Anda di halaman 1dari 11

e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

KOMPARASI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KIMIA DAN


KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ANTARA YANG
DIBELAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT
BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING
Ni Nyoman Rusminiati, I Wayan Karyasa,I Nyoman Suardana

Program StudiPendidikan IPA, Program Pascasarjana


UniversitasPendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {nyoman.rusminiati, wayan.karyasa, nyoman.suardana}@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis: 1) perbedaan peningkatan pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran PjBL dan DL, 2) perbedaan peningkatan
pemahaman konsep kimia antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan PjBL
dan DL, 3) perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan PjBL dan DL. Penelitian ini dilakukan di
SMA Negeri 1 Susut tahun pelajaran 2014/2015. Rancangan penelitian ini
menggunakan pretest-postest non equivalent control group design dengan populasi
siswa kelas X yang berjumlah 144 yang terdistribusi dalam 4 kelas. Pemilihan
sampel menggunakan teknik simple random sampling terhadap kelas. Dari 4 kelas
yang sudah setara akan dirandom untuk menentukan 2 kelas sebagai sampel
penelitian, yakni 1 kelas akan memeproleh pembelajaran Model PjBL dan 1 kelas
lagi akan memperoleh pembelajaran Model DL.Data dikumpulkan dengan tes
pemahaman konsep kimia dan tes keterampilan berpikir kritis.Data dianalisis dengan
statistic deskriptif dan inferensial menggunakan multivariate analysis of variance
(MANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) terdapat perbedaan
peningkatan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa yang signifikan antara
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PjBL dan DL (F hitung= 8.991), 2)
terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep kimia yang signifikan antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan PjBL dan DL (Fhitung= 7.262 ), 3) terdapat
perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang signifikan antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan PjBL dan DL (F hitung=16.603). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman konsep dan berpikir
ktitis siswa dengan model PjBL relative lebih tinggi dibandingkan dengan model DL.

Kata kunci: Project based learning (PjBL), discovery learning(DL), pemahaman


konsep kimia, keterampilan berpikir kritis

Abstract
This research was aimed to analyze: (1) the difference at improvements of concept
understanding and critical thinking skill between students which were taught by PjBL
and those taught by using DL, (2) the difference atimprovements of chemical concept
understanding between students which were taught by PjBL and those taught by
using DL, (3) the difference at improvement of critical thinking skill between students
which were taught by PjBL and those taught by using DL. This study was conducted
in SMA Negeri 1 Susut in academic year 2014/2015. The research design is pretest-
postest non equivalent control group designand the population is 144 tenth grade
students which distributed into 4 classes by using simple random sampling
technique, then 2 class would be randomly selected as sample of this research; 1
class were treated by PjBL learning model and 1 other class were treated by DL
learning model. Data were collected by chemical concept understanding and critical
thinking skill tests, which then analyzed by inferential and descriptive statistics using
multivariate analysis of variance (MANOVA). The research discovers: 1) there is

1
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

significant differences in improvement of concept understanding and critical thinking


skill between students who were taught by PjBL and DL (F count = 8.991), 2) there is
significant differences in improvement of chemical concept understanding between
students who were taught by PjBL and DL (Fcount = 7.262), 3) there is significant
differences in improvement of critical thinking skill between students who were taught
by PjBL and DL (Fcount = 16.603). The result of this study shows that the improvement
of concept understanding and critical thinking skill treated by using PjBL is higher
than DL model.

Keywords :project based learning (PjBL), discovery learning (DL), chemical concept
understanding, critical thinking skill

PENDAHULUAN satuan pendidikan dasar dan menengah


Dalam rangka menghadapi abad ke- harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
21 diperlukan insan Indonesia yang menantang, dan memotivasi siswa untuk
produktif, kreatif, inovatif dan afektif. berpartisi pasiaktif, serta memberikan
Menurut Maroco, dkk, (2008 dalam Abidin, ruang yang cukup bagi prakarsa,
2014) menghadapi tantangan abad ke-21 kreativitas dan kemandirian sesuai
ada empat kompetensi belajar yang dengan bakat, minat dan perkembangan
harus dikuasai yakni, (1) kemampuan fisik serta psikologis siswa. Keberhasilan
pemahaman yang tinggi, (2) kemampuan tersebut ditandai dengan terpenuhinya
berpikir kritis, (3) kemampuan salah satu standar pendidikan nasional,
berkolaborasi dan berkomunikasi serta, yaitu standar proses (BSNP, 2006).
(4) kemampuan berpikir kreatif. Pada umumnya, suatu mata pelajaran
Warpala (2006 dalam Juniartina, akan berhasil jika pembelajaran
2012) menyatakan pada proses direncanakan dengan seksama. Hal ini
pembelajaran pemahaman merupakan dikarenakan perencanan pembelajaran
prasyarat untuk mencapai kemampuan merupakan suatu bentuk petunjuk bagi
atau ketrerampilan kognitif pada tingkatan guru yang dapat mengarahkan tujuan
yang lebih tinggi, baik pada konteks yang pembelajaran, rambu-rambu tentang
sama maupun pada konteks yang materi pelajaran, metode, teknik, media,
berbeda. Sehingga pada proses alat dan sumber belajar, pelaksanaan
pembelajaran pemahaman semestinya evaluasi serta feedback yang akan
ditekankan untuk mencapai hasil belajar diberikan oleh guru kepada siswa. Oleh
yang maksimal. karena itu guru harus memikirkan dan
Hasil belajar kimia kelas X MIA di merancang perencanaan belajar sebaik
SMA Negeri 1 Susut yang diperoleh dari mungkin agar dapat mengoptimalkan
hasil ulangan tengah semester ganjil proses pembelajaran yang akan
tahun pelajaran 2014/2015 rata-rata berlangsung. Hal tersebut juga berlaku
ketuntasan belajarnya sebesar 42%. Hal untuk mata pelajaran kimia.
ini menunjukkan hasil belajar kimia siswa Kimia merupakan salah satu cabang
masih rendah dan hal ini mengindikasikan pengetahuan IPA atau ilmu sains
bahwa rendahnya pemahaman konsep sehinggamemiliki karakteristik umum yang
kimia siswa. sama dengan ilmu sains itu sendiri, yaitu
Rendahnya hasil belajar siswa dapat sains sebagai produk dan sains sebagai
dipengahuri oleh beberapa factor proses. Dalam ilmu kimia mempelajari
diantaranya adalah proses pembelajaran tentang materi dari struktur, sifat,
yang dikelola oleh seorang guru. perubahan serta energi yang meyertai
Pembelajaran adalah suatu proses perubahan tersebut. Pelajaran kimia
interaksi siswa (pembelajar) dengan menggunakan istilah dan bahasa kimia
pendidik dan sumber belajar pada suatu yang sangat berbeda, serta sejumlah
lingkungan belajar (UU. Sisdiknas No. 20 konsep abstrak(Chang, 2003). Secara
Tahun 2003). Lebih lanjut lagi dinyatakan lebih khusus lagi ilmu kimia memiliki
bahwa proses pembelajaran pada setiap karakteristik yang tidak dimiliki oleh

2
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

cabang ilmu sains lainnya, yang mana persaingan abad ke-21 diperlukan insan
konsep-konsep dalam ilmu kimia yang mampu berpikir secara kritis
melibatkan aspek kajian baik itu aspek sehingga dapat menerima informasi
makroskopis (sifat yang dapat diamati), dengan baik, mampu membedakan hal
mikroskopis (partikel penyusun zat) dan positif dan hal yang negatif bagi
simbolis (identitas zat). Wiseman (dalam kehidupan.
Rumansyah, 2002) mengemukakan Sadia (2008) melakukan penelitian
bahwa ilmu kimia merupakan salah satu tentang keterampilan berpikir kritis siswa
pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa SMP Negeri dan SMA Negeri di beberapa
menengah dan mahasiswa. Menurut Arifin Kabupaten di provinsi Bali. Hasil
(dalam Rumansyah, 2002) kesulitan siswa penelitian menunjukkan keterampilan
dalam mempelajari ilmu kimia dapat berpikir kritis untuk siswa SMA Negeri
bersumber pada kesulitan dalam kelas X berkualifikasi rendah dengan skor
memahami istilah, kesulitan dalam rerata (mean) 49,38 dengan simpangan
memahami konsep kimia, dan kesulitan baku 16,92 dengan skor maksimal 100;
angka. Kesulitan pembelajaran ini dapat dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP
diatasi dengan cara pengelolaan Negeri kelas IX berkualifikasi rendah
pembelajaran kimia yang baik terutama dengan skor rerata (mean) 42,15 dengan
dalam tahap perencanaan pembelajaran simpangan baku 14,34 (skor standar 100).
dan pelaksanaan proses pembelajaran Penemuan Rofi’uddin (2000) (dalam
sehingga siswa dapat meningkatkan hasil Juniartina 2012) menyatakan bahwa
belajar. terjadi keluhan tentang rendahnya
Kompetensi belajar berikutnya yang keterampilan berpikir kritis yang dimiliki
harus dicapai dalam menghadapi oleh lulusan pendidikan dasar sampai
tantangan abad ke-21 adalah kemampuan perguruan tinggi, karena pendidikan
berpikir kritis. Berpikir kritis adalah berpikir belum ditangani secara baik.
berpikir yang benar dalam pencarian Salah satu perubahan paradigma
pengetahuan yang relevan dan realiabel dalam Kurikulum Satuan Tingkat
tentang dunia realita. Seorang yang pendidikan (KTSP) adalah paradigma
berpikir kritis mampu mengajukan pembelajaran yaitu orientasi pembelajaran
pertanyaan yang benar, mengumpulkan yang semula berpusat pada guru (teacher
informasi yang relevan, bertindak secara centered) beralih pada pembelajaran
efesien dan kreatif berdasarkan informasi, berpusat pada siswa (student centered).
dapat mengemukakan argumen yang (Trianto, 2007; 2). Guru sebagai ujung
logis berdasarkan informasi, dan dapat tombak pelaksana kurikulum memegang
mengambil simpulan yang dapat peranan yang sangat penting. Guru wajib
dipercaya (Schafersman, 1991 dalam mengelola pembelajaran aktif dan
Sadia, dkk, 2008). Seseorang yang menyenangkan. Studi-studi menunjukkan
berpikir kritis akan selalu aktif dalam bahwa siswa lebih banyak belajar jika
memahami dan menganalisis semua pelajarannya menyenangkan, menantang
informasi yang ia dapatkan. Menurut dan mereka diberikan hak dalam
Preisseisen dikutif oleh Panen (1997 pengambilan keputusan (DePorter, dkk,
dalam Yamin, 2012; 71) keterampilan 2014;53).
berpikir kritis (Critical Thinking) adalah Pembelajaran yang dikembangkan
keterampilan individu dalam dalam KTSP adalah pembelajaran yang
menggunakan proses berpikirnya untuk mencari tahu, bukan pembelajaran
menganalisis argumen dan memberikan memberi tahu siswa. Sehingga proses
interpretasi berdasarkan persepsi yang belajar siswa adalah proses belajar
sahih melalui logical reasoning, analisis mengkontruksi makna, siswa menemukan
asumsi dari argumen dan interpretasi dan mengkonstruksi pengetahuannya
logis, keterampilan berpikir kritis bagi sendiri, dalam hal ini guru hanyalah
siswa diharapkan dapat memposisikan berperan sebagai fasilitator dan mediator.
diri dalam dunia masyarakat serta dapat Pemilihan strategi pembelajaran
memilih dan memilah informasi yang merupakan bagian langkah yang sangat
bermanfaat bagi dirinya. Menghadapi penting dalam melakukan perencanaan

3
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

pembelajaran oleh seorang guru. kemampuan siswa dalam menguasai


Pemilihan metode atau model materi pembelajaran atau pemahaman
pembelajaran disesuaikan dengan sikap terhadap konsep materi dan peningkatan
dan ketrampilan yang akan keterampilan berpikir kritis.
dikembangkan. Metode pembelajaran Discovery Learning (DL) dapat
bukan hanya sekedar cara penyampaian dipandang sebagai metode maupun
materi akan tetapi menyangkut proses model pembelajaran, DL lebih sering
yang kompleks dari keseluruhan proses dipandang sebagai metode pembelajaran
pembelajaran mulai dari penentuan (Abidin, 2013;175). Pada tulisan ini DL
tujuan pembelajaran, sampai pada akan dipandang sebagai konsep model
evaluasi. pembelajaran. Sani (2013: 97)
Metode pembelajaran kooperatif menyatakan sebuah model pembelajaran
merupakan salah satu bentuk harus memiliki 1) sintaks (fase
pembelajaran yang berdasarkan paham pembelajaran), 2) sistem sosial; 3) prinsip
konstruktivisme. Pembelajaran kooperati reaksi; 4) sistem pendukung; dan 5)
dapat mengembangkan kemampuan dampak Model pembelajaran. DL hampir
bekerja sama dan berkolaborasi. Dengan mirip denganmodel pembelajaran inkuiri
memadukan metode pembelajaran yang berbeda adalah terletak pada
kooperatif dengan model pembelajaran masalah yang dihadapkan pada siswa,
inovatif dapat digunakan sebagai desain pada DL masalah yang dimunculkan
pembelajaran yang mampu mewujudkan merupakan masalah yang dikreasi oleh
tujuan pendidikan dalam rangka guru. Siswa diharapkan dapat
menghadapi tantangan abad ke-21. Ada menemukan sendiri pengetahuannya
beberapa model pembelajaran inovatif yang akan digunakan untuk memecahkan
diantaranya Pembelajaran Project Based masalah yang dihadapinya. Oleh karena
Leearning atau Model Pembelajaran itu dengan pembelajaran DL siswa juga
Berbasis Proyek dan Model diharapkan dapat meningkatkan
Pembelajaran Discovery Learning kemampuan siswa dalam menguasai
Project Based Learning(PjBL) adalah materi pembelajaran, pengembangan
model pembelajaran yang menjadikan kemampuan berpikirkritis, kreatif, dan
masalah sebagai langkah awal dalam inovatif, serta membinadaya kreativitas
menemukan pengetahuannya yang produktif. Oleh karena itu Baik model
didapat dari pengalamannya secara PjBL maupun DL merupakan model
nyata. Adapun keunggulan dari PjBL ini pembelajaran saintifik proses, namun
antara lain siswa bekerja untuk pada proses pembelajaran dengan model
menampilkan dan mengkonstruksi PjBL siswa benar-benar dihadapkan pada
informasi secara mandiri, berbagi masalah yang kompleks dan
pengetahuan dengan orang lain, bekerja menghendaki siswa melakukan investigasi
sama untuk tujuan bersama dan untuk memahaminya serta diakhiri dengan
mengakui bahwa setiap orang memiliki sebuah produk.
keterampilan tertentu yang berguna untuk Dari uraian diatas Baik model PjBL
setiap proyek yang dikerjakannya. (Abidin, maupun DL merupakan model
2013;170). PjBL sangat baik digunakan pembelajaran saintifik proses, yang dapat
untuk mengembangkan berbagai berdampak diantaranya pada peningkatan
keterampilan dasar yang dimiliki siswa pemahaman penguasaan materi
termasuk keterampilan berpikir. Menurut pelajaran dan peningkatan keterampilan
pedagodi Dewey (dalam Yamin,2012;11) berpikir kritis siswa. Penelitian yang
bahwa seorang guru hendaknya dilakukan oleh Sastrika (2013) Bahwa
melibatkan siswa di berbagai proyek terdapat perbedaan pemahaman konsep
berorientasi pada masalah dan membantu dan keterampilan berpikir kritis siswa
mereka menyelidiki berbagai masalah antara siswa yang belajar dengan Model
sosial dan intelektual penting. Siswa harus Pembelajaran PjBLdan siswayang
aktif dalam menemukan pengetahuannya mengikuti pembelajaran konvensional .
sendiri. Adapun dampak dari PjBL ini Penelitian Widiadnyana (2014)
diantaranya adalah peningkatan Menunjukkan bahwa dengan Model

4
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

Pembelajaran DL pemahaman konsep setelah perlakuan (posttest) yang


dan sikap ilmiah siswa lebih baik diberikan pada semua sampel
daripada model konvensional. Analisis deskriptif digunakan untuk
Berdasarkan uraian tersebut maka mendeskripsikan gain score
peneliti tertarik untuk mengangakat suatu ternormalisasi pemahaman konsep kimia
penelitian yang berjudul “ Komparasi siswa, dan gain scoreternormalisasi
Peningkatan Pemahaman Konsep Kimia keterammmpilan berpikir kritis siswa
dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa sehingga didapatkan gambaran umum
antara yang dibelajarkan dengan Model mengenai kedua variabel tersebut baik
PjBL dan DL” pada kelompok belajar dengan model
PjBL maupun kelompok belajar dengan
METODE DL.Adapun pedoman konversi rerata gain
Bertolak dari rumusan masalah yang score ternormalisasi disjikan pada
diajukan, penelitian ini merupakan Tabel.1.
penelitian eksperimen semu (quasi
experiment), Penelitian ini menggunakan Tabel 1 Pedoman Konversi Rata-rata
rancangan pretest-postest non equivalent Gain-score
control group design. Interval Kategori
Populasi penelitian adalah siswa 0,7 <(g) Tinggi
kelas X SMA Negeri 1 Susut yang 0,3<(g)< 0,7 Sedang
berjumlah 144 yang terdistribusi dalam 4
(g)<0,3 Rendah
kelas.Penelitian ini dilaksanakan di SMA
(Savinainen, 2002)
Negeri 1 Susut semester genap tahun
pelajaran 2014/2015.Pemilihan sampel
Uji prasyarat dilakukan sebelum
menggunakan teknik simplerandom
dilaukan pengujian hipotesis yaitu uji
sampling terhadap kelas. Dari 4 kelas
normalitas sebaran data, uji homogenitas
yang sudah setara akan dirandom untuk
varian, dan uji kolinearitas. Untuk menguji
menentukan 2 kelas sebagai sampel
hipotesis dalam penelitian ini digunakan
penelitian, yakni 1 kelas akan
teknik multi analylis of variance
memeperoleh pembelajaran Model PjBL
(MANOVA)
dan 1 kelas lagi akan memperoleh
pembelajaran Model DL.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengundian pada 4 kelas
Nilai pemahaman konsep kimia
didapatkan 2 kelas yang akan digunakan
dan keterampilan berpikir kritis siswa baik
sebagai penelitian yaitu siswa kelas X3
pada kelompok siswa yang dibelajarkan
dan X4 selanjutnya siswa kelas X3
dengan model Project Based Learning
mendapatkan perlakuan model PjBL dan
(PjBL) dan model Discovery Learning (DL)
siswa kelas X4 mendapatkan perlakuan
di dalam penelitian ini dipaparkan dalam
model DL.
statistik deskriptif dan inferensial. Analisis
Data yang dikumpulkan pada
statistik di dalam penelitian ini
penelitian ini adalah setelah perlakuan.
menggunakan bantuan SPSS 16 for
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Windows. Adapun ringkasan analisis
pengumpulan data penelitian adalah
statistik deskriptif dan inferensial disajikan
sebagai berikut :
sebagai berikut.
1) Pengumpulan data pemahaman
konsep yang diberikan perlakuan
menggunakan tes pemahaman konsep
sebelum perlakuan (pretest) dan tes
akhir setelah perlakuan (posttest) yang
diberikan kepada semua sampel
2) Pengumpulan data keterampilan
berpikir kritis dilakukan menggunakan
tes keterampilan berpikir kritis sebelum
perlakuan dan (pretest) dan tes akhir

5
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

Tabel 2 Ringkasan Statistik DeskriptifPemahaman Konsep Model PjBL dan Model DL

Pemahaman Konsep
Statistik Deskriptif Model PjBL Model DL
Pre-Test Post-Test Gain Pre-Test Post-Test Gain
Mean 27,083 73,935 0,637 30,185 66,343 0,522
Median 26,67 70,00 30,00 67,50
Modus 26,67 68,33 30,00 70,00
Standar Deviasi 4,389 13,814 4,378 11,838
Varian 19,266 190,818 19,171 140,130
Jangkauan 23,333 50,000 23,333 46,667
Nilai Minimum 18,333 48,333 21,667 45,000
Nilai Maksimum 41,667 98,333 45,000 91,667

Tabel 3 Ringkasan Statistik Deskriptif Keterampilan Berpikir Kritis Model PjBL dan Model DL

Keterampilan Berpikir Kritis


Statistik Deskriptif Model PjBL Model DL
Pre-Test Post-Test Gain Pre-Test Post-Test Gain
Mean 30,741 79,815 0,716 29,074 71,481 0,595
Median 26,67 80,00 26,67 73,33
Modus 20,00 80,00 33,33 80,00
Standar Deviasi 14,888 9,886 12,360 10,524
Varian 221,658 97,743 152,769 110,758
Jangkauan 53,333 33,333 40,000 46,667
Nilai Minimum 13,333 60,000 13,333 46,667
Nilai Maksimum 66,667 93,333 53,333 93,333

Tabel 4 Rerata Pretest dan Postest pada Aspek-aspek Dimensi Pemahaman Konsep

No Indikator PjBL DL
Rerata Rerata gain Rerata Rerata Gain
Pretest postest score pretest postest Score
1 Interpretasi 26,54 70,68 0,601 28,09 65,74 0,524
2 Memberi contoh 21,30 70,37 0,624 25,00 53,70 0,383
3 Mengklasifikasi 29,26 80,74 0,728 33,15 72,41 0,587
4 Meringkas 25,93 63,89 0,512 24,07 48,15 0,317
5 Memprediksi 23,33 70,93 0,621 27,04 60,19 0,454
6 Membandingkan 20,83 60,19 0,497 24,54 55,09 0,405
7 Menjelaskan 36,73 85,19 0,766 40,12 84,88 0,717

Tabel 5 Rerata Pretest dan Postest pada Aspek-aspek Dimensi Keterampilan Berpikir Kritis

No Indikator PjBL DL
Rerata Rerata Gain Rerata Rerata gain
Pretest postest score pretest postest Score
1 Interpretasi 43,06 77,78 0,610 44,44 76,39 0,575
2 Analisis 33,33 84,26 0,764 30,56 69,44 0,560
3 Evaluasi 31,94 73,61 0,612 36,11 72,22 0,565
4 Inferensi 26,85 84,26 0,785 22,22 72,22 0,643
5 Eksplanasi 25,00 68,06 0,574 25,00 66,67 0,556

6
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Multivariat Hipotesis

Hypothesis
Effect Value F df Error df Sig.
a
Intercept Pillai's Trace 0,976 1,004E3 2,000 69,000 0,000
a
Wilks' Lambda 0,033 1,004E3 2,000 69,000 0,000
a
Hotelling's Trace 29,100 1,004E3 2,000 69,000 0,000
a
Roy's Largest Root 29,100 1,004E3 2,000 69,000 0,000
a
Grup Pillai's Trace 0,207 8,999 2,000 69,000 0,000
a
Wilks' Lambda 0,793 8,991 2,000 69,000 0,000
a
Hotelling's Trace 0,261 8,991 2,000 69.000 0,000
a
Roy's Largest Root 0,261 8,991 2,000 69,000 0,000

Tabel 7 Ringkasan Hasil Test of Between-Subjects Effects

Effect F df Sig.
Pemahaman Konsep 734,281 1 0,000
Intercept
Kemampuan Berpikir Kritis 1,897E3 1 0,000
Model Pembelajaran Pemahaman Konsep 7,262 1 0,009
Kemampuan Berpikir Kritis 16,603 1 0,000

Berdasarkan Tabel 2 dapat secara pasif melainkan melalui tindakan


dijelaskan bahwa rerata gain (action).
scoreternormalisasi pemahaman konsep Perbedaan sintak pembelajaran
padakelompok siswa yang dibelajarkan antara PjBL dengan DL menyebabkan
dengan model PjBL (0,637) lebih tinggijika adanya perbedaan dalam peningkatan
dibandingkan dengan rerata gain pemahaman konsep kimia dan
scoreternormalisasi pemahaman konsep keterampilan berpikir kritis siswa.Dalam
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan sintak PjBL memberikan otonomi penuh
model DL (0,522) walaupaun masih kepada siswa dalam menentukan tema
berada pada kategori yang sama yaitu proyek. Partisipasi siswa dalam
dengan kategori sedang. Berdasarkan pembelajaran akan menentukan
Tabel 3 bahwa rerata gain score keberlangsungan proses pembelajaran ke
ternormalisasi keterampilan berpikir kritis depannya. Siswa akan lebih termotivasi
dengan model PjBL (0,716) berada pada karena tema proyek adalah tema yang
kategori tinggi lebih besar jika telah dipilihnya.Studi-studi menunjukkan
dibandingkan dengan rerata bahwa siswa lebih banyak belajar jika
gainscoreketerampilan berpikir kritis pelajarannya menyenangkan, menantang
dengan model DL (0,655) berada dalam dan mereka diberikan hak dalam
kategori sedang. Dengan demikian dapat pengambilan keputusan (DePorter, dkk,
disimpulkan bahwa secara simultan model 2014;53). Siswa akan mendapatkan
PjBL memberikan konstribusi yang lebih kesempatan berpikir secara luasdalam
baik dalam meningkatkan pemahaman menyelesaikan sebuah proyek tertentu,
konsep kimia dan keterampilan namun pada DL siswa telah diberikan
berpikirkristis siswa dibandingkan dengan atau dipilihkan masalah oleh guru
model DL. sehingga kesempatan berpikirnya menjadi
PjBL dan DLkedua model lebih terbatas. Secara umum
pembelajaran ini menganut paham pembelajaran dengan model PjBL
konstruktivistik.Pembelajarankonstruktivist menempuh tiga tahap yaitu perencanaan
ik adalah membangun pengetahuan proyek, pelaksanaan proyek, dan evaluasi
melalui pengalaman, interaksi social dan proyek. Kegiatan perencanaan meliputi:
dunia nyata. Pengetahuan tidak didapat identifikasi masalah riil, menemukan

7
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

alternatif dan merumuskan strategi Ditinjau dari aspek dimensi atau


pemecahan masalah, dan melakukan indikator keterampilan berpikir kritis
perencanaan. Pada tahap perencanaan seperti yang dipaparkan pada tabel 5
aktivitas-aktivitas, kemampuan berpikir bahwa model PjBL memberikan
siswa dikembangkan melalui identifikasi peningkatan yang lebih baik pada setiap
masalah, komponen pengambilan aspek daripada dengan model DL. Hal ini
keputusan dalam menentukan tema ditunjukkan dengan rerata gain score
proyek adalah bagian dari aspek dalam pada setiap aspek keterampilan berpikir
mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang dibelajarkan dengan PjBL lebih
kritis.Tahap pelaksanaan meliputi tinggi jika dibandingkan dengan rerata
pembimbingan siswa dalam penyelesaian gain score model DL. Pada setiap
tugas, dalam melakukan pengujian produk tahapan sintak PjBL dapat
(evaluasi), presentasi antar kelompok. mengakomodasi dalam upaya
Tahap evaluasi meliputi penilaian proses peningkatan keterampilan berpikir kritis.
dan produk. Sedangkan pada sintak DL Project Based Learning memberikan
peran guru dalam mendampingi siswa kesempatan secara luas untuk
lebih banyak dari pada PjBL. mengembangkan kemampuan berpikir
Melalui PjBLsiswa akan mengalami kritis dan pemahaman konsep
dan belajar konsep-konsep. PjBL siswa.Tahapan-tahapan dari model
memfokuskan pada pertanyaan atau PjBLdapat mengakomodasi siswadalam
masalah yang mendorong menjalani mengembangkan keterampilan berpikir
konsep-konsep dan prinsip-prinsip. kritis. Pada fase pertama,melemparkan
Proyek juga melibatkan siswa dalam pertanyaan esensial kepada siswa.
investigasi konstruktif. Investigasi ini dapat Pembelajaran dimulai dengan
berupa desain, pengambilan keputusan, melemparkan pertanyaan penting yang
penemuan masalah, pemecahan relevan dengan topik dan sesuai dengan
masalah, penemuan atau proses realita yang ada. Guru dapat mengambil
pembangunan pengetahuan. topik yang sesuai dengan realita dunia
Ditinjau dari setiap aspek dimensi nyata atau masalah yang sedang hangat
atau indikator pemahaman konsep seperti dibicarakan di lingkungan siswa. Pada
tampak pada Tabel 4 bahwa gain score tahap ini guru tetap melakukan apersepsi
pemahaman konsep kimia pada setiap dan motivasi dengan berbagai jenis
aspek dimensi pemahaman konsep yang kegiatan, seperti mengemukakan kejadian
dibelajarkan dengan model PjBL lebih terkini yang berhubungan dengan
tinggi dibandingkan dengan gain score teknologi informasi dan komunikasi
model DL. Dengan demikian dapat mapun kejadian di sekitar siswa.Fase
dijelaskan bahwa pada setiap aspek kedua, mendisain rancangan proyek.Pada
indikator pemahaman konsep model PjBL fase inilebih ditekankan kepada
lebih baik dalam meningkatkan pemberian keleluasaan pada siswa untuk
pemahaman konsep kimia dibandingkan mendisain proyek mereka sendiri.Pada
dengan model DL. tahap ini siswa melatih keterampilan
Tahapan dalam sintak pembelajaran berpikirnya untuk menentukan desain atau
PjBL sangat menunjang dalam rancangan proyek yang akan dilakukan.
meningkatkan pemahaman siswa Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1)
terhadap konsep materi pelajaran. menetukan aturan main, (2) menentukan
Dengan adanya pemberlakuan Kurikulum produk yang akan dihasilkan, (3) memilih
2013 pada semester sebelumnya aktivitas yang sesuai, (4)
menyebabkan siswa sudah mulai terbiasa mengintegrasikan berbagai subjek yang
dengan desain pembelajaran Kurikulum mungkin, dan (5) memilih alat dan bahan
2013. Siswa tampak tidak canggung yang dapat diakses. Fase ketiga,
dalam mengerjakan tugas proyek, menyusun jadwal kegiatan.Kegiatan pada
terbiasabekerja sama, tidak segan dalam tahap ini antara lain: (1) menyepakati
tahap monitoring sehingga jadwal tiap-tiap tahap kegiatan, (2)
pengetahuannya menjadi tidak terbatas. menetukan batas waktu penyelesaian
proyek, (3) merancang cara-cara

8
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

memproses suatu produk, (4) diantara kedua variable terikat namun


membimbing siswa ketika mereka tidak terjadi hubungan kolinearitas,
membuat cara yang tidak berhubungan sehingga secara bersama-sama dapat
dengan proyek, dan (5) membuat digunakan sebagai variabel bebas.
penjelasan (alasan) pemilihan suatu cara. Berdasarkan hasil analisis
Guru sebagai fasilitator berperan menjadi multivariat Wilks Lambda pada Tabel 6
mentor bagi aktivitas peserta didik, menunjukkan F=8.991 dengan signifikansi
menfasilitasi peserta didik pada setiap sebesar 0.000 (p<0.05) untuk variable
proses.Fase keempat, Memonitoring model pembelajaran. Oleh karena taraf
aktivitas siswa.Guru bertanggung-jawab signifikansi lebih kecil dari 0.05, dapat
untuk melakukan monitoring terhadap diputuskan bahwa H0 ditolak, sehingga
aktivitas siswa selama mengerjakan terdapat perbedaan peningkatan
proyek.Monitoring dilakukan guru untuk pemahaman konsep kimia dan
melihat sejauh mana proyek telah berjalan keterampilan berpikir kritis siswa antara
dan sekaligus memberi penilaian terhadap kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
kinerja siswa.Fase kelima, menilai model PjBL dan model pembelajaran DL.
keberhasilan siswa.Penilain dilakukan Dapat disimpulkan bahwa pemberian
untuk membantu guru dalam mengukur model pembelajaran (model PjBL dan
pencapaian standar pembelajaran, model DL) memberikan pengaruh yang
berperan dalam mengevaluasi kemajuan berbeda terhadap pemahaman konsep
masing-masing peserta didik dan kimia dan keterampilan berpikir kritis
memberikan umpan balik tentang tingkat siswa.
pemahaman yang telah dicapai.Fase Berdasarkan hasil analisis test of
terakhir yang keenam between-subjects effects pada Tabel 7
adalahmengevaluasi pengalaman menunjukkan F=7.262 dengan signifikansi
siswa.Pada akhir proses pembelajaran, sebesar 0.009 (p<0.05) untuk variable
guru dan siswa bersama-sama melakukan model pembelajaran. Oleh karena taraf
evaluasi terhadap pelaksanaan proyek, signifikansi lebih kecil dari 0.05, dapat
meliputi ungkapan lisan serta penilaian diputuskan bahwa H0 ditolak, sehingga
pribadi yang berguna untuk perbaikan terdapat perbedaan peningkatan
kinerja dan produk di masa mendatang. pemahaman konsep kimia antara
Dari penjelasan tiap fase dari model kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran berbasis proyek, tampak model PjBL dan model DL. Dapat
bahwa siswa memiliki kesempatan penuh disimpulkan bahwa pemberian model
untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran (PjBL dan model DL)
pembelajaran. Setiap tahapan dalam memberikan pengaruh yang berbeda
sintak pembelajaran model PjBL dapat terhadap pemahaman konsep kimia
melatih keterampialn berpikir kritis siswa. siswa.
Sebelum uji hipotesis dilakukan uji Berdasarkan hasil analisis test of
normalitas sebaran data , hasil analisis between-subjects effects pada Tabel 7
menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih menunjukkan F=16.603 dengan
besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05) untuk
bahwa Ho diterima dan H1 ditolak. variable model pembelajaran. Oleh karena
Sebaran seluruh data terdistribusi normal. taraf signifikansi lebih kecil dari 0.05,
Uji homogenitas varian menunjukkan dapat diputuskan bahwa H0 ditolak,
bahwa tidak ada perbedaan yang sehingga terdapat perbedaan peningkatan
signifikan pemahaman konsep siswa keterampilan berpikir kritis siswa antara
kelompok siswa yang belajar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model PjBLdandengan model DL. Secara model PjBL dan model DL. Dapat
keseluruhan data homogen.selanjutnya disimpulkan bahwa pemberian model
hasil uji kolinearitas antara kedua variable pembelajaran (PjBL dan DL) memberikan
terikat koefisien korelasi penelitian adalah pengaruh yang berbeda terhadap
sebesar 0,451 termasuk dalam tingkat keterampilan berpikir kritis siswa.
hubungan sedang.koefisien korelasi Berdasarkan hasil uji
kurang dari 0,8 maka terdapat korelasi hipotesisPjBL memberikan peningkatan

9
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis yang lebih


keterampilan berpikir kritis yang lebih baik baik daripada model DL.
dibandingkan dengan modelDL. PjBL
merupakan sebuah model pembelajaran Adapun beberapa saran yang
yang menekankan aktivitas siswa dalam dapat peneliti ajukan guna meningkatkan
memecahkan berbagai permasalahan kualitas pembelajaran khususnya dalam
yang bersifat open-ended dan pembelajaran kimia antara lain :
mengaplikasikan pengetahuan siswa 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam mengerjakan proyek untuk terdapat perbedaan peningkatan
menghasilkan sebuah produk outentik pemahamn konsep dan keterampilan
tertentu. Siswa dapat belajar melalui berpikir kritis siswa antara yang
pengalaman yang secara langsung dibelajarkan dengan model PjBL dan
mengerjakan dan berdiskusi dengan DL, dimana model PjBL memberikan
kelompoknya memiliki peranan yang peningkatan yang lebih baik daripada
sangat penting sebagai jalan utama dalam model DL, sehingga disarankan agar
meningkatkan pemahaman konsep menggunakan model PjBL dalam
terhadap suatu materi pelajaran pembelajaran kimia terutama dalam
(Abidin,Y,2014). rangka meningkatkan pemahaman
Dengan demikian dapat disimpulkan konsep kimia dan keterampilan
bahwa model PjBL lebih baik dalam berpikir kritis siswa.
meningkatkan pemahaman konsep kimia 2. Selain Pemahaman dan berpikir
dan keterampilan berpikir kritis siswa kritis, kompetensi belajar yang harus
dibandingkan dengan model DL. dicapai dalam menghadapai abad ke-
Temuan ini sejalan dengan 21 adalah kemampuan berkolaborasi
penelitian yang dilakukan oleh Ari Arjaya dan berkomunikasi, serta
(2011) bahwa Model Pembelajaran kemampuan berpikir kreatif, maka
Berbasis Proyek memberikan hasil yang disarankan kepada rekan-rekan
lebih efektif dibandingkan dengan Inkuiri sejawat untuk melakukan penelitian
tehadap pencapaian kemampuan berpikir dengan variable tersebut dengan
kritis dan hasil belajar siswa.Model DL menggunakan model PjBL
hampir sama dengan model inkuiri namun 3. Dalam penelitian ini rerata posttest
berbeda dalam penyajian masalah pada pada aspek dimensi meringkas dan
DL lebih pada masalah yang dikreasi oleh membandingkan pemahaman konsep
guru. dan aspek dimensi eksplanasi
keterampilan berpikir kritis model
PENUTUP PjBL masih berada dalam kategori
Adapunkesimpulan yang cukup, sehingga untuk penelitian-
diperolehdarihasilpembahasandidalampen penelitian selanjutnya agar
elitianiniadalahsebagaiberikut : memberikan perhatian pada aspek
1) Terdapat perbedaan peningkatan tersebut.
pemahaman konsep kimia dan
keterampilan berpikir kritis siswa
antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan PjBL dan DL. DAFTAR RUJUKAN
2) Terdapat perbedaan peningkatan Abidin. Y. 2014. Desain Sistem
pemahaman konsep kimia antara Pembelajaran dalam Konteks
kelompok siswa yang dibelajarkan Kurikulum 2013. Bandung: Refika
dengan PjBL dan DL. Aditama
3) Terdapat perbedaan peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa BNSP.2006. Panduan Penyusunan
antara kelompok siswa yang Kurikulum Tingkat Satuan
dibelajarkan dengan PjBL dan DL. Pendidikan Jenjang Pendidikan
4) Model PjBL memberikan peningkatan Dasar dan Menengah. Jakarta:
pemahaman konsep dan BNSP.

10
e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA (Volume 5 Tahun 2015)

Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep- dan Pengajaran Undiksha. No 2


konsep inti (terj. General XXXXI.
Chemisstry: The essential concept).
Bandung. Pt Gelora Aksara Sastrika,2013. Pengaruh Pembelajaran
Pratama. Berbasis Proyek terhadap
Pemahaman konsep dan
Depdiknas. 2006. Permendiknas No. Keterampilan Berfikir Ktritis Siswa.
22/2006. Standar Isi untuk Satuan Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja:
Pendidikan Dasar dan Menengah. Program Pasca Sarjana Program
Jakarta: BSNP. Studi IPA Universitas Pendidikan
Ganesha
DePorter, B., Reardon, M., Singer-Nourie,
S., 2014.Quantum Teaching. Savinainen, Antti dan Philip Scott. 2002.
Bandung. Kaifa. The Force Concept Inventory: A
Tool for Monitoring Student
Juniartina, P.2009. Pengaruh Model Learning. Journal ofPhysics
Pembelajaran Group Investigation Education. 37 (1): 46.
Terhadap Pemahaman Konsep dan
kemampuan Berpikir Kritis Siswa Widiadnyana,.2014. Pengaruh Model
Kelas XI IA SMA Negeri 4 Discovery Learning Terhadap
Singaraja.Tesis (tidak diterbitkan). Pemahaman Konsep IPA dan Sikap
Singaraja: Program Studi Ilmiah Siswa SMP.Tesis (tidak
Pendidikan IPA Program diterbitkan). Singaraja: Program
Pascasarjana Universitas Studi Pendidikan IPA Program
Pendidikan Ganesha Pascasarjana Undiksha

Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran Yamin, M. 2012. Desain Baru


Berbasis Proyek. Pembelajaran Konstruktivistik,
Jakarta: Referensi
Rusmansyah & Irhasyuarna. 2001.
Implementasi Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam
Pembelajaran Kimia di SMU Negeri
1 Kota Banjarmasin. Diakses dari
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/40
/Implementasi%20Pendekatan%20S
ains Teknologi-Masyarakat.htm.

Sadia, I.W., Subagia, I. W., & Natajaya, I.


N. 2008. Pengembangan Model dan
Perangkat Pembelajaran untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis (Critical Thinking Skills) Siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas
(SMA).Laporan penelitian ( tidak
diterbitkan) Fakultas MIPA Jurusan
Fisiska, Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja.

Sadia, I.W.2008. Model Pembelajaran


yang Efektif untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu
Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan

11

Anda mungkin juga menyukai