Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN IPA DI SD

(PDGK 4202)

TUGAS TUTORIAL 3

NAMA : M. MAHRUS
NIM: 858180931

UPBJJ SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023

1
RANCANGAN TUGAS TUTORIAL III (3)
PDGK4202

Nama Mata Kuliah : Pembelajaran IPA di SD


Pokok Bahasan :
1. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar IPA
2. Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dan
Penjabarannya dalam Rancangan Pembelajaran IPA di Tingkat SD/MI
Masa Tutorial : 2023.2
Jumlah Soal : 5 (lima)
Skor Maksimal : 100
Jenis Tugas : PENGUASAAN KONSEP
Waktu : 100 menit
Sumber Materi : BMP PDGK4202
Modul 7 dan 8
Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa dapat memahami dan memilih proses pembelajaran dan
alat evaluasi pembelajaran IPA di SD yang paling tepat sesuai dengan
kemampuan dan latar belakang peserta didik
2. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP
3. Mahasiswa dapat menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran untuk konsep-konsep esensial di kelas III dan IV

Tugas
Soal no.1
Jelaskan tujuan evaluasi proses belajar IPA di SD!

Soal no.2
Sebutkan komponen-komponen alat ukur (tes) yang baik
untuk mengukur kemampuan peserta didik!

Soal no.3
Sebutkan tahapan analisis konteks dalam penyusunan KTSP!

Soal no.4
Jelaskan pengertian silabus!

Soal no.5
Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pengembangan silabus!

2
JAWABAN
1. Tujuan evaluasi pembelajaran di SD adalah untuk melihat dan mengetahui proses
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Selain itu tujuan evaluasi adalah untuk
menentukan angka kemajuan hasil belajar siswa, untuk mengetahui kemapuan
pemahaman peserta didik terhadap suatu mata Pelajaran IPA di SD, untuk melatih
keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah
diajarkan, dan sebagai umpan balik guru yang digunakan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar serta program remedial. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi
tentang apa yang telah dicapai dan mana yang. Evaluasi memberikan informasi bagi
kelas dan pendidik untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Tujuan mata
pelajaran IPA di SD, antara:
a. Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari
b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan
tentang alam semestanya
c. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian
dilingkungan sekitar
d. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,
bekerjasama, dan mandiri.
2. Berikut ini adalah komponen-komponen alat ukur (tes) yaitu :
1. Validitas Tes
Kata Validitas sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Validitas tes merupakan syarat
terpenting dari tes karena kaitannya dengan mutu atau kualitas. Tes yang baik
memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah kesesuaian hasil dengan
kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta bagaimana sebuah tes dapat
mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes instrumen soal) dapat dikatakan mempunyai
validitas yang baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan
benar sesuai kenyataan yang sesungguhnya.
Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali digunakan untuk menguji kualitas
soal instrumen, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan (konstruksi); (c) validitas
bandingan; dan (d) validitas ramalan.
a. Validitas Isi
Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan dari
suatu instrumen soal berdasarkan aspek isi (konten/materi). Pengecekan validitas isi
dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi (konten/materi) tes dengan
komponen-komponen yang seharusnya diukur.
b. Validitas Susunan (Konstruksi)
Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan (konstruksi)
yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat penyusunan tes yang
baik.
c. Validitas Bandingan
Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah berdasarkan
hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa saat
pengukuran (assessmen) dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan
datang.
2. Reliabelitas Tes
Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes
(alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh

3
dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya
siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan)
nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes
yang sama, ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen
(sebanding). Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang
mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok
siswa yang mungkin berubah karena tes itu sendiri.
3. Daya Pembeda atau Diferensiasi
Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat
diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk
menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa
yang satu dengan yang lain.
4. Keseimbangan Tes
Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes
terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu
aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur
dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian
pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.
5. Efisiensi atau Daya Guna Tes
Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu
tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang
digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang
dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau
hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan
pada mereka.
6. Obyektivitas Tes
Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka
subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes
(instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan
jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka
berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya
sendiri.
7. Kekhususan Tes
Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan.
Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-
komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari
bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari
bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.
8. Tingkat Kesulitan Tes
Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang
berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan siswa
untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak terlalu
mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).
9.Tingkat Kepercayaan Tes
Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada tingkat
kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat kepercayaan
terhadap sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru siswa-siswa yang
memiliki kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan sebaliknya siswa-siswa
berkemampuan kurang bagus memperoleh nilai yang baik.

