Anda di halaman 1dari 40

IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN BUDAYA KINERJA


DI UPTD PUSKESMAS BANYUANYAR
PERSPEKTIF BUDAYA KINERJA

KEPATUHAN
01 BK menjadi bagian dari penerapan peraturan
perundangan yang berlaku

ORISINALITAS dan KEBARUAN


02 BK seharusnya menjadi bagian dari “innovation
awarness” sehingga mengandung unsur kebaruan

CAKUPAN/KELUASAN MANFAAT
03 BK seharusnya memiliki manfaat terhadap kinerja organisasi dan
dirasakan juga oleh masyarakat/pelanggan

JAMINAN KEBERLANJUTAN
04 Terdapat upaya atau regulasi agar BK menjadi bagian
dari perbaikan berkelanjutan
Upaya Normatif ...
PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
NOMOR 75 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN PENGEMBANGAN PENERAPAN
BUDAYA KERJA DI JAWA TIMUR
PERATURAN
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 39 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA
PROGRAM BUDAYA KERJA

PERFORMANCE

KERJA KINERJA
KINERJA
 Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya
 Kombinasi dari kemampuan, usaha dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil
kerjanya
 Menilai bagaimana seseorang telah bekerja
dibandingkan dengan target yang telah
ditentukan
p.e.r.f.o.r.m.a.n.c.e
INDIKATO

KINERJA
R
TARGET
STANDAR
KRITERIA
KINERJA
• Menghasilkan
Sesuatu
KERJA
• Melakukan
Sesuatu
BUDAYA KINERJA
1. Start small, act big (mulai dari diri
sendiri dan mulai dari hal kecil untuk
melakukan hal yang lebih besar lagi)
2. Built Trust (Bangun rasa saling per-
caya)
3. Engender Collaboration (Satukan visi
dan potensi)
4. Inspire Creativity (Tumbuhkem-
bangkan kreatifitas)
5. Inspire Action (Menginspirasi
tumbuhkembangnya keberanian untuk
cepat bertindak)
BUDAYA KERJA – CORPORATE CULTURE
PRINSIP DASAR
BUDAYA KINERJA

Reformasi Birokrasi_Sikap Mental_Internalisasi Nilai_Terencana_Berkelanjutan


Prinsip BK (1)

Pengembangan penerapan Budaya


Kinerja merupakan BAGIAN TAK
TERPISAHKAN DARI REFORMASI
BIROKRASI demi terwujudnya
birokrasi pemerintah daerah dengan
integritas dan kinerja yang tinggi
BUDAYA KINERJA  GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI

VISI
Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia.

Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia,


yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu
menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad
ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025

MISI
• Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam
rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik;
• Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen
sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas
pelayanan publik, mind set dan culture set;
• Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif;
• Mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien
Prinsip BK (2)

Budaya Kinerja merupakan hasil dari


proses internalisasi NILAI-NILAI
ORGANISASI yang diekspresikan dalam
PERILAKU dan SIKAP KERJA sehari-
hari
Prinsip BK (3)

Budaya Kinerja merupakan SIKAP


MENTAL yang dikembangkan dalam
rangka percepatan perbaikan,
penyempurnaan dan peningkatan
terhadap apa yang telah dicapai
Prinsip BK (4)

Pengembangan penerapan Budaya Kinerja


tetap MENGINDAHKAN ajaran agama
yang dianut, peraturan perundangan
yang berlaku serta kondisi sosial dan
budaya setempat
Prinsip BK (5)

Pengembangan penerapan Budaya Kinerja


harus dilaksanakan secara :
 Terencana
 Sasaran Terukur
 Sistematis
 Menyeluruh
 Berkelanjutan
MANFAAT BK
1. Meningkatkan kerjasama antar individu, antar kelompok dan
antar unit kerja dan antar pemerintah daerah;
2. Meningkatkan instensitas oordinasi antar unit kerja dan antar
pemerintah daerah;
3. Mengefektifkan integrasi, sinkronisasi, keselarasan dan dinamika
yang terjadi dalam organisasi;
4. Memperlancar komunikasi dan hubungan kerja;
5. Menumbuhkan kepemimpinan yang partisipatif;
6. Mengurangi hambatan-hambatan psikologis dan kultural dalam
bekerja;
7. Menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga dapat
mendorong kreativitas kerja
SASARAN

Aparatur negara yang mampu merubah


pola pikir dan budaya kerja menjadi
budaya yang mengembangkan sikap
dan perilaku kerja yang berorientasi
pada hasil (outcome) yang diperoleh
dari produktivitas kerja dan kinerja yang
tinggi untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat
RUANG LINGKUP BK
1. Pengkajian nilai-nilai organisasi
2. Internalisasi nilai-nilai budaya kerja
3. Pembentukan kelompok budaya kerja
4. Penyusunan dokumentasi dan risalah bu-
daya kerja;
5. Integrasi nilai-nilai buda kerja ke dalam
sistem dan mekanisme kerja organisasi
6. Pengawasan, pengendalian dan evaluasi
budaya kerja
PROGRAM BUDAYA Kin-
ERJA
MENGGALI NILAI-NILAI KEBIASAAN
PBK MENJADI PERILAKU
MANAJEMEN DIYAKINI
SBG PEDOMAN

KINERJA APARATUR PENINGKATAN


GG MUTU
KINERJA MEMBANGUN SDM
ORGANISASI BERKUALITAS
PROGRAM BUDAYA KERJA
POLA PIKIR
PBK MERUBAH PERILAKU
APARAT POLA TINDAK
POLA KEMBANG

PENINGKATAN
PENINGKATAN
GG KUALITAS
PRODUKTIVITAS
PELAYANAN PUBLIK
KERJA
TINGKAT KEMUDAHAN DAN WAKTU YANG DIBUTUHKAN
UNTUK PERUBAHAN BUDAYA KERJA
PERUMUSAN NILAI
 Nilai-nilai baru adalah nilai-nilai yang dipercaya akan membawa
organisasi mencapai visi dan menuntaskan misinya.
 Hal penting yang harus diingat dalam merumuskan nilai-nilai
organisasi, adalah bahwa nilai-nilai harus didasarkan pada
praktik yang dikenal dan dapat dilaksanakan setiap pegawai
di lingkungan Pemda/ SKPD.
 Nilai-nilai tersebut harus berakar pada apa yang sesungguhnya
berlaku dalam organisasi dari hari ke hari untuk menjadi lebih
baik
SUMBER NILAI
 Ajaran agama;
 Falsafah negara
 Kebiasaan yang
berkembang baik dalam
masyarakat/adat
TAHAPAN PERUMUSAN NILAI

Per Men PAN&RB No. 39 Th. 2012


PERENCANAAN

 Membentuk Tim. Dalam


konteks reformasi birokrasi,
tim ini diperankan oleh Tim
Manajemen Perubahan
 Partisipasi aktif dari pimpinan
tertinggi di lingkungan
Pemerintah Daerah/SKPD
MENGIDENTIFIKASI NILAI-
NILAI
 Nilai-nilai haruslah diturunkan dari visi dan misi organisasi,
tugas pokok dan fungsi organisasi, diperkaya dengan peraturan
perundang-undangan, mempelajari organisasi sejenis, dsb.
 Tim perencana harus membuat daftar beberapa nilai yang
disarankan dan kemudian mengindentifikasi perilaku yang
penting untuk mendukungnya.
 Melaksanakan pertemuan dengan semua anggota organisasi untuk
menjawab pertanyaan:
 Apa kegiatan penting bagi keberhasilan organisasi? Dan
bersama-sama untuk menyatakan nilai-nilai dan perilaku penting
yang mendukung
CONTOH
1. Nilai integritas: dalam setiap
tindakan selalu mengutamakan
perilaku terpuji, disiplin, dan penuh
pengabdian,
2. Nilai profesionalisme: dalam
melaksanakan tugas selalu
menyelesaikan secara baik, tuntas,
dan sesuai kompetensi/keahlian; dan
3. Nilai akuntabel: dalam
melaksanakan tugas dapat
mempertanggung jawabkan baik dari
PERILAKU PENTING
NO NILAI PERILAKU PENTING
1 INTEGRITAS ikhlas, jujur, sopan, bertanggung
jawab, konsisten, dan menghormati orang lain

2 PROFESIONALISM memiliki pandangan jauh


E ke depan, menjalankan tugas sebaik mungkin sesuai
dengan bidang tugasnya hingga selesai, dan melakukan
kerjasama dengan berbagai pihak untuk kesempurnaan
hasil pelaksanaan tugasnya.

3 AKUNTABEL menaati peraturan perundangundangan,


memenuhi target-target kinerja yang telah
ditetapkan, dan mempertanggungjawabkan seluruh
sumber daya yang dipergunakan
MENGIDENTIFIKASI AREA
SENSITIF
 Area yang memungkinkan timbulnya konflik.
 Tim harus membahas draft nilai-nilai yang telah
dirumuskan.
 Pembahasan ditujukan untuk mengenali adanya kemungkinan
nilai-nilai yang menimbulkan konflik, contoh: nilai integritas
dan nilai kerjasama.
 Tim membahas draft nilai-nilai yang telah dirumuskan
bersama.
 Nilai-nilai haruslah bersifat netral dan universal. Pada
tahap ini perlu dipastikan bahwa nilai-nilai yang dimaksud
MENETAPKAN PERILAKU
UTAMA
 Nilai-nilai tersebut perlu
mendapatkan konteks
tertentu.
 Konteks diterjemahkan
ke dalam perilaku yang
diharapkan oleh
organisasi
NILAI-NILAI BUDAYA KERJA
1. INTEGRITAS, yaitu mengutamakan
perilaku terpuji, disiplin dan penuh
pengabdian;
2. PROFESIONAL, yaitu menyelesaikan
tugas dengan baik dan tuntas sesuai
dengan kompetensinya (keahlian);
3. AKUNTABEL, yaitu
mempertanggungjawabkan tugas
dengan baik dan benar dari segi
PerGub Jatim No.75 Th. 2014
proses maupun hasil.
contoh
Nilai integritas yang berlaku di instansi A, mengandung sikap
atau perilaku:
1. Bersikap, berperilaku dan bertindak jujur terhadap diri sendiri dan
lingkungan.
2. Konsisten dalam bersikap dan bertindak.
3. Memiliki komitmen terhadap visi dan misi.
4. Obyektif terhadap masalah.
5. Berani dan tegas dalam mengambil keputusan dan resiko kerja.
6. Disiplin dan bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan
amanah.
MERUMUSKAN BAGAIMANA
MENGUKUR PERILAKU UTAMA
 Untuk mengukur atau mengetahui seberapa jauh nilai-nilai
itu diterapkan atau seberapa jauh budaya kerja itu sudah
terbentuk,
 Perlu melakukan pengukuran terhadap perilaku-perilaku yang
ditampilkan.
 Langkah ini merupakan bagian penting dari membangun
kerangka kerja strategis yang kuat. Nilai-nilai organisasi harus
diikat dengan scorecard kinerja yang berisi matriks (apa yang
diukur) dan target (perilaku yang ditampilkan dan hasil kerja
yang diinginkan).
IMPLEMENTASI
 Setelah nilai-nilai beserta cara pengukurannya selesai didefinisikan, tahap
selanjutnya adalah mendeklarasikan nilai-nilai dan membangun
komitmen untuk menerapkan budaya kerja serta dilanjutkan dengan
menyosialisasikan dan menginternalisasikan.
 Mendeklarasikan budaya kerja merupakan tahapan penting, dimana secara
formal dinyatakan bahwa proses pembangunan/pengembangan budaya
kerja dimulai. Secara umum tujuan pendeklarasian ini adalah untuk
membangun komitmen.
 Oleh karena itu deklarasi harus dilakukan oleh Pimpinan Pemerintah
Daerah/SKPD yang dihadiri oleh jajaran pimpinan lainnya serta seluruh
pegawai
SOSIALISASI
 Proses mengomunikasikan apa yang telah
disepakati, hal ini dimaksudkan untuk
membangun penerimaan dan keterlibatan
seluruh pegawai.
 Proses sosialisasi adalah proses yang terus
menerus. Pimpinan tertinggi harus terlibat
penuh dalam proses ini.
 Kepemimpinannya secara simbolis sangat
penting dan sangat diperlukan untuk
membangun kepemilikan nilai-nilai pada setiap
unit kerja
OUTCOMES BUDAYA KERJA
1. Menumbuhkkan kesetiaan kepada organisasi (sense of loyal-
ity)
2. Menumbuhkan komitmen bersama (sense of commitment)
3. Menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi (sense of bi-
longing)
4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab (sense of responsibility)
5. Menumbuhkan kesadaran akan kewajiban dalam organisasi
(sense of obligation)
6. Menumbuhkan ketaatan terhadap semua aturan organisasi
(sense of accomplishment)
7. Menumbuhkan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan
organisasi (sense of urgency)
8. Menumbuhkan semangat untuk berprestasi (sense of achieve-
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai