Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI

KOMPETENSI SOSIAL KULTURAL ASN :

Purnawan Basundoro
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
Pengantar

• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil
Negara
• Kompetensi Sosial Kultural: adalah
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan
dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk
dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh
setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh
hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan.
• Nama kompetensi: Perekat Bangsa
• Kemampuan dalam mempromosikan sikap
toleransi, keterbukaan, peka terhadap
perbedaan individu/kelompok masyarakat;
mampu menjadi perpanjangan tangan
pemerintah dalam mempersatukan
masyarakat dan membangun hubungan sosial
psikologis dengan masyarakat di tengah
kemajemukan Indonesia sehingga
menciptakan kelekatan yang kuat antara ASN
dan para pemangku kepentingan serta
diantara para pemangku kepentingan itu
sendiri; menjaga, mengembangkan, dan
mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara Indonesia
Keberagaman Indonesia

• Kita dilahirkan di sebuah negara yang


memiliki keberagaman sosial dan budaya.
• Hal itu secara tegas telah disampaikan oleh
Bung Karno dalam pidato di Sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK), bahwa Indonesia
adalah sebuah kesatuan yang terdiri atas
pulau-pulau, suku-suku, serta beraneka ragam
agama.
• Bung Karno: “Karena itu, jikalau tuan-tuan
terima baik, marilah kita mengambil sebagai
dasar negara yang pertama: Kebangsaan
Indonesia. Kebangsaan Indonesia yang bulat!
Bukan kebangsaan Jawa, bukan kebangsaan
Sumatera, bukan kebangsaan Borneo,
Selebes, Bali, atau lain-lain….”
• Keberagaman sebagai anugerah bagi bangsa
Indonesia tentu saja harus dijaga agar tetap
menjadi satu kesatuan utuh yang kuat dan
tidak terpecah belah.
Keberagaman Indonesia
Keberagaman Indonesia

Mata
Pencaharian

Jender/Jenis
Ras
Kelamin

Agama Budaya
Strategi Memahami Keberagaman

• Memahami keberagaman memerlukan


kompetensi sosial dan kompetensi kultural
• Kompetensi sosial: merupakan kemampuan
dalam mengambil cara-cara alternatif dalam
menyikapi sebuah situasi, dengan bekal
pengalaman yang diperoleh sebelumnya yang
kemudian diterapkan ke dalam situasi baru
saat melakukan interaksi sosial untuk
membangun pola interaksi yang baik.
• Kompetensi sosial meliputi: (1) Kemampuan
berkomunikasi, (2) Menjalin hubungan
dengan orang lain, (3) Menghargai diri sendiri
dan orang lain, (4) Mendengarkan pendapat
atau keluhan dari orang lain, (5) Memberi
atau menerima umpan balik (feedback), (6)
Memberi atau menerima kritik, dan (7)
Bertindak.
• Kompetensi sosial tentu saja harus
diselaraskan dengan kondisi keberagaman
yang dihadapi, yang merupakan realitas
kultural.
• Menghadapi keberagaman dibutuhkan
kompetensi kultural.
• Kompetensi kultural: kemampuan dalam
menjalankan fungsinya secara efektif dalam
konteks kehidupan budaya yang berbeda
(beragam).
• Hal tersebut juga didefinsikan sebagai
keserasian perilaku, sikap, dan kebijakan yang
terbangun dalam sistem, lembaga, atau
kalangan professional yang bekerja secara
efektif dalam situasi budaya berbeda
(beragam).
Perilaku dan Tindakan Seorang ASN

• Hindari: 1. Prasangka: sikap (biasanya negatif) berdasarkan keyakinan


stereotipe atau pemberian label kita tentang anggota dari
kelompok tertentu (suku, agama, ras, antar golongan).
Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada
seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompoknya
sendiri.
2. Stereotipe: pemberian sifat tertentu • Stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk
terhadap seseorang atau kelompok menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang
tertentu berdasarkan kategori yang bersifat cenderung negatif tentang orang atau
subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok lain karena dipengaruhi oleh
kelompok yang lain. pengetahuan dan pengalaman tertentu.
• Keyakinan ini menimbulkan penilaian yang
cenderung negatif atau bahkan merendahkan
kelompok lain.
3. Etnosentris: kecenderungan melihat dunia • Pengertian lainnya, etnosentrisme adalah
hanya melalui sudut pandang kelompoknya sikap suatu kelompok yang merasa dirinya
sendiri. Etnosentrisme juga biasanya paling baik, paling benar, dan paling hebat
disertai dengan sikap serta pandangan dibandingkan kelompok masyarakat lain.
meremehkan masyarakat lain. • Dengan begitu, mereka menjadikan nilai dan
norma yang dimiliki sebagai dasar untuk
menilai kelompok masyarakat lain.
• Kasus-kasus genosida atau ethnic cleansing
biasanya didahulu pandangan etnosentris.
4. Rasisme: suatu sistem kepercayaan atau • Rasisme kadang juga dipahami dengan
doktrin yang menyatakan bahwa tindakan negatif terhadap orang lain atas
perbedaan biologis yang melekat pada ras dasar warna kulit, agama, suku, antar
manusia menentukan pencapaian budaya golongan.
atau individu – bahwa suatu ras tertentu • Rasisme juga dijadikan dasar stratifikasi dalam
lebih superior dan memiliki hak untuk berbagai bidang seperti bidang sosial,
mengatur ras yang lainnya. ekonomi, politik, dimana orang berwarna
dianggap sebagai subordinasi orang kulit
putih
5. Diskriminatif: merupakan tindakan yang • Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh
membeda-bedakan dan kurang bersahabat orang yang memiliki prasangka kuat akibat
dari kelompok dominan terhadap tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya,
kelompok subordinasinya. adat istiadat, kebiasaan, atau hukum.
• Ada hubungan antara prasangka dan
diskriminasi yang saling menguatkan, selama
ada prasangka, di sana ada diskriminasi.
• Sikap-sikap negatif atau penyakit budaya itu
sangat rawan terjadi pada negara kita yang
bersifat beragam. Jika tidak diikat oleh nilai
Pancasila yang berasaskan Bhineka Tunggal
Ika, akan menimbulkan perpecahan yang
sangat merugikan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara.
• Lakukan: • Kesetaraan bermakna bahwa manusia sebagai
makhluk Tuhan memiliki tingkat atau
1. Memosisikan diri sebagai mahluk setara kedudukan yang sama.
• Tingkatan atau kedudukan tersebut
bersumber dari pandangan bahwa semua
manusia diciptakan dengan kedudukan yang
sama.
2. Saling pengertian • Merupakan refleksi dan realisasi kesadaran
akan fakta nyata kehidupan yang tidak selalu
sama dan tidak pernah sempurna.
• Di dalamnya terdapat ketulusan, kesiapan,
dan ketegaran untuk menerima kekurangan
sekaligus mensyukuri kelebihan diri sendiri
maupun orang lain.
3. Toleransi • Toleransi berarti menahan diri, bersikap sabar,
membiarkan orang berpendapat lain, dan
berhati lapang terhadap orang-orang yang
memiliki pendapat berbeda.
• Toleransi didasarkan sikap hormat terhadap
martabat manusia, hati nurani, keyakinan,
serta keikhlasan terhadap perbedaan.
4. Kerja sama dengan saling menghargai • Kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan
antara lain di bidang agama, sosial, politik,
ekonomi serta pertahanan keamanan.
• Setiap orang dan organisasi yang tergabung
dalam kerja sama akan ikut tunduk dan patuh
pada aturan yang berlaku.
5. Taat pada etika, norma, dan hukum yang • Di setiap tempat berlaku etika dan norma
berlaku yang berlaku yang harus dijunjung tinggi dan
dilaksanakan.
• Hukum berlaku secara nasional, dan dengan
taat kepada hukum maka akan mengurangi
ketegangan antar masyarakat.
• Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu
pihak yang berkewajiban untuk menjaga
keberagaman tersebut dalam bingkai
persatuan, sehingga hal itu dijadikan tolok
ukur dalam menjalankan tugas (kompetensi).
• Jika hal tersebut bisa dijalankan dengan
sebaik-baiknya maka tugas ASN sebagai
perekat bangsa akan tercapai dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai