Anda di halaman 1dari 6

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Graduate School Conferences, Universitas Negeri Malang

Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, ISBN: 978-602-9286-22-9

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa MAN 2 Tulungagung pada


Materi Suhu dan Kalor

Fery Hadi Sutrisno1*, Supriyono Koes H.2, Edi Supriana2


1
Pascasarjana Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang
No.5 Malang
2
Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.5 Malang

*E-mail: feryhadi93@gmail.com

Abstrak: Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu


ketrampilan yang harus dimiliki siswa. Salah satu tujuan pembelajaran
abad 21 adalah menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa.
Subjek penelitian terdiri atas 30 siswa kelas XII MAN 2 Tulungagung.
Instrumen yang digunakan berupa 10 butir soal uraian pada materi
suhu dan kalor yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa dengan reliabilitas cronbach alpha 0,679. Analisis
deskripsi rata-rata dilakukan terhadap jawaban siswa. Hasil dari
penelitian ini yakni nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa
adalah 30,69 dari skala 100 dengan nilai tertinggi 56 dan nilai terendah
10. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
masih dalam kategori rendah.

Kata kunci: berpikir kritis, suhu, dan kalor

Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh siswa pada masa sekarang
adalah kemampuan berpikir kritis. Abad 21 mengusung beberapa ketrampilan
yang dapat ditiumbuhkan dalam pembelajaran salah satu dari ketrampilan tersebut
adalah berpikir kritis (Hastuti, 2013). Kesuksesan seseorang juga tidak luput dari
peran kemampuan berpikir kritis yang baik dari seseorang (Quitadamo, 2008).
Siswa juga dituntut aktif dalam berpikir kritis agar dapat mengartikan peristiwa
yang terjadi (Güneş, 2015).
Berbagai pernyataan terkait berpikir kritis menyebabkan penelitian tentang
kemampuan berpikir kritis juga semakin banyak. Beberapa pendapat mengenai
pentingnya kemampuan berpikir kritis, menurut (Etkina & Planinšič, 2015)
berpikir kritis merupakan salah satu alasan siswa dalam belajar fisika, kemudian
berpikir kritis juga dapat berkontribusi dalam aktivitas mental siswa dalam
membuktikan suatu pernyataan (Martawijaya, 2015). Mengumpulkan fakta-fakta
untuk digunakan menarik kesimpulan juga memerlukan kemampuan berpikir
kritis (Seals, 2010). Oleh karena itu perlu diberikan perhatian lebih untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran.
Terdapat salah satu penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis yang
dilakukan di Indonesia adalah penelitian dari Martawijaya (2015), didapatkan
hasil bahwa kemampuan berpikir kritis siswa apabila diberikan rentang skor dari
0 – 7 mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,9 dengan nilai standar deviasi 1,91.
Dari skor tersebut bisa dikatakan kemampuan berpikir kritis siswa masih dalam
172
Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, ISBN: 978-602-9286-22-9

kategori rendah. Hasil tersebut menyebabkan peneliti ingin mengetahui


bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa di MAN 2 Tulungagung.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptip kuantitatif. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XII MAN 2 Tulungagung. Sampel penelitian ini
terdiri dari 30 siswa kelas XII MIA 3.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal uraian
terkait materi suhu dan kalor berjumlah 10 butir soal. Instrumen ini diambil dari
instrumen penelitian Wahyudhi (2015) dengan nilai cronbach alpha = 0,679.
Instrumen ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Analisis data dapat dilakukan dengan metode deskripsi rata-rata yang
menjelaskan jawaban siswa terhadapa soal. Deskripsi dapat dilakukan terhadap
masing-masing butir soal yang telah mewakili setiap kemampuan berpikir kritis,
yaitu memberikan penjelasan dasar, membangun ketrampilan dasar,
menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan strategi dan taktik.

HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa nilai rata-
rata kemampuan berpikir kritis yang dicapai oleh siswa adalah sebesar 30,69 dari
skala 100, dengan nilai tertinggi adalah 56 dan nilai terendah adalah 10 (SD =
14,79). Hal ini menunjuukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih dalam
kategori rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi. Tabel 1 menunjukkan nilai rata-
rata kemampuan berpikir kritis siswa.
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Nilai Rata-Rata Kemampuan Nilai
Berpikir Kritis Siswa Maksimal
1 Memberikan penjelasan dasar 1,833 16
2 Membangun ketrampilan dasar 2,192 12
3 Menyimpulkan 0,923 5
4 Memberikan penjelasan lanjut 1,404 8
5 Strategi dan taktik 0,865 9

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tiap butir soal
No. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Nilai Rata-Rata Kemampuan
Soal Berpikir Kritis Siswa
1 1,615
2 Memberikan penjelasan dasar 1,730
3 2,153
4 3,153
Membangun ketrampilan dasar
5 1,230
6 Menyimpulkan 0,923
7 1,538
Memberikan penjelasan lanjut
8 1,269
9 0,461
Strategi dan taktik
10 1,269

173
Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, ISBN: 978-602-9286-22-9

PEMBAHASAN

Kemampuan ini diwakili oleh 3 butir soal yaitu butir soal nomor 1,2 dan 3.
Butir soal 1 adalah “Air dan minyak goreng dengan massa sama dipanaskan
dengan jumlah kalor yang sama. Manakah yang lebih cepat kenaikkan suhunya?
Jelaskan!”. Sedangkan untuk butir soal nomor 2 adalah “Mengapa tutup botol
lebih mudah terbuka apabila dicelupkan kedalam air panas? Jelaskan!”. Dan
butir soal nomor 3 adalah “Koki beranggapan bahwa wajan alumunium lebih
cepat panas dibandingkan dengan wajah besi. (a) Benarkah pernyataan
tersebut?; (b) Mengapa wajan alumunium lebih cepat panas daripada wajan
besi? Jelaskan!”.
Pada butir soal nomor 1, nilai rata-rata siswa adalah sebesar 1,615 dari
nilai maksimal adalah 6. Dari hasil ini menunjukkan tidak sedikit siswa yang
masih belum mengetahui apa yang menyebabkan perbedaan kecepatan kenaikkan
suhu pada zat cair, dimana dalam hal ini adalah antara minyak goreng dan air.
Siswa juga masih banyak yang belum memahami makna dari persamaan
Q  mcT untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Pada butir soal nomor 2 didapatkan nilai rata-rata sebesar 1,730 dari nilai
maksimal adalah 5. Hal ini menunjukkan bahwa masih lumayan banyak siswa
yang belum mengetahui faktor apa yang mempengaruhi pemuaian pada suatu zat.
Siswa hanya mengetahui apabila suatu zat dipanaskan, maka akan mengalami
pemuaian. Namun saat siswa diberikan persoalan seperti pada nomor 2, mereka
masih belum dapat menjelaskan dengan baik mengapa tutup botol lebih mudah
dibuka apabila dicelupkan kedalam air panas.
Pada butir soal nomor 3, nilai rata-rat siswa adalah 2,153 dari nilai
maksimal adalah sebesar 5. Hasil tersebut menunjukkan persentasi yang paling
tinggi dibandingkan dengan persentase pada butir soal yang lainnya, namun masih
belum bisa melampaui setengah dari nilai maksimal. Hampir setengah dari siswa
sudah dapat mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi laju perambatan
kalor pada zat padat. Mereka mengetahui bahwa wajan alumunium lebih cepat
panas daripada wajan besi dikarenakan konduktivitas termal alumunium lebih
besar daripada konduktivitas termal besi. Tetapi juga tidak sedikit siswa yang
hanya menuliskan wajan alumunium lebih cepat panas, namun untuk alasan dari
pernyataan tersebut masih belum benar.
Kemampuan Berpikir Kritis 2 : Membangun ketrampilan dasar
Kemampuan ini diwakili oleh 2 butir soal, yaitu butir soal nomor 4 dan
butir soal nomor 5. Butir soal nomor 4 adalah “Bejana kaca pada suhu 0oC berisi
penuh 200 cm3 raksa. Jika suhu dinaikkan menjadi 40oC, berapakah volume
raksa yang tumpah? (Koefisien muai panjang kaca 0,000009/oC; Koefisien muai
raksa 0,00018/oC ).”. Sedangkan butir soal nomor 5 adalah “Bayangkan kamu
sedang berkeman digunung salju. Untuk membuat coklat panas, kamu
mencairkan 2 kg salju yang bersuhu 0oC dan memasaknya sampai 70oC. (Kalor
174
Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, ISBN: 978-602-9286-22-9

lebur es 336kJ/kg; Kalor jenis air 4200J/kgoC). (a) Gambarkan grafik proses
peleburan dan pemanasan 2 kg salju!; (b) Berapa banyak kalor yang diperlukan
dalam proses tersebut?; (c) Dapatkah proses diatas selesai dalam waktu 5 menit
apabila kompor yang dibawa dapat memasok kalor 4000 J/menit? Jelaskan!”.
Pada butir soal nomor 4 didapatkan nilai rata-rata sebesar 3,154 dari nilai
maksimal adalah 7. Nilai ini menunjukkan lebih dari setengah siswa masih belum
benar dalam menyelesaikan soal tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
hal ini, yakni siswa masih belum benar dalam menuliskan persamaan terkait
pemuian, sehingga dalam perhitungan juga terdapat kekeliruan. Namun ada juga
siswa yang sudah benar dalam menuliskan persamaan namun dalam perhitungan
matematisnya keliru sehingga hasilnya salah.
Pada butir soal nomor 5 didapatkan nilai rata-rata 1,231 dari nilai
maksimal adalah 5. Sehingga bisa dikatakan hampir seperempat dari jumlah
subjek penelitian yang dapat menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa masih belum memahami secara baik mengenai permasalahan yang
diberikan. Tidak sedikit siswa yang keliru dalam menuliskan persamaan sesuai
dengan kondisi grafik yang telah digambarkan, selain itu juga siswa terlihat
kurang teliti dalam perhitungan sehingga dalam pengerjaan soal tersebut masih
banyak mengalami kesalahan dalam mencari hasil akhirnya. Dari 2 butir soal
terkait dengan perhitungan matematis didapatkan nilai rata-rata yang masih
rendah, sehingga perlu diberikan latihan soal terkait materi suhu dan kalor, agar
siswa mahir dan mudah memahami permasalahan yang akan diberikan.
Kemampuan Berpikir Kritis 3 : Menyimpulkan
Kemampuan ini diwakili oleh satu butir soal, yakni butir soal nomor 6.
Butir soal nomor 6 adalah “Dua balok memiliki suhu sama. Balok A memiliki
massa 2 kali massa balok B. Keduannya dicelupkan dalam dua gelas air yang
memiliki suhu sama. Akankah kedua gelas bersuhu sama saat terjadi
kesetimbangan? Jelaskan!”.
Pada butir soal nomor 6 didapatkan nilai rata-rata 0,923 dari nilai
maksimal adalah 5. Banyak siswa menuliskan bahwa suhu campuran dari kedua
balok yang dimasukkan kedalam air tidak sama, namun mereka masih belum bisa
memahami persamaan Q  mcT untuk menjawab persoalan tersebut. Siswa
kurang terbiasa menjelaskan peristiwa pertukaran kalor dalam peristiwa tersebut
sesuai dengan persamaan Q  mcT sehingga tidak sedikit siswa yang hanya
menuliskan jawaban tidak sama, karena memiliki massa yang berbeda. Namun
juga ada beberapa siswa yang mampu menjelaskan menggunakan hubungan dari
persamaan Q  mcT sehingga dapat memberikan alasan yang benar untuk
menjawab soal tersebut.
Kemampuan Berpikir Kritis 4 : Memberikan penjelasan lanjut
Kemampuan ini diwakili oleh 2 butir soal, yaitu butir soal nomor 7 dan
butir soal nomor 8. Butir soal nomor 7 adalah “Jelaskan pengertian angin darat

175
Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, ISBN: 978-602-9286-22-9

dan! Mengapa angin darat terjadi dimalam hari? Jelaskan!”. Sedangkan untuk
butir soal nomor 8 adalah “Jumlah kalor yang diserap oleh benda hingga terjadi
kenaikkan suhu dituliskan dengan persamaan Q  mcT . Bentuk persamaan kalo
tersebut juga dapat ditulis Q  C.T dengan C adalah kapasitar kalor. Apakah
yang dimaksud kapasitas kalor?”
Pada butir soal nomor 7 didapatkan nilai rata-rata 1,538 dari nilai
maksimal adalah 5. Tidak sedikit siswa yang belum dapat memberikan penjelasan
terkait angin darat bisa terjadi. Ada beberapa siswa yang sudah dapat menjelaskan
peristiwa angin darat namun belum bisa menghubungkan dengan materi suhu dan
kalor, kebanyakan mereka menjelaskan dengan dihubungkan dengan tekanan
udara.
Pada butir soal nomor 8 didapatkan nilai rata-rata 1,269 dari nilai
maksimal adalah 3. Hasil ini menunjukkan hampir setengah dari subjek penelitian
sudah dapat menjelasakan pengertian kapasitas kalor. Namun masih lumayan
banyak siswa yang hanya menuliskan pengertian kapasitas kalor dari hubungkan
matematis dari persamaan Q  mcT , sesuai persamaan memang benar namun
apabila ditinjau dari pengertian kapasitas kalor, masih kurang tepat.
Kemampuan Berpikir Kritis 5 : Strategi dan taktik
Kemampuan ini diwakili oleh 2 butir soal, yaitu butir soal nomor 9 dan
dan butir soal nomor 10. Butir soal nomor 9 adalah “Apa yang terjadi jika es
bersuhu 0oC dicampur dengan uap air bersuhu 100oC dalam wadah yang
terisolasi jika massa es 200 kali massa uap air? (Kalor lebur es 336 kJ/kg ; Kalor
jenis air 4200 J/kgoC ; Kalor uap air 2260 kJ / kg).”. Sedangkan butir soal nomor
10 adalah “Es dengan massa 2 kg bersuhu 0oC dipanaskan dengan kalor 336 kJ
dalam wadah yang terisolasi. (Kalor lebur es 336 kJ / kg ; Kalor jenis air 4200 J /
kgoC). (a) Apakah es tersebut berubah menjadi air semua? ; (b) Berapakah
jumlah kalor yang ditambahkan untuk mengubah es menjadi air semua?”
Pada butir soal nomor 9 didapatkan nilai rata-rata 0,461 dari nilai
maksimal adalah 4. Hasil tersebut menunjukkan masih banyak siswa yang belum
memahami mengenai pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan juga
perubahan wujud. Banyak dari siswa hanya menggunakan persamaan
Q  mcT
untuk menyelesaikan semua kondisi. Mereka lupa bahwa selain
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, juga dapat berpengaruh dalam
perubahan wujud dan dapat ditentukan menggunakan persamaan Q  m.U atau
Q  m.L
.
Pada butir soal nomor 10 didapatkan rata-rata 1,269 dari nilai maksimal
adalah 5. Seperempat dari subjek penelitian sudah dapat menyelesaikan butir soal
nomor 10 dengan baik. Namun masih banyak siswa yang belum benar dalam
menyelesaikan soal hitungan. Beberapa soal hitungan didapatkan nilai rata-rat
yang relatif rendah, sehingga perlu adanya latihan soal dan pendalaman materi
agar lancar dalam mencari solusi permasalahan.
176
Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM Vol. 2, 2017, ISBN: 978-602-9286-22-9

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapatkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa MAN kelas XII mengenai topik suhu dan kalor
masih belum maksimal. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa hanya
30,69 dari nilai maksimal adalah 100 dengan nilai tertinggi 56 dan nilai terendah
adalah 10. Pada butir soal nomor 3 mendapatkan nilai rata-rata paling tinggi dari
soal lainnya dengan nilai 2,153 dari nilai maksimal adalah 5. Lain hal nya dengan
nomor 3, sebaliknya pada butir soal nomor 9 mendapatkan nilai rata-rata terendah
dengan nilai 0,461 dari nilai maksimal adalah 4.

Saran
Hasil tersebut dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh guru untuk
merancang pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Pembelajaran yang dirancang hendaknya dapat menghubungkan dengan
peristiwa dikehidupan sehari-hari. Penggunaan istilah-istilah fisika juga dapat
digunakan dalam upaya memberikan pemahaman pada siswa terkait peristiwa
disekitar kita.

DAFTAR RUJUKAN
Etkina, Eugenia & Planinšič. (2015). Defining and Developing "Critical
Thinking" Through Devising and Testing Multiple Explanations of the
Same Phenomenon. The Physics Teacher, 53: 432-437.
Güneş, Zeliha Özsoy, İbrahim Güneş, Yasemin Derelioğlu, & Fatma Gülay
Kırbaşlar. (2015). The refelction of critical thinking dispositions on
operational chemistry and physics problems solving of engineering faculty
students. Procedia Social and Behavioral Science, 174: 448-456.
Hastuti, Purwanti Widhy. (2013). Integrative Science untuk Mewujudkan 21st
Century Skill dalam Pembelajaran IPA SMP. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional MIPA 2013. Universitas Negeri Yogyakarta
Yogyakarta, 18 Mei 2013.
Martawijaya, Muhammad Agus. (2015). Karakteristik Peserta Didik dan
Hubunganya dengan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran
Fisika Siswa SMP. Journal of EST, 1 (2): 1-7.
Quitadamo, Ian J., Celia L. Faiola, James E. Johnson, & Martha J. Kurtz. (2008).
Community-based Inquiry Improves Critical Thinking in General
Education Biology. Life Sciences Education, 7: 327-337.
Seals, Mark A. (2010). Teaching students to think critically about science and
origins. Cult. Stud of Sci Educ, 5: 251-255.
Wahyudi, Sunu. (2015). Pengaruh Scaffolding Prosedural Berbasis Group
Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Memiliki
Pengetahuan Awal Tinggi dan Rendah. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

177

Anda mungkin juga menyukai