PROPOSAL Revisi Gilan (210424)
PROPOSAL Revisi Gilan (210424)
OLEH:
MUHAMMAD GILANG SURYA WARDANI
1420120022
4) Komik silat
Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni bela diri dan
juga legenda – legenda rakyat. Biasanya komik ini bercerita
tentang petualang para pendekar dan membela kebenaran.
5) Komik humor
Komik humor selalu menceritakan hal – hal yang lucu dan
membuat para pembaca tertawa.
6) Komik roman remaja
Digunakan untuk menunjukan bahwa komik ini diajukan bagi
kaum muda dan alur ceritanya tentu saja harus romantiak.
7. Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang dapat merangsang indra
pendengaran dan indra penglihatan secara bersamaan, dan bersifat dapat
didengar dan dilihat karena mengandung unsure suara dan gambar.
Media audio visual menggunakan dua jenis media yaitu auditif atau
mendengar dan visual atau melihat, maka dari itu jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik. Media audiovisual merupakan
sebuah alat bantu yang berarti alat atau bahan yang dipergunakan dalam
situasi belajar untuk membantu penyampaian tulisan dan kata yang
diucapkan dalam menularkan pengetahuan, ide, dan sikap.
Jenis media audiovisual;
a. Media audi motion visual, yaitu media yang paling lengkap dengan
maksud penggunaan segala kemampuan audio dan visual kedalam
pengelompokan, seperti : TV, Sound Film, Video Tape, dan Film TV
recording.
b. Media audio-still-visual, yaitu media kedua yang dianggap lengkap
tetapi tidak bias menampilkan motion atau gerak, seperti sound film
strip, sound slide-sct, rekaman still TV.
c. Media audio-semination, yaitu media yang berkemampuan
menampilkan titik titik, tetapi tidak bias mentransmit secara utuh
suatu motion nyata, seperti tlewriting dan recording tlewriting
d. Media motion-visual, yaitu media yang kemampuan seperti media
kelas satu kecuali suara (audio). Media yang termasuk kelas ini
adalah silent film (film bisu).
e. Media still-visual, yaitu media yang mampu menyampaikan
informasi secara visual tetapi tidak bias menyampaikan motion
(gerek) seperti facsimile, micropon, dan video file
f. Media audio yaitu media yang menggunakan suara semata – mata.
Radio, telepon, audio dise, audio tipe.
g. Media cetakan yaitu media yang hanya menampilak informasi berupa
alphanumeric dan symbol-symbol tertentu
Kelebihan audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan
a. Dapat menarik minat dan perhatian dengan tampilan audiovisual,
sehingga mudah untuk dipahami dan diaplikasikan, karena idealnya
seseorang dapat berkomunikasi yaitu selama 20-30 menit
b. Meningkatkan motivasi, efektifitas dan efisien penyampaian
informasi
c. Media audiovisual mempermudah orang dalam menyampaikan dan
menerima materi
d. Waktu dapat di efisienkan
e. Dapat menggambarkan teori sains dalam bentuk animasi
f. Membantu stimulasi dan mendorong respon siswa
g. Visual dari gambar yang berwarna dapat menambah realita objek
yang diperagakan suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita
pada gambar.
8. Video
Keunggulannya adalah dapat memberikan realita yang sulit direkam
kembali oleh mata dan pikiran. Selain itu, dapat diulang kembali untuk
melihat informasi yang tersedia.
a. Dengan menggunakan video (disertai suara atau tidak), kita dapat
menunjukan kembali gerakan tertentu.
b. Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses
belajar maupun nilai hiburan dari penyajian itu.
c. Dengan vide, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu
yang sama dilokasi (kelas) yang berada dan dengan jumlah penonton
atau peserta yang tak terbatas dengan jalan mendapatkan monitor
disetiap kelas
d. Dengan video siswa dapat belajar secara mandiri
9. Slide
Keunggulannya adalah dapat memberikan realita walaupun dalam
keadaan terbatas serta cocok untuk sasaran dengan jumlah yang banyak.
6. Evaluasi (Evaluation)
Merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
antara lain (Baudiman & Riyanto, 2013):
1. Usia
Semakin bertambahnya usia maka kontrol dan sikap penangkapan
akan semakin tercipta sehingga informasi yang didapat semakin unggul
dan semakin banyak.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk menciptakan identitas dan
kapasitas di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal)
yang berlangsung seumur hidup. Artinya semakin tinggi pengajaran
seseorang maka semakin bisa mendapatkan dan mendapatkannya data
sehingga ilmu yang dimilikinya juga semakintinggi.
3. Informasi atau Media Massa
Strategi untuk mengumpulkan, merencanakan, menyimpan,
mengendalikan, melaporkan, menganalisis, dan menyebarkan data
dengan alasan tertentu. Data mempengaruhi informasi seseorang jika
mereka sering mendapatkan data hampir menjadi pelajaran hal itu akan
menambah informasi dan pemahamannya, sedangkan seseorang yang
tidak mendapatkan informasi secara teratur tidak akan menambah
pemahamannya.
4. Sosial, Budaya dan Ekonomi.
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa berpikir
apakah yang dilakukan itu manis atau buruk akan menambah
informasinya meskipun dia tidak melakukannya. Sementara itu, status
keuangan juga akan menentukan aksesibilitas fasilitas yang dibutuhkan
untuk latihan tertentu. Seorang individu yang memiliki sosio-budaya
yang baik akan memiliki informasi yang baik, tetapi jika sosio-
budayanya tidak baik maka informasinya tidak akan baik. Status
keuangan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuannya karena
seseorang yang memiliki status keuangan di bawah normal sehingga
seseorang akan kesulitan untuk meningkatkan pengetahuan.
5. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi cara memasukkan informasi ke dalam
manusia karena adanya interaksi timbal balik atau tidak yang dapat
direaksikan sebagai informasi oleh orang. Lingkungan yang bagus,
informasi yang didapat akan bagus, tetapi jika lingkungannya tidak
bagus, informasi yang didapat juga tidak bagus. Jika ada orang di sekitar
orang yang diajar, informasi yang dimiliki seseorang akan berbeda dari
orang di sekitar orang yang menganggur dan tidak berpendidikan.
6. Pengalaman
Pengalaman adalah berupa bagaimana memahami permasalahan dari
pertemuan masa lalu yang pernah dialami sehingga pertemuan yang
didapat dapat dimanfaatkan sebagai informasi jika anda mengalami
masalah yang sama.
2.3.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek
penelitian. Pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut
(Baudiman & Riyanto, 2013):
1. Bobot I :Tahap tahu dan pemahaman.
2. Bobot II :Tahap tahu, pemahaman, aplikasi dananalisis
3. Bobot III :Tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan
evaluasi
Kriteria penilaian tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua
kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu (Baudiman
& Riyanto, 2013):
1. Pengetahuan baik : Jika persentase jawaban ≥50%
2. Pengetahuan kurang : Jika persentase jawaban <50%
2.8 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian. Hipotesis penelitian lahir dari kerangka berfikir sebagai “logical
construct” dari gabungan dan kajian terhadap teori. Hal ini mengandung arti
bahwa hipotesis mustahil lahir tanpa kerangka berfikir dan teori yang relevan
(Sudarmanto dkk, 2021). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Terdapat prubahan
tingkat pengetahuan ibu batuta dalam pencegahan stunting di Desa Taman Indah
setelah dilakukan intervensi pendidikan kesehatan alat peraga MP-ASI lokal.
01 X 02
03 04
Keterangan:
O1: Pre-test, yaitu pengukuran pengetahuan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan alat peraga MP-ASI lokal
X: Perlakuan, yaitu alat peraga MP-ASI lokal
O2: Post-test, yaitu pengukuran pengetahuan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan alat peraga MP-ASI lokal
O3: Post-test, yaitu pengukuran pengetahuan pada kelompok kontrol
O4: Post-test, yaitu pengukuran pengetahuan pada kelompok kontrol
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Taman Indah Kecamatan
pringgarata. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan populasi ibu
batuta relatif lebih banyak dibandingkan di dibandingakan dengan tempat
lain.
3.2.2 Waktu
Pengambilan data akan dilaksanakan pada Bulan April sampai
dengan Mei 2024.
Keterangan:
n : Sampel
N : Populasi
e : Perkiraan tingkat kesalahan (0,1) (Siregar, 2013).
Perhitungan:
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 orang yang
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu sebanyak 33 orang kelompok kontrol
dan 34 orang pula untuk kelompok intervensi.
3.3.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
subjek penelitian (Nursalam 2016). Adapun teknik sampling yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (non probality),
yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut sudah dibuat oleh peneliti berdasarkan sifat-sifat
populasi yang telah diketahui dari sebelumnya (Masturo & Temesvari,
2018). Pusposive samping digunakan karena penelitian ini dilakukan pada
satu klompok, yaitu hanya pada ibu batuta saja dan memiliki kriteria
inklusi yang harus dipenuhi, sehingga dengan menggunakan teknik
tersebut, maka kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
Ketika peneliti memilih sampel yang akan dijadikan sebagai responden
penelitian, maka pemilihannya akan memiliki perbedaan yang dipilih be
rdasarkan kreteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria k
etika subjek telah memenuhi kualifikasi dari peneliti (Sugiyono, 2019).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ibu batuta yang berdomsili di Desa Taman Indah
b. Responden yang dapat berkomunikasi dengan baikBersedia menjadi
responden
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek sebelumnya telah masuk dalam pene
litian, akan tetapi dikeluarkan karena terdapat alasan yang tertentu yang
mengharuskannya untuk keluar (Sugiyono, 2019). Adapun kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Responden yang mengalami gangguan pendengaran
b. Responden yang sedang sakit
c. Responden yang tidak mengikuti proses penlitian samapai selsai
Validitas adalah nilai atau acuan yang sesuai antara data yang
dihasilkan setelah dilaporkan kepada peneliti dengan data yang
dikumpulkan di lapangan. Hasilnya, ketika data yang diperoleh dan data
yang disajikan "tidak berbeda", maka data tersebut akan dianggap valid.
Namun, mengapa tidak jika sebuah instrumen dalam sebuah penelitian
harus valid agar dapat menghasilkan hasil yang dapat dipercaya.
Penelitian yang bersifat deskriptif atau eksplanatori dan menggabungkan
variabel atau konsep yang menantang untuk dinilai tidak sesederhana
validitas dalam empiris, namun kenapa tidak jika suatu instrumen dalam
sebuah penelitian haruslah valid supaya mendapatkan hasil yang bisa
dipercaya (Sugiyono, 2018).
Keterangan :
P1 : presentase masing-masing kelompok
F1 : frekuensi atau jumlah pada setiap kelompok
N : total sampel penelitian
K ; konstanta (100%)
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel sec
ara langsung dengan tujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh
dari sebuah intervensi (Hasnidar et al., 2020). Analisis ini dilakukan
untuk mencari perbedaan tingkat pengetahuan anatra sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan alat peraga MP-ASI lokal. Uji sta
tistik bivariat akan menggunakan uji Paired t-test, yaitu digunakan untuk
menguji efektifitas suatu perlakuan, misalnya untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan responden (Sutha, 20
19). Uji Paried t-test (dependent t-test) dapat menggunakan rumus sebaga
i berikut:
(Za)2 (S)
n =
(d)
Keterangan:
S = Standar Deviation
S2 = Variance
Za =data for alpha
D = different to be detected (Swarjana, 2012).
3. Sukarela
Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara
langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden
atau sampel yang akan diteliti.
Pemilihan sampel
Analisa data
Kesimpulan
Alda, M. (2020). Sistem Informasi Pengelolaan Data pada Kantor Desa Sampean
Berbasis Android. Jurnal Media Informatika Budidarma, Vol 4, No(1548–
8368), 1–8. https://doi.org/10.30865/mid.v4i1.1716
Ariani. (2017). Ilmu Gizi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arisman. (2014). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Aritonang, I. (2015). Gizi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Leutika Prio.
Azwar, S. (2013). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bappenas. (2015). Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Rakorpop Kementerian Kesehatan R.
Didik, B. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Fikadu, T., Assegid, S., & Dube, L. (2015). Factors associated with stunting among
children of age 24 to 59 months in Meskan district, Gurage Zone, South
Ethiopia: a case-control study. Bmc Public Health, 14(1), 1-7.
Hanindita, M. (2018). Mommyclopedia: Tanya Jawab Tentang Nutrisi di 1000 Hari
Pertama Kehidupan Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hasnidar; Tasnim; Sitorus, Samsider; Mustar, Widi, Hidayati; Fhirawati; Yuliani,
Meda; Yunianto, Ismail, Marzuki, Andi, Eka; Susilawaty, ANDI; Pattola,
Ratna, Puspita; Sianturi, E. S. (2020). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yayasan
Kita Menulis.
Hidayat, R. (2019). pengaruh Pelaksanaan SOP Perawat Pelaksana Terhadap Tingkat
Kesemasan Pasien. Jurnal Ners, Vol. 3, NO, 84–96.
Kemenkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Kemenkes RI. (2017). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Lamid, A. (2015). Masalah Kependekan (Stunting) pada Anak Balita : Analisis
Prospek Penanggulangannya di Indonesia. Bogor: IPB Press.
Marmi, & Rahardjo. (2012). Asuhan neonates, Bayi, Balita, dan Anak prasekolah.
Pustaka Belajar.
Masturo, I., & T, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. In Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Millennium Challenge Account – Indonesia. (2015). Backgrounder : stunting dan
masa depan indonesia.
http://mca-indonesia.go.id/wp-content/uploads/2015/01/BackgrounderStuntin
g-ID.pdf
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Permenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 : Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/113087/permenkes-no-39-tahun-
2016
Picauly, & Toy, S. M. (2013). Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting terhadap
Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur, NTT. Jurnal
Gizi Dan Pangan, Maret 2013, 8(1), 55–62.
Prof. Dr. Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
ALFABETA, cv Bandung.
Roflin, E. (2021). Pengelolaan dan Penyajian Data Penelitian Bidang Kedokteran.
Nasya Expanding Manajemen.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa-Hidup) (13th
ed.). Jakarta: Erlangga.
Sari, R. M., Keraman, B., & Afriliani, E. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rsud Hassanudin
Damrah Bengkulu Selatan. Jurnal Sains Kesehatan, 24(1), 35–45.
Septiari, B. B. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Siregar, S. I. (2013). Statistik Parametri Untuk Penelitian Kuantutatif. Jakarta: Pt
Bumi Askara.
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak (2nd ed.). Buku Jakarta: Kedokteran
EGC.
Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuatitatif, dan R&D.
Alfabeta.
Supriyanto, Y., Paramashanti, B. A., & Astiti, D. (2018). Berat badan Lahir Rendah
Berhubungan dengan kejadian Stunting pada Anak Usia 6-23 bulan”. Jurnal
Gizi Dan Dietetik Indonesia., 5(1), 23–30.
Sutha, D. W. (2019). Biostastika. Malang: Media Nusa Creative.
Swarjana, I. K. (2012). Metodeologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Swarjana, I. K. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Syoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media.
United Nations International Children’s Emergency Fund (Unicef). (2018). Stunting.
http://unicef.in/Whatwedo/10/Stunting
Waryana. (2016). Promosi Kesehatan, Penyuluhan, dan Pemberdayaan Masyaralat.
Nuha Medika.
Welasasih, B. D., & Wirjatmadi, R. B. (2012). Beberapa faktor yang berhubungan
dengan status gizi balita stunting. The Indonesian Journal of Public Health,
8(3), 99-104.
Winarno, M. E. (2018). Buku Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani.
Malang: Universitas NegriI Malang.