Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH SHALAT SUBUH BERJAMAAH

TERHADAP SELF MANAGEMENT SANTRI DI


PONDOK PESANTREN NURUL ARIF SALAM

Proposal Skripsi
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama Islam

Oleh
Asep Abdul Muhyi
200911061

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTRAPI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2024
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH SHALAT SUBUH BERJAMAAH TERHADAP SELF


MANAGEMENT SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL ARIF
SALAM

Oleh :
Asep Abdul Muhyi
NIM 200911061

Cirebon, April 2024

Telah disetujui Pembimbing Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi


Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Cirebon
Untuk diajukan pada Sidang Ujian Proposal Skripsi

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

M. Aziz Husnarrijal,S.Th.I M.PD Dr.Sri Maryati, M.A


NIDN: 0423069204 NIDN : 0406097506
Mengetahui,
Dekan
Ketua Program Studi
Fakultas Agama Islam

Dr. Aip Syarifudin, M.Pd.I Dr. Abdul Basit Atamimi, M.Hum


NIDN : 0402018402 NIDN.2102078903

i
Daftar Isi

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................3
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA.............................................................................................4
A. Penelitian Terdahulu.................................................................................................4
B. Landasan Teori dan Konseptual...............................................................................5
1. Kajian teori...........................................................................................................5
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................................19
A. Jenis Penelitian.......................................................................................................19
B. Sumber Data Primer...............................................................................................19
C. Sumber Data Skunder............................................................................................19
D. Jenis Data...............................................................................................................20
E. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................20
F. Teknik Pengolahan Data........................................................................................21
G. Pendekatan.............................................................................................................21
H. Lokasi Penelitian....................................................................................................22
I. Sampel Penelitian...................................................................................................22
Daftar Fustaka....................................................................................................................23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Self management sangatlah dibutuhkan kehidupan kehidupan manusia,
semua tindakan yang diambil memerlukan manajemen diri. Tentu saja hal ini
untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan dan sebagai langkah preventif di
kemudian hari. Manajemen diri juga sebenarnya membantu individu mengelola
pikiran, emosi, dan perilakunya. Individu menjadi lebih mandiri dalam mengatur
dirinya sendiri, dan siapa yang dapat mengendalikan dirinya akan mampu
menghadapi tantangan dalam hidup dan menjalin hubungan baik dengan individu
lain.
Self management akan sangat membantu dalam kehidupan seorang santri
baik di Pesantren maupun setelah pulang ke rumah dan melalui self managemant,
santri juga dapat mengatur aktivitasnya mulai dari perilaku, tindakan, pikiran
bahkan emosi yang dapat mendatangkan energi positif untuk mencapai tujuan
hidup. Santri minimal harus memiliki kemampuan pengelolaan diri yang meliputi
4 buah tindakan, yaitu (1) motivasi diri (Self Motivation), (2) pengorganisasian
diri (Self Organization), (3) pengendalian diri (Self Control) dan (4)
pengembangan diri (Self Development).1
Kegiatan belajar santri tentu tidak mudah,beberapa masalah juga muncul
di kalangan santri. Dimana banyak kegiatan pondok yang perlu diikuti oleh santri,
khususnya bagi santri yang sekaligus jadi siswa ataupun mahasiswa. Sebagai
santri wajib mematuhi dan melaksanakan segala aktivitas pondok dan sekolah,
namun tidak semua santri mampu melakukannya.
Permasalahan yang sering dihadapi santri adalah ketika mereka bosan
dengan segala aktivitas dan aturan yang ada, mereka akan melakukan apapun
yang mereka inginkan, baik benar atau salah.

1
Jazimah, Hanum. "Implementasi Manajemen Diri Mahasiswa dalam Pendidikan Islam." Jurnal of
Islamic edocation 6 (mudarisa), 2015: 229

1
2

Self Managemant dapat menjadi pilihan yang sangat berguna untuk


mengatasi permasalahan yang timbul bermula dari rendahnya tingkat pengelolaan
diri. Santri kurang semangat dalam meneliti, sulit mengontrol diri, terlambat
menyerahkan tugas, dan kurang rasa ingin belajar. Oleh karena itu diperlukan
manajemen diri dalam segala aktivitas santri, baik di pondok pesantren maupun di
luar pesantren.
Salah satu upaya yang dapat meningkatkan self management santri adalah
dengan melaksanakan shalat subuh secara berjamaah. Shalat subuh berjamaah
memiliki nilai-nilai spiritual, sosial, dan psikologis yang signifikan. Shalat subuh
merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam dan
dianggap sebagai ibadah yang paling sulit dilakukan karena dilaksanakan pada
waktu yang sangat awal. Melalui praktik shalat subuh berjamaah, santri-santri
Pondok Pesantren Nurul Arif Salam terlibat dalam interaksi sosial dengan sesama
santri, menunjukkan disiplin waktu, dan mengambil tanggung jawab terhadap
komunitas. Dalam konteks pondok pesantren, shalat subuh berjamaah menjadi
rutinitas utama yang melibatkan seluruh santri. Oleh karena itu, terdapat dugaan
bahwa praktik shalat subuh berjamaah yang konsisten dan teratur dapat
berdampak pada kemampuan self-management santri di Pondok Pesantren Nurul
Arif Salam.
Shalat yang dilakukan secara berjamaah juga mempunyai efek terapi
kelompok (group therapy) sehingga menumbuhkan sikap disiplin, rasa
kebersamaan, menghilangkan rasa cemas, dan terasingkan.2 Selain itu shalat
berjamaah juga memberikan berbagai keistimewaan bagi yang mengamalkannya,
apalagi yang mengamalkannya dengan disiplin. Ketepatan waktu salat berjamaah
menumbuhkan kebiasaan shalat yang teratur dan konsisten pada waktu-waktu
yang telah ditentukan. Dalam konteks shalat berjamaah mempunyai nilai edukasi
diantaranya kedisiplinan,berkomitmen,dan pengendalian diri.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
shalat berjamaah dalam hubungannya dengan self management santri. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul “Pengaruh Shalat Subuh

2
Samsuri. Penuntun Shalat Lengkap. Surabaya: April Lestari, 2010.
3

Berjamaah Terhadap Self Management Santri Di Pondok Pesantren Nurul


Arif Salam”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi fokus dalam
kajian skripsi ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara shalat subuh berjamaah


dengan self management santri di pondok pesantren nurul arif salam.
2. Bagaimana hubungan antara praktik shalat subuh berjamaah dengan aspek-
aspek self management santri di pondok pesantren Nurul Arif Salam.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah praktik shalat subuh berjamaah memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap self-management santri di Pondok Pesantren Nurul
Arif Salam.
2. Untuk memahami hubungan antara praktik shalat subuh berjamaah dan
aspek-aspek self-management santri di Pondok Pesantren Nurul Arif Salam,
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan diri, pengaturan prioritas,
dan pengendalian diri.