4
10. Keadilan Tes
Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang mengikutinya
(mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh nilai yang
baik. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka kuasai setelah mengikuti
pembelajaran.
11. Alokasi Waktu Tes
Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi waktu
yang wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih.
3. Komponen-komponen penyusunan KTSP
a. Pelaksanaan Penyusunan KTSP a Analisis Konteks
1) Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di
sekolah,meliputi: peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana
prasarana, biaya, serta program- program yang ada di sekolah.
2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan
sekitar, antara lain: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan,
asosiasi profesi, dunia usaha! industri, dunia kerja, sumber daya alam dan
sosial budaya.
3) Mengidentitikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan
sebagai acuan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
 Mekanisme Penyusunan

1) Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan provinsi. Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan
SMK terdiri atas: (1) Guru, (2) Konselor, (3) Kepala sekolah, (4) Komite sekolah,
dan (5) Nara sumber.
Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas Pendidikan Provinsi
bertindak sebagai koordinator dan
supervisor.Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI, Asosiasi, Dunia
Kerja, dan anggota Institusi Pasangan Iainnya) dan nara sumber bertindak sebagai
anggota tim penyusun KTSP.
2) Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dan kegiatan
perencanaan sekolah. Kegiatan mi dapat berbentuk rapat kerja dan/atau Iokakarya
sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sebelum tahun pembelajaran baru. Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan secara garis besar meliputi: (1) Penyiapan dan penyusunan draf;
(2) Reviu dan revisi; (3) Finalisasi. Langkah yang lebih rinci dari masing-masing
kegiatan diatur dan diselenggarakan oleh tim penyusun.
3) Pemberlakuan
Dokumen KTSP dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat
pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota.
 Langkah-Iangkah Pelaksanaan Penyusunan KTSP

1) Merumuskan tujuan pendidikan sekolah


Rumusan tujuan pendidikan sekoloah pada dasarnya merupakan tujuan yang
dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Panduan

5
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah sebagai penjabaran dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 dan penjelasan Pasal 15.
2) Merumuskan visi dan misi sekolah
Setiap satuan sekolah merumuskan visi dan misinya masing- masing dengan
memperhatikan acuan operasional penyusunan KTSP. Rumusan visi dan misi secara
jelas menggambarkan eksistensi sekolah yang bersangkutan serta gambaran masa
depannya.
3) Merumuskan tujuan Sekolah
Setiap satuan pendidikan merumuskan tujuan masing-masing mengacu kepada visi
dan misi yang telah ditetapkannya. Rumusan tujuan menggambarkan tujuan
institusional kehadiran satuan pendidikan yang bersangkutan.
4) Menetapkan standar kompetensi. Penetapan standar kompetensi dalam penyusunan
KTSP menggunakan acuan sebagai berikut.
Standar kompetensi lulusan, yang meliputi: (1) Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan (SKL-SP), misalnya profil lulusan SMK yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan; (2)
Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP), merupakan kompetensi
minimum setiap mata pelajaran sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan; dan (3) Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD), merupakan kompetensi minimum
setiap substansi mata pelajaran yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Keseluruhan standar kompetensi lulusan
tersebut adalah kompetensi minimum yang hams dilaksanakan, setiap satuan
pendidikan dapat menambahkan kompetensi-kompetensi yang dinilal penting untuk
menunjang mutu dan relevansi kompetensi lulusan.
Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau tata urutan logis
kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu
yang dibutuhkan, serta kemungkinan dilaksanakan multi entiy-multi exit. Diagram
pencapaian kompetensi cukup dibuat untuk mata pelajaran kompetensi.
6) Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelalaran, muatan lokal dan
pengembangan din yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan
dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok
program, yaitu kelompok program normatif, program adaptif, dan program produktif.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, selaras
dengan program keahilan yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dan mata
pelajaran yang ada atau tenlalu banyak sehingga penlu menjadi mata pelajaran
tersendiri. Pengembangari din meskipun bukan mata pelajaran dan dapat diperoleh
dan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan atau ekstrakurikuler yang ditujukan
untuk pengembangan kreativitas dan pelayanan bimbingan karir, tetap harus
tercantum dalam struktur kunikulum. Di dalam struktur kurikulum harus memuat
durasi waktu, yaitu estimasi jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap
mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan din sesual dengan Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi. Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global, lingkungan hidup serta materi lain
yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan
pembelajaran pada setiap mata pelajaran.
7) Menetapkan beban belajar

6
Beban belajar meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dengan
jumlah 36-40 jam pelajaran per minggu @ 45 menit. Penetapan beban belajar
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menetapkan jumlah jam untuk
kegiatan pembelajaran tatap muka (teori), praktik di sekolah, (2) mengkonversi
jumlah jam praktik di sekolah ke dalam jumlah jam tatap muka dengan ketentuan 2
jam pembelajaran praktik di sekolah setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka
(teori), dan (3) menetapkan jumlah jam mata pelajaran yang terdini atas jam tatap
muka (teori) dan jumlah jam hasil konversi pada butir 2) yang dicantumkan pada
struktur kurikulum.
8) Menetapkan kalender pendidikan
Setiap satuan pendidikan dapat menyusun dan menetapkan kalender pendidikan
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan, pembelajaran berbasis
kompetensi, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut: (1) Permulaan tahun pelajaran adalah
bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya; (2) Hari libur
sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan. hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan, Kepala Daerah Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara pendidikan
dapat menetapkan hari libur khusus; (3) Pemenintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan; dan (4)
Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing
satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen
Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dan Pemerintah/pemerintah daerah.
4. Silabus adalah silabus sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang wajib dimiliki
oleh guru. Silabus ini juga wajib digunakan sebagai sarana untuk memudahkan
pembelajaran mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi, secara otomatis setiap guru ini
kemudian akan menjadikan silabus ini sebagai pedoman penyusunan rencana kegiatan
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Pengertian silabus juga disebut suatu
perangkat rencana dan pengaturan pelaksanaan pembelajaran serta penilaian yang
disusun secara sistematis dan memuat komponen-komponen yang saling berkaitan
untuk kemudian mencapai penguasaan kompetensi dasar. Adapun tujuan dari silabus
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ialah diantaranya mempermudah,
memperlancar, serta meningkatkan hasil proses belajar-mengajar dan menyusun
berbagai rencana pembelajaran secara profesional, yang sistematis dan berdaya guna.
Dengan demikian guru akan melihat, menganalisis, mengamati, serta memprediksi
berbagai program pembelajaran tentang berbagai kerangka kerja yang terencana dan
logis . Silabus bermanfaat sebagai pedoman penyusunan buku siswa yang kemudian
memuat materi pelajaran, aktivitas peserta didik, serta evaluasi pembelajaran. Sebagai
acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran ini maka setiap kajian mata pelajaran,
atau pengelolaan kegiatan pembelajaran serta pengembangan penilaian dari hasil
pembelajaran. Sebagai alat aktualisasi kurikulum secara operasional maka pada suatu
tingkat satuan pendidikan akan memudahkan guru dalam melakukan berbagai
pembelajaran. Sebagai pedoman pengembangan perangkat pembelajaran lebih lanjut.
Mulai dari pengelolaan kegiatan pembelajaran, perencanaan serta pengembangan
penilaian. Sebagai sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran terdapat
suatu Standar Kompetensi atau satu Kompetensi Dasar.
5. Dalam pengembangan silabus perlu dipertimbangkan beberapa prinsip. Prinsip
tersebut merupakan kaidah yang akan menjiwai pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Terdapat beberapa prinsip yang harus dijadikan dasar dalam
pengembangan silabus ini, yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten,

