DISUSUN OLEH :
NPM 224841020
Puji sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kekuatan dan kesehatan, hingga kami mampu menyelesaikan tugas
Makalah Budaya Kerja Organisasai Pada Pemerintahan Daerah. Dalam
penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat pelajaran serta kesulitan, Tetapi
berkat bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesikan tepat waktu.
Saya menyadari sekali dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari tata bahasa ataupun masalah teknis penulisan yang jauh dari
kata sempurna. Itu semua semata-mata atas keterbatasan kami dalam proses
belajar. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran guna memperbaiki
kelemahan makalah kami.
Kiranya makalah ini dapat bermanfaat baik untuk pribadi maupun rekan-rekan
serta pihak lain yang terinspirasi dari Makalah Budaya Kerja Organisasi Pada
Pemerintahan Daerah.
Palembang, 2023
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaruh Budaya Organisasi......................................................................3
2.2 Peran Sosial Budaya Dalam Masyarakat....................................................7
2.3 Fungsi Budaya Organisasi..........................................................................9
2.4 Sifat-Sifat Organisasi..................................................................................14
BAB III PEMBAHASASN
3.1 Wawasam Tugas Organisasi Pemerintah....................................................17
3.2 Penerapan Budaya Kerja.............................................................................22
3.3 Nilai-Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara......................................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................26
3.2 Saran...........................................................................................................26
Daftar Pustaka...................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa pengaruh budaya organisasi
2. Bagaimana peran sosial budaya dalam masyrakat
3. Apa fungsi budaya organisasi
4. Apa Sifat budaya Organisasi
5. Wawasan tugas organisasi pemerintah daerah
6. penarapan budaya kerja pemerintah
7 Nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara
1
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk menetahui pengaruh budaya organisasi
2) Untuk memahami peran sosial budaya dalam masyarakat
3) Untuk mengetahui fungsi organisasi
4) Untuk memahami sifat-sifat budaya oragnisasi
5) Wawasan tugas-tugas organisasi pemerinta daerah
6) Penerapan budaya kerja pemerintah
7) Nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dalam memberikan definisi istilah “kerja” ini dalam budaya
organisasi dilakukan dengan mengidentifikasi sebagai berikut :
1. Kerja adalah hukuman. manusia hidup bahagia tanpa kerja,tetapi Karen
berbuat salah maka dihukum harus bekerja bentuk hukuman adalah
kerja paksa.
2. Kerja adalah beban. Hal ini bagi orang yang malas, pekerja yang berada
dalam posisis lemahKerja adalah Kewajiban. Karena terikat kontrak
atau guna memenuhi perintah atau membayar hutang.
3. Kerja adalah sumber penghasilan. Hal ini jelas kerja sebagai sumber
nafkah merupakan anggaran dasar masyarakat umumnya
4. Kerja adalah kesenangan. Kerja sebagai kesenangan seakan hobi,
karena suka kerja (workaholic)
5. Kerja adalah gengsi atau prestise. Kerja sebagai gengsi berkaitan
dengan status social dan jabatan, karena itu jabatan structural lebih
diidamkan dari jabtan fungsional.
6. Kerja adalah aktualisai diri. Kerja disini dikaitkan dengan peran, cita-
cita atau ambisi. (ibaratnya, lebih memilih jadi kepala ayam dari pada
ekor sapi)
7. Kerja adalah panggilan jiwa. Kerja disini berkaitan dengan bakat, disini
tumbuh profesionalisme dan pengabdian kepada kerja.
8. Kerja adalah pengabdian kepada sesama. Kerja dilakukan dengan tulus
dan tanpa pamrih.
9. Kerja adalah hidup. Hidup diabdikan dan diisi untuk dan dengan kerja
10. Kerja adalah ibadah. Kerja sebagai pernyataan syukur atas kehidupan
didunia ini, dilakukan seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama
Tuhan bukan kepada manusia
11. Kerja adalah suci. Kerja harus dihormati dan jangan dicemarkan dengan
perbuatan dosa pelanggaran dan kejahatan
4
Menurut Robbins,1998 (Pujaatmaka: 2002) budaya kuat mempunyai
dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan dan lebih langsung
dikaitkan pada pengurangan tingkat keluarnya karyawan. Dalam suatu
budaya kuat, nilai inti budaya itu dipegang secara intensif dan dianut
bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-
nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka
makin kuat budaya tersebut. Konsisten dengan definisi ini, suatu budaya
kuat akan mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku anggota-
anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan dan intensitas
menciptakan suatu iklim internal dari kendali perilaku yang tinggi. Suatu
hasil spesifik dari suatu budaya yang kuat seharusnya adalah
menurunnya tingkat keluarnya karyawan. Suatu budaya yang kuat
memperlihatkan kesepakatan yang tinggi dikalangan anggota mengenai
apa yang dipertahankan oleh organisasi itu. Kebulatan maksud semacam
itu membina kekohesifan, kesetiaan dan komitmen organisasi, sehingga
mengurangi kecenderungan karyawan untuk meninggalkan organisasi
itu.
b. Budaya vs Formalisasi
Suatu budaya yang kuat meningkatkan konsistensi perilaku. Dalam
penegrtian ini, hendaknya kita menyadari bahwa suatu budaya yang kuat
dapat bertindak sebagai suatu pengganti untuk formalisasi
(Robbins,1998, alih bahasa Pujaatmaka: 2002) Formalisasi tinggi dalam
suatu organisasi menciptakan peramalan, ketertiban, dan konsistensi.
Suatu budaya yang kuat mencapai tujuan akhir yang sama tanpa perlu
dokumentasi tertulis. Oleh karena itu seharusnya kita memandang
formalisasi dan budaya sebagai dua jalan yang berlainan tetapi menuju
pada suatu tujuan yang sama. Makin kuat suatu budaya organisasi,
makin kurang manajemen itu perlu memperhatikan pengembangan
aturan dan pengaturan formal untuk memandu perilaku karyawan.
Panduan tersebut akan diinternalkan dalam diri para karyawan ketika
mereka menerima budaya organisasi.
c. Budaya Organisasi vs Budaya Nasional
Riset menunjukkan bahwa budaya nasional mempunyai dampak yang
lebih besar pada para karyawan daripada budaya organisasi meraka
(Robbins,1998, alih bahasa Pujaatmaka: 2002). Karenanya para
karyawan Jerman pada sebuah fasilitas IBM di Munich akan lebih
dipengaruhi oleh budaya Jerman dari pada oleh budaya IBM. Temuan-
temuan ini secara insidental, konsisten dengan apa yang ditemukan oleh
Presiden baru Masda yaitu Henry Wallace dari Ford Motor Co. pada
tahun 1996 untuk mengubah penjualan yang merosot dan membuat
Mazda kembali mampu menghasilkan laba. Menurut Wallace yang
dituturkan Robbins (1998) bahwa budaya Jepang telah sangat kuat
membentuk budaya perusahaan Mazda, dan karyawan Jepang menolak
nilai budaya tipe Ford. Kesimpulannya bahwa budaya nasional lebih
besar pengaruhnya dari pada budaya organisasi terhadap pemahaman
perilaku orang di tempat kerja. Kasus lain adalah tentang seleksi diri
5
yang berlangsung pada tahap penerimaan kerja. Misalnya IBM mungkin
kurang peduli dalam mempekerjakan orang khas ―Italia‖ untuk
operasinya di Italia dari pada mempekerjakan orang Italia yang cocok
dengan cara IBM melakukan segala sesuatu. Secara historis orang-orang
Italia yang mempunyai kebutuhan tinggi akan otonomi lebih besar
kemungkinannya untuk pergi ke Olivetti daripada IBM. Karena budaya
organisasi Olivetti bersifat informal dan tidak terstruktur, yang
memberikan lebih banyak kebebasan dari pada yang diberikan oleh
IBM. Memang Olivetti berupaya mempekerjakan individu-individu yang
tidak sabar, pengambil resiko dan inovatif dari kualitas calon karyawan
baru yang justru akan ditolak oleh operasi IBM di Italia.
6
2.2. Peran Sosial Budaya Dalam Masyarakat
1. Peran Sosial Budaya
Peran sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat adalah untuk
membentuk, mengatur,dan memperngaruhi tindakan atau kegiatan
individu individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai
kebutuhan kesehatan, sehingga sosial budaya mampu menjadi penentu
kualitas kesehatan masyarakat. Apabila suatu masyarakat terlalu terpaku
pada sosial budaya setempat, hal tersebut dapat mempengarhi perilaku
perilaku kesehatan di masyarakat (Jahidin etal.2012).Determinan sosial
budaya adalah faktor faktor sosial dan buday yang dapat
menentukanadanya perubahan perilaku. Faktor faktor sosial budaya
terdiri atas :
1. Faktor sosial ekonomi
Sosial ekonomi menurut Soerjano Soekanto (2007:89) adalah posisi
seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan orang lain dalam
arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak hak serta
kewajibannya dalam berhubungan dengan sumber daya. Cara
melihat hubungan dan pengaruh dari faktor sosial ekonomi dengan
indikator kesehatan adalah menggunakan angka kesehatan, kemajuan
ekonomi, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan fluktuasi
ekonomi. Dari ulasan mengenai negara ukraina yang sedang
terisolisir karena perang dalam faktor sosial ekonominya, tertulis
dalam ulasan berita tersebut bahwa ukraina sedang kekurangan
tenaga medis sehingga WHO mengirimkan 6 juta medis dan
membanu persedia operasi darurat sebanyak 150.000. Dapat dilijat di
sini bahwa keadaan sosial sekitar yang sedang kacau dapat
berpengaruh pada ekonomi negara ukraian yang mengakibatkan
negara ini membutuhkan bantuan dari luar untuk menunjang hal
tersebut.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar untuk menyumbangkan
kemampuan usaha manusia yang dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam berbagai kegiatan,
juga diharapkan mampu membuka cara berpikri ekonomis dalam arti
mampu
3. mengembangkkan potensi yang ada untuk memperoleh hasil
semaksimal mungkin. Sedangkan menurut Drijarkara (2001)
pendidikan adalah sebuah bentuk memanusiakan manusia. Dalam
ulasan berita mengenai negara ukraiana karena negeara ini menjadi
negara terisolasi karena perang yang dapat menyebabkan banyak
akses luar dari negara ini yang dibatasi hal ini dapat berpengaruh
dalam pendidikan yang bisa terima oleh warganya. Bukan hanya itu
saja dari keadaan sosial ekonomi yang krisis dapat mengakibatkan
tingkat pendidikan yang krisi pula pada masyarakatnya.
7
4. Gender
Gender akan berpengaruh terhadap gen terhadap kesehatan, kodrat,
perilaku, budaya yang nantinya akan berpengaruh terhadap
pendidikan. Selain itu, adanya beberpa budaya etnik dan anggpan
sosial yang berkembang di masyarakat mengenai setiap gender.
Contohnya, masih ada anggapan bahwa perempuan seharusnya tidak
bekerja hanya di rumah mengurus keluarga. Dalam kasus mengenai
hubungan perang di Negara Ukraina ini dengan faktor gender dalam
determinan sosial budaya adalah yang menjadi pelindung terdepan
biasanya merupakan gender laki laki.
5. Etnik dan Ras
Setiap etnik dan ras memiliki budaya mereka masing masing. Dari
budaya mereka ini bisa membentuk perilaku dan juga pendidikan
atau pengetahuan yang mereka miliki.
6. Pola makan dan status gizi
Dalam pola makan di daerah terisolasi seperti di Negara Ukraian
yang berdampak akibat perang, terjadi keterbatasan pola makan di
negara tersebut karena pengaruh sosial budaya yang sedang
mengalami krisis. Dari pola makan yang terbatas ini sehingga dapat
mengakibatkan status pemenuhan gizi yang tidak seimbang karena
terbatasnya kebutuhan pangan juga akibat perang.
7. Perseberan tenaga medis dan fasilitas kesehatan
Di jelaskan dalam ulasan berita bahwa WHO mengirimkan beberapa
keperluan medis untuk membantu masyarakat di Ukraian maka dapat
diartikan bahwa negara ini juga mengalami kurangnya tenaga medis
mungkin akibat banyaknya fasilitas kesehatan yang rusak akibat
perang dan banyaknya korban dampak dari perang. Karena fasilitas
kesehatan yang minim maka aksebikitas pelayanan kesehatan juga
sulit dicari.
8
- Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan
yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
- Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
a. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab
Intern)
b. Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab
Ekstern)
9
produk kebudayaan lainnya. Salah satu budaya upacara seren taun adalah
bukti bahwa fungsi budaya dapat mempersatukan masyarakat. Budaya
tidak hanya berfungsi sebagai pengatur tingkah laku masyarakat saja,
melainkan juga memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat,
karena menghasilkan beberapa kebutuhan yang sangat dibutuhkan
manusia. Berikut penjelasannya:
1. Pakaian
Pakaian merupakan salah satu hasil budaya yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat. Pakaian menjadi hasil kebudayaan yang
sangat dibutuhkan masyarakat. Budaya memunculkan beberapa tren
berpakaian sesuai dengan perkembangan zaman, misalnya kebaya
modern, dan lain sebagainya.
2. Teknologi
Salah satu hasil budaya yang sangat penting pula adalah teknologi.
Aadanya teknologi jelas mempermudah manusia dalam melakukan
berbagai kegiatan. Misalnya kemunculan teknologi komunikasi
memudahkan manusia dalam berkomunikasi, kendaraan bermotor
memudahkan manusia dalam berpindah tempat, dan lain sebagainya.
3. Makanan
Budaya juga melahirkan keberagaman pangan atau makanan, sehingga
memunculkan berbagai kuliner khas daerah. Contohnya gudeg makanan
khas Jogja, lumpia khas Semarang, dan lainnya. Makanan atau pangan,
jelas menjadi kebutuhan pokok dan mendasar bagi masyarakat. Tidak
hanya itu, budaya juga menghasilkan cara pengelolaan makanan yang
unik dan berbeda di tiap daerah.
4. Rumah
Rumah merupakan kebutuhan pokok lainnya yang harus dimiliki
masyarakat. Dalam hal ini budaya berfungsi untuk menciptakan
berbagai tren bentuk atau model bangunan rumah. Budaya juga
berperan dalam penciptaan gaya bangunan rumah yang khas di tiap
daerah. Contohnya rumah adat Joglo di Jawa Tengah, dan lainnya.
10
5. Budaya bertindak sebagai mekanisme sense making serta kendali
yang menuntun dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
11
organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang
menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal.
12
diri dengan baik dan berkonsentrasi ketika tidak jelas
keanggotaannya. Demikian kelompok tidak akan memiliki
kinerja yang baik jika tidak memberikan kejelasan dan batasan
mengenai tugas anggota organisasi. Terdapat perbedaan
perlakuan antara orang dalam dan orang luar organisasi
menyangkut peraturan yang dipakai. Bagi orang dalam
diberikan keuntungan khusus, hadiah yang lebih bagus serta
memperoleh kartu identitas. Sebaliknya orang luar hanya
mendapatkan sedikit.
c. Kekuatan dan Status Persetujuan tentang kriteria dan peraturan
bagaimana seseorang memperoleh, membina, dan kehilangan
kekuatan. Persetujuan ini melihat bagaimana kekuasaan dan status
dialokasikan dalam perusahaan. Ada perusahaan yang
menempatkan seseorang ke dalam suatu jabatan tinggi dengan
mempertimbangkan senioritas, loyalitas, dan keberhasilan dalam
menangani pekerjaan. Ada juga yang mendasarinya pada
kemampuan negosiasi, meyakinkan, dan membuktikan kebenaran.
d. Hubungan Keintiman, Kekeluargaan, dan Cinta Persetujuan tentang
norma hubungan antar anggota organisasi. Setiap kelompok harus
memutuskan bagaimana menghubungkan antara otoritas dengan
hubungan kerja. Hubungan kerja dapat menjadi masalah. Masalah
tersebut biasa terjadi ketika terdapat kelompok yang lebih
mementingkan hubungan kerjanya daripada norma yang telah
ditentukan oleh organisasi.
e. Imbalan (Hadiah) dan Hukuman Persetujuan terhadap kriteria
hadiah dan hukuman. Sistem ini harus dipenuhi, sebagai alat dalam
menentukan karakteristik budaya pada organisasi baru. Hal ini akan
sangat mencerminkan beberapa hal yang dianggap penting dalam
sebuah organisasi.
f. Agama dan Ideologi Persetujuan tentang bagaimana mengelola hal-
hal yang tidak bisa diijelaskan seperti agama dan ideologi. Agama
dapat menjelaskan hal yang tidak terjelaskan dan memberi petunjuk
tentang bagaimana mengatasi ambisius, ketidaktentuan, dan situasi
menakutkan. seperangkat nilai utama yang dapat dianggap sebagai
pedomangerakan yang dihadapkan dengan lingkungan yang luas.
Pada beberapa kalangan, idelologi biasa disatukan dengan agama.
13
penyelamat krisis identitas dan membuka kesempatan untuk
mengarahkan perubahan budaya organisasi.
c. Fase dewasa: pada fase ini budaya organisasi dapat sebagai
penghambat dalam berinovasi karena berorientasi pada kebesaran
masa lalu dan menjadi sumber nilai untuk berpuas diri.
14
sesuai dengan karakteristik yang cocok untuk diterapkan pada seluruh
lapisan organisasi yakni budaya organisasi yang mewakili persepsi yang
sama dari para anggota organisasi sebagai sebuah sistem makna bersama
dengan harapan bahwa setiap individu- individu yang memiliki latar
belakang yang berbeda atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam
organisasi, akan memahami budaya organisasi dengan pengertian yang
sama dan wajib diajarkan atau disosialisasikan kepada setiap anggota ±
anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan dan
merasakan berkenaan dengan landasan budaya yang dimaksud. Oleh
karena itu, penting bagi setiap organisasi memahami karakteristik budaya
organisasi yang sedang hidup dan berkembang dalam organisasinya, dan
menggantinya dengan karakteristik yang lebih tepat jika diperlukan. Untuk
mengidentifikasi karakteristik budaya organisasi yang dimaksud, pada
penelitian ini dirujuk pada karakteristik budaya organisasi menurut Reilly
Ill, Chatman, dan Caldwell yang disebut oleh Robins (2005) sebagai faktor
± faktor objektif yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi, yakni
inovasi dan pengambilan resiko, perhatian pada hal detail, orientasi pada
hasil, orientasi pada orang, orientasi pada tim, keagresifan, dan stabilitas.
Masing ± masing karakteristik tersebut menurut Robbins (2005) berada di
suatu kontinum mulai dari rendah sampai tinggi, sehigga menilai
organisasi berdasarkan ketujuh karakteristik ini akan menghasilkan suatu
gambaran utuh mengenai budaya sebuah organisasi.
15
e. Membangun dan memelihara kredibilitas pihak-pihak yang memiliki
kepentingan.;
f. Melembagakan focus yang seimbang pada keberhasilan konsumen,
karyawan, dan pemilik.;
g. Membangun kepemimpinan atau kemampuan untuk menghaasilkan
perubahan sebagai focus penting pada semua tingkatan.;
h. Mendesentralisasi pembuatan keputusan sejauh itu mungkin dilakukan.;
i. Mempromosikan dengan hati-hati dan mendemosi jika dirasa perlu.;
j. Bekerja sebagai pemimpin yang melayani.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
5) Sederhana
6) Didasari oleh nilai-nilai
7) Mudah diterjemahkan menjadi spesifik
8) Berbeda dapan dapat diingat dan baru tdk hanya mengarah kepada
anggota melainkan juga menyegarkan dan member
9) Tidak menguasai kompetensi yang diperlukan organisasi
10) Menarik bersama asama sumber daya dan berbagai bagian oragnisasi
11) Misi yang menciptakan pasar harus mengkaitkan kemanusiaan dan
fungsi analitas.
18
g. tata kerja yang jelas; dan
h. fleksibilitas
c. Perubahan.
Setiap manusia harus mau menghadapi perubahan, terutama dalam
program Budaya Kerja , masalah perubahan dalam program budaya kerja
musuh terberat adalah diri kita sendiri, oleh karena itu kita harus memiliki
komitmen yang kuat untuk melakukan perubahan .
Perubahan merupakan hal yang penting dalam program budaya
kerja, karena masalah budaya kerja adalah masalah perilaku kita sendiri.
Karena itu dalam membangun budaya kerja kita harus berkomitmen untuk
melakukan perubahan pada diri kita berdasar pada empat potensi dasar
manusia,yaitu:
1) Kesadaran diri : mampu mengambil jarak terhadap diri sendiri dan
menelaah pemikiran kita sendiri, tindakan, kebiasaan, memungkinkan
kita mennjadi sadar akan nilai-nilai social psikhis dari program yang
ada dalam diri kita untuk mencari peluang antara rangsangan dan
tanggapan.
2) Hati Nurani : mampu menghubungkan kita dengan perkembangan
jaman,merupakan alat pemberi arah dalam hati kita untuk memehami
bila bertindak atau merenungkan sesuatu yang tidak sejalan.
3) Kehendak bebas memberikan kemampuan untuk memberikan
kekeuatan mengatasi paradigm-paradigma kita utk melawan
arus ,memiliki kekuatan utk bertindak berdasarkan hati nurani dan visi.
4) Imajinasi kreatif merupakaan kemampuan untuk melihat kemasa yang
akan dating untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan prinsip
organisasi.
19
diri, perlu kondisi tertentu agar potensi bisa menjadi kenyataan perilaku
antara lain :
a. Pembentukan karakter yang memuat kekuatan integritas,sifat
pendewasaan dan kepedulian sosial
b. Pemberian ketarmpilan yang mencakup komunikaasi,perencanaan
pengorganisasian dan perilaku sibnergistik
c. Penanaman tingkat kepercayaan yang lebih baik untuk mencapai
tujuan dan sasaran kelompok/organisasi
d. Mawas diri kesadaran mengukur kemampuan diri,belajar dan sadar
untuk memberikan yang lebih baik
e. Tanggung jawab kelompok dimana masing-masing individu
menempatkan diri dalam fungsi, peran dan tanggung jawab kelompok
f. Penciptaan struktur dan system yang kondusif agar dapat berjalan
dengan mulusdan pembagian tugas dan wewewnag tanggung jawab
dengan pedoman pelaksanaan
Mengapa budaya kerja perlu dibangun ? Pertanyaan ini muncul karena kita
meyakini organisasi yang dijalankan oleh manusia pasti memiliki atau
melahirkan budaya sebagai cerminan prilaku organisasi. Cara Manusia
mewarnai tergantung dari nilai yang melekat dalam pola pikir manusia
tersebut. Kumpulan dari persepsi bersama yang dianut oleh anggota
organisasi inilah menjadi suatu sistem dari makna bersama yang kemudian
kita kenal sebagai budaya organisasi. Budaya organisasi dan nilai-nilai
individu kemudian akan berinteraksi secara timbal balik dan melahirkan
budaya kerja, sebagaimana terlihat pada gambar 1.
20
Jika budaya yang berlaku dalam organisasi disadari oleh orang-
orang didalamnya, maka kemungkinan besar budaya tersebut sengaja
dibentuk dan diarahkan. Namun jika tidak, maka budaya organisasi yang
tercermin biasanya berasal dari akumulasi sikap pimpinan atau orang-
orang tertentu yang memegang pengaruh dalam organisasi.
21
- Peran , Keterampilan yang berinteraksi melalui uraian jabatan,
prosedur, peraturan dan system (professional)
- Tugas : Mendorong dinamika untuk melakukan penelitain dan
pengembangan (semangat dinamik)
- Pribadi : Individual dalam struktur kolektif untuk menentukan gotong
royong
- Ketepatan : Bilamana kita mampu mempertemukan Budaya dengan
tuntutan eksternal dan hambatan internal(selaras –serasi dan seimbang)
- Budaya kerja merupakan suatu komitmen yang luas dalam upaya untuk
membangun SDM,proses kerja dan hasil kerja yang lebih baik,hal ini
bersumber dari pribadi masing amsing individu yang terkait dalam
organisasi kerja itu sendiri.
22
Budaya organisasi adalah sistem nilai bersama dalam suatu organisasi
yang menjadi acuan bagaimana para pegawai melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan atau cita-cita organisasi. Hal ini biasanya dinyatakan sebagai
visi, misi dan tujuan organisasi. Budaya organisasi dikembangkan dari
kumpulan norma-norma, nilai, keyakinan, harapan, asumsi, dan fllsafat dari
orang- orang di dalamnya. Oleh karenanya tidak mengherankan bila
kemudian terlihat jelas dalam perilaku individu dan kelompok. Budaya
organisasi juga menjadi dasar praktik di dalam organisasi, termasuk
bagaimana anggota organisasi menyelesaikan pekerjaan maupun berinteraksi
satu sama lain. Budaya organisasi tumbuh menjadi mekanisme kontrol,
mempengaruhi cara pegawai berinteraksi dengan para pemangku kepentingan
di luar organisasi. Perubahan budaya organisasi berpengaruh pada perubahan
perilaku pegawai dalam organisasi tersebut. Perubahan budaya organisasi
berlaku dari tingkat tertinggi hingga satuan terkecil dalam organisasi.
Keberhasilan dalam mengembangkan dan menumbuh-kembangkan budaya
organisasi sangat ditentukan oleh perilaku pimpinan organisasi. Dalam
pengembangan budaya organisasi, hampir selalu dipastikan bahwa pimpinan
organisasi menjadi agen perubahan (change agent). Sebagai agen perubahan,
salah satu kontribusi signiftkan yang diharapkan adalah berperan sebagai
panutan (role model).
23
a. Menerjemahkan peran yang membedakan satu organisasi
dengan organisasi yang lain, karena setiap organisasi
mempunyai peran yang berbeda, sehingga perlu memiliki
akar budaya yang kuat dalam sistem dan kegiatan yang ada
di dalamnya;
b. Menjadi identitas bagi anggota organisasi. Budaya yang kuat
membuat anggota organisasi merasa memiliki identitas yang
merupakan ciri khas organisasinya;
c. Mendorong setiap anggota organisasi untuk lebih
mementingkan tujuan bersama di atas kepentingan individu;
d. Menjaga stabilitas organisasi. Komponen-komponen
organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang
sama akan membuat kondisi internal organisasi menjadi
lebih stabil
24
- KEBERSAMAAN DAN DINAMIKA KELOMPOK (yang mendorong
agar cara kerjanya tidak bersifast individual dan pusat kekuasaan tidak
pada satu tangan)
- KETEPATAN DAN KECEPATAN (adanya kepastian waktu, kuantitas,
kualitas dan finasial yang dibutuhkan)
- RASIONALITAS DAN KECERDASAN EMOSI (keseimbangan antara
kecerdasan intelektual dan emosional)
- KETEGUHAN DAN KETEGASAN (yang tidak mudah terpengaruh oleh
pihak yang merugikan diri dan negaranya)
- DISIPLIN DAN KETERATURAN KERJA (yang mengacu kepada
standar operasional prosedur)
- KEBERANIAN DAN KEARIFAN (yang dihasilkan dari adanya
pendelegasian wewenang)
- DEDIKASI DAN LOYALITAS (terhadap tugas yang bersumber pada
visi,misi dan tujuan organisasi)
- SEMANGAT DAN MOTIVASI (yang didorong oleh keinginan
memperbaiki keadaan secara perorangan maupun organisasional)
- KETEKUNAN DAN KESABARAN (yang didasarkan kepada tanggung
jawab terhadap tugas yang diamanahkan)
- KEADILAN DAN KETERBUKAAN (sesuai dengan keinginan
masyarakat)
- PENGUASAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (sesuai
dengan perkembangan zaman yang semakin maju).
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penanaman budaya kerja pada organisasi Pemerintah menjadi penting
sebagai upaya Pemerintah melaksanakan amanat rakyat dalam memberikan
perlindungan dan pelayanannya. Perubahan dan kemajuan yang terus bergulir
bersama pergantian waktu menuntut aparat organisasi pemerintah
meningkatkan budaya kerja yang professional untuk menjawab tantangan
yang semakin kompleks dan kompetitif.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mengetahui
1. Apa pengaruh vudaya organisasi
2. Bagaimana peran sosial budaya dalam masyrakat
3. Apa fungsi budaya organisasi
4. Apa Sifat budaya Organisasi
5. Wawasan awasan tugas organisasi pemerintah daerah
6. penarapan budaya kerja pemerintah
7 Nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat dan bisa
memahami budaya organisasi di dalam pemerintahan daerah bagi pembaca.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2012.Jakarta..2012
27