D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :

1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara


praktik shalat subuh berjamaah dan self-management santri di Pondok
Pesantren Nurul Arif Salam.
2. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya praktik shalat
subuh berjamaah dalam pengembangan self-management.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pengamatan penulis, proposal penelitian yang diajukan
penulis mempunyai kesamaan variabel yang dibuat peneliti dengan penelitian
yang telah dilakukan dan diteliti sebelumnya. Berikut uraiannya :

1. Skripsi karya Renia Urfa berjudul “ Pengaruh Pembiasaan Sholat Dzuhur


Berjama’ah Terhadap Akhlak Siswa Kelas V Di MII Simbang Wetan Buaran
Pekalongan”. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa amalan salat zuhur berjamaah siswa
berpengaruh terhadap semangat belajar dan akhlak siswa MII Simbang
Wetang Buaran Pekalongan. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis yaitu
pada taraf signifikansi 1%, nilai t-tabel = 2,43, maka t test sebesar 20,712 > t-
tabel = 2,43, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya pada taraf
signifikansi 5% nilai t tabel = 0,23 sehingga t hitung = 20,712 > t tabel = 0,23
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara adat salat zuhur bejamaah di kalangan siswa
terhadap semangat belajar dan ahlak siswa kelas V MII Simbang Wetan
Buaran Pekalongan3.
2. "Pengaruh Terapi Islam Dalam Kegiatan Fatihahan Terhadap Peningkatan
Self Management Pada Santri Di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad
Surabaya" adalah judul tesis Fina Nur Laili Mufidah. Dalam penelitian ini,
pendekatan kuantitatif digunakan, dan jenis penelitian ini adalah Quasi
Eksperimental Design. Untuk pengambilan sampel, teknik sampling
purposive digunakan. Hasil penelitian menunjukkan nilai z sebesar -1.826 dan
nilai Asymp Sig. (2-tailed) sebesar 0,068. H0 ditolak dan Ha diterima, karena
nilai p value lebih kecil daripada nilai signifikansi, yaitu 0,068 < 0,05. Nilai
pretest dan posttest menunjukkan tingkat pengaruh santri dalam
3
Ulfa, Renia. Pengaruh Pembiasaan Sholat Dzuhur Berjama’ah Terhadap Akhlak Siswa Kelas V
Di MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Pekalongan, 2019.

4
5

meningkatkan kemandirian diri. Nilai pretest adalah 447, sementara nilai


posttest meningkat menjadi 533.4
3. Jurnal "Hubungan antara Manajemen Diri dengan Perilaku Agresif pada
Siswa SMA" yang diterbitkan dalam Jurnal Cognicia Volume 7 Nomor 3 pada
halaman 308–320. Jurnal ini ditulis oleh Risqi Dwi Amaliasari dan Uun
Zulfiana. Metode kuantitatif korelasional yang digunakan dalam penelitian
ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siswa SMA Negeri 1
Padangan Bojonegoro terdapat korelasi negatif yang signifikan antara self
management dan perilaku agresif. Hal ini didasarkan pada hasil analisis uji
produk moment korelasi, di mana nilai koefisien korelasi (r) minus 0,122 dan
nilai p 0,037 kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat self
management yang lebih baik dimiliki siswa di SMA terkait dengan tingkat
perilaku agresif yang lebih rendah. Sebaliknya, tingkat self management yang
lebih rendah dimiliki siswa prilaku agresif siswa menjadi tinggi.5

B. Landasan Teori dan Konseptual

1. Kajian teori
a. Shalat Subuh Berjamaah
a.1. Pengertian Shalat berjamaah

Sebelum membahas tentang pengertian shalat berjamaah, kita harus


tau dulu apa itu shalat dalam kitab Fathul Qorib karangan Abu Abdillah
Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
menerangakan :

‫ مفتتحة بالتكبري خمتتمة‬،‫الصالة وهي لغة الدعاء وشرعًا كما قال الرافعي أقوال وأفعال‬
‫بالتسليم بشرائط خمصوصة‬

4
Mufidah, Fina Nur Laili. Pengaruh Terapi Islam Dalam Kegiatan Fatihahan Terhadap
Peningkatan Self Management Pada Santri Di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad
Surabaya. Surabaya, 2019.
5
Zulfiana, Amaliasari and. “Hubungan Antara Self-Management Dengan Perilaku Agresi Pada
Siswa SMA.” Jurnal Cognicia Volume 7, 2015: 308-320.
6

Artinya : Sholat secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’, sebagaimana
yang di sampaikan oleh imam ar Rafi’i, adalah ucapan dan pekerjaan yang
di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan syarat-syarat
tertentu.6

Jamaah berasal dari kata al-jam’u yakni mengumpulkan sesuatu


yang berserakan dan menyatukan sesuatu dengan mendekatkan
sebagiannya kepada sebagian yang lain7. Oleh karena itu, shalat jamaah
terjadi ketika dua orang atau lebih shalat bersama-sama dan salah satu dari
mereka mengikuti yang lain. Jika ini terjadi, maka keduanya disebut
sebagai shalat jamaah. Imam adalah orang yang diikuti, dan makmum
adalah orang yang mengikutinya.

a.2.Keutamaan Shalat Subuh Berjamaah


Karunia Allah SWT sangat besar terhadap hamba-Nya, salah
satunya dengan memberi pahala yang besar bagi mereka yang
melaksanakan shalat berjamaah. Pahala ini dimulai dari mereka berjalan
ke mesjid, dan menunggu shalat berjamaah sampai mereka berangkat
pulang. Rasuullah SAW mengatakan dalam hadits, yang diriwayatkan
oleh Ibnu Umar bahwa shalat berjamaah lebih baik dua puluh tujuh derajat
dari pada shalat sendiri (mundarid). Berdasarkan hadits berikut, ini adalah
kelipatan derajat keutamaan tertinggi.

