Anda di halaman 1dari 30

IMPLEMENTASI PEMBERIAN MADU PADA LUKA ULKUS

DIABETIKUM DI RSU JENDRAL AHMAD YANI KOTA METRO

KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI NERS

OLEH :

Muhammad Yonando Fahrezy

2023207209078

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2023
IMPLEMENTASI PEMBERIAN MADU PADA LUKA ULKUS
DIABETIKUM DI RSU JENDRAL AHMAD YANI KOTA METRO

KARYA ILMIAH AKHIR PROFESI NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

OLEH :

Muhammad Yonando Fahrezy

2023207209078

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau

ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.

Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari

empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para

pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkaT selama beberapa

dekadeterakhir. (WHO Global Report, 2016)

Data WHO menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tidak menular pada

tahun 2004 yang mencapai 48,30% sedikit lebih besar dari angka kejadian penyakit

menular, yaitu sebesar 47,50%. Bahkan penyakit tidak menular menjadi penyebab

kematian nomor satu di dunia (63,50%). (Faktor Risiko Diabetes Mellitus di Indonesia

(Analisis Data Sakerti 2007), Dita Garnita, FKM UI, 2012). Secara global, diperkirakan

422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108

juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah

meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5%

pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait
seperti kelebihan berat badan atau obesitas Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada

tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan

2,2 juta kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya.

Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun.

Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun

lebih tinggi di negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-

negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007

menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus,

tumor, dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Pada

tahun 2007, sebesar 59,5% penyebab kematian di Indonesia merupakan penyakit tidak

menular. Selain itu, persentase kematian akibat penyakit tidak menular juga meningkat

dari tahun ke tahun, yaitu 41,7% pada tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5%

pada tahun 2007. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan

diagnosis dokter pada penduduk umur = 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat

menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia = 15 tahun yang

terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM

tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%. Prevalensi DM semua umur di Indonesia

pada Riskesdas 2018 sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia =15
tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi DM tertinggi semu

umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di DKI Jakarta dan terendah di NTT.

Sedangkan menurut data International Diabetes Federation (IDF), di Indonesia

terdapat 10 juta kasus diabetes yang diderita oleh penduduk dewasa dari total populasi

sebanyak 161.572.000 penduduk. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia menyebutkan prevalensi penderita diabetes 3 penduduk di atas 15 tahun adalah

1,5-2,3 persen di mana prevalensi daerah perkotaan lebih tinggi dari daerah pedesaan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2018 menunjukkan

hasil proporsi penderita diabetes di Indonesia pada penduduk ≥15 tahun dengan diabetes

mellitus adalah 8,5 persen. Prevalensi diabetes mellitus ini berdasarkan diagnosis dokter

mengalami peningkatan di mana sebelumnya tercatat sebanyak 6,9 persen di tahun 2013

(Kemenkes, 2018).

Sedangkan menurut data Riskesdas Provinsi Lampung tahun 2013 jumlah

penderita diabetes mellitus yang terdiagnosis dokter sebesar 0,7 persen. Prevalensi

penderita diabetes mellitus di Kota Bandar Lampung berada di posisi kelima terbanyak

dengan jumlah 0,8 persen. Sementara jumlah penderita di Lampung yang terdiagnosis

dan yang tidak terdiagnosis tetapi selama sebulan terakhir mengalami gejala-gejala

diabetes mellitus berjumlah lebih besar yaitu 0,8 persen dengan prevalensi di Kota

Bandar Lampung sebesar 0,8 persen (Kemenkes, 2013).


Beberapa peneliti menyatakan bahwa pengobatan herbal pada pasien gangrene

menggunakan minyak zaitun, madu dan aloe vera. Penanganan luka pada pasien

Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologis. Madu merupakan

terapi nonfarmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes Mellitus.

Madu sebagai tanaman herbal memiliki sifat asam yang terkandungnya dengan ph

3,9, sehingga membuat beberapa bakteri tidak dapat hidup dan akan lisis dengan

sendirinya. Sifat osmotik pada madu menyebabkan aliran getah bening/limfe meningkat

kearah luka. Madu juga efektif untuk mengatasi luka antara lain ulkus pada penderita

diabetes, luka bakar, bekas luka operasi, maupun luka kanker. Beberapa manfaat dimiliki

oleh madu diantaranya sebagai antimicrobial, antiinflamasi, membantu pelepasan slough

dan jaringan nektroik, memberikan kelembaban pada daerah luka dan mengurangi bau

yang dihasilkan dari luka (Ayu Ningsih Dkk, 2019).

Madu mengandung beberapa kandungan mineral seperti natrium, kalium,

magnesium alumunium, fosfor, besi dan kalsium. Vitamin yang terkandung didalamnya

adalah thiamin (B1), riboflavin (B12) asam askorbat, piridoksin (B6), niasin, asam

pantetota, biotin, asam folat dan vitamin K, sedangkan enzim yang penting terkandung

dalam madu adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase.

Penggunaan madu dalam perawatan luka terbukti efektif, pada sebuah penelitian di

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 33 klien yang dirawat menggunakan


madu, 29 klien menunjukkan kesuksesan yang ditandai dengan proses penyembuhan

yang baik dan ratarata Dirawat selama 5-6 minggu. Tiga orang tidak menunjukkan hasil

yang baik karena klien dalam keadaan immunodefisiensi. Beberapa penelitian

sebelumnya mengatakan bahwa madu memiliki efektivitas yanmg baik dibuktikan

dengan proses penyembuhan luka yang cepat, bersih, mengurangi bau, slough dan

nekrotik berkurang, granulasi dan epitelisasi meningkat serta penyembuhan luka minim

jaringan parut (Ayu Ningsih Dkk, 2019).

Ada beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu sangat efektif di

gunakan sebagai terapi topikal pada luka, yang akan menghasilkan terjadinya

peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan.

Kandungannya madu manuka memiliki kandungan karbohidrat, kalsium, zat besi,

maupun sodium, bedanya jumlah kandungannya ini empat kali lipat lebih banyak dari

madu bisa, yang lebih istimewa lagi madu dari pohon manuka memiliki kandungan

methylglyoxal (MGO) alami 100-800 mg/kg yang bersifat anti bakteri, Madu ini juga di

perkaya asam folat yang kaya anti oksidan, peptida anion kation untuk membantu

regenerasi sel kulit, anti inflamasi. Ph rendah Madu manuka juga sangat asam (pH 3,9-

4,5) dimana dapat menghentikan pertumbuhan sebagian besar bakteri dan mengandung

sekitar 70-80 % gula proses ini di tingkatkan dalam lingkungan yang lemab dan madu

manuka juga tidak menyebabbkan kerusakan jaringan. Madu manuka mempunyai efek
nutrisi langsung pada luka yang mensuplai gula ke sel darah putih yang memerangi

infeksi (Melidonis et al., 2012).

Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan Karya Tulis Ilmiah

mengenai penyakit diabetes melitus dengan judul “ Aplikasi pemberian madu untuk

perawatan luka pada penderita diabetes mellitus di RSU Jendral Ahmad Yani Kota Metro

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada

penderia diabetes mellitus Dengan menggunakan Metode pemberian madu untuk

perawatan luka pada penderita diabetes mellitus di RSU Jendral Ahmad Yani Kota

Metro

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian masalah diabetes mellitus pada penderita diabetes

mellitus

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada penderita diabetes mellitus

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada penderita diabetes mellitus

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada penderita diabetes mellitus


e. Mampu melakukan evaluasi pada penderita diabetes mellitus

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teorittis

Karya ilmiah ini memberikan sambungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang kesehatan khususnya di bidang keperawatan dalam menggali asuhan

keperawatan pada penderita diabetes mellitus salah satunya pengaplikasian pemberian

madu untuk perawatan luka pada penderita diabetes mellitus

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :

a. Bagi Institusi Pendidikan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan kepustakaan khususnya

tentang ” pengaplikasian pemberian madu untuk perawatan luka pada penderita

diabetes mellitus”.

b. Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

penderita tentang pentingnya Penerapan pemberian madu untuk perawatan luka

pada penderita diabetes mellitus.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemik yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan

sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis

mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati. (Yuliana, 2013)

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang tidak dapat disembuhkan

tetapi dapat dikontrol yang ditandai dengan hiperglikemik yang berhubungan dengan

abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin akibat pankreas yang menghentikan produksi insulin yang

menyebabkan kompikaskronis.gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi

yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi

insulin. (Wijaya dan Yessie, 2013).

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya.( Priantono dan Sulistianingsih, 2016). Diabetes meilitus adalah

penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidaan absolut insulin atau penurunan

relative insentivitas sel terhadap insulin. (Corwin, 2009)


2. Anatomi Fisiologi

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di

dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pula dalam peta, sehingga

disebut dengan pulau – pulau Langerhans pankreas. Pulau-pulau ini berisi sel alpha

yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang menghasilkan hormon

insulin. Kedua hormon ini bekerja secara berlawanan, glukagon meningkatkan

glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah.

(Syaifuddin, 2012). Pankreas adalah organ abdomen difus dan besar yang berfungsi

sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin.(Corwin, 2009)

Fungsi eksokrin pankreas berkaitan dengan system dan pengeluaan enzim-enzim

pencernaan dan larut natrium bikarbonat dari sel-sel khusus pankreas yang disebut sel

asinus acinin. Sel-sel asinus mengeluarkan isinya ke dalam ductus pankreatik. Dari

ductus pankreatik, enzim dan larutan bikarbonat mengalir melewati sfingeter oddi

masuk ke bagian pertama dari usus halus, yaitu duodenum. Enzim pankreatik dan

larutan bikarbonat berperan dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan di

usus halus.(Corwin, 2009)

Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan hormone insulin,

glucagon, dan somatostatin, hormone ini masing – masing diprosuksi oleh sel-sel

khusus yang berbeda di pancreas, yang disebut pulau Langerhans. (Corwin, 2009)
Gambar 2.1 Pankreas

(Wiajaya dan Yessie, 2013).

3. Konsep Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak bening terletak retroperitonial dalam

abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pankreas terletak

dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke superior. Duktus pankreatikus

bersatu dengan dukus koleduktus dan masuk ke duodenum, pankreas menghsilkan

dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. (Syaifuddin, 2012).

a. Kelenjar Eksokrin Pankreas

Fungsi eksokrin pankreas berkaitan dengan system dan pengeluaan enzim-enzim

pencernaan dan larut natrium bikarbonat dari sel-sel khusus pancreas yang disebut sel

asinus acinin. Sel-sel asinus mengeluarkan isinya ke dalam ductus pankreatik. Dari

ductus pankreatik, enzim dan larutan bikarbonat mengalir melewati sfingeter oddi

masuk ke bagian pertama dari usus halus, yaitu duodenum. Enzim pankreatik dan

larutan bikarbonat berperan dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan di

usus halus. (Corwin,2009)


1. Sekresi Enzim Pankreas

Sekresi enzim pankreas terutama berlangsung akibat stimulasi pankreas

oleh kolesistokinin (CCK), suatu hormon yang dikeluarkan oleh usus halus.

Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran CCK adalah adanya campuran

partikel makanan yang masuk ke duodenum dalam campuran makanan dari

lambung. Enzim pankreas disekresi sebagai proenzim inaktif yang diaktivasi

jika sudah mencapai duodenum. Enzim pengaktivasi termasuk tripsin,

amilase, dan lipase, yang bertanggung jawab untuk mencerna protein

menjadi asam amino, karbohidrat menjadi gula sederhana, dan lemak

menjadi asam lemak dan monogliserida, atau sebaliknya. Campuran makanan

dari lambung disebut kimus cyme.(Corwin,2009)

2. Sekresi Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat dikeluarkan dari sel asinus ke dalam ductus pankreatikus

lalu disalurkan ke usus halus, sebagai respons terhadap hormon usus halus

kedua, sekretin. Sekretin dikeluaarkan dari usus halus sebagai respons

terhadap kimus yang sangat asam yang datang dari lambung . ketika kimus

disalurkan ke usus halus, natrium bikarbonat, yang bersifat basa,

menetralisisr asam kimus.(Corwin, 2009).

b. Kelenjar Endokrin Pankreas

Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan hormon

insulin, glukagon, dan somatostatin, hormon ini masing – masing diproduksi oleh

sel – sel khusus yang berbeda di pankreas, yang disebut pulau Langerhans.

(Corwin, 2009)
1. Sintesis dan Sekresi Insulin

Sintesis insulin di pankreas berasal dari pembelahan enzimatik molekul

proinsulin, yang merupakan produk pembelahan molekul preproinsulin yang

lebih besar. Insulin dilepaskan pada tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta pulau

Langerhans. Stimulasi utama untuk pelepasan insulin diatas kadar basal

adalah peningkatan glukosa darah. Kadar glukosa gula darah puasa dalam

keadaan normal adalah 80-90 mg/100ml darah. Apabila glukosa darah

meningkat lebih dari 100mg/100ml darah, maka sekresi insulin di pankreas

dengan cepat meningkat cepat dan kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam.

Insulin adalah hormone utama pada stadium absorptive pencernaan yang

terjadi setelah makan. Diantara waktu waktu makan, kadar glukosa rendah.

(Corwin,2009)

2. Sekresi Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan oleh sel alfa pulau

langershans sebagai respons terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan

peningkatan asam amino plasma. Glucagon adalah hormone utama stadium

pasca absorptive pencernaan, yang terjadi selama periode puasa antara waktu

makan. Fungsi horomon ini terutama dalah katabolik (penguraian). Secara

umum kerja glucagon berlawanan dengan fungsi insulin. (Corwin,2009)

3. Sekresi Somatostatis

Somatostatin diekresikan oleh sel delta pulau Langerhans. Somatostin juga

disebut hormon penghambat hormon pertumbuhan dan dilepaskan oleh

hipotalamus. Somatostatin dari hipotalamus merupakan salah satu


penghambat pelepasan hormon pertumbuhan hormone hipotalamus

mengontrol pelepasan hormon pertumbuhan dari hipofisis anterior.

Somatostatin dari pankreas tampaknya memiliki efek minimal pada pelepasan

hormone pertumbuhan dari hipofisis. Hormon ini mengendalikan metabolisme

dengan menghambat sekresi insulin dan glucagon. Fungsi lainnya belum

diketahui. (Corwin,2009)

4. Etiologi

Sebab yang tepat timbulnya penyakit ini belum diketahui. Tetapi diantaranya

disebabkan oleh timbulnya defensiasi insulin, relatif ataupun absolut. Jadi dibutuhkan

lebih banyak daripada yang dapat dibentuk oleh tubuh. Selain itu juga berhubungan

dengan growth hormone yang dibuat oleh kelenjar hiposis dan berbagai steroid yang

dibentuk oleh kelenjar adrenal. Kerena itu diabetes akan timbul bila keseimbangan

normal antara ketiga kelenjar endokrin terganggu. (Padila,2012).

5. DM Tipe I

Diabetes mellitus tipe 1 adalah hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin.

Sebelumnya, tipe diabetes ini disebut sebagai diabetes mellitus dependen insulin

(IDDM), karena individu pengidap penyakit ini harus mendapatkan insulin pengganti.

Penyebab diabetes tipe 1 diperkirakan terjadi akibat destruksi otoimun sel-sel beta

pulau langershans. Individu yang memiliki kecenderungan genetik penyakit ini

tampaknya menerima faktor pemicu dari lingkungan yang menginisiasi proses


otoimun. Ada kecenderungan pengaruh genetic individu untuk mengidap diabetes

mellitus tipe2.(Corwin,2009)

6. DM Tipe II

Hiperglikemia yang disebabkan insensitivitas seluler terhadap insulin disebut

diabetes mellitus tipe 2. Selain itu, terjadi defek sekresi insulin ketidakmampuan

pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa

plasma yang normal. (Elizabeth corwin,2009). Penyebab diabetes tipe 2 untuk

kebanyakan induvidu, diabetes mellitus tipe 2 tampaknya berkaitan dengan

kegemukan. Selain itu, kecenderungan pengaruh enetik, yang menentukan

kemungkinan individu mengidap penyakit ini ukup kuat. Diperkirakan bahwa

terdapat sifat genetik yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pankreas

mengeluarkan insulin yang berbeda, atau menyebabkan reseptor insulin atau

perantara keduanya tidak berespons secara adekuat terhadap insulin. Ransangan

berkepanjangn atas reseptor tersebut dapat menyebabkan penururnan jumlah

reseptor insulin yang terdapat di sel tubuh downregulation .(Elizabeth

corwin,2009). Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.

Faktor reaksi yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia,

obesitas, riawayat dan keluarga. (Yuliana,2013)

7. Klasifikasi

a. Diabetes mellitus tipe I (IDDM/ insulin Dependent Diabetes Mellitus)


disebabkan destruksi sel beta pulau Langerhans akibat proses auoimun.

Destruksi sel beta pankreas, umumnya terjadi defisiensi insulin absolut

sehingga mutlak membutuhkan terapi insulin. Biasanya disebabkan karena

penyakit autoimun atau idiopatik. (Priantono dan Sulistianingsih, 2016)

b. Diabetes mellitus tipe II (NIDDM/ Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin, resistensi

insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan

glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh

hati:

1. Tipe II dengan obesitas

2. Tipe II tanpa obesitas

Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai dominan

defeksekresi insulin disertai resistensi insulin.(Priantono dan Sulistianingsih,

2016).

8. Patofisiologi

Diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang kronik dan bersifat sistemik

dengan karakteristik peningkatan gula darah atau glukosa atau hiperglikemi yang

disebabkan menurunnya sekresi aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan

terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa secara normal

bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah dan sangat dibutuhkan untuk

kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang yang

dikonsumsi. Makanan yang masuk sebagian digunakan untuk kebutuhan energy dan
jaringan lainnya dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormone yang

diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans pankreas yang kemudian produksinya

masuk dalam darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika terdapat

makanan yang masuk. Insulin disekresikan oleh sel beta, satu diantara empat sel

pulau Langerhans pankreas. Insulin merupakan hormone yng dapat membantu

memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati, dan sel lemak. Diabetes terjadi

berkurangnya insulin atau adanya insulin berakibat pada gangguan tiga metabolism

yaitu menurunnya penggunaan gllukosa, meningkatnya mobilisasi lemak, dan

meningkatnya penggunaan protein. (Tarwoto, 2012).

9. Patofisiologi
10. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala

No Gejala DM Tipe I DM Tipe II


1 Poliuria ++ +
2 Polidipsi ++ +
3 Polifagia ++ +
4 Kehilangan berat badan ++ _
5 Pruritus + ++
6 Infeksi kulit + ++
7 Vaginitis + ++
8 Ketonuria ++ _
9 Lemah, lelah dan pusing ++ +
(Wijaya & Yessie, 2013)

Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada

DM umumnya tidak ada, sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan

akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan syaraf. Pada DM

lansia terdapat perubahan patofiologi akibat proses menua, sehingga gambaran

klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang

luas, keluhan yang sering muncul adalah gangguan penglihatan karena katarak, rasa

kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (nueropati perifer) dan luka pada

tungkai yang suka sembuh dengan pengobatan lazim. (Padila, 2012). Berikut ini

tanda klasik dari diabetes millitus :

a. Banyak Kencing (poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak

kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat

mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.

b. Banyak Minum (polidipsi)


Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyak cairan yang keluar

melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab

rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk

menghilangkan rasa haus dengan banyak minum.

c. Banyak Makan (polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul karena mengalami keseimbangan

energi negative sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk

menghilangkan rasa lapar yaitu dengan banyak makan.

d. Penurunan Berat Badan dan Rasa Lelah

Penurunan berat badan yang berlansung dalam relative singkat harus

menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat

masuk ke dalam sel sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan

tenaga.

11. komplikasi

Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor

yaitu metabolik akut dan metabolik kronik. Komplikasi Metabolik Akut Komplikasi

akut merupakan komplikasi diabetes yang terjadi dalam jangka waktu pendek, atau

bersifat mendadak.

a. Ketoasidosis Diabetic

Ketoasidosis diabetic (diabetic kotoasidosis) adlaah keadaan gawat darurat

akibat hiperglikemia dimana terbentuk banyak asam dalam darah sehingga sel

otot tidak mampu lagi memebentuk energy sehingga dalam keadaan darurat ini
tubuh akan memecah lemak dan terbentuk asam yang ada dalam peredaran darah

yang disebut keton. (Tanda, 2017)

b. Koma Nonketotik Hiperglikemia Hyperosmolar

Merupakan komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap DM tipe 2. Koma

nonketotik hiperglikemia hyperosmolar biasanya dijumpai pada lansia pengidap

diabetes setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.(Corwin,2009)

c. Efek Somogyi

Efek somogyi merupakan komplikasi akut yang ditandai dengan penurunan unik

kadar gula darah dimalam hari, ketika kemudian di pagi harigula darah kembali

meningkat diikuti peningkatan rebound pada paginya.(Corwin,2009)

d. Fenomena Fajar(dawn phenomenom)

Adalah hiperglikemia pada pagi hari (anatara jam 5 dan 9 pagi) yang tampak

disebabkan oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di pagi hari.(Corwin,2009)

e. Hipoglikemia

Terjadi pada penderita Diabetes Melitus yang diobati dengan suntikan insulin

maupun minum tablet antidiabetes, tetapi tidak makan dan olahraga melebihi

takaran.(Tanda, 2017)

Komplikasi Kronik Jangka Panjang Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol

dalam waktu lama akan menyebabkan komplikasi kronik yaitu berupa kerusakan pada

pembuluh darah dan saraf.

a) Sistem kardiovaskuler

Diabetes mellitus jangka panjang memberi dampak yang parah ke system

kardiovaskuler, dipengaruhi oleh diabetes mellitus kronis. Terjadi kerusakan


mikrovaskuler di arteriol kecil, kapiler, dan venula.kerusakan mikrovaskuler

terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena

akibat dari gangguan mikro dan makrovaskuler ini.(Corwin,2009)

b) Gangguan pengelihatan

Ancaman paling serius terhadap pengelihatan adalah retinopati atau kerusakan

pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina adalah jaringan sangat aktif

bermetabolisme dan pada hipoksia kronisny, membentuk mikroanuerima, dan

memperlihatkan bercak-bercak perdarahan. (Corwin,2009)

c) Kerusakan ginjal

Pada kerusakan ginjal, diperkirakan glomerulus rusak karena denaturasi protein,

tingginya kadar glukosa dengan aliran darah yang tinggi pada ginjal dan hipertensi

intraglumerular.(Tanda, 2017)

d) System saraf(neuropati)

Hal ini biasanya terjadi setelah gula darah terus tinggi dan tidak terkontrol dengan

baik, dan langusng sampai 10 tahun atau lebih yang melemahkan dan merusak

dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi

saraf yang disebut neuropatik diabetes. (Tanda, 2017) Komplikasi dari diabetes

mellitus dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu makrosngiopsti, mikroangiopati,

neuropati. Mikroangiopati merupakan komplikasi yang terjadi paling dini diikuti

dengan makroangiopati dan neuropati. (Priantono dan Sulistianingsih,2016)

12. Pemeriksaan Penunjang

a. Glukosa darah sewaktu


b. Kadar glukosa darah puasa

c. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus sedikitnya dua kali pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl.

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl.

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengonsumsi

75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl (Padila,2012).

Menurut Tarwoto dkk, 2011 pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien

DM adalah :

a. Pemeriksaan urine

- Glukosa urine meningkat

- Pemeriksaan keton dan albumin urine

b. Pemeriksaan darah

- Pemeriksaan gula darah meningkat

- Peningkatan HgbA1c

- Kolesterol dan triserida menginkat

- Pemeriksaan darah urea nitrogen (BUN) dan kreatinin

- Pemeriksaan elektrolit

c. Rontgen foto

- Rontgen dada untuk menentukan adanya kelainan paru-paru

d. Kultur jaringan pada luka gangrene


e. Pemeriksaan organ lain yang berhubungan dengan komlikasi Diabetes Meilitus

(jantung, mata, saraf, dll)

13. Penatalaksanaan Dm tipe II

Tujuan utama terapi diabetes mellitus dalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta

neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes mellitus adalah mencapai kadar

gula darah normal. (Padila,2012). Tujuan pengobatan diabetes mellitus adalah secara

konsisten menormalkan kadar glukosa darah dengan variasi hari-ke-hari, jam-ke-jam

yang minimum (Corwin,2009). Menurut Tarwoto dkk : 2012, tujuan penatalaksanaan

pasien dengan Diabetes Meilitus adalah

a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan glukosa dalam darah

b. Mencegah komplikasi vaskuler dan neuropati

c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan proses keperawatan pertamauntuk menentukan masalah

kesehatan yang dialami oleh klien. Pengkajian yang digunakan dalam laporan ini

adalah menggunakan pengkajian model keperawatan dan telah mengalami

perbaikan.Pengkajian menggunakan model keperawatan terdiri dari 13 item sesuai

dengan pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Data-data dasar yang mungkin

ditemukan saat mengkaji pasien menurut (NANDA,.2018-2020) adalah sebagai

berikut:
2. Health Promotion

Kesadaran akan kesehatan yang di gunakan untuk mempertahankan control dan

meningkatkan derajat kesehatan.

3. Nutrisi

Pada pasien diabetes ditandai dengan kulit kering, turgor kulit buruk, muntah, dengan

gejala yang biasanya timbul yaitu anoreksia, mual/muntah, polidipsia, dan polifagia.

4. Eliminasi dan Pertukaran

Pada pasien diabetes biasanya ditandai dengan urin encer, warna kuning, poliuria,

dengan gejala yang timbul biasanya perubahan pola berkemih.

5. Aktivitas/Istirahat

Pada pasien diabetes biasanya ditandai dengan takikardi pada keadaan istirahat

maupun saat aktivitas. Gejala yang biasanya timbul yaitu lemah, letih, tonus otot

menurun, gangguan tidur, penglihatan kabur.

6. Persepsi/Kognisi

Pada pasien diabetes biasanya ditandai dengan keadaan cemas, gangguan peran dalam

keluarga dan gula darah naik.

7. Persepsi Diri

Pada pasien diabetes ditandai dengan lemas, pusing, keringat dingin dengan gejala

yang timbul yaitu cemas, gula darah naik, dan sering merasa lelah.

8. Hubungan Peran

Lamanya waktu perawatan pada pasien diabetes menyebabkan gejala psikologis yang

negatif berupa mudah marah dan tersinggung.


9. Seksualitas

Gejala yang muncul pada pasien diabetes biasanya yaitu rebas vagina (cenderun

infeksi), masalah impoten pada pria, dan kesulitan orgasme pada wanita.

10. Koping/Toleransi Stres

Pada pasien diabetes biasanya ditandai dengan gejala pusing, cemas, kelelahan, dan

gula darah tinggi.

11. Prinsip Hidup

Lamanya waktu perawatan pada pasien diabetes biasanya muncul perasaan tidak

berdaya yang menyebabkan gejala psikologis yang negatif berupa mudah marah,

mudah tersinggung, cemas, dan gula darah naik.

12. Keamanan/Perlindungan

Pada pasien diabetes biasanya ditandai dengan munculnya luka yang tidak kunjung

sembuh dan menimbulkan infeksi.

13. Kenyamanan

Pada pasien diabetes biasanya ditandai dengan wajah meringis dan palpitasi. Gejala

yang muncul biasanya abdomen yang tegang atau nyeri (NANDA,20182020).

C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Secara teoritis dignosa keperawatan yang dapat muncul dengan klien DM adalah sebagai

berikut :

a. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensosi perifer, defisit

fungsi motorik, neuropati otonomik.


b. Perfusi perifer tidak efektifberhubungan dengan penurunan sirkulasi darah keperifer,

proses penyakit (DM).

c. Infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (DM).

d. Gangguan intergritas jaringan berhubungan dengan kerusakan jringan (nekrosis

gangreng).

D. Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


1 SDKI SLKI 1. Kaji penampilan
kerusakan Setelah dilakukan asuhan atau keadaan dan
integritas kulit keperawatan selama 3x24 kebersihan kaki
berhubungan jam diharapkan masalah pasien
dengan neuropati kerusakan integritas kulit
sensosi dapat teratasi dengan kriteria 2. Kaji keadaan
perifer, defisit hasil : kuku pasien
fungsi motorik, a) Neuropati tidak ada, tidak 3. Kaji integritas
neuropati terjadi luka atau ulkus kulit pasien, catat
otonomik. diabetikum. warna
b) Vaskularisasi perifer baik, kulit, ada atau
tidak ada tanda – tanda tidaknya ulserasi,
dehidrasi, kebersihan dermatitis
kulit baik 4. Kaji keadaan dan
c) Tidak ditemukan adanya bentuk kaki, adakah
perubahan warna kulit,bentuk kaki kharcot
keadaan kuku dan kaki (cacat adanya
baik dan utuh. pembentukan kalus)
5. Anjurkan kepada
klien untuk menjaga
kebersihan kulit
2 SDKI SLKI 1. Ajarkan pasien
Perfusi perifer Setelah dilakukan asuhan untuk melakukan
tidak keperawatan selama 3x24 mobilisasi.
efektifberhubungan jam diharapkan masalah
dengan penurunan perfusi ferifer tidak efektif 2. Ajarkan tentang
sirkulasi darah dapat teratasi dengan kriteria faktor-faktor yang
keperifer, proses hasil : dapat
penyakit (DM). meningkatkan aliran
darah : tinggikan
kaki
a Luka cepat sembuh sedikit lebih rendah
b Tidak ada nyeri dari jantung (posisi
c nilai ABI normal elevasi pada waktu
istirahat), hindari
penyilangan kaki,
hindari penggunaan
bantal dibelakang
lutut dan
sebagainya,
hindari balutan
ketat.

3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor-
faktor
resiko berupa :
hindari diet tinggi
kolesterol, teknik
relaksasi,
menghentikan
kebiasaan merokok,
dan penggunaan
obat
vasokontriksi.

4. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
dalam pemberian
vasodilator,
pemerikssaan gula
darah secara rutin
dan
terapi oksigen.
3 SDKI SLKI
Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan
jaringan berhubungan keperawatan selama 3x24 1. Kaji luas dan
dengan nekrosis kerusakan jam diharapkan masalah keadaan luka serta
jaringan (nekrosis gangguan integritas jaringan proses
gangrene). dapat teratasi dengan kriteria penyembuhan.
hasil :
1. Luka dapat sembuh 2. Rawat luka
2. Tidak ada luka/lesi pada dengan baik dan
kulit benar :membersikan
3. Perfusi jaringan baik luka secara
Menunjukkan pemahaman aseptikmenggunakan
dalam proses perbaikan larutan yang
kulit dan mencegah tidakiritatif,angkat
terjadinya sedera berulang sisa balutan
4. Mampu melindungi kulit menempelpada luka
dan mempertahankan
dan nekroktomi
kelembaban kulit dan
perawatan alami
jaringan yangmati.
5. Menunjukkan terjadinya
3. Kolaborasi
proses penyembuhan luka dengan dokter
pemberianinsulin.
4. Kolaborasi
dengan dokter
pemeriksaankultur
pus, pemeriksaan
gula darah.
5. Kolaborasi
dengan dokter
pemberianantibiotik.

E. Implementasi penerapan madu pada Diabetes Mellitus tipe II

Madu merupakan cairan alami yang dihasilkan oleh lebah. Madu ini diambil dari

serbuk bunga-bunga yang sedang bermekaran, lebah memproduksi madu sebagai

makanannya madu bernama latin lefstosfermum scopprium (white, 2016).

Dalam hal ini metode perawatan luka menggunakan madu bisa mempercepat

penyembuhan luka pada Diabetes Mellitus tipe II. Karena madu dapat menciptakan

lingkungan yang lembab, anti inflamasi, dan madu juga tidak menyebabkan kerusakan

jaringan, ini dapat menghasilkan fenomena baik debridement dan pertumbuhan pada saat

yang sama. Selain itu madu juga mengandung metilglioksal pangan yang berfungsi

sebagai zat anti bakteri, senyawa ini bisa membunuh bakteri-bakteri jahat yang membawa

dampak buruk bagi luka(Melidosis et al., 2012)


Metode ini mencegah kerusakan pada jaringan normal tetapi juga tidak akan

menyebabkan perdarahan, metode ii juga akan mempercepat penyembuhan luka, karena

madu juga mempunyai sifat mempercepat proses penyembuhan. Meningkatkan pelepasan

oksigen dari hemoglobin sehingga lingkungan luka kurang menguntungkan untuk

aktivitas protease yang rusak, dan osmolariltas madu yang tinggi menarik cairan yang

keluar dari luka dasar untuk membuat aliran keluar.

Cara menggunakan Madu saat perawatan luka yaitu gunakan jumlah madu

sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang keluar dari luka, Frekuensi penggantian

balutan tergantung pada cepatnya madu terlarut dengan eksudat luka. Jika tidak ada

cairan luka, balutan dapat di ganti 1 minggu 3 kali supaya komponen antibakteri yang

terkandung di dalam madu dapat terserap ke dalam jaringan luka. Gunakan balutan yang

bersifat “ oklusif “yaitu menutup semua permukaan luka untuk mencegah Madu meleleh

keluar dari area luka (Tarwoto, & Wartonah, 2015).

Menurut klasifikasi standar ulkus tekanan I - IV derajat, baik luka kuning merah

maupun hitam dengan aplikasi pemberian madu memiliki waktu yang lebih cepat dalam

penyembuhan luka dengan langkah pertama di gunakan metode pencucian luka kemudian

Debridement, setelah itu kemudian madu di oleskan pada luka setiap perawatan setelah

debridemen kemudian di tutup menggunakan kasa agaar tidak terkontaminasi dan kotor.

Selama 12x pertemuan, 1x minggu 3x perawatan luka kemudian menutupi luka dengan

kasa steril dan pembalut. Kandungan madu sendiri melebabkan daerah luka dan menarik

cairan keluar (satish, 2015).

Anda mungkin juga menyukai