Anda di halaman 1dari 6

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.

php/jpms
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9 (1), 2021, 57-62

Pengaruh Think Talk Write Berbasis Kartu Bergambar terhadap Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa Biologi
Yance Riyati1, Yakobus Bustami2,*, Hendrikus Julung3
1,2,3
Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP Persada Khatulistiwa Sintang
Jalan Pertamina Km. 4, Sengkuang, Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat 78614, Indonesia
*Korespondensi Penulis. E-mail: ybustami07@gmail.com

Abstrak
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
diperlukan peserta didik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran Think
Talk Write (TTW) berbasis kartu bergambar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII.
Pendekatan penelitian ini berupa pendekatan kuantitatif dengan bentuk penelitian quasi eksperimental
design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Ketungau Tengah terdiri
dari 41 siswa. Sampel adalah kelas VIIIA berjumlah 22 siswa untuk kelas eksperimen dan kelas VIIIB
berjumlah 19 siswa untuk kelas kontrol. Instrumen berupa soal esai sebanyak 5 soal untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial
menggunakan uji t-test. Hasil analisis deskriptif pada kelas eksperimen menunjukkan terjadi
peningkatan nilai rerata kemampuan berpikir kritis siswa dari pretest ke posttest sebesar 32.32% dan
kelas kontrol sebesar 15.00%. Hasil analisis inferensial menunjukkan terdapat pengaruh pembelajaran
yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (p: 0,000<0.05). Nilai rerata kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TTW
berbasis kartu bergambar lebih mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan
pembelajaran konvensional.
Kata Kunci: kartu bergambar, berpikir kritis, sistem pencernaan manusia, think talk write

The Effect of Picture Card Based Think Talk Write on Biology Students' Critical
Thinking Ability
Abstract
Critical thinking ability is one of the higher-order thinking skills needed by students. This study
aims to determine the effect of the Think Talk Write (TTW) learning model based on picture cards on
the critical thinking skills of class VIII students. This research approach is in the form of a
quantitative approach with a quasi-experimental research design. The population of this study was all
students of class VIII SMP Negeri 6 Ketungau Tengah consisting of 41 students. The sample is class
VIIIA totaling 22 students for the experimental class and class VIIIB totaling 19 students for the
control class. The instrument is in the form of 5 essay questions to measure critical thinking skills.
Data were analyzed using descriptive and inferential statistical analysis using t-test. The results of the
descriptive analysis in the experimental class showed an increase in the average value of students'
critical thinking skills from pretest to posttest by 32.32% and the control class by 15.00%. The results
of inferential analysis showed that there was a significant learning effect on students' critical thinking
skills (p: 0.000 <0.05). The average value of the experimental class is better than the control class. It
can be concluded that the picture card based TTW learning model is better able to improve students'
critical thinking skills than conventional learning.
Keywords: picture cards, critical thinking, human digestive system, think talk write

How to Cite: Riyati, Y., Bustami, Y., & Julung, H. (2021). Pengaruh think talk write berbasis kartu bergambar
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa biologi. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9(1), 57-62.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v9i1.22269

Permalink/DOI: DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v9i1.22269

Copyright © 2021, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9 (1), 2021, 58
Yance Riyati, Yakobus Bustami, Hendrikus Julung

