Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM


Dosen Pembimbing
Mohammad Mualif M.Ag

Disusun oleh :
Veri Abdillah Indaryo (2331210123)
Marco Ganie Ridho R (2331210114)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
konsep ajaran agama islam .
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kami berusaha meyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekuragan baik dari segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan demi perbaikan makalah
selanjutya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai konsep ajaran agama
islam dan bermanfaat bagi pembacanya.
Akhir dari kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang turut membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua Amin.

Malang, 18 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.1 Pengertian agama Islam....................................................................................................3
2.2 macam-macam ajaran agama islam.........................................................................................4
2.3 Al Qur'an sebagai sumber ajaran Islam..........................................................................................5
2.4 hadits sebagai sumber hukum islam..............................................................................................6
2.5 itijhad sebagai sumber ajaran islam setelah Alquran dan hadist..................................................7
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam adalah salah satu agama dunia terbesar dengan jutaan penganut di
seluruh dunia. Ajaran Islam tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga memiliki
implikasi yang mendalam dalam kehidupan sehari-hari, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Agama Islam didasarkan pada ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an, kitab suci Islam, dan
Hadis, catatan-catatan tentang perkataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW. Kombinasi
dari Al-Qur'an dan Hadis membentuk landasan utama bagi praktik keagamaan dan pandangan
dunia umat Islam.
Sumber ajaran agama Islam mencakup berbagai aspek yang mencakup keyakinan,
ibadah, moralitas, hukum, dan pandangan tentang kehidupan setelah kematian. Ajaran Islam
juga mencakup prinsip-prinsip penting seperti tauhid (keyakinan kepada Allah yang Esa),
akhlak yang baik, dan konsep umat (ummah), yang menggambarkan persatuan dan tanggung
jawab sosial umat Islam.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis sumber ajaran agama Islam
secara lebih mendalam. Selain itu, makalah ini juga akan mengeksplorasi bagaimana konsep-
konsep ini telah mempengaruhi budaya dan masyarakat Islam selama berabad-abad.
Pengetahuan yang lebih mendalam tentang sumber ajaran agama Islam tidak hanya
penting bagi penganut Islam, tetapi juga bagi individu dan kelompok lain yang ingin
memahami dan menghormati pluralitas agama di dunia ini. Dengan memahami sumber
sumber ajaran agama Islam, kita dapat mempromosikan dialog antaragama, toleransi, dan
pemahaman yang lebih baik antara berbagai komunitas agama.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sumber ajaran agama Islam tercermin dalam keyakinan, ibadah, dan
pandangan dunia umat Islam?
2. Apa implikasi sumber ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, sosial,
ekonomi, dan politik umat Islam?
3. Bagaimana sumber sumber ajaran agama Islam telah memengaruhi budaya dan
masyarakat Islam sepanjang sejarah?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari makalah ini adalah:

1
1. Untuk menganalisis implikasi sumber-sumber ini dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
bagaimana mereka memengaruhi etika, keputusan sosial, ekonomi, dan politik umat Islam.
2. Untuk memahami dampak sumber ajaran agama Islam terhadap budaya dan masyarakat
Islam sepanjang sejarah, termasuk perkembangan seni, sastra, dan sistem hukum.
3. Untuk memberikan wawasan yang lebih baik kepada pembaca, terutama yang bukan
penganut Islam, tentang keragaman keyakinan dan praktik agama Islam serta pentingnya
dialog antaragama dan toleransi dalam masyarakat multikultural saat ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian agama Islam


Para pakar memiliki beragam pengertian tentang agama. Secara etimologi, kata
“agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa
Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di
India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau.
Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari
kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan ketertiban.
Ada pula yang menyatakan bahwa agama terangkai dari dua kata, yaitu a yang
berarti “tidak”, dan gam yang berarti “pergi”, tetap di tempat, kekal-eternal, terwariskan
secara turun temurun. Pemaknaan seperti itu memang tidak salah karena dala agama
terkandung nilai-nilai universal yang abadi, tetap
Ada juga yang menyatakan bahwa agama terdiri dari tiga suku kata, yaitu: a-ga-
ma. A berarti awang-awang , kosong atau hampa. Ga berarti tempat yang dalam bahasa
Bali disebut genah. Sementara ma berarti matahari, terang atau sinar. Dari situ lalu
diambil satu pengertian bahwa agama adalah pelajaran yang menguraikan teta cara yang
semuanya penuh misteri kareana Tuhan dianggap bersifat rahasia.
Kata tersebut juga kerap berawalan i dan atau u, dengan demikian masing-masing
berbunyi igama dan ugama. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama-igama-
ugama adalah koda kata yang telah lama dipraktikkan masyarakat Bali. Orang Bali
memaknai agama sebagai peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia denga raja.
Sedangkan igama adalah tata cara yang mengatur hubungan manusia denga dewa-dewa.
Sementara ugama dipahami sebagai tata cara yang mengatur hubungan antamanusia.
Menurut Olaf Scuhman, baik religion maupun religio, keduanya berasala dari akar
kata yang sama, yaitu religare yang berarti “mengikat kembal”, atau dari
kata relegere yang berarti “menjauhkan, menolak, melalui”. Arti yang
kedua, relegere dipegang oleh pujangga ada filosof Romawi Cicero dan Teolog
Protestan Karl Barth, dan sebab itu mereka melihat religio sebagai usaha manusia yang
hendak memaksa Tuhan untuk memberikan sesuatu, lalu manusia menjauhkan diri lagi
.
Sedangkan arti yang pertama, religare, dipegang oleh gereja Latin (Roma Katolik).
Erasmus dari Rotterdam (1469-1539) menyatakan bahwa paham ini dikaitkan dengan

3
sikap manusia yang benar terhadap Tuhan. Benar pula, karena ajara-ajaran agama
memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia yang mempercayainya. Agama
(religio) dalam arti religare juga berfungsi untuk merekatkan pelbagai unsur dalam
memelihara keutuhan diri manusia, diri orang per orang atau diri sekelompok orang
dalam hubungannya terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia, dan terhadap alam
sekitarnya.
Sementara Sayyed Hossein Nasr mengatakan “religare” yang berarti “mengikat”
merupakan lawan dari “membebaskan”. Ajaran Sepuluh Perintah (Ten Commandments)
ya ng membentuk fondasi moralitas Yahudi dan Kristen terdiri dari sejumlah pernyataan
“janganlah kamu”, yang menunjukkan suatu pembatasan dan bukan pembebasan.
Secara istilah atau terminologi maka pengertian agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah suatu ajaran atau sistem yang berfungsi mengatur kepercayaan
atau pun tata keimanan serta peribadatan atas Tuhan Yang Maha Kuasa. Agama juga
diartikan sebagai tata kaidah yang mengatur pergaulan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Jika merujuk pada pengertian secara istilah dalam ISLAM maka
ulama mengartikan agama sebagai suatu undang-undang dari ilahi yang datangnya dari
Allah SWT, berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk hidup bukan saja di dunia
melainkan juga di akhirat. Sementara jika kita lebih spesifik meruju pada ISLAM
sebagai agama maka artinya adalah agama wahyu yang pokoknya adalah keesaan atau
ketauhidan terhadap Allah SWT yang diturunkan melalui Nabi Muhamamd SAW
sebagai pedoman hidup yang mencakup keseluruhan aspek-aspek kehidupan manusia di
dunia dan di akhirat.
2.2 Macam-Macam sumber ajaran agama islam
Macam-macam sumber ajaran Islam
Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau acuan dalam penyelenggaraan
ajaran Islam, karena itulah sumber memiliki peranan yang sangat penting bagi
pelaksanaan ajaran Islam. Dari sumber inilah umat Islam dapat memiliki pedoman-
pedoman tertentu untuk melaksanakan proses ajaran Islam, tanpa adanya suatu sumber
maka umat Islam akan terombang-ambing dalam menghadapi ideologi dan bisa jadi
akan berahir pada kesesatan atau kenistaan.
Dalam pembahasan disini akan diuraikan macam-macam sumber ajaran Islam yang
diantaranya meliputi:
1.Al-Quran
2.Sunah

4
3.Ijtihad

2.3. Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam


Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a, yaqra’u, qira’atan,


qur’anan” yang berarti mengumpulkan dan menghimpun huruf-huruf serta kata-kata
dari satu bagian ke bagian lain secara teratur. Ada juga sumber lain mengatakan
bahwa Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama
pilihan Allah yng sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak anusia mengenl
baca tulis yang dapat menandingi Al-Qur’an al-Karim, secara terminologi Al-Qur’an
adalah kitab suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang
diampaikan lewat malaikat jibril, yang dikomunikasikan dengn bahasa arab, harus
dipercayai tanpa syarat dan menjadi pedoman bagi para pengikutnya yaitu umat
Islam diseluruh dunia.

Pengertian Al-Qur’an dari segi terminologinya dapat dipahami dari pandangan


beberapa ulama, bahwa:

.Muhammad Salim Muhsin dalam bukunya “Tarikh Al-Qur’an al-Karim”


menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. Yang ditulis dalam mushaf-mushf dan dinukilkan/ diriwayatkan
kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai
penentang (bagi yang tidak percaya) ataupun surat terpendek.

.Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman Allah SWT


yang diturunkan melalui Roh al-Amin (Jibril) kepada nabi Muhammad SAW.
Dengan bahasa arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujah kerasulannya,
undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang
ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dari surat
al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas, yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan
mutawatir.

.Muhammad abduh mendefinisikan Al-Qur’an sbagai kalam mulia yang


diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi yang paling smpurna (Muhammad SAW)
ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan, ia merupakan sumber yang

5
mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci daan
berakal cerdas.

2.4. Hadits sebagai sumber hukum Islam

Umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber hukum


kedua setelah Al-Qur’an. Dan tidak boleh seorang muslim hanya
mencukupkan diri dengan salah satu dari kedua sumber Islam tersebut.
Al-Qur’an dan hadits merupakan dua sumber hukum Islam yang tetap.
Umat Islam tidak mungkin dapat memahami tentang syari’at Islam
dengan benar sesuai dengan tanpa Al-Qur’an dan Hadits. Banyak dari
ayat Al-Qur’an yang menerangkan bahwa hadits merupakan sumber
hukum Islam selain Al-Qur’an yang wajib diikuti. Baik itu dalam hal
perintah ataupun larangan. Al-Syatibiy dalam kaitan ini mengajukan tiga
argumen. Pertama, sunnah merupakan penjabaran dari Al-Qur’an. Secara
rasional, sunnah sebagai penjabaran (bayan) harus menempati posisi lebih
rendah dari yang dijabarkan (mubayyan) yakni Al-Qur’an. Apabila Al-
Qur’an sebagai mubayyan tidak ada, maka hadits sebagai bayyan tidak
diperlukan. Akan tetapi jika tidak ada bayyan, maka mubayyan tidak
hilang. Kedua, Al-Qur’an bersifat qat’iy al-subut, sedangkan sunnah
bersifat zanniy al-subut. Ketiga, secara tekstual terdapat beberapa riwayat
yang menunjukkan kedudukan sunnah setelah Al-Qur’an seprti hadits
yang sangat populer mengenai pengutusan Mu’az Ibn Jabal menjadi
hakim di Yaman. Semuanya menunjuka subordinasi sunnah sebagai dalil
terhadap Al-Qur’an

Kesepakatan ulama (ijma’)

Banyak peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan menggunakan hadits


sebagai sumber hukum Islam, antara lain:

6
a.Ketika abu bakar di baiat menjadi kholifah, ia pernahberkata “saya tidak
meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah,
sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan perintahnya”.

b.Saat umar berada di hajar aswad ia berkata: “saya tahu bahwa engkau adalah batu.
Seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak akan
menciummu”.

c.Diceritakan dari Sa’i bin Musayyab bahwa ‘usman bin ‘affan berkata: ”saya duduk
sebagaimana duduknya Rasulullah, saya makan sebagaimana makannya Rasulullah
dan saya sholat sebagaimana Sholatnya Rasulullah.

d. Hadis: Hadis adalah catatan tentang perkataan, tindakan, dan persetujuan Nabi
Muhammad SAW. Hadis menyediakan penjelasan dan contoh konkret tentang cara
menjalankan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an. Hadis juga menjadi
sumber kunci dalam memahami hukum dan etika Islam.

2.5. Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an dan Hadits

1. Pengertian Ijtihad

Ijtihad memiliki arti kesungguhan, yaitu mengerjakan sesuatu dengan segala


kesungguhan. Ijtihad dari sudut istilah berarti menggunakan seluruh potensi
nalar secara maksimal dan optimal untuk meng-istinbath suatu hukum agama
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok ulama yang memenuhi
persyaratan tertentu, pada waktu tertentu untuk merumuskan kepastian hukum
mengenai suatu perkara yang tidak ada status hukumnya dalam Al-Qur’an dan
sunnah dengan tetap berpedoman pada dua sumber utama.

Dengan demikian, ijtihad bukan berarti penalaran bebas dalam menggali


hukum satu peristiwa yang dilakukan oleh mujtahid, melainkan tetap berdasar
pada Al-Qur’an dan sunnah. Walaupun ijtihad diperbolehkan untuk dilakukan
oleh mujtahid (orang yang berijtihad) yang memenuhi syarat, namun tidak
berarti bahwa ijtihad dapat dilakukan dalam semua bidang. Ijtihad memiliki
ruang lingkup tertentu.

Syaikh Muhammad Salut, misalnya membagi lingkup ijtihad ke dalam dua


bagian:

7
a.Permasalahan yang tidak ada atau tidak jelas ketentuan hukumnya dalam Al-
Qur’an atau hadist Nabi.

b.Ayat-ayat Al-Qur’an tertentu dan hadis tertentu tidak begitu jelas maksudnya yang
mungkin disebabkan oleh makna yang dikandung lebih dari satu sehingga perlu
ditentukan dengan jalan ijtihad untuk mengetahui makna-makna yang sesungguhnya
yang dimaksud.

2. Macam-macam Ijtihad

a.Ijmak.

Ijmak berarti menghimpun, mengumpulkan, atau bersatu dalam pendapat, dengan


kata lain ijmak merupakan consensus yang terjadi di kalangan para mujtahid terhadap
suatu masalah sepeninggal Rasulullah SAW. Ahli ushul fikih mengemukakan bahwa
ijmak adalah kesepatan para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa sepeninggal
Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syariat mengenai suatu peristiwa. Apabila
terjadi suatu peristiwa yang memerlukan ketentuan hukum yang tidak ditemukan
dalam kedua sumber sebelumnya (Al-Quran dan sunnah) maka para mujtahid
mengemukakan pendapatnya tentang hukum suatu peristiwa dan jika disetujui atau
disepakati oleh para mujtahid lain, kesepakatan itulah yang disebut ijmak.

Ijmak merupakan salah satu sumber hukum Islam yang memiliki posisi kuat dalm
menetapkan hukum dari suatu peristiwa. Bahkan telah diakui luas sebagai sumber
hukum yang menempati posisi ketiga dalam hukum Islam. Sejumlah ayat dan hadits
nabi menjadi pembenaran teologis kekuatan ijmak sebagai sumber hukum dalam
Islam. Pemberian warisan kepada nenek laki-laki (jadd) ketika ia berkumpul dengan
laki-laki orang yang meninggal dunia yang dalam keadaan seperti ini nenek laki-laki
tersebut menggantikan ayah (orang yang meninggal) untuk menerima seperenam dari
harta warisan atau harta peninggalannya merupakan contoh penetapan hukum
berdasarkan ijmak sahabat.

Dalam transaksi jual beli, misalnya istishna’ atau pemesanan barang yang baru
akan dibuat yang seharusnya tidak boleh,karena dinilai sama seperti halnya membeli
barang yang tidak ada, merupakan contoh hukum yang bersumber dari hasil ijmak
sahabat (Hanafi, 1995: 61) Penggunaan ijmak sebagai sumber hukum dalam
menetapkan hukum suatu peristiwa secara historis terjadi pasca wafatnya Nabi SAW.

8
Selama beliau hidup, setiap peristiwa yang muncul selalu diminta untuk ditetapkan
hukumnya sehingga tidak mungkin terjadi perlawanan hukum terhadap suatu masalah.
Ijmak yang memiliki kehujahan sebagai sumber hukum didasarkan pada sejumlah
argumentasi teologis terutama ayat 59 surah An-nisa’ yang didalamnya terdapat
anjuran untuk taat pada ulil amri setelah taat pada Allah SWT dan Rosul-Nya. Ulil
amri dalam ayat tersebut dipahami sebagai pemegang urusan dalam arti luas
mencakup urusan dunia ( seperti kepala Negara, menteri, legislative, dan lain-lain) dan
pemegang urusan agama seperti para mujtahid, mufti, dan ulama.

b.Qiyas

Secara harfiah berarti analogi atau mengumpamakan. Adapun menurut pengertian


para ahli fikih, qiyas adalah menetapkan hukum tentang sesuatu yang belum ada nash
atau dalilnya yang tegas, dengan sesuatu hukum yang sudah ada nash atau dalilnya
yang didasarkan atas persamaan illat antara keduanya. Misalnya, menetapkan
haramnya minuman bir yang tidak ada dalilnya dalam Al-Qur’an dengan khamar yang
ada hukumnya di dalam Al-Quran. Menyamakan atau menganalogikan bir dengan
khamar ini didasarkan pada adanya persamaan illat antara keduanya, yaitu
memabukkan.

c.Al-mashlahat al-mursalah

Secara harfiah berarti sesuatu yang membawa kebaikan bagi orang banyak.
Adapun menurut para ahli hukum Islam, Al-mashlahat al-mursalah adalah sesuatu
yang didalamnya mengandung kebaikan bagi masyarakat, sehingga walaupun pada
masa lalu hal tersebut tidak diberlakukan, namun dalam keadaan masyarakat yang
sudah makin berkembang, keadaan tersebut dianggap perlu dilakukan. Misalnya,
pembukuan Al-quran dalam bentuk mushaf seperti yang ada sekarang perlu
dilakukan, mengingat jumlah para penghafal Al-Quran makin sedikit karena
meninggal dunia, serta pertentangan dalam membaca Al-Quran sering terjadi.

f. Urf

Secara harfiah berarti sesuatu yang berlaku atau yang sudah dibiasakan. Adapun
menurut para ahli hukum Islam, ‘urf adalah sesuatu yang berlaku dimasyarakat atau

9
tradisi yang mengandung nilai-nilai kebaikan bagi masyarakat. Contonya kebiasaan
merayakan hari raya yang pada zaman sebelum Islam, namun dinilai mengandung
kebaikan, maka tetap dilanjutkan.

f. Istihsan

Secara harfiah berarti memandang sesuatu sebagai yang baik. Menurut Islam,
istihsan artinya segala sesuatu yang dipandang manusia pada umumnya sebagai hal
yang baik, dan tidak bertentangan dengan al-Quran dan sunnah. Penggunaan istihsan
ini antara lain didasarkan pada sabda Rasulullah SAW : Artrinya : “segala sesuatu
yang dinilai oleh kaum muslimin sebagai sesuatu yang baik, maka yang demikian itu
disisi Allah dipandang sebagai hal yang baik.”

g.Qaul al-shahabat

Secara harfiah berarti ucapan sahabat. Dalam pengertian umum, Qaul al-shahabat
adalah pendapat, pandangan, pikiran, dan perbuatan para sahabat yang sejalan
denganAl-Quran dan sunnah. Penggunaan Qaul al-shahabat sebagai dasar hukum,
mengingat para sahabat selain sebagai orang yang dekat, bergaul dan ikut berjuang
dengan Rasulullah SAW, juga memang memiliki pemikiran, gagasan, dan karya-
karya yang layak untuk dijadikan bahan renungan dan pertimbangan dalam
mengembangkan ajaran Islam pada masa selanjutnya.

h.. Syar’un man qablana

Secara harfiah berarti agama sebelum kita. Dalam pengertian yang lazim,
Syar’un man qablana adlah ajaran yang terdapat didalam agama yang diturunkan
Tuhan sebelum Islam yang terdapat di dalam kitab Zabur, Taurat, Injil yang masih
asli yang tidak bertentangan dan masih sesuai dengan kebutuhan zaman. Di dalam
kitab Taurat yang ditinggalkan Nabi Musa misalnya terdapat ajaran mengesakan
Tuhan, larangan menyekutukan-Nya, memuliakan kedua orang tua, memiliki
kepedulian terhadap kerabat, orang miskin, ibnu sabil, bersikap boros, membunuh
anak, berbuat zina, memakan harta anak yatim, mengurangi timbangan, menjadi
saksi palsu, dan larangan bersikap sombong. Ajaran yang dibawa Nabi Musa ini
terus dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana terdapat dalam QS. Bani

10
Israil (17) ayat 23 sampai dengan ayat 37. Ajaran yang pernah berlaku pada zaman
Nabi Musa itu, masih tetap diberlakukan dimasa sekarang, karena masih dianggap
cocok dan dibutuhkan untuk zaman sekarang dan yang akan datang.

Dalam berijtihad, metode-metode yang disepkati oleh kebanyakan para ulama adalah
ijmak dan qiyas. Ijmak atau consensus/kesepakatan adalah kesesuaian pendapat para
ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat tertentu masa, sedangkan qiyas dari
segi bahasa adalah menyamakan sesuatu dengan hal yang lain. Dan secara istilah
berarti menyamakan hukum suatu hal yang tidak disebut oleh nash dengan sesuatu
yang sudah disebut karena persamaan illat-nya.

Metode ijtihad yang masih diperselisihkan adalah istihsan atau memandang dan
meyakini baik sesuatu, istishab atau membandingkan sesuatu, al-mashlahahal-
musrsalah atau mencapai kebaikan menolak kerusakan, urf atau kebiasaan mayoritas
umat, dan sebagainya.

Disamping istilah ijtihad, ada juga beberapa istilah yang terkait dengan ijtihad,
sebagai berikut ini.

1. Taqlid Taqlid adalah beramal bedasarkan pendapat orang lain tanpa bedasarkan
dalil atau mengetahui dalil tersebut.

2. Ittiba’ Ittiba’ adalah mengamalkan pendapat orang lain dengan mengetahui


daililnya. Menurut beberapa ulama, istilah ini termasuk dikategori Taqlid.

3. Talfiq Talfiq adalah beramal dalam suatu maslah yang atas berdasarkan hukum
yang terdiri atas gabungan dua mazhab atau lebih. Menurut sebagian ulama, kategori
ini diperbolehkan karena tidak ada nash atau Al-Qur’an dan hadits.

11
12
BAB III
PENUTUP

Dalam makalah ini, penulis telah menjelajahi berbagai aspek penting dalam sumber
ajaran agama Islam. Agama Islam, dengan lebih dari satu miliar penganut di seluruh dunia,
memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk keyakinan, moralitas, dan praktek umat
Islam. Berbagai bidang ajaran agama ini menciptakan landasan yang kuat bagi identitas dan
perilaku umat Islam ,agama islam adalah agama samawi yang fiturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan agama
Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil ‘alamiin (rahmat bagi seluruh alam).

Tauhid, keyakinan kepada Allah yang Esa, adalah inti dari Islam, dan menjadi pijakan
bagi semua aspek keimanan dan ibadah. Akhlak dan moralitas yang baik menjadi landasan
etika dalam masyarakat Islam, dengan nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, dan kasih
sayang menjadi panduan dalam setiap tindakan. Ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji,
adalah wujud pengabdian kepada Allah dan memengaruhi pola hidup harian umat
Islam,tauhid adalah konsep utama agama Islam yang penting dan mendasar.Tauhid berasal
dari bahasa Arab yang berarti mengesakan Allah SWT.secara bahasa Tauhid berarti
menyatukan,menjadikan satu,atau menyifati dengan kesatuan.

Hukum Islam atau syariah menciptakan kerangka kerja hukum dan etika yang
mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian, dan hukum pidana.
Keyakinan tentang kehidupan setelah kematian memotivasi umat Islam untuk menjalani hidup
sesuai dengan ajaran agama dan mencari ridha Allah. Pandangan dunia dalam Islam mencai
pemahaman tentang alam semesta, peran manusia, dan tujuan hidup yang menciptakan
kerangka kerja yang mendalam dalam berpikir tentang dunia dan kehidupan.syariat islam
adalah hukum atau peraturan islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat
muslim.selain berisi hukum dan aturan ,syariat islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh
kehidupan ini.

Akhirnya, makalah ini hanya memberikan gambaran singkat tentang sumber-sumber


dalam ajaran agama Islam. Semoga makalah ini telah memberikan wawasan yang bermanfaat
tentang Islam dan kontribusi positifnya dalam memahami keragaman agama di dunia kita
yang semakin global dan saya berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan kita

13
pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat atau berguna bagi kehidupan di zaman modern ini
agar menjadi panduan kita untuk tetap menjalankan aturan aturan agama islam .

14
DAFTAR PUSTAKA

Abd Az-‘azhim, Az-Zarqani Muhammad. Manhil al-‘irfan, Dar al-Fikr, Bairut, t.t, jilid I hlm
106.

Amin, Muhammad Suma. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali, 2013

Didik ahmad supadi dan sarjuni, Pengantar studi Islam, Semarang: Rajawali Pers, 2011

Mahfud, Rois. Al-Islam PendidikanAgama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011

Muhaimin, dkk. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta: kencana, 2012

Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah, Semarang: CV. Aneka Ilmu, anggota IKAPI, 2000

Nata, Abuddin. Studi Islam komperehensif, Jakarta: Kencana 2011

Suparta, Munzier. Ilmu Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002

Uhbiyati, Nur. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2013

15

Anda mungkin juga menyukai