Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD

“Pendekatan dan Model Pembelajaran Inovatif dalam pembelajaran Pendidikan


Pancasila”

Oleh :

Kelompok 1

22 BB 08
Husnatul Azizah (22129303)

Indah Amalina Husna (22129162)

Masri Yuanda (22129315)

Maulian Fadli (22129053)

Dosen :
Hasmai Bungsu Ladiva, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Swt. Sholawat serta salam kita kirimkan kepada
junjungan kita yakninya Nabi besar Muhammad Saw, karena atas hidayah-Nyalah makalah ini
dapat diselesaikan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah mencurahkan
ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancar dalam menulis
makalah ini.
Selanjutnya kami mohon kepada Ibu dosen khususnya dan pembaca pada umumnya, bila
ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi bahasa maupun materinya,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi
lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.

Kerinci, 16 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................... 3

A. Pendekatan dalam kurikulum merdeka ............................................................................... 3

B. Model pembelajaran Inovatif dalam pembelajaran pendidikan pancasila pada


kurikulum merdeka......................................................................................................................... 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 24

A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 24

B. Saran ....................................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Pancasila telah dianggap sebagai pondasi penting dalam pembentukan
karakter dan identitas bangsa Indonesia. Namun, dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila,
seringkali ditemui tantangan dalam menjaga minat dan keterlibatan siswa, terutama di
tengah dinamika perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat. Oleh karena
itu, penting bagi pendidik untuk mengadopsi pendekatan dan model pembelajaran
inovatif guna memperkaya pengalaman belajar siswa dalam memahami dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu pendekatan inovatif yang dapat diterapkan adalah pembelajaran


berbasis proyek. Dalam pendekatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah sosial atau moral dalam masyarakat yang relevan dengan nilai-nilai
Pancasila, kemudian mereka diminta untuk merancang dan melaksanakan proyek-proyek
nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui proses ini, siswa tidak hanya belajar
tentang nilai-nilai Pancasila secara teoritis, tetapi juga mempraktikkannya dalam tindakan
nyata, memperkuat pemahaman mereka dan meningkatkan rasa tanggung jawab sosial.

Selain itu, pembelajaran berbasis masalah juga menjadi pilihan yang efektif dalam
mengajarkan Pendidikan Pancasila secara inovatif. Dalam pendekatan ini, guru
menantang siswa dengan situasi atau masalah kompleks yang memerlukan pemikiran
kritis, kerja sama, dan pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Siswa
diberi kesempatan untuk menyelidiki masalah tersebut, menganalisis akar penyebabnya,
dan merumuskan solusi yang didasarkan pada nilai-nilai moral dan etika yang terkandung
dalam Pancasila.

Selain itu, pembelajaran berbasis game juga dapat menjadi sarana yang efektif
untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila.
Dengan menghadirkan permainan atau simulasi yang menantang dan interaktif, siswa
dapat belajar tentang nilai-nilai Pancasila secara menyenangkan dan memotivasi. Melalui

1
permainan, mereka dapat mengalami secara langsung konsekuensi dari pilihan-pilihan
moral yang mereka buat, sehingga membantu mereka memahami pentingnya prinsip-
prinsip Pancasila dalam membentuk sikap dan perilaku mereka.

Dengan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran inovatif seperti


pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis
game, diharapkan pembelajaran Pendidikan Pancasila dapat menjadi lebih menarik,
relevan, dan bermakna bagi para siswa. Hal ini tidak hanya akan membantu mereka
memahami nilai-nilai Pancasila secara mendalam, tetapi juga membentuk karakter yang
kuat, bertanggung jawab, dan peduli terhadap masyarakat, sehingga mampu menjadi agen
perubahan positif dalam membangun bangsa yang lebih baik di masa depan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas, yaitu :

1. Bagaimana pendekatan pembelajaran Pancasila dalam kurikulum merdeka?


2. Bagaimana model pembelajaran Inovatif dalam pembelajaran pendidikan pancasila
pada kurikulum merdeka?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas terdapat beberapa tujuan yang akan
dibahas, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pembelajaran Pancasila dalam kurikulum


merdeka.
2. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran Inovatif dalam pembelajaran
pendidikan pancasila pada kurikulum merdeka.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendekatan dalam kurikulum merdeka
Pendekatan pembelajaran merujuk pada cara atau strategi yang digunakan dalam
proses pengajaran dan pembelajaran. Terdapat berbagai macam pendekatan pembelajaran
yang dikembangkan dan digunakan oleh para pendidik untuk memfasilitasi pemahaman
dan pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan), terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan, antara lain:

1. Pendekatan Nilai Moral Pendekatan ini berfokus pada penanaman dan pengembangan
nilai-nilai moral seperti toleransi, kejujuran, tanggung jawab, cinta tanah air, dan lain-
lain kepada peserta didik melalui pembelajaran PPKn. Contohnya melalui cerita,
keteladanan, dan refleksi.
2. Pendekatan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Pendekatan ini
menekankan pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi
warga negara yang baik, seperti keterampilan berpikir kritis, partisipasi,
berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Contohnya simulasi, debat, proyek
kewarganegaraan.
3. Pendekatan Kontekstual Pendekatan ini mengaitkan materi pembelajaran PPKn
dengan konteks kehidupan nyata peserta didik, sehingga materi menjadi lebih relevan
dan bermakna. Contohnya studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, dan
pembelajaran berbasis proyek.
4. Pendekatan Pembelajaran Aktif (Active Learning) Pendekatan ini mendorong peserta
didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran PPKn melalui diskusi,
simulasi, bermain peran, dan kegiatan lainnya.
5. Pendekatan Multikultural Pendekatan ini mengakui dan menghargai keragaman
budaya, etnis, dan latar belakang peserta didik, serta mengintegrasikannya dalam
pembelajaran PPKn untuk memupuk toleransi dan pemahaman lintas budaya.
6. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Pendekatan ini menggunakan masalah-
masalah nyata yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

3
bernegara sebagai konteks untuk peserta didik belajar keterampilan pemecahan
masalah dan memperoleh pengetahuan.
7. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan ini menggunakan kelompok-
kelompok kecil peserta didik yang bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam PPKn.

Pemilihan pendekatan pembelajaran PPKn yang tepat bergantung pada tujuan


pembelajaran, karakteristik peserta didik, serta konteks dan sumber daya yang tersedia.
Kombinasi dari beberapa pendekatan juga dapat dilakukan untuk mencapai hasil belajar
yang optimal dalam mata pelajaran ini

B. Model pembelajaran Inovatif dalam pembelajaran pendidikan pancasila pada


kurikulum merdeka
Model pembelajaran adalah kerangka atau struktur yang menggambarkan cara di
mana pembelajaran direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi. Model-model ini
memberikan pedoman bagi pendidik tentang bagaimana mereka dapat merancang
pengalaman pembelajaran yang efektif dan efisien. Sedangkan model pembelajaran
inovatif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan ide-ide baru, teknologi,
atau metode yang tidak konvensional untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang
lebih menarik, bermakna, dan efektif bagi siswa.
1. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inovatif

a. Berorientasi pada Siswa: Model-model ini menempatkan siswa sebagai subjek


utama dari proses pembelajaran. Mereka dirancang untuk memenuhi kebutuhan,
minat, dan gaya belajar individu siswa, serta memberikan mereka otonomi dan
tanggung jawab dalam pembelajaran mereka.
b. Keterlibatan Aktif : Model-model ini mendorong keterlibatan aktif siswa dalam
pembelajaran. Mereka sering mengintegrasikan kegiatan yang memerlukan
partisipasi siswa secara langsung, seperti eksplorasi, percobaan, diskusi, dan
presentasi.
c. Penerapan Konteks Nyata : Pembelajaran inovatif cenderung menempatkan
pembelajaran dalam konteks nyata atau relevan bagi siswa. Mereka mengaitkan

4
materi pelajaran dengan situasi atau masalah dunia nyata, yang membantu siswa
melihat relevansi dan aplikasi praktis dari apa yang mereka pelajari.
d. Kolaborasi : Kolaborasi antara siswa, serta dengan guru dan sumber daya
eksternal lainnya, sering menjadi bagian integral dari model-model pembelajaran
inovatif. Kolaborasi memungkinkan siswa untuk saling belajar, memecahkan
masalah bersama, dan mengembangkan keterampilan sosial dan kerja sama.
e. Penggunaan Teknologi : Teknologi seringkali digunakan dalam model-model
pembelajaran inovatif untuk meningkatkan interaktivitas, aksesibilitas, dan
efektivitas pembelajaran. Ini bisa termasuk penggunaan perangkat lunak
pembelajaran, simulasi, platform daring, atau alat-alat realitas virtual/augmented.
f. Pembelajaran Berbasis Keterampilan : Model-model inovatif cenderung
menekankan pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti keterampilan
berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Mereka merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks yang
bermakna.
g. Pengembangan Kemampuan Metakognitif : inovatif mendorong pengembangan
kemampuan metakognitif siswa, yaitu kemampuan untuk memahami dan
mengendalikan proses berpikir mereka sendiri. Ini termasuk kesadaran akan
strategi pembelajaran yang efektif, pemantauan terhadap pemahaman mereka
sendiri, dan refleksi terhadap proses pembelajaran.

2. Fungsi model Pembelajaran inovatif

a. Meningkatkan Keterlibatan Siswa: Model-model pembelajaran inovatif dirancang


untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan
menggunakan pendekatan yang lebih dinamis dan interaktif, model-model ini
dapat membuat pembelajaran lebih menarik bagi siswa, sehingga mereka lebih
termotivasi untuk belajar.
b. Memfasilitasi Pembelajaran Aktif: Model-model pembelajaran inovatif
mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Melalui
kegiatan-kegiatan seperti diskusi, eksplorasi, dan proyek kolaboratif, siswa

5
memiliki kesempatan untuk membangun pemahaman mereka sendiri dan
menerapkan pengetahuan dalam konteks yang bermakna.
c. Mengembangkan Keterampilan Abad ke-21: Fungsi penting dari model
pembelajaran inovatif adalah pengembangan keterampilan abad ke-21 yang
diperlukan untuk berhasil di era modern. Ini termasuk keterampilan berpikir kritis,
kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Dengan merancang
pengalaman pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan ini, model-model inovatif membantu siswa untuk
bersiap menghadapi tuntutan dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
d. Meningkatkan Pemahaman Konsep: Model pembelajaran inovatif sering
menekankan pemahaman konsep yang mendalam dan berkelanjutan daripada
sekadar menghafal fakta-fakta. Dengan menempatkan pembelajaran dalam
konteks nyata, mendorong refleksi, dan menyediakan kesempatan untuk
penerapan konsep dalam situasi yang berbeda, model-model ini membantu siswa
memahami konsep secara lebih dalam.
e. Mempromosikan Kemandirian Belajar: Model-model pembelajaran inovatif
sering memberikan siswa lebih banyak kendali atas proses pembelajaran mereka
sendiri. Dengan mendorong pengaturan tujuan belajar sendiri, pengambilan
keputusan, dan evaluasi diri, model-model ini membantu mengembangkan
kemandirian belajar siswa.
f. Meningkatkan Keterampilan Teknologi: Dengan memanfaatkan teknologi dalam
proses pembelajaran, model-model inovatif membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan teknologi yang penting di era digital. Ini
mencakup keterampilan seperti penggunaan perangkat lunak pembelajaran,
navigasi internet, evaluasi informasi daring, dan kolaborasi daring.

Dengan memperhatikan fungsi-fungsi ini, model-model pembelajaran inovatif


memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas dan relevansi pembelajaran di
masa depan, serta membantu siswa untuk menjadi pembelajar yang lebih aktif,
terampil, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

3. Tips memilih Model pembelajaran inovatif

6
Memilih model pembelajaran yang tepat adalah langkah penting dalam
merancang pengalaman pembelajaran yang efektif.

a. Kenali Tujuan Pembelajaran: Pertama-tama, identifikasi tujuan pembelajaran


Anda dengan jelas. Apakah Anda ingin siswa mengembangkan pemahaman
konsep yang mendalam, menguasai keterampilan tertentu, atau mengaplikasikan
pengetahuan dalam konteks nyata? Mengetahui tujuan ini akan membantu Anda
memilih model yang paling sesuai.
b. Kenali Kebutuhan Siswa: Pertimbangkan kebutuhan, minat, dan gaya belajar
siswa Anda. Apakah mereka membutuhkan lebih banyak interaksi langsung
dengan materi, kolaborasi dengan rekan-rekan mereka, atau otonomi dalam
pembelajaran? Memahami siswa Anda akan membantu Anda memilih model
yang dapat mendukung kebutuhan mereka secara efektif.
c. Pertimbangkan Konteks Pembelajaran: Pikirkan tentang konteks pembelajaran
Anda, termasuk waktu, sumber daya, dan lingkungan fisik. Apakah Anda
memiliki akses terhadap teknologi yang diperlukan untuk model-model
pembelajaran tertentu? Apakah Anda memiliki waktu yang cukup untuk
menerapkan model yang lebih intensif seperti pembelajaran berbasis proyek?
d. Eksplorasi Berbagai Model: Kenali berbagai model pembelajaran yang tersedia
dan pelajari karakteristik serta kelebihan dan kelemahan masing-masing. Model-
model pembelajaran inovatif seperti flipped classroom, pembelajaran berbasis
masalah, dan pembelajaran kooperatif memiliki pendekatan yang berbeda dan
dapat cocok untuk situasi pembelajaran yang berbeda.
e. Konsultasikan dengan Rekan Kerja: Diskusikan pilihan Anda dengan rekan kerja
atau profesional pendidikan lainnya. Mereka mungkin memiliki pengalaman atau
saran yang berharga dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
situasi Anda.
f. Lakukan Uji Coba dan Evaluasi: Sebelum menerapkan model pembelajaran
secara penuh, lakukan uji coba kecil terlebih dahulu. Lakukan evaluasi terhadap
keefektifan model tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran Anda.

7
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Anda dapat membuat penyesuaian atau
memilih model lain yang lebih sesuai.
g. Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Pilih model pembelajaran yang fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan perubahan kebutuhan atau kondisi pembelajaran. Kemampuan
untuk menyesuaikan model pembelajaran dengan dinamika kelas dan perubahan
dalam tujuan pembelajaran akan membantu Anda mencapai hasil yang lebih baik.

4. Macam-macam model pembelajaran inovatif


a. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model ini menempatkan siswa dalam situasi di mana mereka harus


memecahkan masalah yang nyata atau simulasi masalah. Siswa belajar melalui
identifikasi masalah, analisis situasi, dan merancang solusi yang tepat.

Berikut Implementasinya :

Tahap Persiapan Tahap Penyajian Masalah


• Tentukan tujuan pembelajaran dan • Sampaikan masalah kepada siswa
kompetensi yang ingin dicapai. melalui teks naratif, gambar, video,
• Pilih masalah nyata/kontekstual yang atau studi kasus.
sesuai dengan materi pembelajaran • Masalah harus cukup kompleks
dan tingkat kemampuan siswa. sehingga mendorong siswa untuk
• Rancang skenario pembelajaran melakukan penyelidikan.
PBL, termasuk langkah-langkah dan • Berikan penjelasan singkat tentang
pembagian waktu. konteks masalah dan tujuan
• Siapkan sumber belajar seperti buku pembelajaran.
teks, artikel, video, atau sumber
online lainnya.
• Buat lembar kerja siswa atau
panduan investigasi untuk membantu
proses penyelidikan.

8
Tahap Pengorganisasian siswa Tahap Penyelidikan mandiri / kelompok
• Bagi siswa ke dalam kelompok- Siswa melakukan penyelidikan mandiri
kelompok kecil (4-6 orang) secara dengan mencari informasi dari berbagai
heterogen. sumber.
• Setiap kelompok menganalisis dan Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk
memahami masalah yang diberikan. mengintegrasikan informasi dan
• Kelompok mengidentifikasi aspek- mengembangkan solusi.
aspek penting dari masalah dan
Guru berperan sebagai fasilitator,
merencanakan strategi penyelidikan.
membimbing dan memantau proses
penyelidikan.
Tahap Presentasi dan diskusi Tahap Evaluasi
• Masing-masing kelompok • Lakukan evaluasi terhadap
mempresentasikan hasil penyelidikan pemahaman konsep, keterampilan
dan solusi terhadap masalah. proses, dan kinerja siswa.
• Kelompok lain memberikan • Evaluasi dapat dilakukan melalui tes
tanggapan, pertanyaan, atau tertulis, proyek, portofolio, atau
sanggahan. rubrik penilaian.
• Guru memfasilitasi diskusi kelas dan • Minta siswa untuk melakukan
memberikan klarifikasi jika refleksi diri dan evaluasi teman
diperlukan sejawat.

b. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)

Model pembelajaran ini menekankan pembelajaran melalui proyek atau


tugas yang autentik dan menantang. Siswa bekerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan proyek-proyek yang memerlukan penyelidikan, pemecahan
masalah, dan penerapan konsep dalam konteks nyata.

Implementasi model pembelajaran Project Based Learning (PBL) dalam


pembelajaran pendidikan Pancasila di SD sesuai dengan Kurikulum Merdeka

9
dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Berikut
adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menerapkan model ini:

1) Identifikasi Tujuan Pembelajaran: Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin


dicapai dalam pembelajaran pendidikan Pancasila di SD. Misalnya,
memahami nilai-nilai Pancasila, mempraktikkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila, atau mengaplikasikan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pilih Proyek yang Relevan: Pilih proyek atau tugas yang relevan dengan
pembelajaran pendidikan Pancasila dan sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa. Misalnya, proyek bisa berfokus pada pembuatan poster atau video yang
mengilustrasikan salah satu nilai Pancasila, seperti gotong royong atau
keadilan sosial.
3) Rencanakan Proyek: Rencanakan proyek secara terperinci, termasuk tahapan-
tahapan yang harus dilalui oleh siswa, sumber daya yang dibutuhkan, dan
kriteria sukses proyek. Pastikan proyek memungkinkan siswa untuk
berkolaborasi, berpikir kritis, dan menggunakan nilai-nilai Pancasila dalam
konteks nyata.
4) Pembelajaran Berbasis Penemuan: Fasilitasi proses pembelajaran siswa
melalui penemuan. Berikan kesempatan kepada mereka untuk menyelidiki
nilai-nilai Pancasila melalui bahan bacaan, diskusi kelompok, wawancara
dengan tokoh masyarakat, atau kunjungan lapangan.
5) Kolaborasi dan Pemecahan Masalah: Dukung siswa dalam bekerja sama
dalam kelompok untuk merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan proyek
mereka. Berikan panduan dan bimbingan yang dibutuhkan, tetapi juga beri
mereka otonomi untuk menemukan solusi atas masalah yang mereka temui.
6) Refleksi dan Evaluasi: Ajak siswa untuk merenungkan pengalaman mereka
dalam proyek dan bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
proses tersebut. Lakukan evaluasi formatif selama proses pembelajaran dan
evaluasi sumatif pada akhir proyek untuk menilai pencapaian tujuan
pembelajaran.

10
7) Pamerkan Hasil Proyek: Berikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasil proyek mereka kepada kelas atau masyarakat. Ini
tidak hanya meningkatkan kepercayaan diri siswa, tetapi juga memperkuat
pemahaman mereka tentang nilai-nilai Pancasila.
8) Kontinuitas dan Perbaikan: Gunakan pengalaman dari implementasi proyek
PBL untuk terus meningkatkan dan menyempurnakan pembelajaran di masa
depan. Pelajari dari keberhasilan dan tantangan yang dihadapi selama proses
tersebut.

c. Pembelajaran Berabasis Kompetensi (Competency based Learning)

Competency Based Learning (CBL) atau Pembelajaran Berbasis


Kompetensi adalah model pembelajaran yang berfokus pada pengembangan
kompetensi tertentu yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah
menyelesaikan proses pembelajaran. Model ini menekankan pada pencapaian
kompetensi spesifik yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dibutuhkan untuk menguasai suatu bidang tertentu. Berikut adalah karakteristik
utama dari model pembelajaran Competency Based Learning:

1) Fokus pada Kompetensi: Pembelajaran dirancang untuk membantu peserta


didik mencapai kompetensi spesifik yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dibutuhkan untuk menguasai suatu bidang tertentu.
2) Pembelajaran Fleksibel: CBL memungkinkan peserta didik untuk belajar
sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar mereka masing-masing. Mereka
dapat belajar secara mandiri atau dengan bantuan fasilitator, dan menguasai
setiap kompetensi sebelum melanjutkan ke kompetensi berikutnya.
3) Penilaian Berbasis Kinerja: Penilaian dalam CBL dilakukan dengan mengukur
kinerja peserta didik dalam mendemonstrasikan kompetensi yang telah
ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan melalui proyek, tugas autentik, atau
simulasi yang mencerminkan situasi dunia nyata.

11
4) Umpan Balik dan Remediasi: Dalam CBL, peserta didik mendapatkan umpan
balik yang jelas dan terstruktur tentang pencapaian kompetensi mereka.
Apabila mereka belum mencapai kompetensi yang diharapkan, mereka akan
mendapatkan remediasi atau pembelajaran tambahan untuk membantu mereka
mencapai kompetensi tersebut.
5) Pembelajaran Kontekstual : CBL menggunakan pendekatan pembelajaran
yang kontekstual, di mana materi dan aktivitas pembelajaran dikaitkan dengan
situasi dan masalah dunia nyata yang relevan dengan bidang yang dipelajari.
6) Kolaborasi dan Kemitraan: Model ini sering melibatkan kolaborasi antara
institusi pendidikan, industri, atau organisasi terkait untuk memastikan bahwa
kompetensi yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau
masyarakat.

Dengan menerapkan model Competency Based Learning, peserta didik


diharapkan dapat mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk sukses
dalam bidang tertentu, baik dalam dunia pendidikan maupun karir di masa depan.

d. Pembelajaran Berbasis Desain (Design-Based Learning)


Model pembelajaran Berbasis Desain (Design-Based Learning)
menekankan pada penggunaan desain sebagai kerangka kerja untuk pembelajaran.
Dalam konteks pelajaran pendidikan Pancasila di Kurikulum Merdeka,
implementasi model ini dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang
bermakna bagi siswa dengan mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan situasi atau
masalah nyata yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah langkah-langkah untuk mengimplementasikan model
pembelajaran Berbasis Desain dalam pelajaran pendidikan Pancasila:

1) Identifikasi Tujuan Pembelajaran: Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin


dicapai dalam pelajaran pendidikan Pancasila. Tujuan ini dapat meliputi
pemahaman nilai-nilai Pancasila, penerapan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, dan pengembangan sikap dan perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

12
2) Pilih Konteks atau Masalah: Identifikasi konteks atau masalah nyata yang
relevan dengan nilai-nilai Pancasila yang ingin dipelajari. Misalnya, masalah-
masalah seperti ketidakadilan sosial, ketidakseimbangan lingkungan, atau
konflik antarindividu bisa menjadi sumber inspirasi untuk pembelajaran.
3) Rencanakan Desain Pembelajaran: Rencanakan desain pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk merancang solusi untuk masalah yang dipilih.
Pastikan desain pembelajaran tersebut mencakup langkah-langkah konkret,
sumber daya yang dibutuhkan, dan kriteria sukses yang jelas.
4) Penyelidikan Nilai-nilai Pancasila: Fasilitasi proses penyelidikan oleh siswa
tentang nilai-nilai Pancasila yang relevan dengan masalah yang dipilih.
Dorong mereka untuk memahami nilai-nilai tersebut melalui bahan bacaan,
diskusi, wawancara, atau observasi dalam konteks masalah yang ada.
5) Perancangan Solusi: Dukung siswa dalam merancang solusi untuk masalah
yang dipilih dengan mempertimbangkan nilai-nilai Pancasila. Ajak mereka
untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam merancang solusi yang sesuai
dengan nilai-nilai tersebut.
6) Implementasi Solusi: Berikan kesempatan kepada siswa untuk
mengimplementasikan solusi yang mereka rancang dalam konteks nyata.
Dukung mereka dalam melaksanakan aksi nyata yang mencerminkan nilai-
nilai Pancasila dan mengatasi masalah yang ada.
7) Evaluasi dan Refleksi: Evaluasi hasil dari implementasi solusi yang dilakukan
oleh siswa. Selanjutnya, ajak siswa untuk merenungkan pengalaman mereka,
proses pembelajaran yang mereka alami, dan bagaimana nilai-nilai Pancasila
tercermin dalam solusi yang mereka rancang dan implementasikan.
8) Pamerkan dan Bagikan Hasil: Berikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasil solusi mereka kepada kelas atau masyarakat. Ini tidak
hanya memperkuat pemahaman mereka tentang nilai-nilai Pancasila, tetapi
juga memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitar.

Dengan mengimplementasikan model pembelajaran Berbasis Desain


dalam pelajaran pendidikan Pancasila di Kurikulum Merdeka, siswa dapat

13
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Pancasila dan
menerapkannya dalam konteks nyata, sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diinginkan.

e. Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning

Model pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning)


menekankan pada penemuan pengetahuan melalui penyelidikan dan eksplorasi
siswa. Dalam konteks pelajaran pendidikan Pancasila di Kurikulum Merdeka,
implementasi model ini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menggali dan memahami nilai-nilai Pancasila secara aktif melalui proses inkuiri.
Berikut adalah langkah-langkah implementasi model pembelajaran Berbasis
Inkuiri dalam pelajaran pendidikan Pancasila:

1) Identifikasi Tujuan Pembelajaran: Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin


dicapai dalam pelajaran pendidikan Pancasila. Misalnya, tujuan tersebut
mungkin termasuk pemahaman nilai-nilai Pancasila, penerapan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dan pengembangan sikap yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
2) Pilih Topik atau Masalah: Pilih topik atau masalah yang relevan dengan nilai-
nilai Pancasila yang ingin dipelajari. Misalnya, masalah-masalah seperti
keadilan sosial, persatuan, atau gotong royong dapat menjadi fokus
penyelidikan siswa.
3) Rancang Pertanyaan Inkuiri: Bantu siswa merancang pertanyaan-pertanyaan
inkuiri yang mendorong mereka untuk menyelidiki dan memahami nilai-nilai
Pancasila. Dorong mereka untuk bertanya tentang signifikansi, aplikasi, dan
relevansi nilai-nilai tersebut dalam konteks kehidupan mereka.
4) Fasilitasi Penyelidikan Siswa: Berikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan penyelidikan tentang nilai-nilai Pancasila melalui berbagai sumber
informasi, seperti bahan bacaan, wawancara dengan tokoh masyarakat,
observasi, atau pengalaman pribadi.

14
5) Diskusi dan Kolaborasi: Fasilitasi diskusi dan kolaborasi antara siswa untuk
berbagi temuan mereka dan berpikir bersama tentang implikasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dorong mereka untuk saling
mendukung dan memberikan umpan balik konstruktif.
6) Analisis dan Refleksi: Ajak siswa untuk menganalisis temuan mereka dan
merenungkan pengalaman mereka melalui proses penyelidikan. Bantu mereka
mengidentifikasi bagaimana nilai-nilai Pancasila tercermin dalam temuan
mereka dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam praktik
kehidupan mereka.
7) Penerapan dalam Konteks Nyata: Dorong siswa untuk mengaplikasikan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berikan kesempatan bagi
mereka untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan yang mencerminkan
nilai-nilai tersebut, baik di sekolah, di rumah, atau dalam komunitas.
8) Evaluasi dan Umpan Balik: Evaluasi hasil penyelidikan dan penerapan nilai-
nilai Pancasila oleh siswa. Berikan umpan balik yang konstruktif untuk
membantu mereka memperbaiki pemahaman dan penerapan nilai-nilai
Pancasila di masa depan.

Dengan mengimplementasikan model pembelajaran Berbasis Inkuiri


dalam pelajaran pendidikan Pancasila di Kurikulum Merdeka, siswa dapat
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan relevan tentang nilai-nilai
Pancasila serta meningkatkan kemampuan mereka untuk menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

f. Pembelajaran Berbasis Teknologi (Technology-Enhanced Learning)


Model ini memanfaatkan teknologi, seperti perangkat lunak pembelajaran,
simulasi, atau platform daring, untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran.
Hal ini dapat mencakup penggunaan e-learning, aplikasi mobile, atau platform
pembelajaran berbasis game. Model pembelajaran berbasis teknologi dapat
diimplementasikan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila di kurikulum
merdeka dengan beberapa cara sebagai berikut:

15
1) Pembelajaran Daring (Online Learning): Memanfaatkan platform
pembelajaran daring seperti Google Classroom, Moodle, atau LMS (Learning
Management System) lainnya. Guru dapat membagikan materi, tugas, kuis,
dan sumber belajar digital terkait Pendidikan Pancasila. Siswa dapat
mengakses materi dan berinteraksi dengan guru serta siswa lain secara daring.
2) Video Pembelajaran: Guru dapat membuat video pembelajaran atau
memanfaatkan video yang sudah tersedia di platform seperti YouTube untuk
menjelaskan konsep-konsep Pendidikan Pancasila. Video dapat diakses oleh
siswa secara mandiri atau dijadikan bahan diskusi dalam kelas.
3) Multimedia Interaktif: Menggunakan multimedia interaktif seperti presentasi
interaktif, gambar bergerak (animasi), atau aplikasi interaktif untuk
menyampaikan materi Pendidikan Pancasila secara menarik dan interaktif.
Siswa dapat terlibat aktif dalam mempelajari materi dengan cara yang lebih
visual dan kontekstual.
4) Kelas Maya (Virtual Classroom): Memanfaatkan aplikasi konferensi video
seperti Zoom, Google Meet, atau Microsoft Teams untuk melakukan
pembelajaran secara virtual. Guru dapat memberikan penjelasan, diskusi, dan
interaksi langsung dengan siswa meskipun berada di lokasi yang berbeda
5) Media Sosial dan Forum Diskusi: Membuat grup atau forum diskusi di media
sosial atau platform khusus untuk mendiskusikan topik-topik terkait
Pendidikan Pancasila. Siswa dapat berbagi pemikiran, mengajukan
pertanyaan, dan memberikan tanggapan secara online.
6) Kuis dan Permainan Edukatif : Memanfaatkan aplikasi atau situs web untuk
membuat kuis, permainan, atau simulasi yang berkaitan dengan Pendidikan
Pancasila. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa dalam
belajar
7) Proyek Berbasis Teknologi: Memberikan tugas proyek kepada siswa untuk
membuat produk digital seperti video, poster digital, atau website yang
berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila atau isu-isu terkait dalam kehidupan
bermasyarakat.

16
Dalam implementasinya, model pembelajaran berbasis teknologi ini dapat
digunakan secara kombinasi dengan metode pembelajaran lain seperti diskusi
kelas, presentasi, atau kegiatan praktik lapangan. Guru juga perlu memastikan
bahwa siswa memiliki akses yang memadai terhadap teknologi yang digunakan
dan memberikan panduan serta dukungan yang diperlukan.

g. Pembelajaran Fleksibel dan deferiensiasi


Model ini memungkinkan penyesuaian pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan individu siswa. Guru dapat merancang pengalaman pembelajaran yang
berbeda-beda untuk memenuhi gaya belajar, tingkat pemahaman, dan minat siswa
yang beragam. Model pembelajaran diferensiasi dan fleksibel dapat
diimplementasikan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila pada kurikulum
merdeka dengan cara sebagai berikut:
1) Penilaian Awal Lakukan penilaian awal untuk mengidentifikasi tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan minat siswa dalam mempelajari Pendidikan
Pancasila. Penilaian ini dapat dilakukan melalui kuis, observasi, atau tugas-
tugas awal.
2) Pengelompokan Fleksibel Kelompokkan siswa secara fleksibel berdasarkan
hasil penilaian awal, minat, atau gaya belajar mereka. Pembagian kelompok
dapat dilakukan secara heterogen atau homogen, tergantung pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Diferensiasi Konten Sediakan materi pembelajaran Pendidikan Pancasila
dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan siswa.
Misalnya, untuk siswa dengan kemampuan lebih, Anda dapat memberikan
materi yang lebih mendalam atau proyek yang lebih menantang.
4) Diferensiasi Proses Gunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan masing-masing siswa. Misalnya,
untuk siswa visual, Anda dapat menggunakan media visual atau video. Untuk
siswa auditori, Anda dapat menggunakan diskusi atau ceramah.

17
5) Diferensiasi Produk Berikan pilihan kepada siswa untuk menunjukkan
pemahaman mereka tentang Pendidikan Pancasila melalui berbagai jenis
produk, seperti presentasi, laporan tertulis, video, atau proyek kreatif lainnya.
6) Pembelajaran Mandiri Sediakan sumber belajar dan aktivitas pembelajaran
mandiri yang memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan
dan minat mereka sendiri. Ini dapat dilakukan melalui bahan bacaan, video
pembelajaran, atau tugas-tugas yang dapat diselesaikan secara mandiri.
7) Umpan Balik dan Penilaian Berkelanjutan Berikan umpan balik yang spesifik
dan konstruktif kepada setiap siswa berdasarkan kemajuan dan pencapaian
mereka dalam mempelajari Pendidikan Pancasila. Lakukan penilaian secara
berkelanjutan untuk memantau perkembangan siswa dan menyesuaikan
strategi pembelajaran jika diperlukan.

Dengan menerapkan model pembelajaran diferensiasi dan fleksibel, guru


dapat mengakomodasi keberagaman siswa dalam kelas dan membantu setiap
siswa mencapai potensi maksimal mereka dalam mempelajari Pendidikan
Pancasila. Pembelajaran menjadi lebih bermakna, relevan, dan sesuai dengan
kebutuhan individu siswa.

h. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


Model pembelajaran kontekstual menekankan pentingnya mengaitkan
pembelajaran dengan konteks nyata atau pengalaman siswa. Dalam pelajaran
pendidikan Pancasila di SD, implementasi model pembelajaran kontekstual dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami nilai-nilai Pancasila dalam
konteks kehidupan sehari-hari mereka. Berikut adalah langkah-langkah untuk
mengimplementasikan model pembelajaran kontekstual dalam pelajaran
pendidikan Pancasila di SD:

1) Identifikasi Nilai-nilai Pancasila Utama: Tentukan nilai-nilai Pancasila utama


yang ingin dipelajari oleh siswa. Nilai-nilai ini dapat mencakup ketuhanan
yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

18
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2) Identifikasi Konteks atau Situasi yang Relevan: Identifikasi konteks atau
situasi di dalam atau di sekitar sekolah yang dapat dihubungkan dengan nilai-
nilai Pancasila yang dipilih. Misalnya, situasi konflik di antara siswa, kegiatan
gotong royong di sekolah, atau kegiatan keagamaan di masyarakat sekitar.
3) Rencanakan Kegiatan Pembelajaran: Rencanakan kegiatan pembelajaran yang
mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan konteks atau situasi yang telah
diidentifikasi. Pastikan kegiatan tersebut sesuai dengan tingkat pemahaman
dan kebutuhan siswa di tingkat SD.
4) Fasilitasi Diskusi dan Refleksi: Fasilitasi diskusi di kelas tentang nilai-nilai
Pancasila dan hubungannya dengan konteks atau situasi yang dipilih. Berikan
kesempatan kepada siswa untuk membagikan pengalaman mereka dan
merenungkan bagaimana nilai-nilai tersebut tercermin dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
5) Kegiatan Kolaboratif: Dorong siswa untuk bekerja sama dalam kegiatan yang
mendorong penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks yang nyata.
Misalnya, mereka dapat melakukan kegiatan gotong royong di lingkungan
sekolah atau mempersembahkan kegiatan keagamaan di depan kelas.
6) Simulasi atau Permainan Peran: Gunakan simulasi atau permainan peran
untuk membantu siswa memahami konsep dan penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam situasi tertentu. Misalnya, mereka dapat berperan sebagai pemimpin
masyarakat yang harus membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
7) Penerapan dalam Kehidupan Nyata: Berikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata mereka di luar
lingkungan sekolah. Misalnya, mereka dapat melakukan tindakan yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila di rumah, di komunitas, atau dalam
kegiatan sosial mereka.
8) Evaluasi dan Umpan Balik: Evaluasi pemahaman dan penerapan siswa
terhadap nilai-nilai Pancasila dalam konteks yang nyata. Berikan umpan balik

19
yang konstruktif untuk membantu mereka memperbaiki pemahaman dan
praktek mereka di masa depan.

Dengan mengimplementasikan model pembelajaran kontekstual dalam


pelajaran pendidikan Pancasila di SD, siswa dapat mengembangkan pemahaman
yang lebih dalam dan relevan tentang nilai-nilai Pancasila serta meningkatkan
kemampuan mereka untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

i. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Model Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) merupakan
pendekatan di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Dalam konteks pelajaran pendidikan Pancasila di
SD dalam Kurikulum Merdeka, implementasi model ini dapat memungkinkan
siswa untuk saling berkolaborasi dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berikut adalah langkah-langkah
untuk mengimplementasikan model Cooperative Learning dalam pelajaran
pendidikan Pancasila di SD:

1) Pembentukan Kelompok: Bagi siswa ke dalam kelompok kecil yang


beranggotakan sekitar 3-5 orang. Pastikan setiap kelompok memiliki
campuran kemampuan dan karakteristik siswa untuk mempromosikan saling
membantu dan kolaborasi.
2) Tentukan Peran dalam Kelompok: Tentukan peran-peran yang berbeda dalam
setiap kelompok, seperti pemimpin kelompok, pencatat, peneliti, dan
pembawa acara. Peran ini dapat diputar secara berkala agar semua siswa
memiliki kesempatan untuk mengambil peran yang berbeda.
3) Tentukan Tugas Kooperatif: Berikan tugas-tugas atau proyek-proyek
kolaboratif kepada setiap kelompok yang memungkinkan siswa untuk
menjelajahi nilai-nilai Pancasila dalam konteks nyata. Misalnya, mereka dapat
merancang skenario drama yang mengilustrasikan salah satu nilai Pancasila.

20
4) Fasilitasi Diskusi dan Kolaborasi: Fasilitasi diskusi di antara anggota
kelompok untuk membahas dan merencanakan cara untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan. Dorong mereka untuk berbagi ide, pandangan,
dan pengalaman mereka dalam memahami nilai-nilai Pancasila.
5) Bimbing dan Beri Dukungan: Berikan bimbingan dan dukungan kepada siswa
saat mereka bekerja dalam kelompok. Pastikan setiap siswa memahami peran
mereka dan aktif berpartisipasi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
6) Evaluasi Bersama: Ajak setiap kelompok untuk mengevaluasi proyek atau
tugas mereka bersama-sama. Dorong mereka untuk merenungkan apa yang
telah dipelajari selama proses pembelajaran dan bagaimana nilai-nilai
Pancasila tercermin dalam hasil kerja mereka.
7) Presentasi dan Umpan Balik: Berikan kesempatan kepada setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja mereka kepada kelas. Setelah presentasi,
berikan umpan balik yang konstruktif dari guru dan teman-teman sekelas
tentang kualitas proyek dan penerapan nilai-nilai Pancasila.
8) Promosikan Tanggung Jawab Bersama: Dorong siswa untuk merasa
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompok mereka secara kolektif.
Ajarkan mereka pentingnya bekerja sama dan saling mendukung dalam
mencapai tujuan bersama.

Dengan mengimplementasikan model Cooperative Learning dalam


pelajaran pendidikan Pancasila di SD, siswa dapat mengembangkan keterampilan
sosial, kolaboratif, dan pemecahan masalah, sambil memperdalam pemahaman
mereka tentang nilai-nilai Pancasila dan bagaimana menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari mereka.

j. Pembelajaran Berbasis Multimedia


Model pembelajaran berbasis media menekankan penggunaan berbagai
jenis media, seperti gambar, audio, video, dan teknologi digital, untuk
meningkatkan pengalaman pembelajaran siswa. Dalam konteks pelajaran
pendidikan Pancasila di SD dalam Kurikulum Merdeka, implementasi model ini
dapat memanfaatkan media untuk membantu siswa memahami nilai-nilai

21
Pancasila dengan cara yang menarik dan bermakna. Berikut adalah langkah-
langkah untuk mengimplementasikan model pembelajaran berbasis media dalam
pelajaran pendidikan Pancasila di SD:

1) Identifikasi Konsep dan Nilai-nilai: Tentukan konsep dan nilai-nilai Pancasila


yang ingin diajarkan kepada siswa. Misalnya, nilai-nilai seperti persatuan,
keadilan sosial, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
2) Pilih Media yang Tepat: Pilih media yang sesuai dengan konsep dan nilai-nilai
Pancasila yang akan diajarkan. Misalnya, gambar dapat digunakan untuk
mengilustrasikan konsep-konsep abstrak, audio dapat digunakan untuk
mendengarkan lagu-lagu patriotik, dan video dapat digunakan untuk
menampilkan situasi-situasi kehidupan nyata yang memperlihatkan penerapan
nilai-nilai Pancasila.
3) Rancang Materi Pembelajaran: Rancang materi pembelajaran yang
menggunakan media-media yang telah dipilih untuk menyampaikan konsep
dan nilai-nilai Pancasila kepada siswa. Pastikan materi tersebut menarik,
relevan, dan mudah dipahami oleh siswa di tingkat SD.
4) Sesuaikan dengan Gaya Pembelajaran: Pertimbangkan gaya pembelajaran
siswa dan pilih media yang sesuai dengan preferensi mereka. Misalnya,
beberapa siswa mungkin lebih responsif terhadap gambar, sementara yang lain
mungkin lebih suka belajar melalui audio atau video.
5) Integrasikan dengan Kegiatan Pembelajaran: Integrasikan media-media yang
dipilih ke dalam kegiatan pembelajaran yang sudah ada, seperti ceramah,
diskusi, atau kegiatan kelompok. Gunakan media sebagai alat bantu untuk
memperkuat pemahaman siswa tentang nilai-nilai Pancasila.
6) Aktivitas Interaktif: Rancang aktivitas interaktif yang melibatkan penggunaan
media-media tersebut oleh siswa. Misalnya, siswa dapat diminta untuk
menganalisis gambar atau video yang menampilkan penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam situasi tertentu.

22
7) Diskusi dan Refleksi: Fasilitasi diskusi dan refleksi tentang materi yang
disampaikan melalui media-media tersebut. Dorong siswa untuk berbagi
pandangan mereka dan merenungkan bagaimana nilai-nilai Pancasila
tercermin dalam pengalaman mereka sendiri.
8) Evaluasi dan Umpan Balik: Evaluasi pemahaman siswa tentang nilai-nilai
Pancasila melalui penggunaan media-media tersebut. Berikan umpan balik
yang konstruktif dan dorong mereka untuk terus mempertajam pemahaman
dan penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis media dalam


pelajaran pendidikan Pancasila di SD, siswa dapat memperoleh pemahaman yang
lebih dalam dan bermakna tentang nilai-nilai Pancasila serta meningkatkan
keterlibatan dan minat mereka dalam pembelajaran.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan pendekatan dan model pembelajaran inovatif dalam konteks
pembelajaran Pendidikan Pancasila menawarkan pendekatan yang menarik dan efektif
untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Dalam lingkungan
pendidikan yang terus berkembang, di mana teknologi dan dinamika sosial memainkan
peran penting dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan pendekatan yang sesuai untuk
menarik minat dan keterlibatan siswa dalam memahami serta menerapkan nilai-nilai
Pancasila.

Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa diberi kesempatan untuk terlibat


dalam pengalaman belajar yang nyata dan kontekstual. Mereka tidak hanya mempelajari
teori-teori Pancasila, tetapi juga menerapkannya dalam proyek-proyek yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari. Proses ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Pancasila melalui pengalaman praktis,
yang pada gilirannya membantu mereka memahami implikasi nilai-nilai tersebut dalam
berbagai konteks kehidupan.

Di sisi lain, pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk


menghadapi situasi-situasi kompleks dan kontroversial yang memerlukan pemikiran kritis
serta pengambilan keputusan moral. Dengan mengeksplorasi masalah-masalah aktual
dalam masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, siswa didorong untuk
berpikir secara mendalam tentang implikasi moral dari setiap tindakan atau keputusan
yang mereka ambil. Hal ini tidak hanya memperkaya pemahaman mereka tentang nilai-
nilai Pancasila, tetapi juga mengasah kemampuan mereka dalam memecahkan masalah
dan bertindak secara etis.

Selain itu, pembelajaran berbasis game juga menjadi alternatif yang menarik
untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam pengalaman belajar siswa. Dengan
menggunakan elemen-elemen permainan yang menarik dan interaktif, siswa dapat belajar

24
dengan cara yang menyenangkan dan mengasyikkan. Melalui permainan, mereka dapat
menghadapi tantangan-tantangan yang memerlukan pemikiran kritis dan pengambilan
keputusan berdasarkan nilai-nilai Pancasila, sehingga memperdalam pemahaman mereka
tentang nilai-nilai tersebut.

Secara keseluruhan, penggunaan pendekatan dan model pembelajaran inovatif


dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila memiliki potensi besar untuk meningkatkan
keterlibatan dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai moral dan etika yang terkandung
dalam Pancasila. Dengan memperkaya pengalaman belajar siswa melalui pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis game,
diharapkan siswa dapat lebih siap dan termotivasi untuk menginternalisasi serta
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga
menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat.

B. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih
kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritikan
sangat kami butuhkan untuk membangun dalam penyempurnaan makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. (2008). Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Bergmann, J., & Sams, A. (2012). Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every Class
Every Day. Washington, DC: ISTE.
Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa.
Kertiawati, C. (2018). Implementasi Pendekatan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
dalam Pembelajaran PKn di SMP. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 3(1).
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/174
Marshall, H. W., & Kostka, I. (2020). Helping Teachers Maximize the Flipped Classroom
Model. Pembroke Publishers.
Munir. (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Owston, R. (2018). Blended Learning Policy and Implementation: Introduction to the Educause
Blended Learning Toolkit. EDUCAUSE Review, 53(1).
Samsuri. (2011). Pendidikan Kewargaan (Civic Education) sebagai Pembentuk Karakter Bangsa.
Jurnal HUMANIKA, 11(1). https://ojs.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/3345
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. London: Allymand
Bacon.
Thomas, J.W. (2000). A Review of Research on Project-Based Learning. California: The
Autodesk Foundation.
Tucker, C. R. (2012). Blended learning in grades 4-12. Corwin Press.
Vaughan, N. (2007). Perspectives on Blended Learning in Higher Education. International
Journal on E-Learning, 6(1), 81-94.
Winarno. (2014). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi, dan Penilaian.
Jakarta: Bumi Aksara.

26

Anda mungkin juga menyukai