Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH VIROLOGI

Rhabdovirus

Dosen Mata Kuliah :


Apt. Rizal, M.Farm.Klin

DISUSUN OLEH :
Nama : Santhy Villia Gomies
Nim : P07172320037
Tingkat : 3A

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALUKU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
nikmat dan karuniaNya sehingga saya mampu menyelesaikan
pembuatan makalah ini yang berjudul "Rhabdovirus" tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas mata kuliah virologi.saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah yang telah membimbing saya dalam proses perkuliahan
sehingga saya dapat mengetahui dan menambah wawasan dalam bidang
tersebut, saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

saya menyadari, makalah yang saya buat masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kamis,08 september2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….…..……i


DAFTAR ISI … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . i i
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………...1

A. Latar
belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan masalah
..........................................................................................................1
C.
Tujuan ............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

A. Pengertian Rhabdovirus............................................................................................2
B. Siklus hidup Rhabdovirus............................................................................................3
C. Gejala dan tanda Rhabdovirus…………………………………………………4
D. pengobatan Rhabdovirus…………………………………………………………7

BAB III PENUTUP..................................................................................................................8

A.Kesimpulan......................................................................................................................8
B.Saran ...............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus adalah parasite berukuran microskopik yang menginfeksi sel organisme

biologis, virus hanya dapat bereproduksi dalam material hidup dengan menginvasi

dan memanfaatkan sel mahluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler

untuk bereproduksi sendiri. Dari dulu hingga sekarang, anak-anak sering mengalami

suatu gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Tetapi

masih banyak orang tua yang belum mengetahui cara untuk mengetahui jenis

gangguan atau penyakit apa yang di alami anak-anak secara dini, sehingga dalam

pengobatan masih banyak orang tua yang salah dalam pengobatan.

Rhabdoviridae adalah keluarga virus yang berada dalam filum Negarnaviricota,

kelas Monjiviricetes, dan ordo Mononegavirales.[1] Materi genetiknya

berupa RNA utas tunggal dengan sense negatif sehingga diklasifikasikan dalam grup

V pada klasifikasi Baltimore. Saat ini, Rhabdoviridae terdiri dari 20 genera dan 144

spesies.[1] Penyakit yang disebabkan oleh virus dalam famili Rhabodviridae di

antaranya rabies, vesicular stomatitis pada ternak, dan demam tiga hari pada sapi.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu rhabdovirus?

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu rhabdovirus

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian rhabdovirus
Rhabdovirus (Virus Rabies) Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo
yang berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan
virus yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies merupakan infeksi akut dari susunan
saraf pusat yang berakibat fatal. Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan dan kadang
melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies. Hewan yang dapat menularkan
penyakit rabies antara lain anjing, kucing, kera, dan kelelawa
Rhabdoviridae adalah keluarga virus yang berada dalam filum Negarnaviricota, kelas
Monjiviricetes, dan ordo Mononegavirales. Materi genetiknya berupa RNA utas tunggal
dengan sense negatif sehingga diklasifikasikan dalam grup V pada klasifikasi Baltimore.
Saat ini, Rhabdoviridae terdiri dari 20 genera dan 144 spesies.

Nama ilmiah: Rhabdoviridae


Klasifikasi lebih tinggi: Mononegavirales
Tingkatan takson: Famili

Filum: Negarnaviricota

Kelas: Monjiviricetes

Klasifikasi yang lebih rendah: Lyssavirus

sejarah Rabies pertama kali ditemukan pada 2000 tahun SM, yaitu ketika Aristoteles
menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan.
Lalu pada tahun 1885, ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor
anjing yang terinfeksi virus rabies, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla
spinalis anjing tersebut. Hal ini menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas,
karena anak tersebut tidak menderita rabies. Kemudian pada tahun 1903 ditemukan badan
Negri yang bersifat diagnostik. Pada tahun 1940-an sudah dimulai penggunaan vaksin
rabies pada anjing. Penambahan globulin imun rabies untuk manusia setelah pemaparan
pengobatan vaksinasi dilakukan pada tahun 1954

kemudian pada tahun 1958 dilakukan penumbuhan virus rabies dalam biakan sel. Pada
tahun 1959 dilakukan pengembangan tes antibodi fluoresen diagnostik.

Struktur Virus rabies atau Rhabdovirus merupakan salah satu virus yang mempunyai sifat
morfologik dan biokimiawi yang lazim dengan virus somatis vesikuler sapi dan beberapa
virus hewan, tanaman, dan serangga. Virus rabies dan jenis virus lainnya terdiri dari dua
komponen dasar, yaitu sebuah inti dari asam nukleat yang disebut genom dan yang
mengelilingi protein yang disebut kapsid.

Rhabdovirus merupakan partikel berbentuk batang atau peluru berdiameter 75 nm x panjang


180 nm. Partikel dikelilingi oleh selubung selaput dengan duri yang menonjol yang
panjangnya 10 nm, dan terdiri dari glikoprotein tunggal. Genom beruntai tunggal, RNA
negative-sense (12 kb; BM 4,6 x 106) yang berbentuk linear dan tidak bersegmen. Sebuah
virus rabies yang lengkap diluar inang (virion) mengandung polimerase RNA. Komposisi dari
virus rabies ini adalah RNA sebanyak 4%, protein sebanyak 67%, lipid sebanyak 26%, dan
karbohidrat sebanyak 3%. Rhabdovirus melakukan replikasi dalam sitoplasma dan virion
bertunas dari selaput plasma.
Karakter yang menonjol dari Rhabdovirus ini merupakan virus yang bersusun luas dengan
rentang inang yang lebar.
Virus ini merupakan jenis virus yang mematikan. Kapsid melindungi genom dan juga
memberikan bentuk pada virus.

B.Siklus hidup Rhabdovirus

Siklus Hidup Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding
sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin
nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara
endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang.
Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri
dengan sel inang yang ia tempati.
Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Genom RNA untai tunggal direkam oleh polimerase
RNA terkait, virion menjadi lima spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini menyandi untuk
lima protein virion.
Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan
RNA keturunan. RNA genomik berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan
nukleoprotein.
Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapatkan selubung melalui
pertunasan yang melewati selaput plasma.
Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi dalam selubung, sementara glikoprotein
virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel
virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus yang baru. Setelah itu virus keluar
dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang lainnya. Keseluruhan proses dalam siklus
hidup virus rabies ini terjadi dalam sitoplasma.

virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan
kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke
susunan saraf pusat.
Virus membelah diri disini dan kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar ludah dan
jaringan lain. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar
belakang genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang,
jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari
titik masuk ke susunan saraf pusat.
Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih pendek pada
orang yang digigit pada wajah atau kepala.

Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik spesifik, badan Negri, dalam sel
saraf yang terinfeksi. Adanya inklusi seperti ini bersifat patognomonik rabies
tetapi tidak terlihat pada sedikitnya 20% kasus.
Karena itu, tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis rabies. Virus rabies
memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan infiltrat dan nekrosis
seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan di tempat lain.

Epidemiologi dan Penularan Diseluruh dunia, diperkirakan terjadi 15.000 kasus rabies yang
ditularkan ke manusia setiap tahunnya. Kejadian ini sebagian besar terjadi di negara
berkembang termasuk Indonesia. Rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan anjing
pembawa virus rabies. Di Kanada, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa Barat, virus rabies
yang dibawa oleh anjing dan kucing dapat dikendalikan. Namun manusia dapat tertular
melalui gigitan hewan liar, khususnya sigung, rubah, dan kelelawar.
Di Amerika Latin, rabies khususnya ditularkan melalui kelelawar vampir yang secara
normal menghisap darah ternak, tetapi juga dapat menggigit manusia.
Peningkatan rabies hewan liar di AS dan beberapa negara maju lain memberi risiko yang
jauh lebih besar bagi manusia dibandingkan pada anjing atau kucing.
Hewan liar yang diperangkap dan dijual sebagai binatang peliharaan dapat menjadi sumber
pamaparan manusia. Dari tahun 1980-1983, telah didiagnosis 18 kasus rabies manusia di
AS.
Dengan menggunakan penanda molekuler, 7 dari 9 kasus yang diketahui merupakan
rabies, terbukti mengandung virus yang berkaitan dengan kelelawar.
Racoon telah menjadi reservoir penting untuk rabies di daerah timur AS dan pada saat ini
merupakan lebih dari setengah kasus rabies hewan yang dilaporkan. Telah diyakini bahwa
rabies racoon masuk ke daerah Atlantik tengah pada tahun 1970.
ketika racoon yang terinfeksi dibawa ke daerah tersebut dari AS bagian tengara untuk
memenuhi persediaan pemburu.
Pada tahun 1981, lebih dari 7000 kasus rabies hewan yang dipastikan secara laboratorium
telah dilaporkan di AS dan sekitarnya. Tujuh jenis hewan yang terkena pada 97% kasus:
sigung (62%), kelelawar (12%), raccon (7%), sapi (6%), kucing (4%), anjing (3%), dan rubah
(3%). Dari kasus-kasus ini, 85% kasus terjadi pada hewan liar dan 15% pada hewan
peliharaan.

Hewan-hewan yang terkena virus rabies akan mengeluarkan air liur secara
berlebihan.Kelelawar menimbulkan masalah khusus karena mereka dapat membawa virus
rabies sementara mereka tampak sehat, mengeluarkan rabies dalam liur, dan
menularkannya ke hewan lain, termasuk kelelawar lain dan ke manusia.
Kelelawar vampir Amerika Selatan dapat menularkan rabies ke kelelawar insektivora
yang hidup dalam gua-gua. Kelelawar ini pada gilirannya, dapat menularkan rabies pada
kelelawar pemakan buah yang mengunjungi gua-gua ini dan bermigrasi ke tempat lain.
Kelelawar gua dapat mengandung aerosol virus rabies dan merupakan risiko bagi penelusur
gua.
Infeksi rabies dari manusia ke manusia sangat jarang. Kasus rabies yang ditularkan
melalui transplan kornea hanya merupakan kasus tercatat. Kornea yang berasal dari donor
yang meninggal dengan penyakit susunan saraf pusat yang tidak terdiagnosis, dan resipien
meninggal akibat rabies 50-80 hari kemudian. Secara teoritis, rabies dapat berasal dari air
liur pasien yang menderita rabies. Tetapi penularan semacam ini tidak pernah tercatat.
C.Gejala dan tanda Rabdhovirus

a.Gejala dan tanda rabies pada hewan

ada 2 (dua) tipe yaitu : (1) Tipe ganas terdiri dari stadium prodromal, eksitasi dan
paralise dengan rincian : *Stadium prodromal ( 2 – 3 hari ), gejala : malaise, tidak
mau makan, agak « jinak », demam sub febris, refleks kornea menurun ; *Stadium
eksitasi ( 3 – 7 hari ), gejala : reaktif dengan menyerang, dan menggigit benda
bergerak, pica (memakan berbagai benda termasuk tinjanya sendiri), lupa pulang,
strabismus, ejakulasi spontan ; *Stadium paralisis, gejala : ekor jatuh, mandibula
jatuh, lidah keluar, saliva (ludah) berhamburan, kaki belakang terseret.

Pada stadium ini sangat singkat dan biasanya dikuti dengan kematian hewan
tersebut. (2) Tipe Jinak (dumb), umumnya stadium ini muncul setelah stadium
paralisis, anjing ini terlihat diam, berpenampilan tenang namun akan ganas kalau
didekati. Gejala dan tanda penderita rabies pada manusia yaitu demam, mual, rasa

nyeri di tenggorokan, kereshan, takut air (hidrophobia), takut cahaya, liur yang
berlebihan (hipersaliva)

b.Gejala dan tanda rabies pada manusia

Masa inkubasi (tidak ada gejala infeksi) dari virus rabies biasanya berlangsung dari
1–3 bulan. Meski demikian, dapat juga bervariasi dari 1 minggu hingga 1 tahun.
Gejala pertama dan awal dari rabies adalah seperti flu yaitu demam, nyeri kepala,
dan kelemahan atau rasa tidak enak secara umum. Gejala ini dapat berlangsung
hingga beberapa hari.

Gejala lain yang akan timbul beberapa hari setelahnya meliputi:

 Rasa tidak nyaman, gatal atau menusuk pada luka gigitan


 Kecemasan
 Kebingungan
 Agitasi
 Penurunan kesadaran
 Perilaku tidak normal
 Halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata)
 Memproduksi banyak air liur atau mulut berbusa
 Spasme atau kekakuan otot
 Sulit bernafas dan menelan
 Tidak dapat bergerak (paralisis)
 Insomnia atau sulit tidur
 Disfungsi otak

D.Pengobatan Rabdhovirus
Penyakit rabies adalah penyakit fatal yang jangan ditunda pengobatannya. Segera
mencuci luka gigitan untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi. Cuci luka dengan sabun
dan air mengalir selama beberapa menit. Setelah itu, berkonsultasilah ke dokter untuk
perawatan luka dan vaksin rabies dalam hitungan beberapa jam setelah digigit hewan liar
tersebut.

Vaksin rabies tidak hanya dilakukan dalam satu kali suntik. Dosis tambahan perlu diberikan
lagi pada hari ke 3, 7, dan 14. Selain itu, vaksin tetanus juga mungkin diperlukan jika Anda
sudah tidak pernah divaksin dalam waktu 10 tahun. Vaksin tersebut akan disuntikkan pada
tangan.

Apabila gejala rabies sudah muncul, sebagian besar penyakit rabies akan menjadi fatal.
Pengobatan selanjutnya hanya untuk membantu penderita merasa nyaman.
BAB III

Kesimpulan & Saran


1. Kesimpulan:

Rhabdovirus (Virus Rabies) Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo
yang berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus
merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies merupakan infeksi
akut dari susunan saraf pusat yang berakibat fatal. Virus ditularkan ke manusia
melalui gigitan dan kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies.
Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies antara lain anjing, kucing, kera, dan
kelelawa

2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat menambah wawasan,juga pengetahuan bagi semua orang.
DAFTAR PUSTAKA

TANZIL, Kunadi. Penyakit rabies dan penatalaksanaannya.

E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, 2014, 1.1.

NUGROHO, D. K., et al. Analisa Data Surveilans Rabies (2008-2011)

J Outbreak, Surveillance and Investigation Reports (OSIR), 2013, 6.2: 8-12.

Ni Nyoman Kristina, SKM, MPH (Widyaiswara Ahli Madya UPTD Bapelkesmas Dinas
Kesehatan Provinsi Bali)

Anda mungkin juga menyukai