PENDAHULUAN Hasil pra-observasi di SMP Negeri 6


Ketungau Tengah menunjukan bahwa masih ada
Pembelajaran memiliki peran penting
siswa yang nilainya tidak mencapai kriteria
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan
siswa. Kemampuan berpikir kritis harus
yakni 70. Rata-rata hasil belajar siswa hanya
ditanamkan sejak dini pada diri siswa terutama
mencapai 60 dan masuk kategori cukup. Hasil
dalam pembelajaran (Ahmatika, 2016).
pra-observasi juga menunjukkan siswa kurang
Kemampuan berpikir kritis diperlukan dalam
berani berargumen, mengajukan pertanyaan, dan
pembelajaran agar siswa dapat memberikan
memberikan kesimpulan. Hal ini disebabkan
keputusan yang tepat terhadap permasalahan,
karena pembelajaran yang dilakukan masih
sehingga menghasilkan hasil belajar yang
bersifat konvensional yaitu mendengarkan,
optimal. Kemampuan berpikir kritis siswa
mencatat, mengerjakan latihan soal yang ada
memungkinkan siswa memanfaatkan potensinya
pada buku paket ataupun yang diberikan guru
dalam melihat masalah, memecahkan masalah,
serta tidak ada interaksi antara guru dan siswa,
menciptakan, dan menyadari diri. (Rosida et al.,
serta tidak menggunakan media pembelajaran.
2017). Sementara itu, Rohmatin (2014)
Di sisi lain, siswa banyak malas berpikir dan
menyatakan seseorang yang memiliki
hanya menghafal tanpa memahami konsep
kemampuan berpikir kritis mampu mengenal
dengan baik. Oleh karena itu, tidak ada kegiatan
masalah, menemukan cara yang dapat dipakai
yang dapat mendorong siswa berpikir kritis,
untuk menangani masalah, menyusun informasi,
sehingga kemampuan berpikir kritis rendah.
mengenal asumsi yang tidak dinyatakan, serta
Rendahnya kemampuan berpikir kritis
memahami bahasa yang tepat, jelas, dan khas.
siswa juga diungkapkan oleh Fatmawati et al.
Keterampilan berpikir krtitis dapat
(2014) bahwa rendahnya kemampuan berpikir
digunakan sebagai dasar analisis argumen dan
kritis siswa disebabkan oleh beberapa faktor
wawasan terhadap makna dan interpretasi untuk
diantaranya malas berpikir, kurang fokus, siswa
mengembangkan penalaran yang logis (Nuraida,
hanya sebatas menghafal tanpa memahami
2019). Lebih lanjut, Adnyana (2012)
konsep dengan baik, siswa belum dapat
menyatakan bahwa keterkaitan antara berpikir
mengolah keterampilan nalar, bertanya, dan
kritis dengan pembelajaran berlangsung
analisisnya, serta tidak terlatih karena
diantaranya guru harus mampu mempersiapkan
pembelajaran bersifat teacher centered. Hal ini
siswa agar mampu memecahkan permasalahan
sejalan dengan pandangan Luzyawati (2017)
dalam pembelajaran. Guru harus mampu
bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis
memilih dan menggunakan berbagai strategi
siswa dikarenakan pembelajaran yang dilakukan
pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran
masih berpusat pada guru, sehingga siswa hanya
dapat berupa model, metode, media, maupun
menerima informasi dari guru, siswa cenderung
teknik pembelajaran (Tegeh & Kirna, 2013).
pasif, jenuh dan kurang bersemangat. Oleh
Penggunaan strategi pembelajaran oleh guru
karena itu, guru dituntut dapat menerapkan
penting agar siswa tertarik dan tidak bosan
strategi pembelajaran yang tepat agar mampu
mengikuti pembelajaran. Kebosanan siswa
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
dalam mengikuti pembelajaran dapat
Lebih lanjut, Fakhriyah et al. (2014)
mempengaruhi rendahnya kemampuan terutama
menyatakan untuk meningkatkan kemampuan
kemampuan berpikir kritis siswa.
berpikir kritis siswa, guru dapat menggunakan
Hasil penelitian yang dilakukan Gunawan
berbagai model pembelajaran yang mampu
et al. (2016) menunjukkan bahwa kemampuan
melibatkan siswa secara aktif, kolaboratif,
berpikir kritis siswa dengan rata-rata sebesar
berpusat pada siswa, dan siswa mengkonstruksi
67.00% dan termasuk dalam kategori sedang.
sendiri pengetahuan. Kegiatan konstruktivistik
Sejalan dengan temuan tersebut, Nuryanti et al.
mudah dilakukan apabila siswa dapat bekerja
(2018) menunjukkan rata-rata kemampuan
sama. Model pembelajaran tersebut sesuai
berpikir kritis siswa baru mencapai 40,46%. Hal
apabila menggunakan pembelajaran kooperatif.
ini terlihat dari sebagian besar siswa masih
Lebih lanjut, Erfan et al. (2020) menyatakan
kurang dalam hal memikirkan suatu masalah
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang disajikan secara kritis dan siswa kurang
yang berlandaskan paham konstruktivisme,
memikirkan masalah yang disajikan dengan
dengan sejumlah siswa sebagai anggota
sungguh-sungguh, sehingga menyebabkan
kelompok kecil yang memiliki tingkat
pencapaian hasil belajar tidak maksimal.
kemampuan yang berbeda.

Copyright © 2021, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9 (1), 2021, 59
Yance Riyati, Yakobus Bustami, Hendrikus Julung

Tujuan kelompok yaitu memberikan Tabel 1. Nonequivalent control group pretest-


kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam postest design
berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pretest Treatment Posttest
Ariyati (2010) bahwa untuk melatih kemampuan O1 X O2
berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan O3 - O4
pembelajaran konstruktivistik. Salah satu model
pembelajaran kooperatif konstruktivis dan Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui O1
memungkinkan siswa aktif dalam berpikir kritis menunjukkan tes awal kelas eksperimen, O3
yaitu model pembelajaran Think Talk Write menunjukkan tes awal kelas kontrol, O2
(TTW). Sementara itu, Huda (2015) menyatakan menunjukkan tes akhir kelas eksperimen, O4
pembelajaran TTW merupakan model menunjukkan tes akhir kelas kontrol, dan X
pembelajaran yang mendorong siswa berpikir, menunjukkan penerapan model pembelajaran
berbicara, dan menuliskan topik yang dimulai TTW berbasis kartu bergambar. Sementara itu,
dengan bahasa bacaan. Hasil bacaannya populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
dikomunikasikan dengan presentasi dan dibantu siswa kelas VIIIA dan VIIIB yang terdiri dari 41
media pembelajaran berupa kartu bergambar. siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
Kartu bergambar efektif digunakan dalam kelas VIIIA sebanyak 22 siswa untuk kelas
pembelajaran karena bersifat konkret, realistis, eksperimen dan siswa kelas VIIIB sebanyak 19
serta menunjukkan pokok masalah. Kartu siswa untuk kelas kontrol. Penentuan sampel
bergambar dapat mengatasi batas ruang dan dalam penelitian ini diambil secara simple
waktu, karena ada objek atau peristiwa yang random sampling. Sampel pada penelitian ini
tidak dapat dibawa ke kelas dan siswa tidak diambil berdasarkan nilai raport semester genap
selalu bisa dibawa ke objek atau peristiwa yang menunjukkan kemampuan yang sama.
tersebut (Fitriyani & Nulanda, 2017). Kartu Alat pengumpulan data yang digunakan
bergambar juga dapat mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini adalah soal tes. Soal tes
pengamatan. Di sisi lain, media gambar mudah digunakan untuk mengetahui kemampuan
didapat dan tidak memerlukan perawatan khusus berpikir kritis siswa pada materi sistem
(Umayah et al., 2013). Media gambar dapat pencernaan manusia. Sementara itu, prosedur
meningkatkan kemampuan berpikir kritis karena penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap
memudahkan siswa untuk menganalisis gambar pertama adalah tahap pemberian pretest.
secara kritis (Sari et al., 2015). Pemberian pretest untuk melihat kemampuan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka awal siswa sebelum diterapkan model
perlu dilakukan penelitian terkait peningkatan pembelajaran TTW berbasis kartu bergambar.
kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan
menengah pertama melalui model pembelajaran menggunakan model pembelajaran TTW
TTW berbasis kartu bergambar pada materi berbasis kartu bergambar. Dalam pembelajaran
sistem pencernaan manusia. Penelitian ini diterapkan untuk dua kali pertemuan pada
diharapkan mampu memberikan konstribusi materi sistem pencernaan manusia. Setelah itu,
kepada sekolah untuk menerapkan pembelajaran tahap ketiga adalah tahap pemberian posttest.
yang aktif, diantaranya penggunaan model Pemberian posttest untuk melihat kemampuan
pembelajaran TTW berbasis kartu bergambar. akhir siswa setelah diterapkan model
pembelajaran TTW berbasis kartu bergambar.
Analisis data yang digunakan berupa
METODE analisis statistik deskriptif dan inferensial.
Pendekatan penelitian ini adalah Analisis deskriptif untuk melihat nilai rerata
pendekatan kuantitatif dengan metode quasi kemampuan berpikir kritis siswa, sedangkan
experimental. Penelitian ini menggunakan analisis inferensial untuk melihat pengaruh
nonequivalent control group pretest-postest model pembelajaran terhadap kemampuan
design yang terdiri dari kelompok ekperimen berpikir kritis dengan menggunakan uji t.
dan kontrol. Kelompok eksperimen Sebelum melakukan uji t terlebih dahulu
menggunakan model TTW berbasis kartu dilakukan uji prasyarat yakni uji normalitas dan
bergambar dan kelompok kontrol menggunakan uji homogenitas. Semua data terkait nilai
metode konvensional. Rancangan nonequivalent kemampuan berpikir kritis dari setiap siswa
control group pretest-postest design dapat pada setiap pertemuan dianalisis dengan
ditunjukkan pada Tabel 1. menggunakan Program SPSS versi 18.

Copyright © 2021, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9 (1), 2021, 60
Yance Riyati, Yakobus Bustami, Hendrikus Julung

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4. Hasil uji homogenitas


Tes Sig α Sig ˃ α Ket.
Hasil analisis deskriptif dilakukan untuk Pretest 0,242 0,05 0,242 ˃ 0,05 Homogen
mengetahui rerata nilai pretest dan posttest. Posttest 0,358 0.05 0,358 ˃ 0.05 Homogen
Pelaksanaan pretest dan posttest diikuti 22 siswa
kelas eksperimen dan 19 siswa kelas kontrol. Hasil uji hipotesis pada Tabel 5
Hasil analisis deskriptif terkait kemampuan menunjukkan nilai probabilitas pretest kelas
berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 2. eksperimen dan kontrol sebesar 0,177 dan lebih
besar dari 0,05, sehingga tidak ada perbedaan
Tabel 2. Nilai kemampuan berpikir kritis siswa kemampuan berpikir kritis siswa kelas
Eksperimen Kontrol
Nilai
Pretest Posttest Pretest Posttest
eksperimen dan kontrol pada pretest. Hasil
Nilai 65 92 65 70 posttest kelas eksperimen dan kontrol
Tertinggi menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,000
Nilai 35 75 35 50 dan lebih kecil dari 0,05, maka ada perbedaan
Terendah kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan
Nilai 48,72 81,04 45,05 60,05
Rerata kelas kontrol pada pengukuran akhir (posttest).
Kategori Rendah Tinggi Rendah Sedang
Peningkatan 32,32 15.00 Tabel 5. Hasil uji hipotesis terkait kemampuan
berpikir kritis
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai Tes Sig α Kesimpulan
Tidak ada perbedaan
rerata pretest kemampuan berpikir kritis siswa Pretest 0,177 0,05 hasil KBK siswa kelas
kelas eksperimen sebesar 48,72 dengan nilai eksperimen dan kontrol.
tertinggi sebesar 65 dan nilai terendah sebesar Ada perbedaan hasil
35. Nilai rerata posttest kemampuan berpikir Posttest 0,000 0.05 KBK siswa kelas
kritis siswa kelas eksperimen sebesar 81,04 eksperimen dan kontrol.
dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 75.
Pada kelas kontrol diperoleh nilai rerata pretest Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
kemampuan berpikir kritis sebesar 45,05 dengan nilai rerata kemampuan berpikir kritis pretest
nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 35. Pada kelas eksperimen dan kontrol termasuk rendah.
posttest diperoleh rerata kemampuan berpikir Nilai rerata posttest kemampuan berpikir kritis
kritis sebesar 60,05 dengan nilai tertinggi kelas eksperimen termasuk tinggi sebesar 81,04
sebesar 70 dan nilai terendah sebesar 50. Nilai dan kelas kontrol termasuk sedang sebesar
rerata kemampuan berpikir kritis siswa kelas 60,05. Nilai rerata kemampuan berpikir kritis
eksperimen meningkat sebesar 32,32 dan kelas kelas eksperimen meningkat sebesar 32,32 dan
kontrol meningkat sebesar 15.00. Hasil uji kelas kontrol meningkat sebesar 15,00. Hasil
prasyarat yaitu uji normalitas kemampuan penelitian memberikan makna pembelajaran
berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Tabel 3. TTW berbasis kartu bergambar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Tabel 3. Hasil uji normalitas Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kelas Tes ̅
𝒙 S Sig α Ket. Lesmana et al. (2019) yang menyatakan terjadi
Pretest 48,72 9,26 0,740 0.05 Normal peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
Eks.
Posttest 81,04 5,61 0,589 0.05 Normal
Pretest 45,05 7,60 0,225 0.05 Normal
melalui pembelajaran TTW kartu bergambar.
Kon. Berdasarkan hasil analisis inferensial pada
Posttest 60,05 6,56 0,994 0.05 Normal
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hasil analisis uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,177,
menggambarkan kedua kelas memiliki nilai artinya nilai sig. yaitu 0,177 ˃ 0,05. Jadi, tidak
probabilitas lebih besar dari nilai alpa (0,05), ada perbedaan signifikan kemampuan berpikir
sehingga disimpulkan semua data berdistribusi kritis siswa pada tes awal, yang berarti kelas
normal. Hasil uji homogenitas kemampuan eksperimen dan kontrol memiliki pengetahuan
berpikir kritis siswa pada Tabel 4 menunjukkan awal yang sama. Posttest kelas kontrol diperoleh
nilai probabilitas pretest kelas eksperimen dan nilai sig. sebesar 0,000, artinya ada perbedaan
kontrol sebesar 0,242 dan posttest sebesar 0,358. signifikan kemampuan berpikir kritis siswa pada
Nilai probabilitas baik pretest maupun posttest posttest antara kelas eksperimen dan kontrol.
memiliki nilai yang lebih besar dari alpa 0,05 Nilai rerata posttest kelas eksperimen lebih baik
sehingga kedua data dinyatakan homogen. daripada kontrol.

Copyright © 2021, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9 (1), 2021, 61
Yance Riyati, Yakobus Bustami, Hendrikus Julung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA


model pembelajaran TTW berbasis kartu
Adnyana, G. P. (2012). Keterampilan berpikir
bergambar lebih mampu meningkatkan
kritis dan pemahaman konsep siswa pada
kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil
model siklus belajar hipotetis deduktif.
penelitian ini sejalan dengan temuan Azizah dan
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran,
Wahyudi (2018) yang menyatakan model TTW
45(3), 18-26.
berbasis kartu bergambar berpengaruh
signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis. Ahmatika, D. (2016). Peningkatan kemampuan
Kelompok pembelajaran TTW lebih mampu berpikir kritis siswa dengan pendekatan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis inquiry/discovery. Euclid, 3(1), 182-190.
daripada pembelajaran konvensional. Ariyati, E. (2010). Pembelajaran berbasis
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa praktikum untuk meningkatkan
kelas eksperimen lebih baik dikarenakan model kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
TTW melibatkan siswa secara aktif dan antusias Jurnal Matematika dan IPA, 1(2), 2-5.
dalam berpikir, berbicara, dan menulis. Hal ini
sesuai penyataan Wulandari dan Mundilarto Azizah, S. N., & Wahyudi, W. (2018).
(2016) yang menyatakan pembelajaran aktif Penerapan model TTW berbasis saintifik
selalu diiringi aktivitas aktif serta adanya untuk meningkatkan hasil belajar tema
kemampuan cara berpikir siswa yang kritis kebersamaan siswa kelas II. JINoP
terhadap materi yang dibelajarkan oleh guru. (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 4(2), 160-
Di sisi lain, kartu bergambar dapat 171.
menjadikan siswa lebih senang dan termotivasi Erfan, M., Sari, N., Suarni, N., Maulyda, M. A.,
mengikuti pembelajaran, serta dengan melihat & Indraswati, D. (2020). Peningkatan
gambar siswa lebih mudah mengingat dan hasil belajar kognitif melalui model
menganalisis materi pembelajaran. Sejalan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
dengan pernyataan tersebut, Laely (2013) Head Together (NHT) tema perkalian dan
menyatakan bahwa kartu bergambar dapat pembagian pecahan. Jurnal IKA PGSD
menarik minat dan perhatian siswa untuk belajar (Ikatan Alumni PGSD) UNARS, 8(1),
dan Zabeta (2015) menyatakan bahwa kartu 108-118.
bergambar dapat membantu siswa mengerti
keterkaitan antara konsep dengan fenomena Fakhriyah, F., Roysa, M., & Faturrohman, I.
kehidupan, sehingga memperkecil kemungkinan (2014). Pengaruh penggunaan media
bagi siswa untuk menimbulkan miskonsepsi. kartu bergambar terhadap kemampuan
mendeskripsikan daur hidup organisme
SIMPULAN dilihat dari tingkat kemandirian belajar
siswa di SD 5 Dersalam Kudus. Jurnal
Berdasarkan analisis data dan Sosial Budaya, 7(1), 39-44.
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
nilai rerata kemampuan berpikir kritis posttest Fatmawati, H., Mardiyana, M., & Triyanto, T.
kelas eksperimen sebesar 81,04 dengan kategori (2014). Analisis berpikir kritis siswa
tinggi sedangkan kelas kontrol sebesar 60,05 dalam pemecahan masalah matematika
dengan kategori sedang. Hasil uji hipotesis pada berdasarkan Polya pada pokok bahasan
posttest menunjukkan nilai probabilitas lebih persamaan kuadrat (penelitian pada siswa
kecil daripada nilai alpa (0,000 ˂ 0,05), kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sragen
sehingga terdapat perbedaan yang signifikan tahun pelajaran 2013/2014). Jurnal
kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas Pembelajaran Matematika, 2(9), 190-197.
eksperimen dan kelas kontrol pada materi sistem Fitriyani, E., & Nulanda, P. Z. (2017).
pencernaan manusia. Nilai rerata kemampuan Efektivitas media flash cards dalam
berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik meningkatkan kosakata bahasa Inggris.
daripada kelas kontrol. Dengan demikian, model Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi,
pembelajaran TTW berbasis media gambar lebih 4(2), 167-182.
mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis apabila dibandingkan dengan model Gunawan, I. W., Dibia, I. K., & Mahadewi, L. P.
pembelajaran konvensional. P. (2016). Penerapan model think talk
write untuk meningkatkan kemampuan
beimbar PGSD Undiksha, 4(1), 1-12.

Copyright © 2021, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458


Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 9 (1), 2021, 62
Yance Riyati, Yakobus Bustami, Hendrikus Julung

Huda, M. (2015). Model-model pengajaran dan Rosida, R., Fadiawati, N., & Jalmo, T. (2017).
pembelajaran. Pustaka Belajar. Efektivitas penggunaan bahan ajar e-book
interaktif dalam menumbuhkan
Laely, K. (2013). Peningkatan kemampuan
keterampilan berpikir kritis siswa. Jurnal
membaca permulaan melalui penerapan
Pembelajaran Fisika, 5(1), 79-86.
media kartu gambar. Jurnal Pendidikan
Usia Dini, 7(2), 300-319. Sari, I. P., Yushardi, Y., & Subiki, S. (2015).
Penerapan model problem based learning
Lesmana, I., Wahyudi, W., & Indarini, E.
(PBL) berbantuan media kartu bergambar
(2019). Penerapan TTW (Think, Talk,
terhadap kemampuan berpikir kritis dan
Write) dengan roda matika untuk
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
fisika SMK Negeri di kabupaten Jember.
siswa SD. Jurnal Pendidikan Tambusai,
Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(3), 268-
3(2), 789-802.
273.
Luzyawati, L. (2017). Analisis kemampuan
Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2013).
berpikir kritis siswa SMA materi alat
Pengembangan bahan ajar metode
indera melalui model pembelajaran
penelitian pendidikan dengan ADDIE
inquiry pictorial riddle. Edu Sains: Jurnal
model. Jurnal Ika, 11(1), 190-198.
Pendidikan Sains dan Matematika, 5(2),
9-21. Umayah, S., Haryani, S., & Sumarni, W. (2013).
Pengembangan kartu bergambar tiga
Nuraida, D. (2019). Peran guru dalam
dimensi sebagai media diskusi kelompok
mengembangkan keterampilan berpikir
pada pembelajaran IPA terpadu tema
kritis siswa dalam proses pembelajaran.
kehidupan. Unnes Science Education
Jurnal Teladan: Jurnal Ilmu Pendidikan
Journal, 2(2), 167-173.
Dan Pembelajaran, 4(1), 51-60.
Wulandari, W. T., & Mundilarto, M. (2016).
Nuryanti, L., Zubaidah, S., & Diantoro, M.
Pengembangan perangkat pembelajaran
(2018). Analisis kemampuan berpikir
fisika aktif tipe learning tournament
kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan:
berbasis local wisdom kabupaten
Teori, Penelitian, dan Pengembangan,
Purworejo. Cakrawala Pendidikan, 1(3),
3(2), 155-158.
82-90.
Rohmatin, D. N. (2014). Penerapan model
Zabeta, M., Hartono, Y., & Putri, R. I. I. (2015).
pembelajaran pengajuan dan pemecahan
Desain pembelajaran materi pecahan
masalah untuk meningkatkan kemampuan
menggunakan pendekatan Pendidikan
berpikir kritis siswa. Gamatika, 5(1), 198-
Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
205.
Beta: Jurnal Tadris Matematika, 8(1), 86-
99.

Copyright © 2021, JPMS, p-ISSN: 1410-1866, e-ISSN: 2549-1458

Anda mungkin juga menyukai