• Mengenal sosok Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan Indonesia
Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama aden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir dari keluarga keraton Yogyakarta. Sebagai keluarga bangsawan, pendidikan merupakan salah satu hal utama yang harus beliau jalani. Mengawali pendidikan dasar di Europeesche Lagere School, sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk anak-anak dari bangsa Eropa. Setelahnya Ki hajar Dewantara sempat melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran di Stovia. Namun saat pertengahan proses pendidikannya, beliau terpaksa harus memberhentikan pendidikannya karena masalah kesehatan. Beliau akhirnya tidak menamatkan pendidikan dokternya karena kesehatan yang kurang baik. Tidak berhenti disitu, Ki Hajar Dewantara melanjutkan perjalannya sebagai seorang penulis dan wartawan di beberapa surat kabar. Selama perjalanannya Ki Hajar Dewantara sudah banyak bekerja sama dengan surat kabar, seperti surat kabar Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaom Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Setelah berjalan-jalan dalam dunia surat kabar, Ki hajar Dewantara mulai masuk kedalam dunia pendidikan dengan langkah awal membangun partai politik Indische Partij bersama rekan kerjanya Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker. Indische Partij merupakan partai pertama Indonesia yang menggaungkan kebebasan Hindia yang beraliran nasionalisma dengan semboyan “indie untuk indier”. Pembentukan partai tersebut bertujuan untuk mempersatukan Hindia Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Partai ini bergerak aktif untuk menyebargan gagasan nasionalisme dan berhasil mendapatkan dukungan dari rakyat dengan tujuan mengakhiri penjajahan di tanah air. Namun hal-hal yang dilakukan Ki Hajar Dewantara tentunya tidak selalu berjalan mulus, karena kegiatan dan beberapa tulisan yang Beliau hadirkan berhasil menyulut kemarahan dari Belanda yang akhrinya membuat Beliau dan rekannya harus diangsingkan ke Belanda. Pengasingan tersebut tidak memberhentikan Ki Hwajar Dewantara dalam karirnya, dipengasingan Beliau tetap melanjutkan pendidikan dan pengajaran yang akhirnya berhasil memperoleh sertifikan Europeesche Akte. Berkat pengasingan tersebut, Ki Hajar Dewantara mulai menaruh hati dalam dunia pendidikan dan mulai mencurahkan perhatiannya dalam dunia pendidikan, tentunya hal ini tidak luput dari tujuan untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1922 tepatnya pada tanggal 3 Juli, Ki Hajar Dewantara dan rekannya mulai mendirikan Taman Siswa. Perguruan Tinggi ini selalu menekankan rasa kebangsaan dan tanah air yang tidak meninggalkan corak budaya (Setiono, 2012). Berkat hal itu kini kita mengetahui bahwa Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah pendidikan Indonesia.
• Perkembangan pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara
Dalam perkembangan pendidikan Ki Hajar Dewantara memiliki peran penting didalamnya, Beliau juga mendapat gelar Bapak Pendidikan Nasional, hal itu tidak luput dari kontribusinya terhadap perkembangan pendidikan Indonesia. Pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan di Indonesia, dan pemikiran-pemikiran sosialnya juga penting dalam rangka perjuangan kemerdekaan. Upayanya untuk menjamin akses pendidikan yang lebih luas, khususnya melalui Taman Siswa, hal ini memberikan dampak positif yang besar bagi perkembangan pendidikan di negeri ini. Karya dan gagasannya penting hingga saat ini, berupaya membangun pendidikan yang lebih inklusif, berkualitas, dan berorientasi pada nilai kemanusiaan. Dalam salah satu pengertian penting Ki Hajar Dewantara, beliau memandang pendidikan bukan hanya sebagai sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga sebagai sarana pembebasan diri. Pendidikan harus membantu masyarakat mengembangkan potensinya dan memahami hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, serta mendukung dan mendorong metode pendidikan yang berakar pada budaya lokal. Ia menilai penting untuk memahami dan melestarikan warisan budaya Indonesia dalam proses pendidikan. Mengutip pemikiran Ki Hadjar Dewantara: “Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bertumpu pada kekuatan jasmani dan rohaninya sendiri serta tidak bergantung pada orang lain.” Artinya, jika kita mengharapkan siswa kita menjadi manusia yang mandiri serta mandiri di masa depan, tentu penting bagi mereka untuk mengenal diri mereka sendiri dan mampu menetapkan sendiri tujuan dan kebutuhan belajar yang relevan dan kontekstual bagi mereka. terhadap lingkungan. Selain itu Ki Hajar Dewantara juga memiliki pandangan bahwa pendidikan pada masa itu (masa kolonial), tidaklah mencerdaskan tetapi hanya mendidik manusia untuk bergantung pada nasib dan bersikap pasif. Oleh karena itu, beliau berkeinginan untuk mengubah pendidikan di Indonesia ke arah yang berdasar pada kebudayaan nasional. Selain itu, beliau juga percaya bahwa untuk terbebas dari jeratan penjajah, memberikan pendidikan pada pemuda merupakan syarat utama. Keinginan merdeka harus dimulai dengan mempersiapkan memiliki generasi muda yang bebas, mandiri, dan pekerja keras agar bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang mandiri dan sadar akan kemerdekaan (Marihandono, 2017) Berdasarkan beberapa hal itu, dapat dilihat bahwa pengaruh kehadiran Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan sangat berpengaruh bahkan setelah Beliau wafat. Penerapan yang Beliau lakukan masih terus berjalan bahkan hingga saat ini. Dengan berlandaskan pemikiraan Beliau, kita yang hidup di masa kini dapat terus mengembangkan prinsip tersebut tanpa mengubah tujuan utamanya, yaitu mensejahterakan kehidupan pendidikan. Hal penting lainnya adalah, pendidik harus memberikan kebebasan berfikir dan bertindak kepada peserta didik namun tetap dengan penjagaan berlandaskan norma yang berlaku. Pada masa ini, penerapan konsep itu dapat dilihat pada kurikulum merdeka yang sedang diterapkan oleh pemerintah. Pada kurikulum ini, peserta didik memiliki peran penting dalam penentuan keputusan terkait penyelesaian masalah dihidupnya termasuk dalam proses penyelesaian permasalahan belajar. Sehingga dengan hal ini, konsep yang dibentuk oleh Ki Hajar Dewantara masih terus terealisasikan baik pada masa kolonial maupun masa sekarang.
• Penerapannya dalam dunia Bimbingan dan konseling
Penerapan Bimbingan Konseling sesuai dengan gagasan Ki Hajar Dewantara, atau lebih dikenal dengan nama pendidikan Taman Siswa, dapat melibatkan beberapa prinsip utama yang dipegang oleh beliau. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, memperhatikan aspek-aspek keseimbangan antara spiritual, intelektual, sosial, dan fisik. Berikut beberapa poin yang dapat diambil sebagai panduan: 1. Pendidikan sebagai Proses Pembebasan: Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan seharusnya menjadi proses pembebasan dan pemberdayaan individu. Dalam konteks bimbingan konseling, ini bisa diartikan sebagai memberikan dukungan agar individu dapat mengembangkan potensi dan memahami diri mereka sendiri. 2. Pendidikan Sebagai Upaya Menyeluruh: Bimbingan konseling tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter, keterampilan sosial, dan penerimaan diri. Ini sejalan dengan pandangan holistik Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan. 3. Menghormati Individualitas: Setiap individu dianggap unik, dan bimbingan konseling seharusnya memahami dan menghormati keunikan tersebut. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa setiap anak memiliki hak untuk dikembangkan sesuai dengan potensinya. 4. Mengembangkan Akhlak dan Karakter: Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan akhlak yang baik. Bimbingan konseling dapat membantu individu dalam pengembangan nilai-nilai moral dan etika. 5. Partisipasi Masyarakat: Ki Hajar Dewantara memandang bahwa pendidikan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, melainkan juga melibatkan partisipasi masyarakat. Bimbingan konseling dapat melibatkan keluarga dan masyarakat dalam mendukung perkembangan individu. 6. Pendidikan Sebagai Proses Seumur Hidup: Konsep ini menekankan bahwa pendidikan tidak berhenti setelah seseorang menyelesaikan formalitas sekolah. Bimbingan konseling dapat membantu individu untuk terus belajar dan berkembang sepanjang hidup.
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri