Anda di halaman 1dari 39

OVERVIEW

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
BUDAYA KERJA DI POLINELA
PERSPEKTIF BUDAYA KERJA

KEPATUHAN
01 BK menjadi bagian dari penerapan peraturan
perundangan yang berlaku

ORISINALITAS dan KEBARUAN


02 BK seharusnya menjadi bagian dari “innovation
awarness” sehingga mengandung unsur kebaruan

CAKUPAN/KELUASAN MANFAAT
03 BK seharusnya memiliki manfaat terhadap kinerja organisasi dan
dirasakan juga oleh masyarakat/pelanggan

JAMINAN KEBERLANJUTAN
04 Terdapat upaya atau regulasi agar BK menjadi bagian
dari perbaikan berkelanjutan
PERATURAN
PERATURAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
APARATURNEGARA
NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK
REPUBLIKINDONESIA
INDONESIA
NOMOR 39 TAHUN
NOMOR 2012
39 TAHUN 2012
TENTANG
TENTANG
PEDOMAN
PEDOMAN PENGEMBANGAN
PENGEMBANGAN BUDAYAKERJA
BUDAYA KERJA
Budaya Kerja
Budaya atau kebudayaan Bekerja hakikatnya
berasal dari bahasa dipandang dari berbagai
sanskerta yaitu ” perspektif seperti bekerja
merupakan bentuk
buddhayah”, yang ibadah, cara manusia
merupakan bentuk jamak mengaktualisasikan
dari “buddhi” (budi atau dirinya, bentuk nyata dari
akal) diartikan sebagai hal- nilai-nilai, dan sebagai
hal yang berkaitan dengan keyakinan yang dianutnya
budi dan akal manusia. (Puspita, 2008: 9 dalam
Darmawan, 2013).
KINERJA
 Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya
 Kombinasi dari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya
 Menilai bagaimana seseorang telah bekerja
dibandingkan dengan target yang telah
ditentukan
p.e.r.f.o.r.m.a.n.c.e

INDIKATOR
KINERJA TARGET
STANDAR
KRITERIA
KINERJA
• Menghasilkan
Sesuatu
KERJA
• Melakukan
Sesuatu
BUDAYA KERJA
1. Start small, act big (mulai dari diri
sendiri dan mulai dari hal kecil untuk
melakukan hal yang lebih besar lagi)
2. Built Trust (Bangun rasa saling percaya)
3. Engender Collaboration (Satukan visi
dan potensi)
4. Inspire Creativity (Tumbuhkembangkan
kreatifitas)
5. Inspire Action (Menginspirasi
tumbuhkembangnya keberanian untuk
cepat bertindak)
BUDAYA KERJA – CORPORATE CULTURE
PRINSIP DASAR
BUDAYA KINERJA

Reformasi Birokrasi_Sikap Mental_Internalisasi Nilai_Terencana_Berkelanjutan


Prinsip BK (1)

Pengembangan penerapan Budaya Kinerja


merupakan BAGIAN TAK TERPISAHKAN
DARI REFORMASI BIROKRASI demi
terwujudnya birokrasi Kampus dengan
integritas dan kinerja yang tinggi
BUDAYA KERJA  GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI
VISI
Menjadi Politeknik yang bermutu inovatif dan unggul dalam ilmu pengetahuan d
an teknologi terapan

MISI
1. Menyelengarakan Pendidikan vokasi yang berorientasi pada akhlak mulia,
kompeten, kompetitif, disiplin dan mandiri
2. Melaksanakan kajian keilmuan dan penelitian terapan untuk menopang
Pendidikan dan pengajaran
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui teransfer ilmu penge
tahuan dan teknologi terapan
4. Menguatkan budaya akademik, organisasi dan kerja yang berkarekter bereti
ka
5. Menjalin kerjasam secara berkelanjutan dengan pihak lain
Prinsip BK (2)

Budaya Kerja merupakan hasil dari proses


internalisasi NILAI-NILAI ORGANISASI yang
diekspresikan dalam PERILAKU dan SIKAP
KERJA sehari-hari
Prinsip BK (3)

Budaya Kerja merupakan SIKAP MENTAL y


ang dikembangkan dalam rangka p
ercepatan perbaikan, penyempurnaan dan
peningkatan terhadap apa yang telah
dicapai
Prinsip BK (4)

Pengembangan penerapan Budaya Kerja te


tap MENGINDAHKAN ajaran agama yang
dianut, peraturan perundangan yang
berlaku serta kondisi sosial dan budaya
setempat
Prinsip BK (5)

Pengembangan penerapan Budaya Kerja


harus dilaksanakan secara :
 Terencana
 Sasaran Terukur
 Sistematis
 Menyeluruh
 Berkelanjutan
MANFAAT BK
1. Meningkatkan kerjasama antar individu, antar kelompok dan
antar unit kerja dan antar pemerintah daerah;
2. Meningkatkan instensitas oordinasi antar unit kerja dan antar
pemerintah daerah;
3. Mengefektifkan integrasi, sinkronisasi, keselarasan dan dinamika
yang terjadi dalam organisasi;
4. Memperlancar komunikasi dan hubungan kerja;
5. Menumbuhkan kepemimpinan yang partisipatif;
6. Mengurangi hambatan-hambatan psikologis dan kultural dalam
bekerja;
7. Menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga dapat
mendorong kreativitas kerja
SASARAN

Aparatur negara yang mampu merubah


pola pikir dan budaya kerja menjadi
budaya yang mengembangkan sikap
dan perilaku kerja yang berorientasi
pada hasil (outcome) yang diperoleh
dari produktivitas kerja dan kinerja yang
tinggi untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat
RUANG LINGKUP BK
1. Pengkajian nilai-nilai organisasi
2. Internalisasi nilai-nilai budaya kerja
3. Pembentukan kelompok budaya kerja
4. Penyusunan dokumentasi dan risalah
budaya kerja;
5. Integrasi nilai-nilai buda kerja ke dalam
sistem dan mekanisme kerja organisasi
6. Pengawasan, pengendalian dan evaluasi
budaya kerja
PROGRAM BUDAYA KERJA
POLA PIKIR
PBK MERUBAH PERILAKU
APARAT / PEGAWAI POLA TINDAK
POLA KEMBANG

PENINGKATAN
PENINGKATAN
GG KUALITAS PELAYANAN PRODUKTIVITAS KERJA
PUBLIK
PROGRAM BUDAYA KinERJA
MENGGALI NILAI-NILAI KEBIASAAN
PBK MENJADI PERILAKU
MANAJEMEN DIYAKINI
SBG PEDOMAN

KINERJA APARATUR PENINGKATAN MUTU


GG
KINERJA ORGANISASI MEMBANGUN SDM
BERKUALITAS
TINGKAT KEMUDAHAN DAN WAKTU YANG DIBUTUHKAN
UNTUK PERUBAHAN BUDAYA KERJA
PERUMUSAN NILAI
 Nilai-nilai baru adalah nilai-nilai yang dipercaya akan membawa
organisasi mencapai visi dan menuntaskan misinya.
 Hal penting yang harus diingat dalam merumuskan nilai-nilai
organisasi, adalah bahwa nilai-nilai harus didasarkan pada
praktik yang dikenal dan dapat dilaksanakan setiap pegawai di
lingkungan Kampus, Maupun Swasta.
 Nilai-nilai tersebut harus berakar pada apa yang sesungguhnya
berlaku dalam organisasi dari hari ke hari untuk menjadi lebih
baik
SUMBER NILAI
 Ajaran agama;
 Falsafah negara
 Kebiasaan yang
berkembang baik dalam
masyarakat/adat
TAHAPAN PERUMUSAN NILAI

Per Men PAN&RB No. 39 Th. 2012


PERENCANAAN

 Membentuk Tim. Dalam


konteks reformasi birokrasi,
tim ini diperankan oleh Tim
Manajemen Perubahan
 Partisipasi aktif dari pimpinan
tertinggi di lingkungan
Kampus
MENGIDENTIFIKASI NILAI-NILAI
 Nilai-nilai haruslah diturunkan dari visi dan misi organisasi,
tugas pokok dan fungsi organisasi, diperkaya dengan peraturan
perundang-undangan, mempelajari organisasi sejenis, dsb.
 Tim perencana harus membuat daftar beberapa nilai yang
disarankan dan kemudian mengindentifikasi perilaku yang
penting untuk mendukungnya.
 Melaksanakan pertemuan dengan semua anggota organisasi untuk
menjawab pertanyaan:
 Apa kegiatan penting bagi keberhasilan organisasi? Dan
bersama-sama untuk menyatakan nilai-nilai dan perilaku penting
yang mendukung
CONTOH
1. Nilai integritas: dalam setiap
tindakan selalu mengutamakan
perilaku terpuji, disiplin, dan penuh
pengabdian,
2. Nilai profesionalisme: dalam
melaksanakan tugas selalu
menyelesaikan secara baik, tuntas,
dan sesuai kompetensi/keahlian; dan
3. Nilai akuntabel: dalam melaksanakan
tugas dapat mempertanggung
jawabkan baik dari segi proses
PERILAKU PENTING
NO NILAI PERILAKU PENTING
1 INTEGRITAS ikhlas, jujur, sopan, bertanggung
jawab, konsisten, dan menghormati orang lain

2 PROFESIONALISME memiliki pandangan jauh


ke depan, menjalankan tugas sebaik mungkin sesuai
dengan bidang tugasnya hingga selesai, dan melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak untuk kesempurnaan
hasil pelaksanaan tugasnya.

3 AKUNTABEL menaati peraturan perundangundangan,


memenuhi target-target kinerja yang telah
ditetapkan, dan mempertanggungjawabkan seluruh
sumber daya yang dipergunakan
MENGIDENTIFIKASI AREA SENSITIF
 Area yang memungkinkan timbulnya konflik.
 Tim harus membahas draft nilai-nilai yang telah dirumuskan.
 Pembahasan ditujukan untuk mengenali adanya kemungkinan
nilai-nilai yang menimbulkan konflik, contoh: nilai integritas
dan nilai kerjasama.
 Tim membahas draft nilai-nilai yang telah dirumuskan bersama.
 Nilai-nilai haruslah bersifat netral dan universal. Pada
tahap ini perlu dipastikan bahwa nilai-nilai yang dimaksud
telah cocok dengan upaya organisasi agar dapat
menjalankan misi dan untuk mencapai visi.
MENETAPKAN PERILAKU UTAMA

 Nilai-nilai tersebut perlu


mendapatkan konteks
tertentu.
 Konteks diterjemahkan
ke dalam perilaku yang
diharapkan oleh
organisasi
NILAI-NILAI BUDAYA KERJA
1. INTEGRITAS, yaitu mengutamakan
perilaku terpuji, disiplin dan penuh
pengabdian;
2. PROFESIONAL, yaitu menyelesaikan
tugas dengan baik dan tuntas sesuai
dengan kompetensinya (keahlian);
3. AKUNTABEL, yaitu
mempertanggungjawabkan tugas
dengan baik dan benar dari segi
proses maupun hasil.
contoh
Nilai integritas yang berlaku di instansi A, mengandung sikap
atau perilaku:
1. Bersikap, berperilaku dan bertindak jujur terhadap diri sendiri dan
lingkungan.
2. Konsisten dalam bersikap dan bertindak.
3. Memiliki komitmen terhadap visi dan misi.
4. Obyektif terhadap masalah.
5. Berani dan tegas dalam mengambil keputusan dan resiko kerja.
6. Disiplin dan bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan
amanah.
MERUMUSKAN BAGAIMANA MENGUKUR PERILAKU UTAMA

 Untuk mengukur atau mengetahui seberapa jauh nilai-nilai itu


diterapkan atau seberapa jauh budaya kerja itu sudah
terbentuk,
 Perlu melakukan pengukuran terhadap perilaku-perilaku yang
ditampilkan.
 Langkah ini merupakan bagian penting dari membangun
kerangka kerja strategis yang kuat. Nilai-nilai organisasi harus
diikat dengan scorecard kinerja yang berisi matriks (apa yang
diukur) dan target (perilaku yang ditampilkan dan hasil kerja
yang diinginkan).
IMPLEMENTASI
 Setelah nilai-nilai beserta cara pengukurannya selesai didefinisikan, tahap
selanjutnya adalah mendeklarasikan nilai-nilai dan membangun komitmen
untuk menerapkan budaya kerja serta dilanjutkan dengan
menyosialisasikan dan menginternalisasikan.
 Mendeklarasikan budaya kerja merupakan tahapan penting, dimana
secara formal dinyatakan bahwa proses pembangunan/pengembangan
budaya kerja dimulai. Secara umum tujuan pendeklarasian ini adalah untuk
membangun komitmen.
 Oleh karena itu deklarasi harus dilakukan oleh Pimpinan Politeknik yang
dihadiri oleh jajaran pimpinan lainnya serta seluruh pegawai
SOSIALISASI
 Proses mengomunikasikan apa yang telah
disepakati, hal ini dimaksudkan untuk
membangun penerimaan dan keterlibatan
seluruh pegawai.
 Proses sosialisasi adalah proses yang terus
menerus. Pimpinan tertinggi harus terlibat penuh
dalam proses ini.
 Kepemimpinannya secara simbolis sangat
penting dan sangat diperlukan untuk
membangun kepemilikan nilai-nilai pada setiap
unit kerja
OUTCOMES BUDAYA KERJA
1. Menumbuhkkan kesetiaan kepada organisasi (sense of loyality)
2. Menumbuhkan komitmen bersama (sense of commitment)
3. Menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi (sense of
bilonging)
4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab (sense of responsibility)
5. Menumbuhkan kesadaran akan kewajiban dalam organisasi
(sense of obligation)
6. Menumbuhkan ketaatan terhadap semua aturan organisasi
(sense of accomplishment)
7. Menumbuhkan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan
organisasi (sense of urgency)
8. Menumbuhkan semangat untuk berprestasi (sense of
achievement)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai