Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS (Human


Immunodeficiency Virus/Acquired Immune deficiency Syndrome)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi
Dosen Pengampu: Hosnu Inayati S.Kep., Ns., M.Kep

Anggota Kelompok :
Dwi Nurul Insan K (722621780)
Selvia Ayu Wulandari (722621786)
Anna Sofiana (722621706)
Akhmad Tantowi (722621792)
Moh. Rifki Firnanda (722621777)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa


ta`ala karena atas rahmat, ridho, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Tidak lupa pula
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hosnu Inayati S.Kep., Ns., M.Kep
selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi yang
senantiasa membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Pada Pasien


HIV/AIDS” disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Keperawatan
Reproduksi.

Apabila ada beberapa kesalahan pada makalah ini, baik itu dari segi
penulisan, penyusunan, tata bahasa, maupun materi yang dipaparkan, kami selaku
penulis menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini masih belum
sempurna dan masih memiliki banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca
makalah ini terkhusus Ibu Hosnu Inayati S.Kep., Ns., M.Kep dapat memberikan
kritik dan sarannya kepada kami selaku penulis.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan


dan ilmu pengetahuan.

Sumenep, 8 Maret 2024

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1 Definisi HIV/AIDS............................................................................. 4
2.2 Etiologi HIV/AIDS............................................................................. 4
2.3 Klasifikasi HIV/AIDS........................................................................ 5
2.4 Patofisiologi HIV/AIDS..................................................................... 6
2.5 WOC HIV/AIDS................................................................................ 8
2.6 Cara Penularan HIV/AIDS................................................................. 9
2.7 Manifestasi Klinis HIV/AIDS............................................................ 9
2.8 Komplikasi HIV/AIDS.......................................................................10
2.9 Pencegahan HIV/AIDS.......................................................................11
2.10Pemeriksaan Penunjang HIV/AIDS...................................................11
2.10 Penatalaksanaan HIV/AIDS................................................................12
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................24
3.1 Tinjauan Kasus ..................................................................................14
3.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS......................14
3.2.1 Pengkajian ................................................................................14
3.2.2 Analisis Data ............................................................................20
3.2.3 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas .........................21
3.2.4 Intervensi Keperawatan ............................................................22
3.2.5 Implementasi ............................................................................25
3.2.6 Evaluasi Keperawatan ..............................................................25
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................27
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................27
3.2 Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency
Syndrom), merupakan salah satu epidemi global terbesar yang telah
mengguncang dunia sejak pertama kali diidentifikasi pada awal 1980-an.
Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, menghancurkan sel-sel T CD4
yang penting untuk melawan infeksi. Tanpa pengobatan yang tepat, infeksi
HIV dapat berkembang menjadi AIDS, tahap akhir dari penyakit ini yang
ditandai dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh yang parah, meningkatkan
risiko infeksi dan kanker yang mematikan. Penyebaran HIV/AIDS telah
memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dan memicu upaya besar untuk
pencegahan, pengobatan, dan pengurangan stigma yang terkait.
Meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam penanganan HIV/AIDS,
tantangan utama masih ada dalam memerangi penyebaran penyakit ini secara
global. Menurut laporan terbaru dari Program Gabungan PBB tentang
HIV/AIDS (UNAIDS), pada tahun 2020, terdapat sekitar 37,7 juta orang
yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, dengan sekitar 1,5 juta kasus baru
yang terdeteksi, dengan angka kematian akibat AIDS mencapai 680.000 jiwa.
Indonesia pun tidak luput dari bayangan HIV/AIDS. Diperkirakan 580.000
orang hidup dengan HIV di Tanah Air, dengan jumlah kematian akibat AIDS
mencapai 53.000 jiwa di tahun yang sama.
Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya memainkan peran kunci dalam
penyebaran HIV/AIDS. Misalnya, ketidaksetaraan gender, kemiskinan,
migrasi, dan diskriminasi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena HIV.
Di banyak wilayah, stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang dengan
HIV/AIDS juga masih menjadi masalah serius, menghambat akses mereka
terhadap perawatan dan dukungan yang dibutuhkan. Oleh karena itu,
pendekatan yang komprehensif dan inklusif diperlukan dalam memerangi
HIV/AIDS, yang mencakup edukasi, pengurangan stigma, dan akses yang
lebih luas terhadap layanan kesehatan.

iv
Pada tingkat global, komunitas internasional telah berkomitmen untuk
mengatasi pandemi HIV/AIDS melalui berbagai inisiatif dan program.
Upaya-upaya ini termasuk distribusi kondom, program pencegahan penularan
dari ibu ke anak, akses yang lebih luas terhadap terapi antiretroviral (ARV),
dan dukungan untuk penelitian dan pengembangan vaksin HIV. Namun,
masih ada tantangan besar yang dihadapi, terutama di wilayah-wilayah yang
kurang berkembang dan rentan terhadap penyakit. Diperlukan kerja sama
global yang lebih kuat dan investasi berkelanjutan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang ditetapkan dalam pemberantasan HIV/AIDS.
Di samping itu, penting untuk memperhatikan peran penting pendidikan
dan kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. Edukasi
yang akurat dan terjangkau tentang cara penularan virus, perlindungan diri,
dan pentingnya pengujian HIV dapat membantu mengurangi risiko penularan
dan memecah stigma yang terkait dengan penyakit ini. Mendorong perilaku
yang sehat, termasuk penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan
seksual, juga merupakan langkah penting dalam mengurangi penyebaran
HIV/AIDS di masyarakat.
Secara keseluruhan, meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam
memerangi HIV/AIDS, tantangan besar masih ada di depan. Dengan
komitmen yang kuat dari semua pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-
pemerintah, dan masyarakat sipil, kita dapat terus maju menuju visi dunia
yang bebas dari HIV/AIDS. Upaya kolaboratif yang berkelanjutan dalam
pencegahan, pengobatan, dan dukungan kepada individu yang hidup dengan
HIV/AIDS akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada kasus pasien
HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan definisi HIV/AIDS.

v
b. Untuk menjelaskan etiologi HIV/AIDS.
c. Untuk menjelaskan klasifikasi HIV/AIDS.
d. Untuk mejelaskan patofisiologi HIV/AIDS.
e. Untuk menyusun WOC HIV/AIDS.
f. Untuk menjelaskan komplikasi HIV/AIDS.
g. Untuk menjelaskan upaya pencegahan HIV/AIDS.
h. Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang HIV/AIDS.
i. Untuk menjelaskan penatalaksanaan HIV/AIDS.
j. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus HIV/AIDS.

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan kelompok 2 dapat
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
sekaligus dapat memperoleh tambahan ilmu dari hasil tugas yang telah di
kumpulkan tentang asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan dapat digunakan
sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam pengetahuan,
pengembangan, peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tambahan, sehingga dapat lebih paham tentang konsep dan
asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS

vi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi HIV/AIDS


HIV/AIDS adalah singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome, dua kondisi yang terkait erat
dan sering kali dibicarakan bersama. HIV adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia, terutama menargetkan sel-sel T CD4 yang
penting dalam memerangi infeksi. Ketika seseorang terinfeksi HIV, virus
tersebut merusak sistem kekebalan tubuh, membuatnya lebih rentan terhadap
berbagai infeksi dan penyakit. Jika tidak diobati, infeksi HIV dapat
berkembang menjadi AIDS, tahap akhir dari penyakit tersebut, yang ditandai
dengan penurunan sistem kekebalan tubuh yang parah dan munculnya infeksi
oportunistik yang serius, yang sering kali menjadi fatal.
AIDS, yang merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency
Syndrome, adalah tahap lanjut dari infeksi HIV. Penyakit ini terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh telah sangat terpengaruh oleh HIV sehingga tidak lagi
mampu melindungi tubuh dari penyakit-penyakit tertentu. Pada tahap ini,
penderita AIDS sering mengalami infeksi yang jarang terjadi pada orang
dengan kekebalan tubuh yang normal, seperti pneumonia yang tidak dapat
diobati dan kanker tertentu. AIDS juga dapat menyebabkan kondisi lainnya,
seperti penurunan berat badan yang signifikan, diare kronis, dan demam
persisten.

2.2 Etiologi HIV/AIDS


Penyebab menurunnya sistem imunitas tubuh seseorang yang menderita
AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari kelompok virus yang
dikenal dengan retrovirus dan tergolong ke dalam family lentivirus. Infeksi
dari family lentivirus ini khas ditandai dengan sifat latennya yang lama, masa
inkubasi yang lama, replikasi virus yang persisten dan keterlibatan dari
susunan saraf pusat (SSP). Sedangkan ciri khas untuk jenis retrovirus yaitu:
dikelilingi oleh membran lipid, mempunyai kemampuan variasi genetik yang
tinggi, mempunyai cara yang unik untuk replikasi serta dapat menginfeksi

7
seluruh jenis vertebra. HIV dibedakan menjadi dua bentuk secara genetik,
tetapi berhubungan secara antigen yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang keduanya
merupakan virus yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki afinitas tinggi
untuk HIV (Desmawati, 2013; Widyanto, 2013).
Durham & Lashley (2010) menjelaskan bahwa virus HIV-1 dan HIV-2
mempunyai cara penularan yang sama yang membedakan adalah efisiensi
transmisi dan tingkat perkembangan penyakit. HIV-1 merupakan penyebab
mayoritas infeksi di dunia karena dapat bermutasi dan berkembang menjadi
lebih ganas. Tahun 1996, ilmuwan menemukan bahwa HIV-1 juga bermutasi
beberapa kali. Virus memiliki dua sub tipe utama yaitu virus utama atau
mayoritas HIV-1 (kelompok M) dan virus terpencil/minoritas HIV-1
(kelompok O). Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) adalah
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
termasuk penyakit infeksi yang mengancam jiwa manusia dan virus HIV
merupakan virus RNA dari famili Retrovirus dan subfamili Lentiviridae yang
dikenal dengan 2 serotipe HIV yaitu, HIV-1 berbentuk bulat yang terdiri dari
bagian inti (core) dan selubung (envelope)(Nasronudin, 2014).

2.3 Klasifikasi HIV/AIDS


Klasifikasi klinis infeksi HIV menurut WHO:

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas


I 1. Asimptomatik Asimptomatik,
2. Limfadenopati Generalisata aktivitas normal
II 1. Berat badan menurun <10 % Simptomatik, aktivitas
2. Kelainan kulit dan mukosa yang normal
ringanseperti, dermatitis seboroik,
purigo,onikomikosis, ulkus oral
yang rekuren,kheilitis angularis.
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
terkahir
4. Infeksi saluran napas bagian atas
seperti sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umunya lemah,
2. Diare kronis yang berlangsung lebih aktivitas di tempat
dari 1 bulan tidur kurang dari 50%
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1

8
bulan
4. Kandidiasis orofaringeal
5. Oral hairy leukoplakia
6. TB paru dalam tahun terakhir
7. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome Pada umumnya sangat
2. Pnemonia Pneumocystis carinii lemah, aktivitas
3. Toksoplasmosis otak ditempat tidur lebih
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 dari 50 %
bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonar
6. Retinitis virus situmegalo
7. Herpes simpleks mukokutan > 1
bulan
8. Leukoensefalopati multifocal
progresif

Gambar Herpes Simplex Gambar Kandidiasis orofaringeal

2.4 Patofisiologi HIV/AIDS


Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-
sel yang terinfeksi (HIV) dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa dan
sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virusyang
bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel
lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang
juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi

9
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan ke dalam
nukleus sel T4 sebagaisebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yangmembuat sel T4 helper tidak dapat mengenali
virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yangmemproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akanmemiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin
lemahsecara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnyafungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel/ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelahinfeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster dan
jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi
infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel
T4 jatuh dibawah200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

10
2.5 WOC HIV/AIDS

11
2.6 Cara Penularan HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit yang dapat di tularkan kepada orang lain,
berikut bebarapa cara penularan penyakit HIV/AIDS :
1. Darah
2. Hubungan seks
3. ASI
4. Penggunaan alat suntik yang bergilir

2.7 Manifestasi Klinis HIV/AIDS


Manifestasi klinis HIV/AIDS dapat bervariasi tergantung pada tahap
infeksi dan kekuatan sistem kekebalan tubuh individu. Berikut adalah
beberapa manifestasi klinis umum dari HIV/AIDS:
1. Gejala Awal (Tahap Infeksi Awal):
a. Demam.
b. Pembengkakan kelenjar getah bening.
c. Sakit kepala.
d. Berkeringat di malam hari.
e. Nyeri otot dan sendi.
f. Ruam kulit.
g. Sakit tenggorokan.
h. Diare.
i. Lelah yang tidak biasa.
2. Gejala Tahap Lanjut (AIDS):
a. Infeksi Oportunistik: Infeksi serius yang terjadi karena sistem
kekebalan tubuh yang lemah, seperti pneumonia, tuberkulosis, infeksi
jamur, dan sitomegalovirus (CMV).
b. Kanker: Peningkatan risiko terhadap jenis kanker tertentu, termasuk
kaposi's sarcoma, limfoma non-Hodgkin, dan kanker serviks.
c. Penurunan Berat Badan: Kehilangan berat badan yang signifikan tanpa
sebab yang jelas.

12
d. Penyakit Neurologis: Terkadang, HIV dapat menyebabkan gangguan
neurologis seperti neuropati perifer dan demensia terkait HIV (HIV-
associated dementia).
e. Masalah Kulit: Termasuk ruam kulit, lepuh, dan lesi kulit yang sulit
sembuh.
f. Gangguan Saluran Pencernaan: Termasuk diare kronis, mual, muntah,
dan kesulitan menelan.
3. Manifestasi Klinis lainnya:
a. Sistem Kekebalan Tubuh yang Melemah: Meningkatnya
kecenderungan terhadap infeksi umum dan penyakit menular.
b. Gejala Psikologis dan Emosional: Termasuk depresi, kecemasan, dan
isolasi sosial karena stigma terhadap HIV/AIDS.
Manifestasi klinis HIV/AIDS dapat bervariasi secara individual, dan
tidak semua orang dengan HIV akan mengalami gejala yang sama. Penting
untuk diingat bahwa meskipun seseorang tidak mengalami gejala, mereka
tetap dapat menularkan virus kepada orang lain. Oleh karena itu, tes HIV
secara teratur dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah
penyebaran penyakit dan memperlambat perkembangannya.

2.8 Komplikasi HIV/AIDS


Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS, antara lain:
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

13
2.9 Pencegahan HIV/AIDS
Dengan mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini belum
ada obat yang mampu memusnahkan HIV/AIDS maka lebih mudah
melakukan pencegahannya.
1. Prinsip ABCDE yaitu:
A = Abstinence (Puasa Sesk, terutama bagi yang belum menikah)
B = Befaithful (Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari berganti-
ganti pasangan)
C = use Condom (Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu
menahan seks)
D = Drugs No (Jangan gunakan narkoba)
E = sterilization of Equipment (Selalu gunakan alat suntik steril)
2. Voluntary Conseling Testing (VCT)
VCT merupakan satu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung
tak terputus antara konselor dan kliennya dengan tujuan untuk mencegah
penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi serta dukungan
lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungannya.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan
untuk mendeteksi, memantau, dan mengelola HIV/AIDS:
1. Tes HIV
Dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV dalam tubuh
seseorang. Tes ini bisa dilakukan dengan tes darah yang mendeteksi
antibodi terhadap HIV atau tes antigen/antibodi yang mendeteksi
keberadaan virus atau komponen virus dalam darah.
2. Tes Viral Load HIV
Digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Ini membantu
dokter untuk memantau seberapa baik terapi antiretroviral (ARV) bekerja
dalam menekan pertumbuhan virus.
3. Hitung Sel T CD4
Tes ini mengukur jumlah sel T CD4, yang merupakan indikator utama
kekuatan sistem kekebalan tubuh. Hitung sel T CD4 membantu dokter

14
untuk menentukan seberapa parah infeksi HIV telah mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh seseorang dan kapan memulai terapi ARV.
4. Tes Kultur dan Resistensi HIV
Tes ini dilakukan untuk mengetahui jenis virus HIV yang ada dalam
tubuh dan apakah virus tersebut resisten terhadap jenis obat tertentu.
Informasi ini penting dalam memilih terapi ARV yang paling efektif
untuk pengobatan HIV.
5. Tes Fungsi Hati
Tes fungsi hati, seperti pengukuran enzim hati, dilakukan secara teratur
untuk memantau kerusakan hati yang mungkin terjadi sebagai komplikasi
dari pengobatan HIV atau infeksi virus hepatitis.
6. Pemeriksaan Imunologi dan Penanda Inflamasi
Beberapa pemeriksaan tambahan, seperti penanda inflamasi (misalnya,
CRP) dan pemeriksaan imunologi, mungkin dilakukan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan dan
kekuatan sistem kekebalan tubuh seseorang.
Pemeriksaan penunjang ini penting untuk diagnosis dini, pemantauan
pengobatan, dan manajemen HIV/AIDS yang efektif. Dianjurkan bagi
individu dengan HIV/AIDS untuk berkonsultasi dengan dokter mereka untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang mana yang paling sesuai untuk kondisi
mereka.

2.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan,
perawatan/rehabilitasidan edukasi.
1. Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
a. Obat Retrovirus
Zidovudine (AZT) berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus.
Pemakaian obatini dapat menguntungkan diantaranya yaitu dapat
memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi dan
berat infeksioportunistik, menunda progresivitas penyakit,

15
memperbaiki kualitas hidup pasien, dan mengurangi resiko penularan
perinatal.
b. Didanosine
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap AZT,
atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada
kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi
oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untu kmenunda infeksi
oportunistik pada ARC dan asimtomatik hasilnyalebih baik daripada
AZT.
2. Rehabilitasi
Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga
atauorang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
a. Memberikan dukungan mental-psikologis
b. Membantu mereka untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko
tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
c. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga
bisamempertahankan kondisi tubuh yang baik.
d. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang
berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan
masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat.
3. Edukasi
Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan
keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS,
kemungkinan diskriminasi masyarakat sekitar, bagaimana tanggung jawab
keluarga, teman dekat atau masyarakat lain. Pendidikan jugadiberikan
tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.

16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Kasus

Seorang laki laki bernama Tn. M berusia 28 tahun datang ke RSUD


Melati dengan keluhan mengalami sesak nafas, nafsu makan berkurang
selama sakit, lemah, letih, sering terbangun di malam hari dan batuk berdahak
sejak 1 minggu terakhir. Pasien juga mengatakan pernah menderita Tb paru
sebelumnya, dan riwayat keluarga yaitu ibu pasien menderita penyakit HIV.
Pasien sudah pernah melakukan pengobatan dengan meminum obat ARV
pada tahun 2020. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh (36 O C),
Nadi: (98x/menit,) Tekanan darah (100/80 mmHg), RR: 27x/menit, SPO² :
93%, TB: 170cm, BB sebelum: 67Kg, BB saat ini: 50Kg dan konjungtiva
pucat. Pasien hampir tidak pernah menghabiskan makanannya. Pasien tampak
gelisah dan letih karena sulit tidur serta pasien terlihat sulit bernapas.

3.2 Asuhan Keperawatan


A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 28 Tahun (15/11/1992)
Agama : Islam
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Swasta
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Gurami II, Rt. 3, No. 30
Sumber Informasi : Pasien + Rekam medis
2. Identitas Medis
Tanggal/Jam masuk : 25 Oktober 2021 / 02:00 Wita
Bangsal/Kamar : Seruni / S8
Dx Medis : HIV + TB Paru
No. Register/RM : 11 93 26

17
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat masuk RS: Pasien datang ke RSUD Melati dan
masuk ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan batuk – batuk.
2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengatakan sesak nafas dialami
sejak kurang lebih 1 minggu.
3. Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan pernah menderita Tb
paru juga sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga dan genogram: pasien mengatakan ibunya
juga menderita penyakit HIV.
5. Genogram

C. Pengkajian saat ini


1. TTV : Nadi: 98 x/m, Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Suhu: 36oC,
Respiratory rate: 27X/m, SPO2: 95%
2. Kesadaran: composmentis
3. Mata
- Konjungtiva: Berwarna pucat
- Palpebra: Tidak terdapat pembengkakan
- Sclera: Tidak terdapat ikterik
- Pupil: isokor

18
4. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
-Pasien mengatakan kondisi rumah yang ditempati cukup baik
-Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam pelayanan kesehatan,
jarak rumah dengan pelayanan kesehatan dekat
-Pasien mengatakan mengkonsumsi obat obatan ARV sejak tahun
2020
-Pasien mengatakan rutin mengkonsumsi obat tersebut
5. Pola nutrisi/metabolic
-Pasien mengatakan mengalami penurunan berat badan dalam 6 bulan
terakhir
-BB sekarang: 50 Kg, BB dulu: 67Kg, TB: 170 Cm
6. Pola eliminasi: urine klien berwarna kuning pekat, klien menggunakan
kateter urine dan bab 2x sehari.
7. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit: klien biasa tidur kurang lebih 8 jam
Setelah sakit: pola tidur klien tidak menentu dan sering terbangun di
malam hari
7. Pola Aktivitas

8. Pola persepsi kognitif : klien mengatakan memahami mengenai


penyakitnya.
9. Pola persepsi konsep diri: klien mengatakan masih bersemangat dalam
menjalani hidup sehari-hari.
a. Body Image : Klien mengatakan menyukai anggota tubuhnya
b. Ideal Diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh
c. Harga Diri : Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mensupport
klien dalam melakukan perawatan

19
d. Peran : Klien berperan sebagai kepala keluarga
e. Identitas Diri : Klien menyatakan adalah seorang laki-laki yang berusia
28 tahun
10. Pola peran dan hubungan: klien hidup bersama istrinya
11. Dada
a. Paru-paru
-Inpeksi: Tidak ada jejas, pergerakan dinding dada simetris
-Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, taktil fremitus teraba lemah ada
paru kanan
-Perkusi: : Perkusi nafas pekak pada paru kanan
-Auskultasi: Suara nafas ronchi
b. Jantung
-Inspeksi : iktus kordis tidak nampak
-Palpasi : Teraba denyut jantung di ICS 5
-Perkusi : Bunyi jantung pekak, Batas Jantung normal (Batas atas
berada di ICS 2 dilinea parasternal kanan, dan batas bawah adalah di
ICS V dilinea parasternal kanan )
-Auskultasi : suara reguler, keras, lub dub, tanpa suara nafas
tambahan
c. Abdomen
- Inspeksi: tidak ada jejas, tidak terdapat vena superfisial
- Auskultasi: bising usus 16x/m
- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat hepatomegali, dan
splenomegali
- Perkusi: timpani

20
12. Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
1. Spesimen dahak
Patient ID : Tn. M
Patient ID 2 : 961
Sample ID : 2101829885xx
Test Type : Specimen
Sample Type : DAHAK

21
2. Darah lengkap, Glukosa Darah, Faal Ginjal, Analisa gas darah, dan Elektrolit
Rekam Medik : 01193xx Order ID : 21102500xx
Nama : Tn. M Tanggal Order : 25/10/2021 02:29:27 Jenis
Kelamin : Laki – Laki Tanggal Hasil : 25/10/2021 02:54:27
Tanggal Lahir : 15/11/1992 Ruangan : IRD/UGD

Alamat : Jl. Gurami II

22
13. Program Terapi Obat

D. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: HIV Bersihan Jalan Napas
 Klien mengatakan Tidak Efektif
dirinya sesak nafas. Menurunnya sistem
 Klien mengatakan kekebalan tubuh
sering batuk-batuk
berdahak. Infeksi Oportunistik
DO:
 Klien terlihat batuk- Sistem Respirasi
batuk Microba TB
 Klien sulit bernafas
 RR27x/m Pneumonia

Batuk berdahak, sulit


bernafas

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

DS: HIV Defisit Nutrisi


 Klien mengatakan
selama dirinya sakit Menurunnya sistem
nafsu makan kekebalan tubuh
berkurang.
 Klien mengatakan Infeksi Oportunistik
badan terasa letih dan
lemah. Sistem Pencernaan

23
 Klien mengatakan
saat dikasih makanan Tidak nafsu makan,
selalu tidak bisa Kelemahan, Keletihan
menghabiskannya.
Defisit Nutrisi
DO:
 BB dulu 67kg – 50kg
 TB 170, BB 50, IMT:
17,7(bb kurang)
 Hb 10,4g/dL
(normalnya 14-18),
Albumin 3,2g/Dl
(normalnya albumin
3,5-5,2)
 Klien terlihat kurus
 Klien terlihat lemah.
 Klien terlihat tidak
menghabiskan porsi
makanannya

DS: HIV Gangguan Pola Tidur


 Klien mengatakan
saat berada di rumah Menurunnya sistem
sakit dirinya sulit tidur. kekebalan tubuh
 Klien mengatakan
sering terbangun di Infeksi Oportunistik
malam hari
 Klien mengatakan sering terbangun
pola tidurnya tidak malam hari, sulit tidur
menentu.
Gangguan Pola Tidur
DO:
 Klien terlihat letih
karena kurang tidur
 Klien terlihat gelisah
karena susah tidur

E. Diagnosa Berdasarkan Prioritas


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas d.d klien
mengatakan sesak nafas, sering batuk-batuk dan berdahak, RR klien
27x/mt, dan klien sulit bernafas.
2. Deficit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d klien mengatakan
tidak nafsu makan, badan terasa letih dan lemah, pasien terlihat kurus
dengan IMT 17,7, Hb 10,4 albumin 3,2g/Dl, dan klien terlihat tidak
menghabiskan makanannya.

24
3. Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur d.d klien mengatakan
saat berada di rumah sakit dirinya sulit tidur, sering terbangun di
malam hari, pola tidur yang tidak menentu, klien terlihat letih dan
gelisah karena kurang tidur.

25
No Diagnosis Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas (L. 01001) Setelah Latihan batuk efektif (I. 01006)
efektif b.d hipersekresi diberikan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Observasi:
jalan nafas d.d klien jam, diharapkan bersihan jalan nafas dapat teratasi 1.Identifikasi kemampuan batuk
mengatakan sesak nafas, dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
sering batuk-batuk dan 1) Batuk efektif dari skala (1) menjadi skala (3) Terapeutik:
berdahak, RR klien 2) Produksi sputum dari skala (2) menjadi skala 3. Atur posisi semi fowler atau fowler
27x/mt, dan klien sulit (4) 4. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
bernafas. 3) Sulit bicara dari skala (3) menjadi skala (4) pasien
4) Frekuensi nafas dari skala (3) menjadi skala (4) 5. Buang secret pada tempat sputum Edukasi
5) Pola nafas dari skala (3) menjadi skala (4) 6. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektiv
7. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
8. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali.
9. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi:
10. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Manajemen jalan nafas (I. 01011)


Observasi:
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
usaha nafas)
2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering).
Terapeutik:

26
3. Posisikan semi-fowler atau fowler.
4. Berikan minuman hangat
5. Berikan oksigenasi, jika perlu
Edukasi:
6. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
2. Deficit nutrisi b.d Status nutrisi (L. 03030) Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I. 03119)
kurangnya asupan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka Observasi:
makanan d.d klien diharapkan status nutrisi dapat teratasi dengan 1. Identifikasi status nutrisi
mengatakan tidak nafsu kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makan, badan terasa letih a. Berat badan dari skala (3) menjadi skala (4) 3. Identifikasi makanan yang disukai
dan lemah, pasien terlihat b. Indeks massa tubuh dari skala (2) menjadi skala 4. Monitor asupan makanan
kurus dengan IMT 17,7, (3) 5. Monitor berat badan
Hb 10,4 albumin 3,2g/Dl, c. Nafsu makan dari skala (2) menjadi skala (3) Terapeutik:
dan klien terlihat tidak d. Membrane mukosa dari skala (3) menjadi skala 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
menghabiskan (4) perlu. 7. Berikan makanan tinggi serat untuk
makanannya mencegah konstipasi
8. Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi:
9. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic) jika perlu
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu.
3. Gangguan pola tidur b.d Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (L.01002)

27
kurangnya kontrol tidur keperawatan selama 2 x 24 jam, maka diharapkan Observasi:
d.d klien mengatakan saat pola tidur dapat teratasi dengan kritera hasil: 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berada di rumah sakit a. Keluhan sulit tidur menurun 2.Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
dirinya sulit tidur, sering b. Keluhan sering terjaga menurun dan / atau pisikologi)
terbangun di malam hari, c. Keluhan tidur tidak puas tidur menurun 3.Identifikasi makanan dan minuman yang
pola tidur yang tidak d. Keluhan pola tidur berubah menurun mengganggu tidur (mis. Kopi, teh, alcohol.
menentu, klien terlihat e. Keluhan istirahat tidak cukup menurun Makan mendekti waktu tidur, minum banyak air
letih dan gelisah karena sbelum tidur )
kurang tidur. 4.Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik:
5.Modifikasi lingkungan mis.
Pencahayaaan,kebisingan, sushu,matras, dan
tempat tidur)
6.Batasi waktu tidur siang jika perlu
7. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
8.Tetapkan jadwal tidur rutin
9. Sesuaikan jadwal pemberian obat
Edukasi:
10.Jelaskan tidur cukup selama sakit
11.Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

28
Evaluasi dan Implementasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
1. Bersihan jalan nafas tidak 1) Memonitor status respirasi: ventilasi S:
efektif b.d hipersekresi jalan 2) Mengajurkan pasien minum air hangat -Klien mengatakan batuk berdahak
nafas d.d klien mengatakan 3) Mengatur Posisi Semi Fowler -Klien mengatakan nafas masih sesak
sesak nafas, sering batuk- 4) Mengajarkan tehnik batuk efektif O:
batuk dan berdahak, RR 5) Memberikan terapi oksigenasi nasal -Klien terdengar batuk berdahak
klien 27x/mt, dan klien sulit kanul 3 liter/menit -Klien tampak sesak
bernafas. -TD: 130/60 mmHg
-N: 79 x/i
-S: 36,4 ˚C
-R: 26 x/i
A: Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2. Deficit nutrisi b.d 1) Memonitor adanya penurunan BB S:
kurangnya asupan makanan 2) Memberikan makanan yang sudah -Klien mengatakan hanya bisa menghabiskan
d.d klien mengatakan tidak terpilih makanan ¼ porsi dari makanan rumah sakit
nafsu makan, badan terasa 3) Memberikan informasi/edukasi tentang -Klien mengatakan nafsu makannya menurun
letih dan lemah, pasien kebutuhan nutrisi -Klien mengatakan badannya terasa lemas
terlihat kurus dengan IMT 4) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk O:
17,7, Hb 10,4 albumin menentukan jumlah kalori dan nutrisi -Makanan klien terlihat bersisa
3,2g/Dl, dan klien terlihat yang dibutuhkan pasien -Klien terlihat lemas
tidak menghabiskan 5) Menganjurkan klien makan sedikit tapi -Klien tampak pucat
makanannya sering A: Masalah defisit nutrisi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3. Gangguan pola tidur b.d 1)Menjelaskan pentingnya tidur yang S:

29
kurangnya kontrol tidur d.d adekuat -Pasien mengatakan masih sulit tidur pada
klien mengatakan saat 2) Memonitor kembali jam tidur pasien malam hari
berada di rumah sakit 3) Menciptakan kembali lingkungan yang -Pasien mengatakan masih sering terbangun
dirinya sulit tidur, sering aman dan nyaman dimalam hari
terbangun di malam hari, 4) Membatasi pengunjung O:
pola tidur yang tidak -Klien masih terlihat lemas
menentu, klien terlihat letih -Terlihat palpebral klien masih hitam
dan gelisah karena kurang -Mata klien tampak cekung dan ada kantung
tidur. mata
-Klien terlihat mengantuk
-TD: 130/60 mmHg, N: 79 x/i, S: 36,4 ˚C, R:
26 x/i
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

30
31
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immunodeficiency Syndrom), merupakan salah satu epidemi global terbesar
yang telah mengguncang dunia sejak pertama kali diidentifikasi pada awal
1980-an. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, menghancurkan
sel-sel T CD4 yang penting untuk melawan infeksi. Tanpa pengobatan yang
tepat, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS. Cara Penularan
HIV/AIDS melalui berbagai cara seperti melalui darah, hubungan sex, dan
alat suntik yang bergilir.
4.2 Saran
1. Untuk penderita, segeralah lakukan pengobatan yang tepat agar virus
dapat terkontrol
2. Mencegah lebih baik daripada mengobati

32
DAFTAR PUSTAKA
Alomedika, diakses pada 7 April 2024
https://images.app.goo.gl/s9R7GT3mJzMWyYpe7
Grid Health, diakses pada 7 April 2024
https://images.app.goo.gl/7sxbPCetvweyC8LQ7

33

Anda mungkin juga menyukai