Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM DI RUANG ASTER


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu :
Ema Hikmah, S.kp, M. Kep

Disusun oleh :
Lyra Pratama Putri
(P27904122018)

POITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2024/2025
A. Konsep Teori
1. Definisi
Kista ovarium yaitu suatu pengumpulan cairan yang terjadi dalam ovarium atau indung
telur dan cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentukdari lapisan
terluar indung telur atau ovarium.
Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan, normalnya memiliki ukuranyang
kecil dan terletak di ovarium (indung telur) kista ovarium dapat terjadi kapansaja, pada
saat usia pubertas hingga masa menopause dan juga selama kehamilan

2. Etiologi
Penyebab pasti dari kista ovarium masih belum diketahui secara pasti namun salahsatu
penyebab kista ovarium adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista ini
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan dan beberapa faktor resiko
yang dapat mempengaruhi terjadi kista ovarium adalah sebagai berikut:
1) Gaya hidup yang tidak sehat, diantaranya seperti:
a. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang akan serat Makanan
yang tinggi lemak mengandung Indeks Glikemi yang tinggi. Indeks glikemi
yang tinggi dapat menyebabkan kadar gula darah cepat naik dan
mengakibatkan pelepasan kadar insulin yang tinggi untuk mengatasinya. Hal
ini dapat memicu produksi hormonestrogen yang berlebihan didalam tubuh
sehingga dapat menjadi penyebab terjadinya kista ovarium
b. Terdapat zat tambahan pada makanan Zat makanan tambahan yang dapat
menyebabkan kista ovarium merupakan fitoestrogen. Fitoestrogen banyak
terkandung di produk kedelai memiliki rumus kimia yang sama persis seperti
estrogen dalam tubuh atau human estrogen. Kadar human estrogen yang
tinggi dapat berpengaruh pada meningkatnya proses inflamasi pada kasus
kista ovarium. Konsumsi produk kedelai yang berlebihan (>100 mg/hari)
dapat meningkatkan resiko kista ovarium .
c. Kurang berolahraga Kurang berolahraga dapat menyebabkantimbunan lemak
yang berlebihan dalam tubuh. Timbunan lemak dapat dikaitkan dengan
terjadinya resisten insulin. Resisten insulin dapat memicu produksi hormon
estrogen yang berlebihan dalam tubuh. Hal ini dapat menjadi penyebab kista
ovarium.
d. Merokok Didalam rokok terdapat zat adiktif yang tidak baik bagi kesehatan.
Zat adiktif dalam rokok dapat mengganggu rahim dan menjadi pemicu
terjadinya kista pada indung telur atau ovarium. Berhenti merokok dan
mengurangi interaksi dengan lingkungan penuh asap rokok dapat
mengurangi resiko terjadi kista ovarium.
e. Mengkosumsi alkohol Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko
terjadinya kista ovarium. Hal ini dikarenakan kandungan alami dalam
alkohol merupakan pemicu terjadinya kista ovarium. Dengan mengkonsumsi
alkohol keseimbangan hormon dalam tubuh akan terganggu sehingga kista
terbentuk dalam ovarium.

f. Terpapar dengan zat polutan dan agen infeksius Pencemaran udara akibat debu
dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik dapatmemperlemah daya tahan
tubuh. Daya tahan tubuh yang lemah menyebabkan agen infeksius mudah
masuk kedalam tubuh. Agen infeksius tersebut meliputi bakteri (gram positif
maupun gram negatif), virus, dan jamur.
g. Sering mengalami stress Sering mengalami stress dapat mempengaruhi
keseimbangan hormon dalam tubuh. Hal ini menjadipenyebab terjadinya kista
ovarium.
2) Gangguan pada pembentukan hormon Kista ovarium terjadi karena disebabkan
oleh dua gangguan pada pembentukan hormon yaitu pada mekanisme umpan
balik ovarium dan hipotalamus. Estrogen merupakan hormon sekresi yang
berperan sebagai respon hypersekresi folikel stimulasi hormon. Pada saat
menggunakan obat-obat yang dapat merangang dalam ovulasi atau pola hidup
yang tidak sehat.

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari kista ovarium adalah sebagai berikut:
a. Adanya rasa nyeri yang menetap pada rongga panggul dan terkadangdisertai
pula dengan rasa agak gatal.
b. Terdapat nyeri pada abdomen.
c. Terdapat rasa nyeri pada saat bersetubuh atau rasa nyeri pada saat tubuh
bergerak.
d. Rasa nyeri yang langsung timbul pada saat siklus menstruasi dan saat selesai
siklus menstruasi serta perdarahan menstruasi yang tidak seperti biasanya.
Perdarahan menstruasi mungkin menjadi lebih pendek atau panjang, tidak
keluarnya darah pada siklus menstruasi yang biasa, atausiklus menstruasi
yang berubah menjadi tidak teratur.
e. Terdapat pembesaran pada bagian perut.
f. Adanya perasaan penuh tertekan pada perut bagian bawah.
g. Terasa nyeri pada saat buang air kecil dan adanya konstipasi.
h. Terdapat nyeri spontan pada bagian perut.

4. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan
Penanganan pada penderita kista ovarium tergantung seberapa bahayanya kista
tersebut dan bagaimana kondisi pasien. Jika penderita sudah memasuki
pramenoupause, kista yang tumbuh bisa berubah menjadi awal keganasan kanker
ovarium.
a. Observasi Terdapat lebih banyak kasus kista ovarium terbentuk normal
yang disebut dengan kista fungsional yang mana pada setiap ovulasi telur
dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah kantung sisa tempat telur.
Kistaini biasanya akan mengkerut sendiri setelah 1-3 bulan. Oleh karena
itu, dokter biasanya akan meminta pasien untuk kembali berkonsultasi
setelah 3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul
mengalami penyusutan atau tidak.
b. Pemberian hormon Terapi hormon memiliki tujuan untuk memperlambat
pertumbuhan jaringan kista, dengan cara membatasi atau menghentikan
produksi hormon estrogen. Pengobatan gejala hormone androgen yang
tinggi, dengan pemberian obat pil KB (gabungan esterogen-progesteron)
dapat ditambahkan dalam obat anti androgen progesterone
cyproteronasetat.
c. Terapi bedah atau operasi Terapi bedah atau operasi perlu
mempertimbangkan usia penderita, gejala yang dialami, serta ukuran
besarkista. Jika kista merupakan kista fungsional dan perempuan
yang bersangkutan masih mengalami menstruasi, biasanya tidak
dilakukan tindakan pengobatan dengan operasi dan begitu pula
sebaliknya, serta jika perempuan sudah memasuki menopause biasanya
dokter yang bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan tindakan
operasi.
d. Perisapan Operasi Jika kista ovarium bersifat neoplastik akan timbul
permasalahan tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Diagnosa dapat
dipastikan dengan melakukan pemeriksaan cermat dan menganalisa gejala
yang ditemukan untuk membantu menegakkan diagnose.
e. Jenis Operasi Terdapat dua jenis operasi yang dilakukan pada penderita
penyakit kista ovarium. Jenis operasi ditentukan berdasarkan status
keparahan penderita, yaitu:
1) Laparotomy
Laparotomi merupakan sayatan yang dilakukan pada perut dengan
ukuran yang besar dan lebar.
2) Laparoscopy
Laparoscopy atau operasi lubang kunci merupakan sayatanberukuran kecil
yang dibuat pada perut untuk memasukan alatseperti selang yang dilengkapi
dengan kamera dan pisau bedah .

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarium yaitu :
• Laparaskopi : menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal
dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau
ganas
• Ultrasonografi : menentukan letak, batas, dan permukaan tumor melalui
abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau
kandung kemih dan apakah tumor kistik atau solid.

• Foto Rontgen : menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada


terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor
• Pemeriksaan darah : tes petanda tumor CA 125 adalah protein yang
konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya bagian kanker
ovarium.

6. Patofisiologi dan pathway


Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endomatrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
gonadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan
LH (Lutheinizing Hormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogone
dan progresteron.

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progresteron yang normal. Hal
tersebut tergantung pada jumlah horman dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat berfungsi mempengaruhi fungsi ovarium.ovarium tidak akan
berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis
dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur.

7. Komplikasi
Komplikasi yang diakibatkan karena kista ovarium adalah sebagai berikut:
• Perdarahan Intra Tumor Perdarahan intra tumor dapat menimbulkan gejalaklinik
berupa nyeri pada abdomen secara mendadak dan hal ini memerukantindakan yang
segera.
• Perputaran Tangkai Perputaran tangkai pada kista yang bertangkai dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada abdomen secara mendadak dan memerlukan
tindakan medis yang segera.
• Infeksi pada Tumor Infeksi pada tumor dapat menyebabkan gejala: demam,nyeri
pada bagian abdomen, serta mengganggu aktivitas sehari-hari.
• Robekan pada Dinding Kista Robekan dinding kista mungkin terjadikarena pada
torsi tungkai kista terdapat kemungkinan terjadi robekansehingga isi kista dapat
tumpah kedalam rongga abdomen.
• Keganasan Kista Ovarium Keganasan pada kista ovarium dapat ditemui pada usia
sebelum menarche atau pada usia diatas 45 tahun.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu komponen dari proses keperawatanyaitu
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistemastis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan ( Muttaqin, 2014). Adapun
pengkajian meliputi :
a. Biodata
• Identitas pasien Yang berisi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Suku,
Agama, Pekerjaan, Goldar, No RM, Dx Medis, Tanggal Pengkajian.
• Identitas penanggung jawab Identotas penangung jawab berupa nama,
tanggal lahir ,jenis kelamin, status, agama, Pendidikan, perkerjaan, Alamat,
hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama pasien : keluhan yang paling dirasakan
• Riwayat penyakit sekarang : keluhan apa yang paling dirasakan
• Riwayat penyakit dahulu,: apa yang dirasakan sekarang
• Riwayat penyakit keluarga : sebelumnya apakah pasien sudah pernah
mengalami penyakit seperti ini atau tidak
• Genogram petunjuk keluarga : untuk mengetahui turunan penyakit dari
keluarga
c. Pengkajian Fungsional Gordon
• Pola persepsi dan pemeliharan kesehatan
• Pola nutrisi
• Pola eliminasi
• Pola istirahat tidur
• Pola personal hygine
• Pola aktifitas dan latihan
• Pola manajemen kesehatan
• Pola konsep diri
• Pola hubungan peran
• Pola seksual dan reproduksi

d. Pemeriksaan Fisik
• keadaan umum dan kesadaran umum
• tanda tanda vital, nadi, pernapasan, suhu dan spo
• Pemeriksaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas
bawah
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatansirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding
dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan
jaringan payudara,sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur
kulit, warna, dan pengisian kapiler
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau
kerja diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suaranapas tambahan

e. Data Penunjang
TerlampirHasil Lab

f. Data Therapi
Terlampir Resep Obat

g. Analisa Data
Berisi Data subjektif dan data objektif, penyebab, dan masalah

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik (D.0077)
2) Resiko infeksi b.d prosedur invasif (D.0142)
3) Ansietas b.d krisis situasional (D.0080)
4) Gangguan Mobilitas Fisik b.d efek agen farmakologis (D.0054)

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Nyeri Akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri • Untuk
Agen Pencedera (L.08066) (I.08238) mengetahui
Fisik (D.0077) Setelah dilakukan Observasi : lokasi dan
intervensi • Identifikasi intesitas nyeri
keperawatan selama lokasi, • Untuk
…. X … jam karakteristik, mengetahui
diharapkan masalah durasi, frekuensi, skala nyeri
keperawatan dapat
teratasi dengan kualitas dan • Untuk
kriteria hasil : intesitas nyeri mengetahui
• Keluhan • Identifikasi skala respon nyeri
nyeri nyeri verbal dan non
menurun • Identifikasi verbal
• Meringis respon nyeri • Untuk
menurun verbal dan non memberkan
• Sikap verbal lingkungan
protektif • Identifikasi faktor yang nyaman
menurun yang pada klien
• Gelisah memperberat dan
menurun memperingan
• Kesulitas nyeri
tidur Terapeutik :
menurun • Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
• Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
• Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
• Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Resiko Infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan Infeksi • Untuk
prosedur invasif (L.14137) (I.14539) mengetahui
(D.0142) Setelah dilakukan Observasi : tanda dan
intervensi • Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama gejala infeksilokal • Untuk
…. X ….jam dan sistemik memutus rantai
diharapkan masalah Terapeutik : penyebaran
keperawatan dapat • Cuci tangan infeksi
teratasi dengan sebelum dan • Untuk
kriteria hasil : sesudah kontak mencegah
• Kebersihan dengan pasien dan infeksi
tangan lingkungan pasien • Untuk
meningkat • Pertahankan membatasi
• Demam teknik aseptik jumlah
menurun Edukasi : pengunjung
• Kemerahan • Jelaskan tanda
menurun dan gejala infeksi
• Nyeri • Ajarkan cara
menurun mencuci tangan
• Bengkak yang benar
menurun • Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
operasi
• Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi dan
cairan
3. Ansietas b.d krisis Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi • Untuk
situasional (L.09093) (I.09326) mengetahui
(D.0080) Setelah dilakukan Observasi : penyebab
intervensi • Identifikasi ansietas
keperawatan selama penurunan tingkat • Untuk
…. X … jam energy, membina
diharapkan masalah ketidakmampuan hubungan
keperawatan dapat berkonsentrasi, percaya pada
teratasi dengan atau gejala lain klien
kriteria hasil : mengganggu • Untuk
• Verbalisasi kemampuan membantu
kebingungan kognitif mencari solusi
menurun • Identifikasi teknik terapi
• Verbalisasi relaksasi • Untuk
kekhawatiran • Periksa memberikan
akibat ketegangan otot, lingkungan
kondisi yang frekuensi nadi, yang aman dan
dihadapi tekanan darah, nyaman
menurun dan suhu
• Perilaku • Monitor respon
gelisah terhadap terapi
menurun relaksasi
• Perilaku Terapeutik :
tegang • Ciptakan
menurun lingkungan yang
tenag dan nyaman
• Keluhan • Gunakan nada
pusing suara yang lembut
menurun Edukasi :
• Jelaskan tujuan,
manfaat, dan jenis
relaksasi
• Anjurkan
mengambil posisi
nyaman dan rileks

Mobilitas fisik Dukungan Ambulasi • Mengetahui


Gangguan Mobilitas
adanya nyeri dan
Fisik b.d efek agen (L.05042) (I.06171)
keluhan fisik
farmakologis Setelah dilakukan pasien.
(D.0054) Observasi
intervensi • Mengetahui
toleransi fisik
keperawatan selama • Identifikasi adanya untuk
…. X … jam nyeri atau keluhan memberikan
asuhan yang
diharapkan masalah fisik lainnya tepat pada
keperawatan dapat • Identifikasi pasien.
• Frekuensi
teratasi dengan toleransi fisik jantung dan
kriteria hasil : melakukan tekanan darah
terpantau.
• Pergerakan ambulasi • Kondisi pasien
ekstermitas • Monitor frekuensi selama
pergerakan
meningkat jantung dan tekanan terpantau.
(5) darah sebelum • Memberikan
fasilitas jika
• Kekuatan memulai ambulasi pasien
otot • Monitor kondisi melakukan
pergerakan
meningkat umum selama • Memberikan
melakukan bantuan kepada
(5) pasien yang
ambulasi
• Rentang kesulitan
• memenuhi
gerak (ROM) Terapeutik kebutuhan
seharihari.
meningkat •
• Fasilitasi aktivitas Agar dapat
(5) melakukan
ambulasi dengan tindakan
• alat bantu (mis:
pergerakan yang
baik
tongkat, kruk) • Mobilisasi dini
• Fasilitasi terpenuhi
• Agar memudahkan
melakukan pasien dalam
mobilisasi fisik, jika melakukan
pergerakan yang
perlu baik
• Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

Edukasi

• Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi
• Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
• Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis: berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status
kesehatan yang baik/optimal. Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari
rencana/intevensi keperawatan yang mencakup perawatan langsung atau tidak
langsung.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien terdiri dari 3
jenis yaitu:

a. Tindakan Keperawatan Independen


Tindakan perawat secara mandiri yang dilakukan berdasarkan alasan ilmiah
mencakup tindakan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan, kegiatan
harian dan konseling. Tindakan mandiri perawat ini tidak membutuhkan
pengawasan atau arahan pihak lain.
b. Tindakan Keperawatan Dependen
Tindakan perawat yang tergantung dengan tim medis, perawat melakukan
tindakan dibawah pengawasan oleh dokter atau dalam artian perawat
melakukan instruksi tertulis atau lisan dari dokter. Misalnya tindakan
pemberian obat.
c. Tindakan Keperawatan kolaboratif
Tindakan yang membutuhkan gabungan dari tim pengetahuan, keterampilan
dan keahlian berbagai profesional layanan kesehatan. Rencana keperawatan
disusun berdasarkan hasil kesepakatan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan,
apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah
pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti
siklus proses keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi.

Evaluasi keperawatan ada 2 jenis yaitu:


a. evaluasi formatif evaluasi yang dilakukan segera setelah melakukan tindakan
keperawatan. evaluasi formatif berorientasi pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan yang disebut sebagai evaluasi proses.
b. Evaluasi sumatif evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan serangkan
tindakan keperawatan. evalauasi ini berfungsi menilai dan memonitor kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, Meni Fauzi Astuti. Kajian Kista Ovarium. Pascal Books.


Tangerang Selatan
SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan (edisi 1). JakartaSIKI.
2016. Standar Intervensi Keperawatan (edisi 1). Jakarta
SLKI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (edisi 1). JakartaTim
Pokja SDKI DPP PPNI (2017). SDKI, SLKI, SIKI
.

Anda mungkin juga menyukai