7
memadai/adequate, aktual/kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh, sebagaimana yang
ditentukan oleh Departemen Nasional.
a. Ilmiah Bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Mengingat silabus berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang
akan dipelajari peserta didik, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus
memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk itu, dalam penyusunan silabus disarankan
melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran agar materi
pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.
b. Prinsip Relevansi Prinsip relevansi memberikan arahan bahwa cakupan,
kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik. Prinsip relevansi ini juga mendasari pemilihan materi,
strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu,
pertimbangan pemilihan sumber dan media pembelajaran, dan strategi
penialian hasil pembelajaran.
c. Prinsip sistematis memberikan arahan bahwa penyusunan silabus hendaknya
bersifat sistemik dan sistematik. Jika silabus dipandang sebagai sistem garis
besar program pembelajaran bersifat sistemik, komponen silabus hendaknya
bersifat sinergis dalam pencapaian kompetensi dasar. Jadi komponen-
komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi karena silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem,
oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.
Kompetensi dasar hendaknya menjadi acuan dalam mengembangan indikator,
materi standar, penetuan waktu, pemilihan sumber dan media pembelajaran
dan standar penilaian.
d. Prinsip Konsistensi memberi arahan bahwa dalam pengembangan silabus
terjadi hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan instrumen
penilaian bersifat searah dala rangka pencapaian standar kompetensi.
e. Prinsip memadai prinsip ini memberi arahan bahwa cakupan indikator, materi
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup
memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Prinsip Aktual dan Kontekstual prinsip ini memberi arahan bahwa cakupan
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi yang terwujud dalam
realitas kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di
tengah perkembangan masyarakat dan IPTEK. Kontekstual berarti
pengembangan silabus hendaknya sesuai dengan konteks zaman dan
kehidupan peserta didik. pengalaman belajar yang dirancang dalam silabus
hendaknya menggunakan situasi kehidupan riil yang sedang terjadi ditengah-
tengah kehidupan peserta didik.
g. Prinsip Fleksibelitas prinsip ini memberi arahan bahwa keseluruhan komponen
silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, lingkungan
belajar, dan dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat dan satuan
pendidikan setempat. Silabus hendaknya disusun fleksibel sesuai kondisi dan
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
h. Menyeluruh prinsip ini memberi arahan bahwa pengembangan indikator
silabus hendaknya mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor). Selain itu idealnya sesuai juga dengan pengembangan materi

8
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. prinsip
menyeluruh ini perlu diletakan dalam pencapaian kompetensi- sebagai
penecerminan pengetahuan, nilai, sikap dan perbuatan dan terwujud dalam
berbagai kecakapan hidup.
Pengembangan Silabus
Dalam kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah
disiapkan oelh tim pengembang kurikulum, baik di tingkat pusat maupun wilayah,
dengan demikian guru tinggal mengembangkan RPP berdasarkan buku penduan guru,
buku panduan peserta didik dan buku sumber yang semuanya telah disiapkan. Dengan
demikian, dalam kaitannya dengan rencana pembelajaran dalam kurikulum 2013,
guru tidak usah repot-repot lagi mengembangkan perencanaan tertulis yang berbelit-
belit, karena sudah ada pedoman dan pendampingan. Dalam hal ini, yang paling
penting bagi guru adalah memahami pedoman guru dan pedoman peserta didik,
kemudain menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan. Setelah itu,
kemudian mengembangkan rencana pembelajaran tertulis secara singkat tentang apa
yang akan dilakukan dalam pembukaan, pembentukan karakter dan kompetensi
peserta didik serta penutup pembelajaran. hal baru berkaitan dengan silabus ini bahwa
sebagaian besar pembelajaran, khususnya di sekolah dasar dilakukan secara integratif.
Oleh karena itu guru harus memahaminya secara utuh berbagai hal yang berkaitan
dengan silabus tematik integratif sebelum melaksanakan pembelajaran.
Pengembangan silabus untuk setiap bidang studi dilakukan oleh tim pengembang
kurikulum yang mencakup berbagai jenis lembaga pendidikan, dengan berbegai
kegiatan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap
bidang studi
b. Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta
mengelompokannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pehamanan
(keterampilan), nilai dan sikap
c. Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokannya sesuai dengan skope
dan skuensi
d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria
pencapaianya.
e. Untuk kurikulum nasional, penyusunan silabus mengacu pada kurikulum 2013
dan perangkat komponen-komponennya yang disusun oleh Pusat Kurikulum,
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Untuk kurikulum wilayah, silabus dikembangkan oleh Tim
Pengembang Kurikulum Wilayah. Namun demikian, sekolah yang mempunyai
kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan
kebidayaan setempat (provinsi, kabupaten/kota). Penyusunan silabus dapat
dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi pemerintah, instansi
swasta termasuk perusahaan dan industri, atau perguruan tinggi. Bantuan dan
bimbingan teknis untuk penyusunan silabus sepanjang diperlukan dapat
diberikan oleh Pusat Kurikulum.

Anda mungkin juga menyukai