Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH “AKUNTANSI IJARAH”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah
Dosen Pengampu : Rahmawati S.E., M.M., Ph.D

Disusun oleh Kelompok 5:

Muzaki Azmi (11220820000017)


Nessa Adeleida Banowati (11220820000068)
Muhammad Rosik Fadill (11220820000075)
Sari Gus Ria Dana (11220820000140)
Syifa Zahira Alifia (11220820000144)

KELAS 4C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
membimbing dan memudahkan hamba-Nya untuk dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Akuntansi Ijarah” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Syariah, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pembelajaran bagi penulis
tentang akan akuntansi ijarah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dan kajian dari
berbagai sumber.
Makalah ini penulis susun dengan segala keterbatasan, baik itu dalam penyusunan
kata, kalimat dan bahasa maupun dalam penyajiannya masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana layaknya. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan
kontribusi bagi penulis supaya lebih memahami materi akuntansi ijarah. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Ciputat, 21 Maret 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan......................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
2.1 Fatwa MUI tentang Akad Ijarah............................................................................................. 5
2.2 Pengertian dan Karakteristik Ijarah....................................................................................... 6
2.3 Cakupan Akuntansi Ijarah (PSAK 107)................................................................................. 7
2.4 Akuntansi Penyewa dan Pemberi Sewa...................................................................................9
2.4.1 Akuntansi Pemilik (Mu’jir)............................................................................................. 9
2.4.2 Akuntansi Penyewa (Musta'jir).....................................................................................10
2.4.3 Penyusutan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Obyek Ijarah......................................... 11
2.4.4 Pengalihan Obyek Ijarah (IMBT).................................................................................13
2.4.5 Akad Ijarah Multiguna.................................................................................................. 17
2.5 Kasus dan Contoh Soal........................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 22
1.1 Kesimpulan...............................................................................................................................22
1.2 Saran......................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 23

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Transaksi jual beli masuk ke dalam kategori muamalah di Islam. Dalam islam, muamalah
tidak hanya mencakup transaksi jual beli saja, akan tetapi muamalah memiliki makna yang luas
seperti transaksi sewa menyewa, pinjam meminjam, dan masih ada transaksi yang lainnya asalkan
tidak bertentangan dengan syariat maupun hukum Islam. Transaksi yang diperbolehkan di dalam
syariat agama Islam pada praktik jual beli muamalah yaitu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ada. Prinsip muamalah dalam Islam mencakup 4 bagian didalam melakukan transaksi jual beli
yaitu sukarela, adil, tidak bertentangan, dan maslahat. Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar
benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak. Akad jual beli
dalam muamalah yang diperbolehkan dalam Islam harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Al-Qur’an dan Hadits. Sudah dijelaskan didalam Al-Qur’an dan Hadits bermuamalah yang baik
adalah dijelaskan secara detail dan dicatat dalam melakukan transaksi, karena sistem jual beli telah
diatur dalam Islam dengan syarat tidak melanggar dan sesuai dengan norma hukum Islam.

Salah satu bentuk kegiatan muamalah yang sering terjadi yaitu al-ijarah, yang bisa diartikan
sebagai kerjasama antara dua belah pihak yang dimana salah satu pihak sebagai penyedia jasa
manfaat dengan orang lain yang menyediakan pekerjaan. Dalam rangka saling memenuhi
kebutuhannya penyedia jasa manfaat mendapatkan kompensasi berupa upah. Di dalam kitab-kitab
fiqih al-ijarah sering diartikan sebagai “sewa menyewa”.

Ijarah atau transaksi upah-mengupah merupakan suatu bentuk kegiatan kontrak kerja dalam
kegiatan muamalah Islam, yaitu dilakukan dengan mempekerjakan seseorang untuk melakukan kerja
dengan ganti upah sebagai kompensasinya. Dalam praktiknya, adalah selalu berkaitan dengan suatu
manfaat yang dituju, tertentu dan jelas pekerjaannya, bersifat mubah, jelas waktunya dan dapat
dimanfaatkan dengan imbalan tertentu pula, baik dengan cara mendahulukan upahnya maupun
dengan mengakhirkannya. Jadi pada prinsipnya, upah-mengupah itu adalah menyangkut tentang
sistem hubungan kerja antara pengusaha/pemberi kerja dan pekerja adalah keduanya mempunyai
hubungan yang sama dan sederajat, serta sama mempunyai hak dan kewajiban masing-masingnya.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa fatwa MUI tentang akad ijarah?
2. Apa pengertian dan karakteristik dari ijarah?
3. Apa cakupan akuntansi ijarah menurut PSAK 107?
4. Apa saja perolehan dari akuntansi ijarah?
5. Bagaimana proses penyusutan, pemeliharaan, dan perbaikan obyek ijarah?
6. Bagaimana sistematika pengalihan obyek ijarah?
7. Apa itu ijarah lanjut?
8. Bagaimana konsep ijarah multiguna?
9. Bagaimana cara menyelesaikan contoh kasus akuntansi ijarah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui fatwa MUI tentang akad ijarah.
2. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik dari ijarah.
3. Untuk mengetahui cakupan akuntansi ijarah menurut PSAK 107.
4. Untuk mengetahui apa saja perolehan dari akuntansi ijarah.
5. Untuk mengetahui proses penyusutan, pemeliharaan, dan perbaikan obyek ijarah.
6. Untuk mengetahui sistematika pengalihan obyek ijarah.
7. Untuk mengetahui tentang ijarah lanjut.
8. Untuk mengetahui konsep dari ijarah multiguna.
9. Untuk mengetahui cara menyelesaikan contoh kasus akuntansi ijarah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fatwa MUI tentang Akad Ijarah

Akad Ijarah merupakan suatu hal benda atau barang yang mubah yang mana dapat
dipertukarkan dengan kompensasi yang diterapkan. Adapun menurut para ulama-ulama malikia, Akad
Ijarah adalah akad kemanfaatan atas suatu benda atau barang yang mubah dengan durasi yang tertentu
dan juga kompensasi tertentu yang dapat diterapkan, berdasarkan definisi-definisi tersebut kita dapat
menyebutkan bahwa Ijarah adalah akad yang menjual manfaat dari suatu barang atau benda Dengan
kompensasi sebagai return-nya, karena Ijarah merupakan akad yang berputar di manfaat dari suatu
benda Ijarah ini tidak bisa diterapkan pada benda itu sendiri. Sebagai contoh, misalnya saya mau
Akad Ijarah dari buah di pohon kurma, buah kurma ini itu tidak bisa diijarahkan Mengapa? Karena
buah kurma ini adalah benda yang dapat dijual kembali, Sehingga tidak bisa diijarahkan, apa sih yang
bisa diijarahkan? Adapun yang dapat diIjarahkan adalah produk-produk yang sifatnya jasa atau
memang manfaat dari suatu bendanya bukan bendanya. Contohnya, saya menyewakan mobil, yang
disewa adalah mobilnya manfaat mobilnya bahwa mobil bisa membawa kita di suatu tempat ke
tempat lain. Bukan saya menjual mobilnya. Mobilnya masih punya saya tetapi manfaat atas mobil
tersebut, kegunaan mobil tersebut dialihkan menjadi pemilik penyewa pada durasi tertentu.

Apa sih yang menjadi landasan adanya Akad Ijarah ini? yang pertama dalam Quran Surah
Al-Qasas ayat 26 yang berbunyi

‫ين‬ َ ْ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ * ِإ َّن َخ ْي َر َم ِن ا ْستَْأ َجر‬


ُ ‫ت ْالقَ ِويُّ اَأْل ِم‬ ِ َ‫ت ِإحْ َداهُ َما يَا َأب‬
ْ َ‫قَال‬

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

Sedangkan di Indonesia, melalui fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia atau
DSN MUI melalui fatwanya yang bernomor 9 tahun 2000 Tentang pembiayaan Ijarah Jadi secara
legal, Ijarah merupakan akad yang diperbolehkan dalam Islam.

Dalam fatwa Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 mengenai pembiayaan ijarah, terdapat beberapa


ketentuan yang harus dipatuhi, seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Rukun dan Syarat Ijarah:


- Bagian yang harus ada dalam akad ijarah meliputi ijab dan qabul, yaitu pernyataan
kesepakatan dari kedua belah pihak yang terlibat dalam kontrak, baik secara lisan

5
maupun tertulis.
- Pihak-pihak yang terlibat dalam akad ijarah terdiri dari pemberi sewa/pemberi jasa dan
penyewa/pengguna jasa.
2. Objek Akad Ijarah:
- Objek ijarah dapat berupa manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
- Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai dan dapat dilaksanakan sesuai dengan
kontrak, serta tidak bertentangan dengan syariah.
- Kesanggupan untuk memenuhi manfaat harus jelas dan sesuai dengan prinsip syariah.
- Spesifikasi manfaat harus dijelaskan dengan detail untuk menghindari ketidaktahuan
yang dapat menyebabkan sengketa.
3. Pembayaran Sewa atau Upah:
- Pembayaran sewa atau upah merupakan kompensasi yang diberikan oleh penyewa
kepada pemberi sewa sebagai pembayaran atas manfaat yang diperoleh.
- Pembayaran sewa atau upah dapat berupa jasa atau manfaat lain yang sejenis dengan
objek kontrak.
- Fleksibilitas dalam menentukan pembayaran sewa atau upah dapat disesuaikan dengan
waktu, tempat, dan jarak.

Dalam pelaksanaan akad pembiayaan ijarah, semua pihak harus mematuhi peraturan atau
hukum yang berlaku. Di Indonesia, Dewan Syariah Nasional Indonesia Majelis Ulama Indonesia
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan fatwa terkait pembiayaan ijarah, yang diharapkan dapat
dijalankan dengan baik oleh semua pihak agar hak dan kewajiban dapat dipenuhi secara tepat.
2.2 Pengertian dan Karakteristik Ijarah

2.2.1 Pengertian
Berdasarkan PSAK 107, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
aset itu sendiri. Menurut Salman (2012 : 270) Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu
barang atau jasa, dalam pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang tersebut. Sedangkan menurut Sjahdaini (2005 : 70), ijarah berarti lease contract dan juga
hire contract. Dalam konteks perbankan Islam, ijarah adalah suatu lease contract dibawah mana suatu
bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment), sebuah bangunan atau
barang-barang, kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan
secara pasti sebelumnya.

6
2.2.2 Karakterisik atau Jenis-jenis Ijarah

Berikut ini jenis – jenis ijarah menurut PSAK 107 ada 3 jenis, namun yang telah dikenal
secara luas adalah 2 jenis ijarah yang disebut pertama, yaitu:

a. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa, dalam waktu tertentu
dengan pembayaran upah atau sewa (ujrah), tanpa di ikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
aset itu sendiri.
b. Ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) merupaka ijarah dengan akad (janji) dari pemeberi sewa
berupa perpindahan kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu (PSAK 107). Apabila terjadi
perpindahan kepemilikan maka akan dibuat akad yang baru dan terpisah dari akad ijarah
sebelumnya secara:
1) Hibah;
2) Penjualan sebelum akad berakhir sebesar sebanding dengan sisa cicilan sewa atau harga yang
disepakati;
3) Penjualan pada akhir masa ijarah dengan pembayaran tertentu sebagai referensi yang
disepakati dalam akad; atau (d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang
disepakati dalam akad.
4) Jual dan sewa kembali (sale and lease back) atau transaksi jual dan ijarah. Jenis ijarah seperti
ini terjadi dimana seseorang menjual aset nya kepada pihak lain dan menjual kembali aset
tersebut. Transaksi jual dan sewa kembali harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak
saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan
penjualan mengakui keuntungan atau kerugian pada priode terjadinya penjualan laba rugi.

Transaksi jual-dan-ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung
(ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. Jika suatu entitas menjual obyek
ijarah kepada entitas lain dan kemudian menyewanya, maka entitas tersebut mengakui keuntungan
atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan
akuntansi penyewa. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat
diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah. Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut
kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan
perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK 107. Perlakuan akuntansi penyewa
diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik, dan perlakuan akuntansi
pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.

7
2.3 Cakupan Akuntansi Ijarah (PSAK 107)

Berkaitan dengan akuntansi syariah, regulasi terkait akad ijarah diatur dalam PSAK 107
merupakan pengganti dari PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah mengenai ijarah, yang
mulai efektif setelah 1 Januari 2009. Sehubungan dengan hal ini, pada 28 Oktober 2022, dilakukan
public hearing terbaru oleh DSAS IAI mengenai revisi 2021 dari PSAK 107 tentang ijarah Dalam
perkembangan zaman dan juga teknologi, transaksi syariah bukan hanya berinstrumen dari perbankan
saja tapi juga melebar ke sukuk atau obligasi syariah dan sebagainya. Maka dari itu DSAS IAI mulai
mengambil langkah untuk mengamandemen PSAK 107 tersebut. Dalam PSAK 107 revisi 2021 yang
membahas mengenai Akuntansi Ijarah terutama pada ruang lingkup, definisi, dan karakteristik. Juga
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan Akuntansi Pemilik (Mu’jir), Akuntansi
Penyewa (Musta’jir), Ijarah lanjut. PSAK 107 Revisi ini menekankan beberapa poin utama yang
menjadi perbedaan dari PSAK sebelumnya yaitu:
a. Ekspansi penerapan akad ijarah tidak terbatas hanya pada sektor keuangan.
b. Penyesuaian dengan perkembangan fatwa DSN MUI terkait akad ijarah.
c. Integrasi dengan perubahan dalam PSAK lainnya.
Perbedaan lebih lanjut mengenai PSAK 107 sebelum revisi dengan yang sesudah revisi ialah
disajikan dalam tabel berikut

Perihal PSAK 107 (2009) PSAK 107 Revisi (2021)

Ruang lingkup Pernyataan tersebut berlaku Pernyataan ini berlaku pada


untuk subjek yang terlibat transaksi ijarah atas aset dan
dalam transaksi ijarah. Hal ini ijarah atas jasa namun tidak
berlaku untuk pembiayaan berlaku untuk sukuk yang
multijasa, tetapi tidak memanfaatkan akad ijarah.
mencakup obligasi (sukuk)
yang menggunakan akad
ijarah.

Definisi Ijarah Ijarah merupakan proses di Ijarah merupakan perjanjian


mana seseorang bisa sewa yang melibatkan
menggunakan (pemindahan pertukaran manfaat dari suatu
hak manfaat) suatu aset untuk aset atau layanan jasa dengan
jangka waktu tertentu dengan pembayaran yang disebut
membayar sejumlah uang ujrah.
sewa (ujrah) tanpa perlu
pemindahan dan memiliki
kepemilikan atas aset
tersebut. Jadi, ini seperti
menyewa sesuatu tanpa harus
membelinya yang dinamakan
sewa operasi (operating
lease)

8
Definisi Ijarah atas aset dan Tidak diatur Ijarah atas aset melibatkan
Ijarah atas jasa pembayaran untuk manfaat
yang diperoleh dari aset,
sedangkan Ijarah atas jasa
melibatkan pembayaran untuk
manfaat yang diterima dari
jasa tersebut.

Definisi Ijarah maushufah fi Tidak diatur Ijarah IMFS (Ijarah


al-dzimmah Moushufah Ti Al-Dzimman)
merupakan akad ijarah yang
berasaskan pemanfaatan aset
atau jasa dengan
menyebutkan hanya
karakteristik dan spesifikasi
pada saat perjanjian.

Uang muka Tidak diatur Diatur mengenai uang muka


(hamish jiddiyah) merupakan
sejumlah uang yang
dibayarkan oleh pembeli
kepada penjual sebagai tanda
keseriusan atau komitmen
untuk membeli barang dari
penjual.

Pengakuan dan pengukuran Tidak diatur secara jelas Ijarah atas jasa terbagi
ijarah atas jassa menjadi, Ijarah atas jasa
secara langsung, dan Ijarah
atas jasa secara tidak
langsung.

2.4 Akuntansi Penyewa dan Pemberi Sewa


PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik (Mu’jir) dan penyewa
(Musta’jir) dengan rincian berikut:

Akuntansi Pemilik Akuntansi Penyewa

Biaya Perolehan Diakui ketika objek ijarah


diperoleh sebesar biaya perolehan

Penyusutan dan Amortisasi Objek sewa disusutkan atau


diamortisasi sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau
amortisasi yang berlaku untuk
aset serupa selama masa
manfaatnya.

Pendapatan dan Beban Pendapatan sewa selama masa Beban sewa diakui ketika masa
akad akan diakui ketika penyewa akad berlangsung dan manfaat
telah menerima manfaat dari aset dari aset sudah diterima.

9
yang disewakan.

Pendapatan ijarah disajikan secara bersih setelah dipotong dari beban terkait, seperti biaya
pemeliharaan dan perbaikan, biaya penyusutan, dan sebagainya.

2.4.1 Akuntansi Pemilik (Mu’jir)


a. Pengakuan Biaya Perolehan
1. Objek yang disewakan diakui pada saat diperoleh dengan nilai biaya perolehan.
2. Biaya perolehan objek sewa yang merupakan aset tetap mengikuti standar PSAK 16: Aset
Tetap, sedangkan aset tidak berwujud mengacu pada PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.
Jurnal untuk mencatat perolehan aset ijarah:
Dr. Aset Ijarah Rp. xxx
Cr. Kas/Piutang Sewa Rp. xxx

b. Penyusutan dan Amortisasi


1. Objek yang disewakan disusutkan atau diamortisasi sesuai kebijakan penyusutan atau
amortisasi untuk jenis aset yang serupa berdasarkan umur manfaatnya.
2. Kebijakan penyusutan atau amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi yang diantisipasi
dari manfaat ekonomi di masa depan dari objek sewa, yang bisa berbeda dengan umur teknis.
Jurnal untuk mencatat penyusutan dan amortisasi
Dr. Biaya penyusutan Rp. xxx
Cr. Akumulasi penyusutan Rp. xxx

c. Pengakuan Pendapatan dan Beban


1. Pendapatan sewa selama masa akad diakui saat aset telah diserahkan kepada penyewa.
2. Piutang pendapatan sewa diukur berdasarkan nilai yang dapat direalisasikan pada akhir
periode pelaporan.
3. Pengakuan terkait biaya perbaikan obyek ijarah
a. Biaya perbaikan tidak rutin diakui saat terjadi; dan
b. Jika penyewa melakukan perbaikan rutin dengan persetujuan pemilik, biaya tersebut
ditanggung oleh pemilik dan diakui sebagai beban saat terjadi.
1. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan penjualan secara bertahap, biaya perbaikan pada
objek sewa yang disebutkan dalam paragraf 4 (a) dan (b) dibagi antara pemilik dan penyewa
sesuai dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek sewa.
2. Biaya perbaikan pada objek sewa menjadi tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat
dilakukan oleh pemilik langsung atau atas persetujuan pemilik, oleh penyewa.
10
- Jurnal untuk pencatatan pendapatan sewa:
Dr. Kas Rp. xxx
Cr. Pendapatan Sewa Rp. Xxx
- Jurnal jika pada saat tanggal tagih, nasabah tidak melakukan pembayaran:
Dr. Piutang ujrah (sewa) Rp. xxx
Cr. Pendapatan Ujrah (sewa)Rp. Xxx
- Jurnal pada saat nasabah melakukan pembayaran:
Dr. Kas Rp, xxx
Cr. Piutang Ujrah Rp. xxx

2.4.2 Akuntansi Penyewa (Musta'jir)


a. Beban
1. Beban sewa diakui saat masa perjanjian sewa berlangsung dan manfaat dari aset sudah
dinikmati.
2. Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima.
- Jurnal transaksi untuk (1) dan (2):
Dr. Beban sewa Rp. xxx
Cr. Kas/Utang Rp. xxx
3. Biaya pemeliharaan yang telah disepakati dalam perjanjian sewa menjadi tanggung jawab
penyewa dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
4. Biaya pemeliharaan obyek sewa dalam perjanjian sewa dengan opsi pembelian akan
meningkat seiring dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa.
- Jurnal transaksi untuk (3) dan (4):
Dr. Beban kepemilikan ijarah Rp. xxx
Cr. Kas/Utang Rp. xxx

- Jurnal pencatatan atas beban pemeliharaan yang menjadi tanggungan pemilik sewa tapi
dibayarkan terlebih dalu oleh penyewa
Dr. Piutang Sewa Rp. xxx
Cr. Kas/Utang Rp. xx

b. Perpindahan Kepemilikan
1. Saat terjadi peralihan kepemilikan objek sewa dari pemilik kepada penyewa dalam perjanjian
sewa dengan opsi pembelian:
● melalui hibah, penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek sewa yang
diterima;
11
- Jurnal transaksi:
Dr. Beban kepemilikan Ijarah Rp. xxx
Cr. Kas/utang Rp. xxx
● jika pembelian dilakukan sebelum masa perjanjian berakhir, penyewa mengakui aset
sebesar pembayaran nilai wajar atau pembayaran tunai yang telah disepakati;
- Jurnal transaksi:
Dr. Aset (eks ijarah) Rp. xxx
Cr. Kas Rp. xxx
● jika pembelian dilakukan setelah masa perjanjian berakhir, penyewa mengakui aset sebesar
nilai wajar atau pembayaran tunai yang telah disepakati atau sebesar pembayaran cicilan
sewa;
- Jurnal transaksi:
Dr. Aset (eks ijarah) Rp. xxx
Cr. Kas Rp. xxx
● jika pembelian objek ijarah dilakukan secara bertahap, penyewa mengakui aset sebesar
nilai wajar dan biaya perolehan objek ijarah yang diterima.
- Jurnal transaksi:
Dr. Aset (eks ijarah) Rp. xxx
Cr. Kas Rp. xxx
Cr. Utang Rp. xxx
d. Pada laporan keuangan, penyewa diharuskan untuk mengungkapkan informasi terkait transaksi
ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bir Tamlik (IMBT). Ini mencakup penjelasan rinci tentang akad
transaksi, termasuk total pembayaran, wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme
yang digunakan, pembatasan-pembatasan misalnya iijarah lanjut, dan jika ada, agunan yang
digunakan. Selain itu, perlu diungkapkan apakah ada transaksi jual dan ijarah beserta keuntungan atau
kerugian yang diakui apabila terdapat transaksi jual dan ijarah.

2.4.3 Penyusutan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Obyek Ijarah


a. Biaya Penyusutan Obyek Ijarah
Digunakan untuk mencatat biaya penyusutan yang dilakukan obyek ijarah atas aset berwujud,
baik ijarah maupun Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT). Aset ijarah dapat disusutkan/diamortisasi
dengan perlakuan yang sama untuk amortisasi aset sejenis selama umur ekonomisnya (kebijakan
pemilik aset), atau sesuai dengan masa sewa aset, untuk IMBT.
Obyek Ijarah Muntahiya Bittamlik tetap menjadi aset lessor/pemilik selama belum dilakukan
pemindahan kepemilikan, oleh karena itu baik aset atau obyek ijarah ini disewakan atau tidak tetap

12
dilakukan penyusutan sebagai pengurangan nilai yang dilakukan oleh aset berwujud.
rumus = harga perolehan - nilai residu : masa penyusutan (umur ekonomis)
pengaturan penyusutan obyek ijarah yg berupa :
- aset tetap sesuai dengan PSAK 16
- amortisasi aset tidak berwujud sesuai dengan PSAK 19

Metode dapat berupa :


- Garis lurus (Straight line method)
Metode penyusutan aktiva tetap di mana beban penyusutan tetap per tahunnya sama hingga akhir
umum ekonomis aktiva tetap tersebut.Metode ini termasuk yang paling sering dipakai.
- Saldo menurun (Diminishing balance method)
Metode penyusutan aktiva atau aset tetap yang ditentukan berdasarkan persentase tertentu dihitung
dari harga buku pada tahun yang bersangkutan.
- Jumlah unit (Sum of the unit method)
besarnya penyusutan atau depresiasi aktiva tetap tiap tahun jumlahnya semakin menurun.
Jurnal :
Beban penyusutan Rp. xxx
Akumulasi penyusutan Rp. xxx

b. Biaya Pemeliharaan Obyek Ijarah


Biaya pemeliharaan menjadi tanggungan penyewa sesuai dengan akad yang telah disepakati
dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Sedangkan dalam Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
(IMBT) melalui penjualan secara bertahap, biaya pemeliharaan yang menjadi beban penyewa akan
meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan atas objek ijarah.
Jurnal :
Beban pemeliharaan ijarah
Kas/Utang pemeliharaan ijarah/Perlengkapan

Jika biaya pemeliharaan merupakan tanggungan pemilik, tetapi dibayarkan/ditanggung


terlebih dahulu oleh penyewa dengan persetujuan pemilik, diakui sebagai piutang.
Jurnal :
Piutang pemeliharaan ijarah
Kas/Utang pemeliharaan ijarah/Perlengkapan

c. Biaya Perbaikan Obyek Ijarah

13
Pengakuan biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagai berikut :
1. Biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat terjadinya;
2. Jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan persetujuan pemilik obyek sewa,
maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan diakui sebagai beban pada
periode terjadinya pebaikan tersebut; dan
3. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan obyek
sewa yang dimaksud dalam angka (1) dan (2) ditanggung pemilik obyek sewa maupun
penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam objek sewa.
Jurnal :
Rutin dilakukan oleh pemilik aset atau tidak rutin oleh penyewa atas persetujuan pemilik aset :
Beban perbaikan
Kas/Utang/Perlengkapan

2.4.4 Pengalihan Obyek Ijarah (IMBT)


Ijarah IMBT, harus memiliki akad yang terpisah antara akad Ijarah dengan Akad Penjualan.
Sebelum barang yang diijarahkan dijual kepada penyewa, akad sewa (ijarah) harus sudah berakhir.
Sehingga dalam akad IMBT, sebelum barang kepada penyewa, barang tersebut sudah kembali
menjadi hak pemilik. Dalam ijarah Muntahiya Bittamlik, perpindahan hak milik barang terjadi dengan
salah satu dari dua cara berikut:
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa
sewa;
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir
masa sewa.
Perpindahan kepemilikan obyek ijarah hanya terjadi pada prinsip Ijarah Muntahiya Bittamlik
(IMBT), dalam transaksi ijarah biasa tidak terjadi perpindahan kepemilikan. Perpindahan kepemilikan
objek IMBT terbagi menjadi 4 (empat) dengan perlakuan akuntansi yang berbeda-beda tergantung
pada akad yang dipakai. Seluruh beban maupun keuntungan/kerugian yang timbul akibat penjualan
aset ijarah diakui sebagai beban, keuntungan/kerugian pada periode berjalan. Keuntungan/kerugian
yang timbul dari penjualan aset ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang/penambah dari beban
ijarah.
Terdapat perpindahan kepemilikan kepada penyewa dilakukan jika akad ijarah telah berakhir
atau diakhiri dan aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah, jadi
ijarahnya harus selesai terlebih dulu dan kemudian membuat akad yang baru lagi pada saat
perpindahan kepemilikan. Pemindahan kepemilikan obyek IMBT terbagi dalam beberapa cara :
1. Hibah

14
Apabila perpindahan kepemilikan aset dilakukan dengan cara hibah, jika aset ijarah tersebut masih
terdapat nilai atau ada nilai tercatatnya maka, nilai tersebut diakui sebagai beban. jadi jika nilainya
sama dengan 0, beban pelepasan ijarah tidak perlu diletakkan lagi pada jurnal.
Jurnal :
Beban pelepasan ijarah
Akumulasi penyusutan
Cr. Aset ijarah
2. Penjualan sebelum berakhirnya masa akad
Apabila perpindahan kepemilikan objek ijarah dilakukan melalui pembelian sebelum berakhirnya
masa ijarah, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Kas
Akumulasi penyusutan
Kerugian*
Cr. Aset ijarah
Cr. Keuntungan*
(*nilai buku > nilai jual = rugi, sedangkan nilai buku < nilai jual = untung)
3. Penjualan setelah berakhirnya masa akad
Apabila perpindahan kepemilikan objek ijarah dilakukan melalui pembelian setelah berakhirnya masa
ijarah, selisih antara jumlah tercatat dengan harga jual diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Jurnal :
Kas
Kerugian*
Akumulasi penyusutan
Cr. Aset ijarah
Cr. Keuntungan*
4. Penjualan secara bertahap
Apabila perpindahan kepemilikan objek ijarah dilakukan melalui pembelian secara bertahap,
berdasarkan PSAK 107 disebutkan bahwa penjualan objek ijarah secara bertahap maka :
a. selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual sebagai
keuntungan atau kerugian.
b. bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset lancar atau aset tidak lancar
sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
Jurnal:

15
Kas
Kerugian*
Akumulasi penyusutan
Cr. Keuntungan*
Aset ijarah
Bagian objek ijarah yang tidak dibeli oleh penyewa diakui sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak
lancar, tergantung pada tujuan penggunaan aset tersebut.
Jurnal:
Aset lancar/tidak lancar
Akumulasi penyusutan aset ijarah
VCr. Aset ijarah

2.4.4 Ijarah Lanjut


a. Pengertian Ijarah lanjut
Merupakan salah satu dari jenis jenis ijarah yang diatur dalam PSAK 107. Ijarah-lanjut adalah suatu
entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa dari pemilik,
maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa.

Ilustrasi: Annisa ingin menyewa kios milik Hanifah, tetapi tidak cukup dana untuk menyewa,
kemudian melalui Bank Syariah menyewa kios milik Hanifah dan Bank Syariah kemudian
menyewakan kembali kios tersebut kepada Annisa

b. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Ijarah

Dalam DE PSAK 107 (Revisi 2020) mengklasifikasikan ijarah menjadi ijarah atas aset dan ijarah atas
jasa. Pengakuan dan pengukuran akad ijarah akan melihat klasifikasi tersebut.

- Ijarah atas asset

Dalam hal ini pendapatan ijarah diakui oleh (pemilik) mu’jir secara garis lurus sejak aset
ijarah tersedia untuk (penyewa) musta’jir sampai akhir akad. Jika besaran ujrah tidak bersifat
tetap atau besaran ujrah (upah) disesuaikan secara berkala selama akad, maka jumlah
pendapatan ijarah tersebut akan mengalami penyesuaian secara berkala selama masa akad.

- Ijarah atas jasa

Ijarah atas jasa yang dilakukan oleh entitas ('ajir) dapat dikelompokkan menjadi: (i) Ijarah
atas jasa secara langsung yaitu ijarah atas jasa yang yang mana entitas sendiri yang
memberikan jasa kepada musta’jir, dan (ii) Ijarah atas jasa secara tidak langsung yaitu ijarah
16
atas jasa yang mana entitas lain yang memberikan jasa kepada musta’jir.

Pendapatan ‘ijarah atas jasa secara langsung’ diakui oleh 'ajir selama masa pemberian jasa
berdasarkan kemajuan jasa yang diberikan. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan
jasa yang diberikan entitas terhadap penyelesaian penuh yaitu metode masukan (input method) dan
metode keluaran (output method). Pendapatan ‘ijarah atas jasa secara tidak langsung’ diakui oleh 'ajir
(pihak pekerja yang menyediakan jasa) secara garis lurus setelah mustajir (pihak yang menyewa atas
jasa) menerima jasa dari entitas lain sampai akhir akad.

Dalam jenis nya, ijarah-lanjut termasuk dalam pengklasifikasian ijarah atas asset dalam bentuk
asset tidak berwujud. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah (sewa) untuk disewalanjutkan, maka
entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa) tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan
sebagai beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek. Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan
untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik
diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.

c. Contoh Implementasi Konsep Ijarah Lanjut


- Bank Syariah Baitul Amanah menyewa sebuah kios dari H. Taufik untuk jangka waktu 3 tahun
dengan harga Rp. 12.000.000/ per tahun dan pembayarannya dilakukan sekaligus dimuka
- Atas permintaan H. Hasan, Bank Syariah Baitul Amanah menyewakan kios tersebut untuk
jangka waktu 3 tahun dengan harga Rp. 1.500.000/ per bulan dan pembayaran dilakukan setiap
bulan.

Maka pada saat :

- Melakukan pembayaran uang sewa kepada H. Taufik sebesar Rp.36.000.000,- untuk jangka
waktu 3 tahun. Pihak Bank syariah mencatat sebagai berikut

Beban Ijarah Tangguhan (Sewa dibayar dimuka) Rp 36.000.000

Kas/ Rekening H. Taufik Rp 36.000.000

- Pada saat menerima pembayaran uang sewa dari H.Hasan sebesar Rp. 1.500.000, Pihak Bank
Syariah mencatatnya ebagai berikut

Kas/ Rekening H. Hasan Rp 1.500.000

17
Pendapatan Sewa Rp 1.500.000

- Amortisasi setiap bulan Uang Muka sewa H Taufik sebesar : Rp. 36.000.000/36 bulan =
1.000.000/Bulan.maka pihak Bank mencatatnya sebagai berikut

Beban Sewa (Ijarah) Rp 1.000.000

Beban Ijarah Tangguhan (H.Taufik) Rp 1.000.000

- Penyajian Transaksi Ijarah

- Kemudian dimisalkan Pada saat jatuh tempo Angsuran H. Hasan menunggak dan belum
membayar, maka pencatatan yang dilakukan oleh bank adalah seperti berikut

Piutang pendapatan (Ijarah) Rp 1.500.000

Pendapatan Ijarah Rp 1.500.000

Dengan catatan bahwa karena bukan ada aliran kas masuk (pendapatan akrual) maka tidak
diperhitungan dalam pembagian hasil usaha (profit distribution)

- Kemudian H. Hasan melakukan Pembayaran tunggakan, sebesar Rp.1.500.000, maka


pencatatannya adalah sebagai berikut

18
Kas/ Rekening H. Hasan Rp 1.500.000

Piutang Pendapatan Ijarah Rp 1.500.000

Dengan catatan karena terjadi aliran kas masuk pendapatan Ijarah maka “pendapatan neto Ijarah”
diperhitungan dalam pembagian hasil usaha (profit distribution)

2.4.5 Akad Ijarah Multiguna

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pembiayaan adalah “penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil.”

Pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib bahwa pihak yang
dibiayai wajib mengembalikan modal atau uang tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau
bagi hasil sesuai dengan akad di awal perjanjian.

Dari pengertian diatas pembiayaan adalah penyediaan/penyaluran dana oleh pihak yang
kelebihan dana kepada pihak-pihak yang kekurangan dana (peminjam) dan wajib bagi peminjam
untuk mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil serta
dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat
yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Contoh Ijarah Multiguna:

Hasanudin ingin menlanjutkan pendidikan doktoral (S3) syariah di Universitas Trisakti Jakarta, biaya
yang diperlukan hingga selesai sebesar Rp. 120 juta. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut
Hasanudin menghubungi Bank Syariah Mitra Mandiri, dan setelah dilakukan negosasi maka kedua
pihak sepakat untuk melaksanakan transaksi tersebut dan membayar angsuran sebesar Rp.
6.000.000,-- selama 2 tahun. Atas transaksi ini Bank Syariah Mitra Mandiri membayar seluruh biaya
pendidikan Hasanudin ke Universitas Trisakti Jakarta sebesar Rp. 120 juta.
1. Bank Syariah pemilik obyek ijarah 1. Bank Syariah Mitra Mandiri membayar biaya
pendidikan doktoral Hasanudin kepada Universitas Transaksi sebesar Rp. 120.000.000,--

Dr. Sewa Multiguna Tangguhan Rp. 120.000.000

Cr. Kas / Rekening Trisakti Rp. 120.000.000


19
2. Penerimaan pembayaran angsuran oleh Hasanudin setiap bulan sebesar Rp.6.000.000,-

Dr. Kas/Rek Hasanudin Rp.6.000.000,--

Cr. Pendapatan Ijarah Multijasa Rp. 6.000.000

3. Bank Syariah Mitra Mandiri melakukan amortisasi atas pembayaran biaya pendidikan yang
talah dilakukan sebesar: Rp. 120.000.000 : 24 = Rp. 5.000.000.

Dr.Biaya Sewa Multiguna Rp. 5.000.000

Cr.Sewa Multiguna Tangguhan Rp. 5.000.000

4. Penyajian dalam laporan laba rugi yang dilakukan oleh Bank Syariah Mitra Mandiri adalah:

Pendapatan Ijarah Multijasa Rp. 6.000.000

Biaya Sewa Multijasa Rp. 5.000.000

Pendapatan neto Ijarah Multijasa Rp. 1.000.000

5. Jatuh tempo pembayaran angsuran bulan ke 6 Hasanudin belum membayar


a. Pengakuan pendapatan

Dr. Piutang Pendpt Ijr Multijas Rp.6.000.000,--

Cr. Pendapatan Ijarah Multijasa Rp. 6.000.000

Pendapatan Neto Ijarah Multijasa sebesar Rp. 1.000.000 tdk diperhitungkan dalam Profit
Distribusi

b. Amortisasi Sewa Ijarah Multiguna

Dr. Biaya Sewa Multiguna Rp. 5.000.000

Cr. Sewa Multiguna Tangguhan Rp. 5.000.000

c. Pembayaran angsuran oleh Hasanudin

Dr. Kas/Rekening Hasanudin Rp. 6.000.000

Cr. Piutang Pendpt Ijr Multiguna Rp. 6.000.000

Walaupun tidak ada pengakuan Pendapatan Ijarah Multijasa, porsi pendapatan neto ijarah Rp.
20
1.000.000 diperhitungkan dalam Profit Distribusi.

2.5 Kasus dan Contoh Soal


Kasus 1

PT Peteceban pada tanggal 1 September 2023 membeli 4 unit motor Ronda secara tunai yang
digunakan untuk disewakan. Harga perolehan dari masing-masing motor tersebut ialah sebesar
Rp25.000.000. Tiap-tiap motor itu diperkirakan memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa
Rp6.250.000, penyusutan dicatat setiap bulannya. Berikut transaksi yang terjadi di PT Peteceban
selama tahun 2023:
1. Pada tanggal 1 September 2023, PT Peteceban menyewakan 4 motor Ronda kepada PT PapiAi
selama 4 bulan dengan akad Ijarah serta kesepakatan pembayaran sewa sebesar Rp2.000.000 per
bulan dimulai pada bulan Oktober dan telah membayar biaya administrasi sebesar Rp100.000.
2. PT Peteceban melakukan perawatan rutin pada tanggal 1 November terhadap 4 motor Ronda
yang disewakan kepada PT PapiAi secara tunai dengan rincian biaya sebesar Rp100.000 pada
masing-masing motor.
Diminta: Buatlah jurnal yang diperlukan PT Peteceban atas transaksi di atas!
Jawaban:

Tanggal Akun Debit Kredit

1/9/2023 Aset Ijarah Rp100.000.000


Kas Rp100.000.000

1/9/2023 Kas Rp100.000


Pendapatan Administrasi Rp100.000

1/10/2023 Kas Rp2.000.000


Pendapatan Sewa Rp2.000.000

1/10/2023 Beban Penyusutan Rp1.250.000


Akumulasi Penyusutan Rp1.250.000

1/11/2023 Kas Rp2.000.000


Pendapatan Sewa Rp2.000.000

1/11/2023 Beban Penyusutan Rp1.250.000


Akumulasi Penyusutan Rp1.250.000

1/11/2023 Beban Perbaikan Rp400.000


Kas Rp400.000

1/12/2023 Kas Rp2.000.000


Pendapatan Sewa Rp2.000.000

21
1/12/2023 Beban Penyusutan Rp1.250.000
Akumulasi Penyusutan Rp1.250.000

31/12/2023 Piutang Pendapatan Sewa Rp2.000.000


Pendapatan Sewa Rp2.000.000

Kasus 2
PT Selaras merupakan perusahaan yang melakukan usaha penyewaan mesin jahit. Pada tanggal 1
September 2023 PT Selaras membeli 2 mesin jahit secara tunai dengan biaya perolehan
masing-masing mesin jahit sebesar Rp3.000.000. Tiap-tiap mesin jahit tersebut memiliki umur
ekonomis 3 tahun, penyusutan mesin jahit dicatat setiap bulannya. Berikut ini merupakan transaksi
yang dilakukan oleh PT Selaras pada tahun 2023:
1. Pada tanggal 1 September 2023, PT Merajut mengajukan permohonan IMBT kepada PT
Selaras atas 2 buah mesin jahit. Permohonan tersebut disetujui dengan kesepakatan keuntungan biaya
sewa 10% dari barang yang disewakan dan masa sewa selama 3 bulan yang dibayarkan tiap bulan
dimulai pada bulan Oktober dan telah membayar biaya administrasi sebesar Rp50.000.
2. Pada tanggal 2 November 2023, PT Merajut menginformasikan bahwa telah melakukan
perawatan mesin jahit dengan biaya sejumlah Rp100.000 pada masing-masing mesin jahit, dan sesuai
kesepakatan bahwa biaya pemeliharaan ditanggung oleh pemilik aset.
3. Pada akhir akad ijarah selesai, PT Selaras menjual 2 mesin jahitnya kepada PT Merajut
sebesar Rp200.000 yang dibayarkan secara tunai.
Diminta: Buatlah jurnal yang diperlukan PT Selaras atas transaksi di atas!
Jawaban:

Tanggal Akun Debit Kredit

1/9/2023 Aset Ijarah Rp6.000.000


Kas Rp6.000.000

1/9/2023 Kas Rp50.000


Pendapatan Administrasi Rp50.000

1/10/2023 Kas Rp2.600.000


Pendapatan Sewa Rp2.600.000

1/10/2023 Beban Penyusutan Rp2.000.000


Akumulasi Penyusutan Rp2.000.000

1/11/2023 Kas Rp2.600.000


Pendapatan Sewa Rp2.600.000

1/11/2023 Beban Penyusutan Rp2.000.000


Akumulasi Penyusutan Rp2.000.000

22
2/11/2023 Beban Perbaikan Aset Rp200.000
Utang Perbaikan Aset Rp200.000

1/12/2023 Kas Rp2.400.000


Utang Perbaikan Aset Rp200.000
Pendapatan Sewa Rp2.600.000

1/12/2023 Beban Penyusutan Rp2.000.000


Akumulasi Penyusutan Rp2.000.000

1/12/2023 Kas Rp200.000


Akumulasi Penyusutan Rp6.000.000
Aset Ijarah Rp6.000.000
Keuntungan Penjualan Aset Ijarah Rp200.000

23
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Ijarah hadir sebagai salah satu akad yang dipergunakan dalam konteks transaksi
syariah, berlandaskan kesepakatan sewa menyewa antara pemilik aset yang menyewakan
asetnya (mu’jir) dan penyewa aset (musta’jir) dengan masa sewa dan harga yang telah
disepakati. Sejalan dengan instrumen transaksi keuangan syariah lainnya, ketentuan dalam
ijarah mengacu pada prinsip-prinsip dalam agama Islam yang melarang adanya transaksi yang
terkandung riba dan gharar di dalamnya serta menjunjung tinggi prinsip berkeadilan.
Dalam akuntansi ijarah, pendapatan yang muncul dalam transaksi dicatat sebagai
pendapatan sewa selama berjalannya masa sewa. Di samping menjalankan kepatuhan terhadap
standar akuntansi yang ada, akuntansi ijarah juga harus selalu memastikan agar selalu sejalan
dengan prinsip-prinsip syariah Islam dengan memperhatikan keakuratan pencatatan dan
transparansi laporan keuangan. Peran transparansi sangatlah penting dalam keuangan syariah,
mengingat informasi berkaitan dengan transaksi ijarah yang disajikan harus dikomunikasikan
secara jelas kepada pemangku kepentingan. Dengan demikian, dunia keuangan Islam yang
semakin berkembang dan melalui pelaporan dalam akuntansi ini yang menjadi jembatan untuk
membangun kepercayaan serta keyakinan pada pemangku kepentingan yang dapat
berkontribusi mengembangkan keuangan syariah agar bisa terus tumbuh dan dapat menjadi
unggul di kancah internasional.

1.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, tetapi


kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai evaluasi penulis untuk
kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. (2009). Akuntansi Manajemen : Dasar-dasar Konsep Biaya


& Pengambilan Keputusan. Jakarta Rajawali Pers.
Falahuddin, A Icut. (2017). Analisis Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah
Berdasarkan PSAK Nomor 107 Pada Pt Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang
Lhokseumawe.
GreatNusa. (2022). Bagaimana Cara Menghitung Biaya Produksi Per Unit.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2022 https://greatnusa.com/artikel/
cara-menghitung-biaya-produksi-per-unit/
Hansen Don R, Mowen Maryanne. (2023). Akuntansi Manajerial. Jakarta.
Salemba empat.
Hansen Dor R, Mowen Marryane. (2009). Management Accounting, Seventh
Edition. Jakarta. Salemba empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (2020). Akuntansi Ijarah. Diakses pada 22 Maret
2024 melalui https://web.iaiglobal.or.id/assets/files/file_sak/exposure-draft/
DE%20PSAK%20107%20AKUNTANSI%20IJARAH%20(Revisi%202020).pdf
Ikatan Akuntan Indonesia. (2020). Akuntansi Keuangan Syariah. Grha Akuntan.
Mukminatun, M. A. (2019). Fatwa MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah.
Mulyadi. (2000). Akuntansi Biaya, Edisi Lima, Cetakan kedelapan, Aditya
Media, Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12 Maret 2022.
https://id.scribd.com/doc/93744765/ Biaya-Per-Unit.
Prabowo, A. E. (2014). Pengantar Akuntansi Syariah: Pendekatan Praktis. CV.
Bina Karya Utama.
Riyasta, N. (2014, Mei). ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA
AKUNTANSI FEKONSOS UIN SUSKA RIAU TERHADAP PSAK 107 TENTANG IJARAH
(Studi Empiris Mahasiswa Konsentrasi Akuntansi Syariah). Ekonomi dan Ilmu sosial, 11.
Universitas Muhammadiyah Malang, (2016). “Analisis Penentuan Tarif Jasa
Rawat Inap Rumah Sakit Dengan Menggunakan Abc Sistem (Studi Kasus Di Rumah
Sakit Haji Darjad (Rshd) Kota Samarinda.”
Yaya, R., Martawireja, A. E., & Abdurahim, A. (2018). Akuntansi Perbankan
Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer (2nd ed.). Salemba Empat.

25
Yusuf, M. (2013). Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Ijarah Bermasalah
pada PT. Bank Syariah “X” di Indonesia. Binus Business Review, 4(1), 249-261.
Diakses pada 21 Maret 2024. Dari
https://journal.binus.ac.id/index.php/BBR/article/view/1051
Zahra, Y. A., & Nurdiansyah, D. H. (2022). Analisis penerapan akuntansi ijarah
berdasarkan PSAK 107 pada bank syariah di Indonesia. AKUNTABEL, 19(3), 580-585.
Diakses dari https://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/AKUNTABEL/article/view/11580

26

Anda mungkin juga menyukai