struktur masih
dapat menahan beban lebih lama sebelum benar-benar gagal.

3. Efek Meningkatkan Kekuatan Tarik Beton:Tulangan tekan juga memiliki efek samping yang
positif, yaitu meningkatkan kekuatan tarik beton. Ketika tulangan tekan menahan tekanan
pada zona kompresi, beton di sekitar tulangan tekan juga mendapatkan dukungan yang
meningkat, termasuk dalam hal kekuatan tariknya. Hal ini membantu meningkatkan
kapasitas daktilitas penampang balok karena beton menjadi lebih tahan terhadap beban
tarik sebelum mengalami kegagalan.

Dengan demikian, kehadiran tulangan tekan pada penampang balok sangat penting untuk
meningkatkan kekuatan, stabilitas, dan daktilitas struktur. Tulangan tekan membantu
mengoptimalkan distribusi beban dan mengurangi kemungkinan kegagalan getas pada
beton, sehingga meningkatkan kinerja keseluruhan dari suatu struktur beton bertulang.
8. Apakah faktor yang mempengaruhi susut (shrinkage) pada beton?
Susut atau shrinkage pada beton adalah fenomena di mana beton mengalami penyusutan
atau penurunan volume karena berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi susut
pada beton dapat dibagi menjadi dua kategori utama: susut plastis dan susut keras.

1. Susut Plastis:
a. Rasio Air-Semen (Water-Cement Ratio): Semakin tinggi rasio air-semen, semakin besar
susut plastis yang terjadi. Ini karena air dalam campuran beton akan menguap lebih banyak
saat beton mengeras, meninggalkan ruang kosong di dalam beton yang menyebabkan
penyusutan.
b. Bahan Tambah (Admixtures):Penggunaan bahan tambah tertentu seperti penghambat
air atau plastisiser dapat mempengaruhi susut plastis. Beberapa bahan tambah dapat
mengurangi jumlah air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi yang diinginkan,
sehingga mengurangi jumlah air yang menguap dan potensi susut plastis.
c. Komposisi Campuran Beton: Jenis agregat, proporsi agregat kasar dan halus, serta jenis
semen yang digunakan dapat mempengaruhi susut plastis. Campuran beton yang lebih
kering cenderung memiliki susut plastis yang lebih besar.

2. Susut Keras:
a. Kandungan Air dalam Beton: Kandungan air yang tinggi dalam beton dapat menyebabkan
susut keras yang signifikan. Selama proses pengeringan dan pengerasan beton, air akan
menguap dan menyebabkan penyusutan pada beton.
b. Kondisi Lingkungan:Suhu dan kelembaban lingkungan tempat beton dikeringkan dan
mengeras dapat mempengaruhi susut keras. Lingkungan yang panas dan kering cenderung
mempercepat proses pengeringan beton dan meningkatkan susut keras.
c. Ukuran dan Bentuk Struktur Beton: Struktur beton yang lebih besar atau dengan bentuk
yang kompleks cenderung mengalami susut keras yang lebih besar karena lebih sulit untuk
mempertahankan kelembaban di seluruh bagian struktur.

Penting untuk memperhatikan faktor-faktor di atas saat merancang campuran beton dan
mengelola proses pengeringan dan pengerasan beton untuk mengurangi risiko susut yang
berlebihan. Penerapan teknik seperti penggunaan bahan tambah yang tepat, pemeliharaan
kelembaban yang optimal, dan pemilihan campuran beton yang sesuai dapat membantu
mengurangi dampak negatif dari susut pada beton.
9. Apakah faktor yang mempengaruhi rangkak (creep) pada beton ?
Rangkak atau creep pada beton adalah fenomena di mana beton mengalami deformasi
bertahap dan terus-menerus secara lambat selama waktu yang lama ketika dikenakan beban
konstan atau berulang. Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak pada beton meliputi:

1. Beban yang Dikenakan: Beban yang dikenakan pada beton merupakan faktor utama yang
mempengaruhi rangkak. Semakin besar beban yang diberikan, semakin besar pula tingkat
rangkak yang terjadi. Beban dapat berupa beban konstan (statis) atau beban berulang
(dinamis).

2. Umur Beton: Umur beton pada saat beban diterapkan juga memengaruhi tingkat rangkak.
Beton yang lebih muda cenderung memiliki tingkat rangkak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan beton yang lebih tua.

3. Rasio Air-Semen (Water-Cement Ratio): Rasio air-semen pada campuran beton juga
mempengaruhi tingkat rangkak. Semakin tinggi rasio air-semen, semakin besar kemungkinan
terjadi rangkak karena campuran beton menjadi lebih lemah.

4. Kandungan Agregat:Jenis dan proporsi agregat yang digunakan dalam beton juga dapat
memengaruhi rangkak. Agregat yang lebih kasar dan lebih padat cenderung menghasilkan
beton dengan tingkat rangkak yang lebih rendah.

5. Kondisi Lingkungan:Lingkungan di sekitar beton, termasuk suhu, kelembaban udara, dan


paparan terhadap elemen-elemen lingkungan lainnya, dapat mempengaruhi tingkat rangkak.
Lingkungan yang lebih panas dan lebih kering cenderung meningkatkan tingkat rangkak.

6. Jenis Semen:Jenis semen yang digunakan dalam beton juga berperan dalam rangkak.
Beberapa jenis semen, seperti semen Portland dengan fly ash atau slag, dapat menghasilkan
beton dengan tingkat rangkak yang lebih rendah dibandingkan dengan semen Portland biasa.

7. Kualitas Pengawasan dan Perawatan: Proses pembuatan, pengawasan mutu, dan


perawatan selama proses pengerasan beton juga dapat memengaruhi tingkat rangkak. Beton
yang diproduksi dengan kualitas yang baik dan diawasi dengan ketat cenderung memiliki
tingkat rangkak yang lebih rendah.
Pemahaman terhadap faktor-faktor di atas penting dalam merancang dan mengelola struktur
beton agar dapat menghindari masalah rangkak yang berlebihan yang dapat mengancam
keandalan dan kinerja jangka panjang dari struktur beton tersebut.
10. Apa fungsi baja tulangan dalam suatu elemen struktur beton bertulang ?
Jawab :
Baja tulangan memiliki beberapa fungsi penting dalam suatu elemen struktur beton
bertulang. Berikut adalah beberapa fungsi utama baja tulangan dalam struktur beton
bertulang:

1. **Meningkatkan Kekuatan Tarik:**


- Salah satu fungsi utama baja tulangan adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik struktur.
Beton memiliki kekuatan tekan yang baik namun kekuatan tariknya rendah. Dengan adanya
baja tulangan yang diletakkan di dalam elemen beton, kekuatan tarik dari beban-beban yang
bekerja pada struktur dapat ditahan oleh baja tulangan.

2. **Mencegah Retakan yang Berlebihan:**


- Baja tulangan membantu dalam mencegah terjadinya retakan yang berlebihan pada
elemen beton. Retakan pada beton dapat terjadi karena tegangan tarik yang melebihi
kapasitas tarik beton itu sendiri. Dengan adanya baja tulangan, tegangan tarik dapat
dialihkan ke baja sehingga beton tidak mengalami retakan yang signifikan.

3. **Meningkatkan Kekakuan Struktur:**


- Penambahan baja tulangan juga dapat meningkatkan kekakuan atau kekakuankolom,
balok, atau pelat beton. Hal ini terutama berlaku untuk elemen-elemen struktur yang
mengalami beban lateral seperti beban angin atau gempa. Dengan adanya baja tulangan,
elemen struktur menjadi lebih kaku dan mampu menahan deformasi yang disebabkan oleh
beban lateral.

4. **Mengontrol Daktilitas Struktur:**


- Baja tulangan juga berperan dalam mengontrol daktilitas atau kemampuan struktur untuk
menyerap energi sebelum mengalami kegagalan. Baja tulangan membantu struktur untuk
menunjukkan perilaku yang lebih daktil dan memberikan tanda-tanda sebelum mencapai
batas kegagalan secara mendadak.

5. **Mengatur Penyebaran Retakan:**


- Dalam situasi di mana retakan tidak dapat dihindari, baja tulangan dapat membantu
mengatur penyebaran retakan secara lebih terkendali. Hal ini penting untuk menjaga
keandalan dan kinerja struktur beton bertulang dalam jangka panjang.

6. **Mendukung Transfer Beban:**


- Baja tulangan juga berperan dalam mendukung transfer beban dari satu bagian struktur
ke bagian lainnya. Ini terutama penting dalam elemen struktur seperti nodus sambungan dan
dinding penahan.

Dengan demikian, baja tulangan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan
kekuatan, kekakuan, daktilitas, dan kinerja keseluruhan dari struktur beton bertulang.
11. Berapakah tebal minimum selimut beton untuk waduk menurut SNI 2847 ?
12. Berapakah jarak bersih minimum antar tulangan longitudinal ? Mengapa diperlukan
persyaratan jarak bersih minimum tersebut ? berikan ilustrasinya
13. Gambarkanlah lokasi teroritis tulangan longitudinal untuk elemen struktur berikut
14. Apa fungsi dari selimut beton ?
Jawab :
Selimut beton adalah lapisan beton yang melindungi baja tulangan di dalam struktur beton
bertulang. Fungsi utama dari selimut beton adalah untuk memberikan perlindungan
terhadap korosi, memberikan ketahanan terhadap tekanan, dan meningkatkan kualitas
estetika dari struktur beton. Berikut adalah beberapa fungsi penting dari selimut beton:

1. **Perlindungan terhadap Korosi:**


- Salah satu fungsi paling kritis dari selimut beton adalah melindungi baja tulangan dari
korosi. Jika baja tulangan terkena air atau zat-zat kimia yang dapat menyebabkan korosi, akan
terjadi kerusakan struktural yang serius. Selimut beton yang cukup tebal akan membantu
mencegah air dan zat-zat korosif meresap ke dalam dan mencapai baja tulangan.

2. **Mengontrol Retakan:**
- Selimut beton juga membantu dalam mengontrol pembentukan dan penyebaran retakan
pada struktur beton. Dengan adanya selimut yang cukup tebal, retakan cenderung terbatas
pada lapisan selimut saja, dan tidak sampai mencapai baja tulangan di dalamnya. Hal ini
penting untuk menjaga kekuatan dan keandalan struktur beton.

3. **Ketahanan terhadap Tekanan dan Beban:**


- Selimut beton yang memadai juga memberikan ketahanan terhadap tekanan dan beban
yang bekerja pada struktur beton. Selimut yang kuat dan berkualitas akan membantu
struktur beton menahan tekanan dan beban secara efektif, menjaga kekakuan dan kekuatan
strukturalnya.

4. **Estetika dan Tampilan Luar:**


- Selimut beton juga berperan dalam meningkatkan kualitas estetika dari struktur beton.
Selimut yang rata, halus, dan berkualitas akan memberikan tampilan yang lebih baik secara
visual, baik untuk keperluan interior maupun eksterior bangunan.

5. **Pengontrolan Panas dan Perubahan Dimensi:**


- Selimut beton juga berperan dalam mengontrol perubahan dimensi dan penyerapan
panas pada struktur beton. Dengan adanya selimut yang cukup tebal, perubahan dimensi
akibat perubahan suhu dapat dikendalikan, yang membantu mencegah kerusakan akibat
gaya yang ditimbulkan oleh perubahan dimensi tersebut.

Penting untuk diperhatikan bahwa ketebalan dan kualitas selimut beton harus dirancang dan
diatur sesuai dengan standar teknis dan persyaratan desain yang berlaku untuk memastikan
perlindungan yang optimal terhadap baja tulangan, menjaga kekuatan, dan meningkatkan
umur layanan dari struktur beton bertulang.

Anda mungkin juga menyukai