‫صالُة اَجلَم اَعة‬: ‫عن عبد اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما َأَّن َرُس وَل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم َقاَل‬

‫َأفَض ُل من َص َالة الَف ِّذ ِبَس بٍع وِعشِرين َد َرَج ة‬

Artinya : Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Rasulullah


SAW bersabda, "Sholat berjamaah itu lebih utama daripada sholat sendiri
sebanyak 27 derajat." (HR. Bukhari)8

6
Al-Gharabli, Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn. Terjemahan
Fathul Qorib . t.thn.
7
Ghanimas-Sadlan, Shalib bin. Shalat Jamaah. Jakarta: Darul Haq, 2015.
8
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shohihnya kitab Al Adzaan t.thn.)
7

Shalat Subuh Berjamaah juga akan menghindarkan seseorang dari


sifat kemunafikan, sebagai mana hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah :

‫ لَقْد َمَهْم ُت أْن آُم َر‬،‫ ولو َيْع َلُم وَن ما ِف ِهي ام َأَلَتْو ُهام ولو َح ْبًو ا‬، ‫ليَس َص اَل ٌة أْثَقَل عىَل اُملَناِفِقَني ِم َن الَفْج ِر والِع َش اِء‬
‫ َفُأَح ِّرَق عىَل َم ن ال ْخَي ُر ُج إىل الَّص اَل ِة َبْع ُد‬، ‫ َّمُث آُخ َذ ُش َع اًل ِم ن اَن ٍر‬، ‫ َّمُث آُم َر َر ُج اًل َيُؤ ُّم الَّناَس‬، ‫ فُيِقَمي‬، ‫اُملَؤ ِّذ َن‬

Artinya : Tidak ada shalat yang lebih berat dilaksanakan bagi orang
munafik daripada shalat subuh dan isya. Seandainya mereka tahu
keutamaan yang terdapat di dalamnya (subuh dan isya), niscaya mereka
akan mendatanginya meskipun dengan merangkak. Sungguh aku
berkeinginan untuk memerintahkan muadzin agar didirikan (iqamah)
shalat, lalu aku perintahkan seseorang untuk memimpin shalat
(berjamaah), kemudian aku mengambil bara api dan membakar (rumah)
orang yang tidak keluar melaksanakan shalat berjamaah di masjid (tanpa
alasan yang benar) (HR. Bukhari-Muslim)9

a.3. Dasar Hukum Shalat Berjamaah

Ada beberapa pendapat tentang hukum shalat berjamaah selain


shalat jum'at, seperti berikut:

a. Imam Syafe'i berpendapat bahwa shalat berjamaah hukumnya


fardhu kifayah, artinya jika dilakukan oleh sekelompok orang
yang mencukupi, maka dosa orang yang tidak melakukannya
gugur, itu karena shalat jamaah adalah salah satu syi'ar Islam.
b. Menurut madzhab Hanafiyah dan Malikiyah shalat jamaah
hukumnya sunnah mu'akkadah ( sunnah yang dikuatkan atau
yang selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya).
c. Menurut Ibnu Taimiyah, shalat jamaah hukumnya fardhu 'ain
yaitu wajib bagi setiap individu.

9
Bukhari. kitab Al Adzaan, Bab Fadhlu sholatul jama’ah No. 609. t.thn.
8

Seperti yang telah disebutkan di atas, bagi laki-laki, shalat lima


waktu secara berjamaah di masjid lebih baik daripada di rumah, kecuali
shalat sunnah, di mana shalat di rumah lebih baik.
a.4. Syarat Sah Shalat Berjamaah
Dalam berjamaah, lima golongan orang diizinkan untuk
bermakmum:
1. Laki-laki bermakmum pada laki-laki.
2. Berempuan bermakmum pada laki-laki.
3. Banci bermakmum pada laki-laki.
4. Perempuan bermakmum pada banci.
5. Perempuan bermakmum pada perempuan.10
a.5. Yang Tidak Sah Shalat Berjamaah
Dalam berjamaah, ada empat golongan yang tidak sah:
1. Laki-laki mengikut perempuan.
2. Laki-laki mengikut banci.
3. Laki-laki mengikut perempuan.
4. Banci mengikut banci.11
a.6. Syarat Menjadi Makmum
1) ‫َأْن َال َيْع َلَم ُبْطَالَن صَالِة ِإَم اِمِه َحِبَد ٍث َأْو َغِرْي ِه‬

Syarat pertama adalah makmum tidak mengetahui bahwa shalat


imam batal karena sesuatu yang disepakati oleh imam dan
makmum, seperti hadats dan yang lainnya.

2) ‫َأْن َال َيْع َتِق َد ُوُج وَب َقَض اِئَه ا َعَلْيِه‬

Syarat kedua adalah bahwa makmum tidak percaya bahwa shalat


imam harus diqadha' (mu'aadah), seperti halnya seorang yang
berhadats dan tidak menemukan air atau debu (faaqid li ath-

10
hadhrami, Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al. shalat berjamaah dalam Kitab
Safinatun Najah. t.thn.
11
hadhrami, Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al. shalat berjamaah dalam Kitab
Safinatun Najah. t.thn.
9

thohuuroin). Ini terjadi bahkan jika keadaan makmum sama dengan


imam.
3) ‫َأْن َال َيُك ْو َن َم ْأُمْو َم ًا‬

Ketiga, imam tidak boleh menjadi makmum ketika diikuti karena


tidak mungkin menjadi taabi' ( yang mengikuti ) dan matbuu' (yang
diikuti) pada waktu yang sama.
4) ‫َال ُأِّم ّيًا‬

Syarat yang ke empat ini berarti bahwa imam tidak boleh salah
mengucapkan satu huruf atau tasydid dari surah Al-Fatihah,
sedangkan makmum dapat mengucapkannya dengan benar.
5) ‫َأْن َال َيَتَق َّد َم َعَلى َإَم اِمِه ْيِف اْلَمْو ِقِف‬

Syarat yang ke lima seorang makmum tidak boleh mendahului


imam di tempat shalatnya. Dengan kata lain, seluruh bagian
penopang makmum tidak boleh mendahului sebagian dari
penopang imam, apakah itu berdiri atau dalam cara lain.
6) ‫َأْن َيْع َلَم اْنِتَق اَالِت ِإَم اِمِه‬

Dengan kata lain, makmum menyadari pergeseran gerakan imam


sebelum memasuki rukun ketiga, yang merupakan terlambat dua
rukun perbuatan. Ini dapat dicapai melalui:
 Melihat imam
 Melihat sebagian makmum
 Mendengar suara imam
7) ‫ َأْو َثَالِث ِم َئِة ِذَر اٍع َتْق ِر يَبًا‬، ‫َأْن ْجَيَتِم َعا ْيِف َمْس ِج ٍد‬

Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang
lebih tiga ratus hasta.
8) ‫َأْن َيْنِو َي اْلُقْد َو َة َأِو اَجْلَم اَعَة‬

Syarat ke 8 adalah terkumpulnya imam dan makmum yaitu orang


yang berada di belakangnya atau berada di salah satu sisinya, dan
10

setiap dua shaf entah di masjid atau di suatu tempat selain masjid
yang tidak lebih jaraknya antara keduanya dari 300 hasta (secara
perkiraan)
9) ‫َأْن َيَتَو اَفَق َنْظُم َص َالَتْيِه َم ا‬

Syarat yang ke 9 makmum harus berniat mengikuti imam, orang-


orang di mihrab, atau berjamaah saat shalat, tetapi itu dimakruhkan
dan menghilangkan pahala shalat berjamaah karena menjadikan
dirinya sebagai pengikut setelah sebelumnya shalat sendiri.

10) ‫َأْن َال َخُياِلَف ُه ْيف ُس َّنٍة َفاِح َش ِة اْلُم َخ اَلَف ِة‬

Syarat yang ke 10 adalah bahwa makmum harus mengikuti imam


dalam semua sunnah, baik dalam mengerjakannya atau
meninggalkannya. Misalnya, jika imam meninggalkan sujud
tilawah sedangkan makmum melakukannya, atau jika imam
meninggalkan tasyahhud awal sedangkan makmum melakukannya,
shalat makmum dianggap batal.
11)‫َأْن ُيَتاِبَعُه‬

Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam.12


a.7. Pengaruh Shalat Berjamaah
Shalat sebagai spritual, lembaga, dan komitmen besar untuk
ketertiban, ketepatan waktu, perubahan, dan kesatuan secara pribadi dan
kolektif. Shalat berjamaah memiliki efek positif pada kehidupan
seseorang. Orang muslim yang melakukan shalat berjamaah akan
menemukan makna dalam hidup mereka. Berikut ini adalah beberapa
dampak dari mendirikan shalat berjamaah:
a. Aspek spiritual, yang merupakan hubungan antara hamba dan Allah
SWT yang sangat penting, sehingga memiliki nilai yang tinggi:

12
hadhrami, Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al. shalat berjamaah dalam Kitab
Safinatun Najah. t.thn.
11

1. Orang yang melakukan shalat berjemaah akan menerima pahala 27


(dua puluh tujuh) kali lipat dari orang yang melakukan shalat
sendiri.
2. Allah SWT telah mensyariatkan pertemuan pada waktu tertentu,
beberapa di antaranya adalah satu hari satu malam yaitu dalam
waktu shalat 5 waktu. Hal ini dilakukan untuk membangun
hubungan, yaitu kebaikan, kasih sayang, dan perawatan, serta
untuk membersihkan diri dan mendakwahkan ke jalan Allah SWT,
baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Alloh SWT akan melipatgandakan kebaikan dan memperbesar
pahala.
4. Berjalan ke tempat shalat berjamaah setelah menyelesaikan wudhu
dan menghapus dosa.
5. Berkumpul dengan kaum muslimin di masjid dengan harapan
bahwa banyak berkah akan turun dari sisi Allah.
6. Allah SWT akan melindungi pelaku dari dosa dengan shalat
berjamaah.
b. Aspek Kehidupan Sosial dan Beragama
Tujuan khusus dari dimensi religius shalat berjamaah, adalah :
1. Aspek demokratis dapat dilihat dari berbagai aktivitas yang
terlibat dalam shalat berjamaah itu sendiri, seperti memukul
kentongan atau bedug, mengumandangkan adzan, memilih atau
mengisi shaf, dan memilih imam.
2. Tidak ada jarak personal (ruang pribadi) adalah salah satu
kesempurnaan shalat berjamaah, yaitu lurus dan rapatnya shaf
para jamaah.
b. Konsep Self Management
1. Pengertian Self Management

Self Management adalah cara memberikan pendekatan holistik dan


melibatkan rencana atau tindakan individu untuk mengelola dirinya
sendiri. Merupakan proses mengarahkan atau mengendalikan perilaku
12

individu untuk menciptakan tanggung jawab, dan hal ini dicapai melalui
suatu teknik atau kombinasi teknik untuk mencapai kemajuan dan rasa
percaya diri13.

Menurut Prijosaksono yang dikutip Hakam Satria dalam skripsinya


“Hubungan Manajemen Diri Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa
SMK”, manajemen diri (self management) berarti kemampuan seseorang
dalam mengatur dirinya secara sempurna dan memanfaatkan hal-hal baik
yang dimiliki dirinya.14 Self management mempunyai tiga bagian penting
yaitu bagaimana mengenali dan menemukan potensi terbaik dalam diri
(finding the best in self), bagaimana tumbuh dan berkembang ke arah yang
lebih baik (life Improvement) dan bagaimana mengembangkan jaringan
sosial dalam kehidupan (networking).15

Konsep dasar Self management adalah :

1. Proses perubahan perilaku dengan satu atau lebih strategi


melalui pengendalian perilaku internal dan eksternal individu.
2. Penerimaan individu terhadap program perubahan perilaku
merupakan kondisi dasar untuk menumbuhkan motivasi
individu.
3. Partisipasi individu sebagai agen perubahan sangatlah penting.
4. Generalisasi dan pelestarian hasil mendorong orang untuk
mengambil tanggung jawab menerapkan strategi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Perubahan dapat dilakukan melalui pengajaran. Individu dapat
menggunakan keterampilan untuk menghadapi masalah.

13
Retnowulan, Dyah Ayu. “Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self Management) untuk
mengurangi kenakalan remaja korban broken home.” Jurnal BK Unesa, 2013: 336.
14
Satria, Hakam. “Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Motivasi Berwirausaha
Pada.” Skripsi, (Surakarta: Fakultas Psikologi, 2012: 5.
15
Rahmawati, Ahmad Mujahid and Rizqi Amalia. “Analisis Psikolois Q.S. Adz-
Dzaariyat/51: 20-21 Sebagai Implementasi Self Management Di Era Digital.” in Prosding
Koferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains 3 (2021).
13

6. Bahwa orang dapat dengan hati-hati menempatkan dirinya


dalam situasi yang mencegah perilaku yang ingin mereka
hilangkan dan belajar menghindari perilaku atau masalah yang
tidak diinginkan.
7. Orang dapat mengontrol pikiran, perasaan, dan tindakan
dengan memberi motivasi dengan hal tersebut adalah dengan
mengetahui hal yang kurang baik, dan memperbanyak hal yang
baik dan benar.16

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa Self


management adalah kemampuan individu dalam memotivasi dirinya
sendiri, mengendalikan seluruh unsur dalam dirinya, berusaha mencapai
apa yang ingin dicapainya dan mengembangkan kepribadiannya menjadi
lebih baik. Jika seorang santri dapat mengendalikan seluruh unsur dalam
dirinya, baik pikiran, perasaan, dan perilaku, maka santri tersebut dapat
dikatakan mempunyai pengendalian diri yang baik.

2. Tujuan dan Manfaat Self Management


Dalam penelitiannya Rismanto menemukan bahwa tujuan dari self
management adalah untuk mendorong diri agar maju, menata seluruh
unsur kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik dan
mengembangkan secara lebih sempurna dalam berbagai bidang
kehidupan pribadi.17 Selain itu, penelitian M. Sukayasa juga
menunjukkan bahwa tujuan dari teknik manajemen diri ( self
management ) adalah untuk mengembangkan perilaku klien yang lebih
adaptif. Konsep dasar (self management) adalah: (a) perubahan perilaku
melalui satu atau lebih strategi melalui pengendalian internal dan
eksternal terhadap perilaku individu, (b) penerimaan individu terhadap
program perubahan perilaku merupakan syarat dasar untuk meningkatkan

16
Suwanto, Insan. Konseling Behavioral Dengan Teknik Self Management Untuk
Membantu Kematangan Karir Siswa SMK. JBKI 1, 2016.
17
Rismanto. “Meningkatan Self Management Dalam Belajar Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Dengan Teknik Modelling.” Jurnal Penelitian Tindakan BK, 2016: 33.
14

motivasi individu, dan (c) partisipasi individu sebagai efektor perubahan


sangat penting karena menjaga hasil akhir dengan mendorong
masyarakat untuk mengambil tanggung jawab dalam menerapkan strategi
dalam kehidupan sehari-hari.18
Tujuan dari teknik manajemen diri adalah untuk membantu
seseorang atau subjek memecahkan masalahnya. Proses perubahan
perilaku ke perilaku yang lebih adaptif untuk pengembangan pribadi.
Self Management mempunyai dampak yang sangat positif bagi
pelaku dan terutama bagi orang lain. Seseorang dengan pengaturan diri
yang baik adalah orang yang bijaksana, adil dan berpengalaman. Oleh
karena itu, manajemen diri sangat berguna bagi seorang santri dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai santri. Melalui
pengelolaan diri, santri menjadi individu yang lebih baik, yang sesuai
dengan perilakunya diubah, ditingkatkan atau diturunkan, sehingga dapat
membantu santri memotivasi individu terhadap dirinya.19
Self management adalah upaya membantu santri merencanakan,
mengarahkan, mengendalikan dan bertahan dalam pelaksanaan kegiatan,
khususnya dalam kegiatan sehari-hari, sehingga santri dapat mencapai
penggunaan waktunya secara efektif dan efisien. Kemampuan santri
dalam menguasai keterampilan manajemen diri mencerminkan sejauh
mana atau jangkauan kemampuan belajar santri.20
3. Tahapan Self Management
Menurut Sukadji,21 Self management mempunyai beberapa tahapan
yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pengendalian diri atau observasi diri (Self Monitoring)

18
Dharsana, M. Sukayasa Kadek Suranata I Ketut. “Penerapan Teori Konseling Behavioral
Dengan Teknik Self- Management Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas XI C
Smk Negeri 1 Singaraja.” eJurnal Undiksha, 2014: 3.
19
Supriyati, Anik. Upaya Peningkatan Self Management Dalam Belajar Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok. semarang: Unesa, 2013.
20
Gomes, S.J. “Self-Mangament Skills of Management Graduates.” International Journal of
Research in Management & Business Studies 4, 2017: 40–45.
21
Etc, Gantina and. Teori Dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks, 2011.
15

Pada tahap ini individu secara sadar mengamati perilakunya dan


mencatatnya dengan cermat. Catatan ini dapat menggunakan data
audit atau catatan observasi kualitatif. Hal yang harus diperhatikan
individu dalam mencatat perilakunya adalah frekuensi, intensitas, dan
durasi perilaku tersebut.
2. Fase evaluasi diri (Self Evaluation)
Pada fase ini, individu membandingkan hasil rekaman perilaku
dengan target perilakunya. Tujuan perbandingan ini adalah untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program. Jika program tidak
berhasil, maka program tersebut harus dikaji ulang untuk melihat
apakah target perilaku yang dilaksanakan memiliki ekspektasi yang
terlalu tinggi, target perilaku yang tidak sesuai, atau penguatan yang
diberikan tidak tepat.
3. Fase penguatan, eliminasi atau hukuman (self-reinforcement)
Pada fase ini individu mengatur dirinya sendiri, memberikan
penguatan, menghilangkan dan menghukum dirinya sendiri. Langkah
ini merupakan langkah tersulit karena memerlukan kemauan kuat
setiap orang untuk melaksanakan program yang terus dibuat.
4. Faktor-Faktor Self Management
Manajemen diri mempunyai faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
internal dan eksternal:
a. Faktor internal
1. Motivasi diri
Manajemen diri (self management) sangat diperlukan bagi
seorang individu, karena manajemen diri menyangkut setiap
individu dan mencerminkan kepribadian individu secara
keseluruhan. Seseorang juga mempunyai syarat untuk semua
tujuan yang dapat dicapainya, yaitu motivasi diri. Motivasi
diri mempunyai pengaruh yang besar karena motivasi yang
kuat akan menciptakan sesuatu dalam diri individu tanpa ada
faktor yang mempengaruhinya. Dukungan yang baik dapat
16

mencapai hasil yang sangat luar biasa dalam mewujudkan


keterampilan yang diinginkan.22
Adapun jenis-jenis motivasi diri adalah sebagai berikut.
Pertama, motivasi intrinsik merupakan keadaan yang timbul
dari dalam diri individu yang dapat memotivasi seseorang
untuk melakukan sesuatu. Kedua, motivasi ekstrinsik
merupakan jenis motivasi yang tumbuh karena adanya
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri individu
(seperti ajakan, perintah atau paksaan orang lain) dan
keinginan individu untuk melakukan sesuatu, motivasi, usaha
yang besar untuk mencapai hasil yang diinginkan,
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap hasil
pencapaian yang cukup signifikan dan tidak dapat diabaikan
begitu saja.23
2. Observasi Diri
Seseorang harus bisa memantau setiap perilakunya walaupun hal ini
belum sempurna karena individu cenderung mengevaluasi beberapa
aspek perilakunya dan mengabaikan perilaku lainnya. Seorang
individu juga harus memperhatikan keseluruhan perilakunya sehingga
orang secara selektif memilih berbagai aspek perilakunya. Apa yang
dilihat individu tergantung pada minat dan kualitas serta kuantitas
orang yang mengejar tujuan tersebut. 24 Misalnya, observasi diri berarti
individu dapat berubah dan mengatur untuk mengendalikan
perilakunya, sehingga menimbulkan pandangan negatif terhadap orang
tersebut. Individu juga dapat mengadopsi keterampilan baru untuk
memungkinkan orang memecahkan masalah. Proses observasi berguna

22
Jazimah, Hanum. “Implementasi Manajemen Diri Mahasiswa dalam Pendidikan Islam.” Jurnal
of Islamic edocation 6 (mudarisa), 2015: 229.
23
Muhammad, Maryam. “Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran.” Jurnal Landanida, 2017: 95.
24
Muslimah. “Hubungan antara Regulasi Diri dengan Prokrastinasi dalam Menghafal AlQur’an
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.” Skripsi, (Malang: Fakultas Psikologi, 2016:
43.
17

bagi individu, karena mereka mampu memahami dan memperbaiki


perilaku bahkan lebih baik lagi bagi orang tersebut.
b. Faktor Eksternal
1. Lingkungan
Pengendalian diri (self management) dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu faktor lingkungan. Terkait dengan faktor lingkungan, individu
selalu aktif menggunakan strategi untuk mengubah perilakunya
terhadap lingkungan. Hal ini bergantung pada bagaimana lingkungan
mendukung atau tidak. Pengelolaan diri, yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, membentuk standar yang menjadi dasar penilaian
individu.25 Reaksi lingkungan sosial yang baik memberikan bentuk
sikap yang baik cenderung menerimanya dan sebaliknya, dapat
menjadi penghambat individu dalam mencapai potensinya dalam
perkembangan dan dapat menyulitkan dalam menerima dirinya,
padahal individu tersebut sadar akan potensi yang dimilikinya.26
Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun
perkembangan pribadi seseorang. Selain teman sejawat atau teman
sepondok, ada faktor eksternal lain yang dapat memberikan dukungan
bagi seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu, tetangga
merupakan faktor eksternal karena memberikan kepercayaan diri
masyarakat dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan
sosialnya. Melalui upaya tersebut, seseorang dapat meningkatkan
pengendalian diri yang rendah menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat
meningkatkan pengendalian diri sepanjang hidupnya.27
c. Shalat Subuh Berjamaah Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Self
Management
25
Janah, Miftahul. “Perbedaan Self Regulated Learning pada Mahasiswa Asal Gayo Lues
yang Bekerja dengan yang tidak Bekerja di Banda Aceh.” Banda Aceh: Program Studi
Psikologi, 2020: 17.
26
Junaidi, Makhfudz. “Hubungan antara Manajemen Diri dengan Prokrastinasi Akademik
pada Mahasiswa Aktivitas BEM di Lingkungan IAIN Sunan Ampel Surabaya.” Skripsi,
(Surabaya: Program Studi Psikologi, 2010: 32.
27
Putri, Ika Wahyu. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Regulation Remaja dalam
Bersosialisasi.” Jurnal JP3SDM, 2019: 10.
18

1. Disiplin diri
Shalat berjamaah meliputi kewajiban tiba di tempat ibadah tepat
waktu. Ini membangun disiplin diri dalam ketepatan waktu dan
pemenuhan tugas. Disiplin ini juga dapat diterapkan pada bidang
kehidupan sehari-hari lainnya.28
2. Konsentrasi dan kehadiran pikiran
Shalat berjamaah mengajarkan pentingnya konsentrasi dan kehadiran
pikiran. Dalam melaksanakan salat berjamaah diharapkan seseorang
mengalihkan perhatiannya dari hal-hal duniawi dan ikhlas mengikuti
ibadah. Keterampilan ini juga dapat diterapkan pada manajemen diri di
luar ibadah dengan fokus pada tugas atau aktivitas yang ada.29
3. Kemampuan memprioritaskan
Shalat berjamaah mengajarkan pentingnya membuat prioritas dengan
menyisihkan waktu untuk beribadah. Dibutuhkan kemampuan
mengatur waktu dan menetapkan prioritas yang tepat dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Dedikasi dan Konsistensi
Sholat berjamaah memerlukan komitmen untuk melaksanakannya
secara rutin dan konsisten. Dibutuhkan kemampuan menjaga
komitmen dan konsistensi dalam menunaikan tugas dan mencapai
tujuan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Interaksi Sosial
Sholat berjamaah melibatkan interaksi dengan komunitas Muslim
lainnya. Melalui interaksi tersebut, seseorang dapat membangun
hubungan sosial yang positif, menerima dukungan dan belajar dari
pengalaman orang lain. Interaksi sosial yang baik dapat mempengaruhi
manajemen diri untuk mengembangkan keterampilan komunikasi,
pemahaman diri dan resolusi konflik.

28
Masyhudi. Mengupas Kebahagiaan dalam Shalat. Pustaka Amani, 2019.
29
Al-Ghazali, A. Keindahan Shalat: Menuju Kehidupan yang Bermakna. Zaman Press, (2016).
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi lapangan sesuai dengan judul
penelitian dan tujuan penelitian yang dicapai, dan penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif yaitu metode survei.

B. Sumber Data Primer


Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Survei
Peneliti membuat kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan terkait
shalat berjamaah dan pengendalian diri. Kuesioner tersebut juga mencakup
pertanyaan-pertanyaan seperti frekuensi menunaikan shalat berjamaah,
tingkat ketaatan shalat berjamaah, dan pertanyaan manajemen diri seperti
manajemen waktu, disiplin diri, dan motivasi.
2. Observasi
Peneliti mengamati langsung santri di Pondok Pesantren Nurul Arif Salam
saat salat berjamaah. Pengamatan ini dapat mencakup partisipasi santri
dalam shalat berjamaah, konsentrasinya saat shalat, serta perilaku dan sikap
yang berkaitan dengan pengendalian diri, seperti mengikuti tata tertib
pesantren.

C. Sumber Data Skunder


Untuk mendapatkan data sekunder, peneliti menggunakan sumber data
sebagai berikut:

1. Dokumen dan Arsip


Peneliti dapat mengakses dokumen dan arsip Pondok Pesantren Nurul
Arif Salam. Dokumen seperti amalan pesantren, pedoman kegiatan

19
20

keagamaan atau informasi tentang amalan shalat berjamaah dan


meminta informasi catatan kegiatan salat berjamaah di pesantren.

D. Jenis Data
Dalam penelitian ini peneliti dapat mengumpulkan beberapa jenis data:
1. Data frekuensi dan partisipasi
Data ini mencakup informasi frekuensi salat berjamaah santri.
Misalnya, beberapa kali dalam sehari, seminggu, atau sebulan, santri
melaksanakan salat berjamaah. Selain itu, data juga dapat mencakup
partisipasi santri dalam kegiatan salat berjamaah di pesantren, seperti
apakah mereka berpartisipasi secara rutin atau hanya sesekali saja.
2. Data pengelolaan mandiri (self management)
Data ini berkaitan dengan tingkat kinerja santri. Manajemen diri
meliputi kemampuan santri dalam mengatur waktu, mengatur tugas,
mengatur diri sendiri, dan memotivasi. Data manajemen diri dapat
dikumpulkan melalui survei atau kuesioner yang mencakup pertanyaan
tentang aspek kepemimpinan diri seperti manajemen waktu, disiplin
diri, penentuan prioritas, dan pengendalian diri.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini meliputi beberapa aspek :

1. Observasi
Peneliti melakukan observasi langsung terhadap santri di Pondok
Pesantren Nurul Arif Salam ketika menunaikan salat berjamaah dan
mengamati perilaku serta tindakan mereka sebelum, selama, dan
setelah shalat berjamaah.
2. Kuesioner
Kuesioner berpungsi untuk mengumpulkan informasi tentang
kehadiran, partisipasi, dan shalat berjamaah serta pengendalian diri.
Kuesioner dapat terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup yang
mencakup aspek-aspek yang relevan dengan penelitian.
21

F. Teknik Pengolahan Data


Dalam pengolahan data peneliti menerapkan beberapa teknik seperti :

1. Pengkodean dan masukan data


Mengkodekan data yang dikumpulkan untuk memudahkan analisis.
Misalnya, memberikan nomor atau karakteristik pada setiap variabel.
Kemudian data tersebut di masukan ke dalam program analisis statistik
seperti Excel, SPSS atau program lainnya.
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ialah untuk memahami data yang telah peneliti
kumpulkan. Statistik deskriptif mencakup mean (nilai rata-rata), median
(nilai tengah), modus (nilai paling umum), dan deviasi standar (seberapa
sebaran data).30
3. Analisis Korelasi
Analisis korelasi untuk menentukan hubungan anatara variabel shalat
berjamaah dan variabel self management. Peneliti juga dapat
menggunakan koefisien korelasi seperti Pearson atau Spearman untuk
mengukur derajat hubungan antara variabel-variabel ini.31
4. Analisis regresi
Untuk mengetahui lebih banyak tentang pengaruh shalat berjamaah
terhadap pengendalian diri (self management) analisis ini dapat
menginformasikan sejauh mana variabel salat berjamaah memprediksi
variabel pengendalian diri. Misalnya, peneliti dapat menjalankan regresi
linier sederhana dengan variabel shalat berjamaah sebagai variabel bebas
dan self management sebagai variabel terikat.32

G. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dengan pendekatan
kuantitatif dalam pendekatan ini, peneliti menggunakan metode survei dengan
30
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, 2017.
31
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2017.
32
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. Multivariate Data Analysis. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 2014.
22

menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang frekuensi shalat


berjamaah, tingkat self-management, dan variabel-variabel lain yang relevan.
Data tersebut kemudian dapat dianalisis untuk melihat hubungan antara shalat
berjamaah dan self-management.

H. Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitia, peneliti memfokuskan penelitian pada santri
Pondok Pesantren Nurul Arif Salam yang beralamat di Jl. Printis
Kemerdekaan Gn. Jawa Padayungan kelurahan Tugujaya Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya Jawa Barat.

I. Sampel Penelitian
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, santri Pondok
Pesantren Nurul Arif Salam berjumlah 160 Orang yang terdiri dari 70 orang
laki-laki 90 orang perempuan. Dari banyaknya santri di Pondok Pesantren
Nurul Arif Salam peneliti akan mangambil Sampel sebanyak 70 orang.
23

Daftar Fustaka

Al-Gharabli, Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn.
Terjemahan Fathul Qorib . t.thn.
Al-Ghazali, A. Keindahan Shalat: Menuju Kehidupan yang Bermakna. Zaman
Press, (2016).
Al-Hadrami, Syaikh Salim bin Samir. Pasal Syarat Sah Berjamaah. Safinatun
Najah, t.thn.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2017.
Bukhari. kitab Al Adzaan, Bab Fadhlu sholatul jama’ah No. 609. t.thn.
Dharsana, M. Sukayasa Kadek Suranata I Ketut. “Penerapan Teori Konseling
Behavioral Dengan Teknik Self- Management Untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Kelas XI C Smk Negeri 1 Singaraja.” eJurnal Undiksha,
2014: 3.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shohihnya kitab Al Adzaan, Bab Fadhlu
sholatul jama’ah No. 609. t.thn.
Etc, Gantina and. Teori Dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks, 2011.
Ghanimas-Sadlan, Shalib bin. Shalat Jamaah. Jakarta: Darul Haq, 2015.
Gomes, S.J. “Self-Mangament Skills of Management Graduates.” International
Journal of Research in Management & Business Studies 4, 2017: 40–45.
hadhrami, Syekh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al. shalat berjamaah
dalam Kitab Safinatun Najah. t.thn.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. Multivariate Data
Analysis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2014.
Janah, Miftahul. “Perbedaan Self Regulated Learning pada Mahasiswa Asal Gayo
Lues yang Bekerja dengan yang tidak Bekerja di Banda Aceh.” Banda
Aceh: Program Studi Psikologi, 2020: 17.
Jazimah, Hanum. “Implementasi Manajemen Diri Mahasiswa dalam Pendidikan
Islam.” Jurnal of Islamic edocation 6 (mudarisa), 2015: 229.
Junaidi, Makhfudz. “Hubungan antara Manajemen Diri dengan Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa Aktivitas BEM di Lingkungan IAIN Sunan
Ampel Surabaya.” Skripsi, (Surabaya: Program Studi Psikologi, 2010: 32.
Masyhudi. Mengupas Kebahagiaan dalam Shalat. Pustaka Amani, 2019.
Mufidah, Fina Nur Laili. Pengaruh Terapi Islam Dalam Kegiatan Fatihahan
Terhadap Peningkatan Self Management Pada Santri Di Pondok
Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya. Surabaya, 2019.
Muhammad, Maryam. “Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran.” Jurnal
Landanida, 2017: 95.
24

Muslimah. “Hubungan antara Regulasi Diri dengan Prokrastinasi dalam


Menghafal AlQur’an Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.”
Skripsi, (Malang: Fakultas Psikologi, 2016: 43.
Novita, Ria. “Teknik-Teknik Bagi Pendidikan Anak Usia Dini.” Jurnal
EDUCHILD, 2012: 29.
Prasetiawan, Muya Barida and Hardi. “Urgensi Pengembangan Model Konseling
Kelompok Teknik Self Management Untuk Meningkatkan Kecerdasan
Moral Siswa SMP.” Jurnal Fokus Konseling 4, 2018: 27.
Putri, Ika Wahyu. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Regulation Remaja
dalam Bersosialisasi.” Jurnal JP3SDM, 2019: 10.
Rahmawati, Ahmad Mujahid and Rizqi Amalia. “Analisis Psikolois Q.S. Adz-
Dzaariyat/51: 20-21 Sebagai Implementasi Self Management Di Era
Digital.” in Prosding Koferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains 3
(2021).
Rahmawati, Ahmad Mujahid dan Rizqi Amalia. “Analisis Psikolois Q.S. Adz-
Dzaariyat/51: 20-21 Sebagai Implementasi Self Management Di Era
Digital.” in Prosding Koferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains,
2021: 20-21.
Rahmawati, Mujahid and. “Analisis Psikolois Q.S. Adz-Dzaariyat/51 .” Sebagai
Implementasi Self Management Di Era Digital, t.thn.: 20-21.
Rahmawati, Mujahid dan. “Mujahid and Rahmawati, “Analisis Psikolois Q.S.
Adz-Dzaariyat/51 Sebagai Implementasi Self Management Di Era
Digital.” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains,,
2021: 20-21.
Retnowulan, Dyah Ayu. “Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self Management)
untuk mengurangi kenakalan remaja korban broken home.” Jurnal BK
Unesa, 2013: 336.
RI, Al-Qur’an Al-Karim Terjemahan Departemen Agama. t.thn.
Rismanto. “Meningkatan Self Management Dalam Belajar Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Modelling.” Jurnal Penelitian
Tindakan BK, 2016: 33.
Samsuri. Penuntun Shalat Lengkap. Surabaya: April Lestari, 2010.
Satria, Hakam. “Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Motivasi
Berwirausaha Pada.” Skripsi, (Surakarta: Fakultas Psikologi, 2012: 5.
Siyoto, Sandu, dan Muhammad Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Literasi Publishing, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2017.
Supriyati, Anik. Upaya Peningkatan Self Management Dalam Belajar Melalui
Layanan Bimbingan Kelompok. semarang: Unesa, 2013.
Suwanto, Insan. Konseling Behavioral Dengan Teknik Self Management Untuk
Membantu Kematangan Karir Siswa SMK. JBKI 1, 2016.
Ulfa, Renia. Pengaruh Pembiasaan Sholat Dzuhur Berjama’ah Terhadap Akhlak
Siswa Kelas V Di MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Pekalongan,
25

2019.
Zulfiana, Amaliasari and. “Hubungan Antara Self-Management Dengan Perilaku
Agresi Pada Siswa SMA.” Jurnal Cognicia Volume 7, 2015: 308-320.

Anda mungkin juga menyukai