Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOSISTEM WILAYAH PESISIR LAUT DAN PULAU-PULAU


KECIL

PENGUKURAN PASANG SURUT, ARUS, DAN GELOMBANG

Oleh:

AJIS SAFARUDIN
M1B1 22 015
KELOMPOK X

ASISTEN : ROLAND TANDIONGAN

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
LAPORAN PRAKTIKUM

EKOSISTEM WILAYAH PESISIR LAUT DAN PULAU-PULAU

KECIL

PENGUKURAN PASANG SURUT, ARUS, DAN GELOMBANG

Oleh:

AJIS SAFARUDIN
M1B1 22 015

diajukan sebagai salah syarat memenuhi mata kuliah Ekosistem Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil”

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


JURUSAN ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pengukuran Pasang surut, Arus, dan Gelombang


Nama : Ajis Safarudin
NIM : M1B1 22 015
Program Studi : Ilmu Lingkungan
Jurusan : Ilmu Lingkungan

Telah diperiksa dan disetujui,


Kendari, Mei 2023

Tim Asisten

Ayni M1B121001 (..........)


Leonita M1B121004 (..........)
Nabila M1B121007 (..........)
Roy Saputra M1B121011 (..........)
Selvianti M1B121013 (..........)
Susilo Nugroho M1B121014 (..........)
Yasin M1B121015 (..........)
Fahril Dahlan M1B121061 (..........)
Hardianti M1B121066 (..........)
Roland Tandiongan M1B121103 (..........)
Zul Fahri M1B121113 (..........)
Filsyah Nur Natasha, S.Ling M1B118070 (..........)
Muhtadillah Umar, S.Ling M1B118026 (..........)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengukuran Pasang surut, Arus, dan Gelombang


Mangrove
Nama : Ajis Safarudin
NIM : M1B1 22 015
Program Studi : Ilmu Lingkungan
Jurusan : Ilmu Lingkungan

Menyetujui,

Asisten Praktikum,

Roland Tandiongan
NIM. M1B1 21 103

Mengetahui,

Dosen Pendamping Lapangan Dosen Pendamping Lapangan

Herlan Hidayat, S.Pi., M.Sc Muhammad Saleh Qadri, S.Pi., M.Si


NIDN. 0025117707 NIDN. 0030048706

Dosen Koordinator Mata Kuliah

Dr. Ir. La Baco Sudia, M.Si


NIP. 19631231 198803 1 031

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah, dan keberkahan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

laporan praktikum mata kuliah Ekosistem Wilayah Pesisir, Laut, dan Pulau-Pulau

Kecil yang berjudul "Pengukuran Pasang Surut, Arus, dan Gelombang”. Ucapkan

terima kasih saya kepada Bapak Herlan Hidayat S.Pi., M.Sc. selaku dosen

pendapinging I dan Bapak Muhammad Saleh Qadri, S.Pi., M.Si selaku dosen

pendapinging II, serta para asisten yang telah mendampingi saya selama

pelaksanaan praktikum ini.

Dalam penyusunan laporan ini pula saya menemukan berbagai kendala,

hambatan, dan tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan Yang Maha

Esa, akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik, dan semua itu

tidak lepas dan dukungan, bantuan, dan dorongan dari orang-orang yang berada di

sekeliling kami. Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam

penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sekalian

sangat saya harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan laporan

selanjutnya.

Kendari, Mei 2023

AJIS SAFARUDIN

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Halaman persetujuan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel

Daftar Gambar
Daftar Lampiran
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan kegunaan

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lingkungan
2.2 Wilayah pesisir
2.3 Ekosistem wilayah pesisir
2.4 Pulau-pulau kecil
2.5 Pasang Surut
2.6 Arus dan Gelombang

III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Dan Waktu
3.2 Bahan dan Alat
3.3 Metode Pengamatan
3.3.1 Pasang Surut
3.3.2 Arus
3.3.3 Gelombang
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Prosedur Pratikum

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

vi
4.2 Pembahasan

V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

viii
DAFTAR GAMBAR

ix
DAFTAR LAMPIRAN

x
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.499 pulau dan

total luas 7,81 juta km2 yang terdiri dari 2,01 juta km2 daratan, 3,25 juta km2

lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Karena luas wilayah

laut lebih besar, sumber daya pesisir dan lautan memiliki potensi yang tinggi

untuk dikembangkan karena menyediakan sumber daya alam berharga. Namun,

wilayah pesisir terancam keberlanjutannya dan perlu ditangani secara khusus

untuk dikelola secara berkelanjutan. Wilayah pantai Indonesia memiliki potensi

sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang penting untuk dikembangkan,

dengan diperkirakan 60% atau 150 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah

pesisir. (Adrianto et al., 2015).

Wisata bahari memiliki daya tarik yang begitu besar bagi wisatawan lokal

maupun mancanegara karena memiliki pesona bawah laut yang indah serta

keanekaragaman biota laut sehingga hal ini dapat memberikan solusi yang tepat

bagi masyarakat Sulawesi Tenggara terkhusus masyarakat Pulau Bokori Desa

Mekar Kecamatan Soropia. Berada di 3° 56' 29.405" LS 122° 39' 51.686" BT

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Pelayati et al, 2020).

Pulau Bokori merupakan objek wisata yang menawarkan keindahan alam

bawah laut yang beragam serta pantai pasir putih sehingga memiliki daya tarik

tersendiri, dengan keindahan alam yang dimiliki, adapun objek pada wisata di

Pulau Bokori memiliki berbagai macam wahana air seperti berenang, snorkling,
2

diving, surving, banana boat, dan voli pantai yang dapat di nikmati, objek wisata

di Pulau Bokori cukup menarik akan tetapi ada kekurangan seperti fasilitas

khususnya akomodasi pada penyebrangan dari desa menuju Pulau Bokori yang

dimana tidak adanya fasilitas dermaga di area Pulau Bokori sendiri, kekurangan

ini sangat terasa dampaknya ketika memasuki hari libur, karena banyaknya

perahu-perahu yang tidak di parkirkan atau berlabu dengan rapih sehingga

membuat keindahan dari pasir tersebut hilang. Oleh karena itu, wisata di Pulau

Bokori ini begitu menjanjikan dikarenakan Pulau ini merupakan hal yang sama

yang di uraikan di atas, perancangan ini akan di fokuskan pada Pulau Bokori

dengan pengembangan fasilitas wisata berenang, snorkling, diving, dermaga, dan

fasilitas penunjang lainnya di Pulau Bokori (Farida et al, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan suhu yang ada di pulau Bokori?

2. Bagaimana kecepatan dan arah arus di pulau Bokori?

3. Bagaimana panjang, tinggi, dan periode gelombang laut di pulau Bokori?

4. Bagaimana mengukur pasang surut di pulau Bokori?


3

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan di laksanankan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Bagaimana keadaan suhu yang ada di pulau Bokori.

2. Untuk mengetahui Bagaimana kecepatan dan arah arus di pulau Bokori.

3. Untuk mengetahui Bagaimana panjang, tinggi, dan periode gelombang laut di

pulau Bokori.

4. surut di Bagaimana mengukur pasang pulau Bokori?

kegunaan pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Pemerintah, untuk meningkatkan keamanan maritim dengan membantu

memprediksi pasang surut, arus, dan gelombang, sehingga dapat memberi

peringatan dini terhadap potensi bencana seperti tsunami.

2. Masyarakat, memberikan informasi yang lebih akurat tentang kondisi perairan,

sehingga dapat membantu para nelayan dalam memutuskan kapan harus melaut

atau tidak.

3. Mahasiswa, meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang prinsip-prinsip

pengukuran dan analisis data laut.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan

Lingkungan atau lazim juga disebut lingkungan hidup. Lingkungan suatu

organisme adalah segala sesuatu yang hadir di sekeliling organisme tersebut, yang

berpengaruh terhadap eksistensi dari organisme yang bersangkutan. Organisme,

segala sesuatu yang hidup, baik makro biologis maupun mikro biologis, dari dunia

fauna dan dunia flora. Segala sesuatu yang hadir di sekeliling organisme antara

lain, berbagai bentuk benda (anorganik), organisme itu sendiri, proses dan gejala

alam (hujan, angin, letusan gunung, air mengalir, erosi, longsor, air, udara, iklim,

suhu, laut, pantai, danau, gunung, bukit, lembah dsb) (Mutakin et al, 2018).

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai elemen biologis dan abiotik yang

mengelilingi organisme individual atau spesies, termasuk banyak yang

berkontribusi pada kesejahteraannya. "Lingkungan" juga dapat didefinisikan

sebagai semua komponen alami Bumi (udara, air, tanah, vegetasi, hewan, dll.)

Beserta semua proses yang terjadi di dalam dan di antara komponen ini

(Effendi et al, 2018).

Lingkungan adalah sekeliling atau sekitar, bulatan yang melingkungi,

sekalian yang terlingkup di suatu daerah dan sekitarnya, termasuk orang-orangnya

dalam pergaulan hidup yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaannya.

Segala sesuatu yang ada di luar suatu organisme meliputi lingkungan abiotik dan

biotik, faktor-faktor yang membentuk lingkungan sekitar organisme, terutama


5

komponen-komponen yang mempengaruhi perilaku reproduksi, dan

kelestariannya (Sarkawi et al, 2015).

Komponen lingkungan hidup terdiri atas komponen biotik (hayati),

komponen abiotik (fisik-kimia, geohidrologi), komponen sosial, ekonomi, dan

budaya, komponen kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, komponen

keamanan dan ketertiban masyarakat. Salah satu unsur lingkungan hidup yang

terdapat di alam adalah benda. Benda dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk

menunjang dan memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya disebut sumber

daya alam (SDA) (Sutjahjo et al, 2014).

2.2 wilayah pesisir

Wilayah adalah satu satuan atau unit geografis dengan batas-batas tertentu, di

mana bagian-bagiannya (sub wilayah) satu sama lain tergantung secara

fungsional. Pada konsep wilayah nodal, wilayah ditafsirkan sebagai sel hidup

yang mengandung inti dan. Inti adalah pusat atau kutub yang berfungsi sebagai

pusat konsentrasi tenaga kerja, lokasi industri dan jasa serta pasar bahan mentah,

sedangkan plasma adalah wilayah belakang (hinterland) yang berfungsi sebagai

pemasok tenaga kerja, pemasok bahan mentah serta pasar dari industri dan jasa

(Ekosafitri, 2017).

Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut

seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut, sedangkan pantai adalah

daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut

terendah. Pada saat air laut pasang, maka pesisir akan terendam oleh air dan tidak
6

terlihat. Sementara jika air laut sedang surut pada daerah pesisir tidak akan

terendam oleh air (Mufriad, 2019).

Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan

dengan laut; ekosistem wilayah pesisir memiliki peranan yang sangat penting dan

nilai yang paling tinggi di antara ekosistem di bumi ini dalam memberikan

pelayanan terhadap keseimbangan lingkungan. Wilayah pesisir mencakup bagian

laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti

sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan

manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran seperti pasang

surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir

mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di

darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena

kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran

(Suryanti et.al, 2019).

Wilayah pesisir mempunyai peranan penting untuk kesejahteraan hidup

masyarakat, khususnya bagi masyarakat di wilayah pesisir. Wilayah pesisir

mempunyai fungsi sebagai penyedia suberdaya alam, penyedia jasa-jasa

pendukung kehidupan, penyedia jasa kenyamanan dan sebagai penerima limbah

dari aktivitas pembangunan yang terdapat di lahan atas (lahan daratan) seperti

kegiatan permukiman aktivitas perdagangan, perikanan dan kegiatan industri.

Sumber daya alam yang terdapat di wilayah pesisir adalah ekosistem estuari,

ekosistem Mangrove, ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan

ekosistem pulau-pulau kecil; yang mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis


7

untuk keberlanjutan dari wilayah pesisir di masa yang akan datang

(Asyiawat, 2014).

2.3 Ekosistem wilayah pesisir

Ekosistem adalah suatu unit fungsional dari berbagai ukuran yang tersusun

dari bagian komponen dan sistem secara keseluruhan berfungsi berdasarkan suatu

urutan kegiatan yang menyangkut materi dan energi serta pemindahan energi.

Fungsi tersebut disusun oleh suatu keterkaitan antara komponen penyusun

ekosistem, yaitu komponen biotik (organisme) dan komponen abiotik (fisika-

kimia) yang bersama-sama membentuk suatu sistem dalam menjaga

keseimbangan antara satu sama lain. Oleh karena itu, kedua komponen tersebut

tidak dapat dipisahkan dan akan saling mempengaruhi. Apabila terjadi perubahan

komponen abiotik maka akan mempengaruhi karakter habitat dan kehidupan

organisme akuatik. Begitu juga sebaliknya, apabila jumlah organisme yang hidup

dalam suatu ekosistem terkurangi secara besar-besaran maka akan mempengaruhi

siklus hidup organisme yang lain dan menyebabkan perubahan karakter habitat

perairan (Anggoro et al., 2019).

Wilayah Pesisir adalah ruang wilayah ekoton (peralihan) antara daratan dan

perairan laut. Dengan batas-batas ekologis, ke arah laut merupakan wilayah

perairan paparan benua (continental shelf), sampai batas terjauh pengaruh proses-

proses alami di daratan ke laut (sedimen, aliran air tawar/lidah banjir) dihitung

dari garis pantai pada saat surut terendah, serta daerah-daerah laut yang

dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Sedangkan ke arah darat,


8

wilayah pesisir mencakup wilayah daratan yang masih terkena pengaruh

hidroklimat laut (pasang-surut, intrusi air asin, angin laut) (Anwar et al., 2019).

Ekosistem wilayah pesisir yang merupakan suatu himpunan integral dari

komponen hayati (organisme hidup) dan non-hayati (fisik), yang mutlak

dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan untuk meningkatkan mutu kehidupan.

Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsional berhubungan satu sama lain

dan saling berinteraksi membentuk suatu sistem, yang dikenal dengan ekosistem

atau sistem ekologi. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari kedua

komponen tersebut, maka akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada

baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya

(Bengen, 2016).

Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir ini terdiri dari ekosistem yang

bersifat alami dan bersifat buatan. Ekosistem yang bersifat alami, antara lain

terumbu karang, hutan mangrove, estuaria dan delta, sedangkan ekosistem yang

bersifat buatan antara lain tambak dan sawah pasang surut. Ekosistem di kawasan

pesisir menyediakan berbagai sumber daya alam, baik sebagai sumber daya alam

yang terbarukan maupun sumber daya alam tak terbarukan (Utina et al., 2018).

2.4 Pulau-pulau kecil

Pulau-pulau kecil didefinisikan berdasarkan dua kriteria utama yaitu luasan

pulau dan jumlah penduduk yang menghuninya. Definisi pulau-pulau kecil yang

dianut secara nasional sesuai dengan Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan No.

41/2000 Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan No. 67/2002 adalah pulau yang

berukuran kurang atau sama dengan 10.000 km2, dengan jumlah penduduk
9

kurang atau sama dengan 200.000 jiwa. Di samping kriteria utama tersebut,

beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis terpisah dari pulau

induknya (mainland island), memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari

habitat pulau induk, sehingga bersifat insular; mempunyai sejumlah besar jenis

endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu

mempengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment area)

relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke

laut serta dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil

bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya (Amir et al., 2022).

Berdasarkan tipenya, pulau-pulau kecil dibedakan menjadi pulau benua,

pulau vulkanik dan pulau karang. Masing-masing tipe pulau tersebut memiliki

kondisi lingkungan biofisik yang khas, sehingga perlu menjadi pertimbangan

dalam kajian dan penentuan pengelolaannya agar berkelanjutan. Hal ini akan

berpengaruh pula terhadap pola permukiman yang berkembang di pulau-pulau

kecil berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan kondisi lingkungan biofisik

tersebut. Misalnya tipologi pulau kecil lebih dominan ke arah pengembangan

budidaya perikanan, maka kemungkinan besar pola permukiman yang

berkembang adalah masyarakat nelayan (Andriyani et. al., 2019).

Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumber daya alam

dan jasa lingkungan yang tinggi. Hal ini dapat dijadikan sebagai modal dasar

dalam melaksanakan pembangunan Indonesia. Kawasan tersebut tidak hanya

menyediakan sumber daya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang

lamun (seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi, tetapi juga
10

terdapat jasa lingkungan berupa keindahan alam yang dapat menggerakkan

industri pariwisata bahari (Anah, 2017).

Secara geologi, pulau-pulau kecil di Indonesia mempunyai genetik yang

berbeda-beda, sehingga setiap pulau kecil mempunyai karakteristik yang berbeda.

Perbedaan tersebut menyangkut daya tahannya terhadap fenomena bencana

kelautan. Hal ini tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2014 pasal 53 menyatakan

bahwa bencana kelautan dapat berupa bencana yang disebabkan oleh fenomena

alam, pencemaran lingkungan, dan/atau? pemanasan global. Bencana kelautan

yang terjadi? bisa mengakibatkan tenggelamnya suatu pulau.? Potensi

tenggelamnya suatu pulau kecil terluar? tempat kedudukan titik pangkal secara

logis akan? menghilangkannya tanda fisik batas suatu wilayah

(Prabowo et al., 2016).

2.5 Pasang Surut

Pasang surut merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat

berpengaruh di perairan. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena

adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap

massa air laut di bumi. Fluktuasi muka air laut berubah-ubah secara periodik

dalam suatu selang waktu tertentu atau sering disebut dalam satu siklus pasang

surut. Karakteristik pasang surut di perairan dipengaruhi oleh letak geografis,

morfologi pantai, maupun batimetri perairan. Akibat dari pengaruh faktor lokal

tersebut pasang surut dapat dibedakan menjadi beberapa tipe

(Nugrofo et al., 2015).


11

Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut setiap

harinya. Suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu

hari, kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal

tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka

tipe pasang surutnya disebut tipe harian ganda (semi diurnal tides). Tipe pasang

surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan

tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua

bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal

(Suhaemi et.al., 2018).

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer

(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat

(tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik

gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat

rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding

terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya

tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam

membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak

matahari ke bumi (Fanami et.al., 2021).

Pasang surut air laut bukan saja merupakan sebuah fenomena biasa. Pasang

surut yang terjadi di lautan ini ternyata membawa dampak baik bagi manusia yang

notabene tinggal di daratan. Pasang surut air laut ini memberikan manfaat karena

tenaga yang ditimbulkannya. Beberapa manfaat pasang surut air laut ini untuk
12

manusia antara lain sebagai sumber penghasil tenaga listrik, dapat menghasilkan

garam ,dll (lukman, 2020).

2.6 Arus dan Gelombang

Arus laut (sea current) adalah perpindahan massa air dari satu tempat menuju

tempat lain, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gradien tekanan,

hembusan angin, perbedaan densitas, atau pasang surut. Arus merupakan gerakan

mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh pengaruh gaya internal dan

gaya eksternal. Gaya internal yang mempengaruhi arus laut adalah perbedaan

densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan upwelling. Sementra itu, gaya

eksternal yang mempengaruhi arus laut adalah angin, gaya gravitasi, gaya tarik

matahari dan bulan terhadap bumi, gaya tektonik dan gaya Coriolis

(Tamimy et.al, 2019).

Gelombang laut merupakan salah satu parameter laut yang dominan terhadap

laju mundurnya garis pantai. Gelombang laut terjadi karena hembusan angin

dipermukaan laut, perbedaan suhu air laut, perbedaan kadar garam dan letusan

gunung berapi yang berada dibawah atau permukaan laut. Proses mundurnya garis

pantai dari kedudukan semula antara lain disebabkan oleh gelombang dan arus,

serta tidak adanya keseimbangan sedimen yang masuk dan keluar

(Mulyabakti et.al., 2016).

Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus

permukaan air laut yang membentuk kurva/ grafik sinusoidal. Salah satunya

gelombang laut yang disebabkan oleh angin, angin di atas lautan mentransfer
13

energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/ bukit, dan berubah menjadi

apa yang kita sebut sebagai gelombang (Indarto et.al, 2020).

Gelombang terjadi karena beberapa sebab : a. Angin, b. Geometri laut,

Topografi laut dan bentuk pantal juga mempengaruhi gelombang Bentuk

gelombang akan berubah sesuai dengan kedalaman dasar air laut. Apabila

gelombang memasuki perairan dengan kedalaman 1,3 tinggi gelombangnya maka

gelombang akan pecah (surf). Pada perairan pantal yang landal gelombang akan

pecah perlahan-lahan (spilling breaker). Jika dasar pantai terjal dan gelombang

datang tiba-tiba, gelombang akan membubung keatas dan segera pecah (plunging

breaker). Pada dasar perairan yang sangat terjal dan gelombang sama sekali tidak

sempat pecah akan mendorong air ke atas dan menyedotnya kembali (surging

breaker). Yang terakhir ini biasanya terjadi pada dinding pantai yang terjal atau

dinding dermaga buatan manusia. Gempa, Gelombang juga bisa ditimbulkan oleh

gempa di dasar laut. Gelombang ini biasa disebut sebagai tsunami. Gelombang

jenis ini mempunyai panjang gelombang yang sangat panjang mencapai 200 Km

dengan periode sampai 20 menit, tinggi 0,5 m dan mempunyai kecepatan sampai

800 Km/jam (Sumampouw et.al., 2019).


14

III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Praktikum

Praktikum Ekosistem Wilayah Pesisir Laut dan Pulau-Pulau Kecil

dilaksanakan selama 2 hari pada hari sabtu-minggu, tanggal 6-7 Mei 2023.

Praktikum ini berlangsung di Pulau Bokori Kelurahan Tapulaga, Kecamatan

Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Titik Koordinat Pulau Bokori

3° 56 29.405" LS 122 39' 51.686" BT.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang di gunakan pada pratikum ini yaitu:

a. Pasang surut

Tabel 3.2.1. Alat dan bahan pasang surut


No. Nama Alat Gambar Kegunaan

1. Meteran Roll Sebagai penguur ketinggian air

2. Termometer Untuk mengukur suhu air.

3. Alat tulis Untul mencatat data pengamatan

4. Senter Sebagai penerangan pada pengamatan di


malam hari.
15

5. Air laut Sebagai objek pengamatan

b. Arus dan gelombang

Tabel 3.2.2. Alat dan bahan arus dan gelombang


No. Nama Alat Gambar Kegunaan
dan bahan

1. Meteran Roll Sebagai pengukur ketinggian air

2. stopwatch Untuk mengukur waktu bola renggang.

3. Bola plastik Sebagai sarana untuk mengetahui arah


(kecil) arus serta menghitung banyaknya
gelombang

4 Tali sepajang Untuk mengikat bola


5m

5 Compas Sebagai petunjuk arah renggang nya


bola

.6 Senter Sebagai penerangan pada pengamatan


di malam hari.

7 Alat tulis Untul mencatat data pengamatan

8. Air laut Sebagai objek pengamatan

3.3 Teknik Pengumpulan Data


16

3.3.1 Obsevasi

Teknik pengumpulan data observasi pada praktikum pengukuran pasang surut

arus dan gelombang dengan mengamati langsung fenomena pasang surut, arus,

dan gelombang di lokasi yang ditentukan di Pulau Bukori. Dalam mengumpulkan

data pasang surut, saya mencatat ketinggian air laut mengukur suhu air. Untuk

pengukuran arus dan gelombang, saya mengukur arah arus, ketinggian air, serta

banyaknya gelombang dalam watu renggangnya bola.

3.3.2 Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data studi pustaka pada praktikum pengukuran pasang

surut arus dan gelombang dengan mencari data dan informasi terkait pasang surut,

arus, dan gelombang di Pulau Bokori.

3.3.3 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dokumentasi pada praktikum pengukuran pasang

surut arus dan gelombang dengan mengumpulkan data dan informasi dari

dokumen, laporan, dan catatan terkait yang ada di intermet serta mengmbil

beberapa gambar yang akan di lampirian pada laporan ini.


17

3.4 Prosedur Pratikum

3.4.1 Pasang surut

Adapun prosedur kerja pada pratikum pasang surut yaitu.

Gambar 1. Alur prosedur kerja pasang surut


18

3.4.2 Arus

Adapun prosedur kerja pada pratikum pasang surut yaitu.

Arus

Penyiapan alat dan bahan

Pengamatan arus di mulai pada jam 13.37

Untuk awalan pengamatan arus, bola plastik di ikat


pada ujung tali.

Kemudian bola yang di ikat dengan tali nilon di letakan di


permukaan
IV.airHASIL
laut sampai
DAN tali PEMBAHASAN
tersebut menjadi renggang.

Kemudian bola yang di ikat dengan tali nilon di letakan di


permukaan air laut smpai tali tersebut menjadi renggang.
19

4.1 Hasil

4.1.1 Pasang Surur

Berdasarkan hasil praktikum lapangan yang dilakukan, hasil pengumpulan

data yang diperoleh dengan waktu 24 jam selisih. hasil pengukuran pada

pengamatan pasang surut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1.1 Pasang Surut

NO WAKTU SUHU KETINGGIAN


1 13.50 31˚C 2,40 M
2 14.20 31˚C 2,36 M
3 14.50 31˚C 2,21 M
4 15.20 31˚C 2,20 M
5 15.50 31˚C 1,85 M
6 16.20 30˚C 1,79 M
7 16.50 31˚C 1,65 M
8 17.20 31˚C 1,14 M
9 18.50 31˚C 1M
10 18.20 31˚C 72 M
11 19.50 30˚C 51 M
12 19.20 30˚C 45M
13 20.50 30˚C 40 M
14 20.20 30˚C 35 M
15 20.50 30˚C 40 M
16 21.20 30˚C 45 M
17 21.50 30˚C 62 M
18 22.20 30˚C 52 M
19 22.50 30˚C 1,11 M
20 23.20 30˚C 1,20 M
21 23.50 29˚C 1,34 M
22 00.20 29˚C 1,60 M
23 00.50 29˚C 1,80 M
24 01.20 29˚C 1,96 M
25 01.50 29˚C 2,10 M
26 02.20 29˚C 2,17M
27 02.50 29˚C 2,24 M
28 03.20 29˚C 2,31 M
29 03.50 29˚C 2,5M
30 04.20 29˚C 1,95 M
31 04.50 29˚C 1,80 M
20

32 05.20 29˚C 1,76 M


33 05.50 29˚C 1,54 M
34 06.20 29˚C 1,28 M
35 06.50 29˚C 1,23 M
36 07.20 29˚C 1,10 M
37 07.50 29˚C 1,17 M
38 08.20 29˚C 1,9 M
39 08.50 29˚C 1,13 M
40 09.20 30˚C 1,32 M
41 09.50 30˚C 1,48 M
42 10.20 30˚C 1,72 M
43 10.50 30˚C 1,84 M
44 11.20 30˚C 1,98 M
45 11.50 30˚C 2,14 M
46 12.20 30˚C 2,14M
47 12.50 30˚C 2,43 M
48 13.20 30˚C 2,34M
49 13.50 30˚C 2,43 M

Gambar 1. Grafik pasang surut


21

4.1.2 Arus

Berdasarkan hasil praktikum lapangan yang dilakukan, hasil pengumpulan

data yang diperoleh dengan waktu 24 jam selisih. hasil pengukuran pada

pengamatan arus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1.2 Arus

No. Waktu jarak Arah Arus Ketinggian Air Waktu Renggang

1 13.37 5m 295° (barat laut) 135 cm 03.23


2 14.07 5m 301° (barat laut) 137 cm 03.18
3 14.37 5m 297° (barat) 132 cm 08.49
4 15.07 5m 69° (timur Laut) 129 cm 06.50
5 15.37 5m 341° (utara) 130 cm 01.33
6 16.07 5m 315° (barat laut) 98 cm 06.38
7 16.37 5m 333° (barat laut) 83 cm 02.34
8 17.07 5m 82° (timur) 45 cm 07.58
9 17.37 5m 5° (utara) 43 cm 03.20
10 18.07 5m 1° (utara) 65 cm 03.35
11 18.37 5m 26° (utara) 62 cm 11.10
12 19.07 5m 356° (barat) 42 cm 02.50
13 19.37 5m 319° (barat laut) 33 cm 02.50
14 20.07 5m 312° (barat laut) 24 cm 04.47
15 20.37 5m 162° (selatan) 22 cm 02.29
16 21.07 5m 100° (utara) 25 cm 07.00
17 21.37 5m 67° (timur Laut) 21 cm 02.46
18 22.07 5m 250° (barat) 24 cm 01.53
19 22.37 5m 322° (barat Laut) 26 cm 04.15
20 23.07 5m 357° (timur Laut) 76 cm 04.07
21 23.37 5m 316° (barat laut) 25 cm 02.57
22 00.07 5m 27° (timur Laut) 190 cm 05.39
23 00.37 5m 48° (timur Laut) 180 cm 04.27
24 01.07 5 m 34° (timur Laut) 115 cm 05.12
25 01.37 5m 20° (utara) 119 cm 03.14
26 02.07 5m 323° (barat laut) 153 cm 04.04
27 02.37 5m 327° (barat laut) 154 cm 06.38
28 03.07 5m 0°(utara) 166 cm 11.35
29 03.37 5m 95° (utara) 169 cm 14.02
30 04.07 5m 164° (selatan) 152 cm 05.32
22

31 04.37 5m 61° (timur) 156 cm 16.20


32 05.07 5m 212° (barat) 145 cm 11.55
33 05.37 5m 242° (barat daya) 140 cm 08.16
34 06.07 5m 312° (barat daya) 110 cm 04.56
35 06.37 5m 310° (barat laut) 122 cm 06.09
36 07.07 5m 82° (timur) 110 cm 04.56
37 07.37 5m 7°(utara) 90 cm 04.31
38 08.07 5m 317° (barat daya) 71 cm 03.33
39 08.37 5m 80° (utara) 95 cm 06.45
40 09.07 5m 83° (timur) 104 cm 06.06
41 09.37 5m 357°utara 106 cm 03.06
42 10.07 5m 61° (timur Laut) 130 cm 03.49
43 10.37 5m 337° (barat laut) 130 cm 05.25
44 11.07 5m 13° (utara) 145 cm 05.17
45 11.37 5m 8° (utara) 130 cm 05.16
46 12.07 5m 53° (utara) 160 cm 06.36
47 12.37 5m 21°(utara) 155 cm 05.50
48 13.07 5m 320° (barat laut) 130 cm 04.13

Gambar 2. Grafik arus


23

4.1.3 Gelombang

Berdasarkan hasil praktikum lapangan yang dilakukan, hasil pengumpulan data

yang diperoleh dengan waktu 24 jam selisih. hasil pengukuran pada pengamatan

gelombang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.1.3 Gelombang

ketinggian air
No. waktu jarak Arah Arus waktu renggang
(cm)
1 13.37 5m 295° (barat laut) 135 cm 03.23
2 14.07 5m 301° (barat laut) 137 cm 03.18
3 14.37 5m 297° (barat) 132 cm 08.49
4 15.07 5m 69° (timur Laut) 129 cm 06.50
5 15.37 5m 341° (utara) 130 cm 01.33
6 16.07 5m 315° (barat laut) 98 cm 06.38
7 16.37 5m 333° (barat laut) 83 cm 02.34
8 17.07 5m 82° (timur) 45 cm 07.58
9 17.37 5m 5° (utara) 43 cm 03.20
10 18.07 5m 1° (utara) 65 cm 03.35
11 18.37 5m 26° (utara) 62 cm 11.10
12 19.07 5m 356° (barat) 42 cm 02.50
13 19.37 5m 319° (barat laut) 33 cm 02.50
14 20.07 5m 312° (barat laut) 24 cm 04.47
15 20.37 5m 162° (selatan) 22 cm 02.29
16 21.07 5m 100° (utara) 25 cm 07.00
17 21.37 5m 67° (timur Laut) 21 cm 02.46
18 22.07 5m 250° (barat) 24 cm 01.53
19 22.37 5m 322° (barat Laut) 26 cm 04.15
20 23.07 5m 357° (timur Laut) 76 cm 04.07
21 23.37 5m 316° (barat laut) 25 cm 02.57
22 00.07 5m 27° (timur Laut) 190 cm 05.39
23 00.37 5m 48° (timur Laut) 180 cm 04.27
24 01.07 5 m 34° (timur Laut) 115 cm 05.12
25 01.37 5m 20° (utara) 119 cm 03.14
26 02.07 5m 323° (barat laut) 153 cm 04.04
27 02.37 5m 327° (barat laut) 154 cm 06.38
28 03.07 5m 0°(utara) 166 cm 11.35
29 03.37 5m 95° (utara) 169 cm 14.02
30 04.07 5m 164° (selatan) 152 cm 05.32
31 04.37 5m 61° (timur) 156 cm 16.20
24

32 05.07 5m 212° (barat) 145 cm 11.55


33 05.37 5m 242° (barat daya) 140 cm 08.16
34 06.07 5m 312° (barat daya) 110 cm 04.56
35 06.37 5m 310° (barat laut) 122 cm 06.09
36 07.07 5m 82° (timur) 110 cm 04.56
37 07.37 5m 7°(utara) 90 cm 04.31
38 08.07 5m 317° (barat daya) 71 cm 03.33
39 08.37 5m 80° (utara) 95 cm 06.45
40 09.07 5m 83° (timur) 104 cm 06.06
41 09.37 5m 357°utara 106 cm 03.06
42 10.07 5m 61° (timur Laut) 130 cm 03.49
43 10.37 5m 337° (barat laut) 130 cm 05.25
44 11.07 5m 13° (utara) 145 cm 05.17
45 11.37 5m 8° (utara) 130 cm 05.16
46 12.07 5m 53° (utara) 160 cm 06.36
47 12.37 5m 21°(utara) 155 cm 05.50
48 13.07 5m 320° (barat laut) 130 cm 04.13

Gambar 3. Grafik gelombang


25

4.2 Pembahasan
26

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai