Anda di halaman 1dari 18

dy ka s us

tu
s o t e r a p i
F a r m a k
u a w w a n a h
a l a t u l m
Nama: Ris 0 0 0 1
1 0 8 0 6
Nim: 2
1
study kasus
Relaksasi Otot Progresif Pada Klien
Diabetes Mellitus Dengan Masalah
Keperawatan Ansietas
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif dan gangguan keseimbangan antara transportasi
glukosa ke dalam sel, glukosa yang disimpan dari hati dan glukosa yang dikeluarkan dari
hati sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat. Penderita diabetes
mellitus akan muncul masalah diantaranya dapat berupa ansietas atau kecemasan.
Gangguan kecemasan yang muncul disebabkan karena penyakit seumur hidup
ataupun karena komplikasi yang ditimbulkannya. Ansietas ini jika tidak diatasi akan
semakin menyulitkan dalam pengelolaan diabetes mellitus. Ansietas pada penderita
diabetes mellitus dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu penyakit
yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif yang kompleks terhadap
kelangsungan kecemasan individu. Ansietas terjadi karena seseorang merasa terancam
baik secara fisik maupun psikologi.
Gambaran kasus
Pengkajian pada Ny. N usia 56 Tahun dilakukan selama 6 hari yang dimulai pada tanggal 4
Februari 2019, klieny bersedia menandatangani informed consent. Data yang diperoleh oleh
penulis berasal dari klien, keluarga, catatan status klien, dan tim kesehatan lain dari polindes
dengan wawancara langsung, dan pengkajian fisik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa klien
mengatakan 1 minggu yang lalu dirawat di rumah sakit. Pengkajian adalah pendekatan
sistematik untuk mengumpulkan data dan menganalisanya. Secara garis besar dapat
dibedakan atas dua jenis, yaitu data objektif dan data subjektif. Data objektif merupakan data
yang sesungguhnya, yang dapat diobservasi dan dilihat oleh perawat, sedangkan data subjektif
merupakan pernyataan yang disampaikan oleh pasien dan dicatat sebagai kutipan langsung.
Perawat mendapat semua hasil observasi, pengukuran, wawancara maupun perilaku pasien
tanpa membuat kesimpulan atau tafsiran dalam menuliskan data Kondisi klien saat ini
merasakan badannya lemas, pusing, nafsu makan berkurang, sering konstipasi karena buang
air besar (BAB) 1 hari 1 kali terkadang dalam 4-5 hari klien tidak BAB, klien mengatakan sering
buang air kecil kurang lebih 9 kali dalam sehari, klien mengatakan bahwa ia sangat cemas
dengan penyakitnya, klien merasakan tidak dapat beristirahat dengan tenang, tidur hanya 6
jam sering terbangun dan tidak pernah tidur siang. Didapatkan pula data objektif meliputi klien
terlihat gelisah, adanya ketakutan ketika bercerita tentang penyakitnya, peningkatan tekanan
darah, peningkatan frekuensi nadi, TD 160/90 mmHg, nadi 118x/menit, RR 23x/menit, dan suhu
36, 4.
Gambaran kasus
Perumusan diagnosa keperawatan dalam kasus ini didasarkan pada beberapa karakteristik yang
muncul pada Ny. N berupa data subjektif dan objektif. Diagnosa yang muncul pada kasus Ny. N
antara lain adalah ansietas berhubungan dengan status kesehatan saat ini. Dari data subjektif dan
objektif pada klien tersebut sesuai batasan karakteristik diagnosa ansietas NANDA 2018-2020 yaitu
tidak dapat beristirahat, perasaan gelisah, rasa takut yang disampaikan secara lisan, rasa cemas
yang disampaikan secara lisan, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi,
peningkatan frekuensi pernafasan, pusing, gangguan tidur, perubahan pada pola buang air besar,
perubahan pada pola makan. Perencanaan keperawatan yang disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu ansietas berhubungan dengan status kesehatan saat ini. Tujuan
yang dibuat adalah setelah dilakukan intervensi selama 6X30 menit, diharapkan bisa menurunkan
ansietas dengan memberikan relaksasi otot progresif. Perencanaan yang dilakukan adalah
mengobservasi TTV, menggunakan pendekatan yang menenangkan pada klien, menjelaskan
prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur, menginstruksikan klien menggunakan teknik
relaksasi otot progresif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien, mengidentifikasi tingkat
kecemasan, dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi pada
penyakitnya.
Hasil
Pemberian intervensi relaksasi otot progresif untuk mengurangi kecemasan, tingkat
kecemasan berkurang seperti pada indikator nursing outcome, dan tanda-tanda vital dalam
batas normal. Ansietas pada penderita diabetes dikarenakan masyarakat umum tidak tahu cara
untuk menanganinya sehingga munculnya stressor yang mengakibatkan cemas (Novitasari,
2012). Penderita diabetes mellitus putus asa dalam menjalani kehidupannya terlebih bagi para
diabetes yang baru mengenal penyakit tersebut. Penatalakasanaan sesuai dengan teori harus
benar-benar dilakukan dengan benar untuk tercapainya hasil yang telah diinginkan dan sering
melakukan teknik relaksasi otot progresif. Evaluasi dari setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6X30 menit didapatkan hasil data subjektif yaitu, klien sudah hafal dan
sedikit demi sedikit bisa menerapkan dirumah tetapi masih belum bisa konsisten klien
merasakan rileks, pusing klien sudah berkurang, klien senang diajarkan relaksasi tersebut,
klien sudah bisa merasakan kenyamanan saat beristirahat, klien mengatakan juga
menambahkan porsi makan dengan banyak serat agar klien tidak mudah untuk konstipasi,
klien buang air besar satu kali sehari dengan konsistensi padat. Saat dievaluasi kembali klien
mampu melakukan secara mandiri teknik relakssasi otot progresif walaupun masih belum
konsisten dalam melakukannya namun klien sudah sering melakukannya atau dengan skor 4
(empat) yaitu dengan kategori sudah cukup baik dan mendekati terget karena yang ditargetkan
dengan skor 5 (lima) dengan kategori dilakukan secara konsisten,
2

study kasus
EFEKTIFITAS TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP
PENURUNAN ANSIETAS, STUDI KASUS PADA ANAK
DENGAN MENJALANI KEMOTERAPI
Pendahuluan
Kanker adalah terdapatnya pertumbuhan sel yang abnormal secara
progresif dan tidak dapat berfungsi fisiologis sehingga dapat menyebabkan
penyakit dengan ciri-ciri adanya mutasi genetik, proliferasi sel serta
pertumbuhan sel yang menyimpang. Beberapa pengobatan yang dapat
menangani kanker antara lain pembedahan, kemoterapi, radioterapi,
imunoterapi, dan hormonoterapi. Pada anak yang menderita kanker akan
melakukan berbagai pengobatan dan yang paling umum dilakukan adalah
kemoterapi. Kemoterapi dan hospitalisasi yang berulang membuat anak
menjadi tidak kooperatif pada petugas kesehatan dan cemas. Salah satu upaya
kooperatif dan kolaboratif yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan
anak dengan terapi bermain puzzle.
Gambaran kasus
Berdasarkan pengkajian terhadap 3 klien praskolah yang menjalani kemoterapi, didapatkan 2
klien berjenis kelamin perempuan dan 1 klien berjenis kelamin laki-laki. Ketiga klien berada
pada usia 3-6 tahun, 2 klien memiliki diagnosa medis leukemia dan 1 klien dengan bukan
pertama kali dalam menjalani kemoterapi. Klien 1 ada pada kondisi composmentis dengan
keadaan umum lemah, tampak rewel menangis, tampak pucat, tampak tegang, tidak dapat
duduk terlalu lama, makan hanya sedikit disertai mual, dan sulit tidur. Tanda-tanda vital nadi
102 x/menit dan respirasi 24 x/menit. Skor ansietas ada pada kategori berat (skor 54). Klien 2
ada pada kondisi composmentis dengan keadaan umum lemah, merasakan sedikit pusing,
tampak sedikit pucat, tampak lebih diam dan tegang, tampak menghindari kontak mata
dengan petugas, tidur tidak nyenyak, serta merasa pegal pada kaki kiri. Tanda-tanda vital nadi
100 x/menit dan respirasi 24 x/menit. Skor ansietas ada pada kategori sedang (skor 32). Klien 3
ada pada kondisi composmentis dengan keadaan umum lemah, tampak rewel menangis,
tampak pucat, tampak tegang, tampak tidak ingin berpisah dari ibunya, tidak napsu makan
dan batuk berdahak. Tanda-tanda vital nadi 115 x/menit dan respirasi 24 x/menit. Skor
ansietas ada pada kategori berat (skor 58).
Gambaran kasus
Tindakan keperawatan berdasarkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP) yang
dilakukan penulis adalah terapi bermain puzzle. Setelah dilakukan intervensi terapi
bermain puzzle pada klien selama 10-15 menit, didapatkan hasil yaitu pada klien 1 sudah
tidak menangis saat diajak bermain, tampak lebih rileks, pucat masih tampak, tegang
mulai menurun, mau berkomunikasi dengan penulis namun terkadang masih
menghindari kontak mata. Tanda-tanda vital nadi 98 x/menit dan respirasi 22 x/menit.
Skor ansietas ada pada kategori sedang (skor 50). Pada klien 2 tampak sedikit pucat,
tampak tegang mulai menurun dan lebih rileks, adanya kontak mata namun
berkomunikasi masih belum banyak. Tanda-tanda vital nadi 95 x/menit dan respirasi 22
x/menit. Skor ansietas ada pada kategori ringan (skor 24). Pada klien 3 tampak pucat,
tegang menurun dan tampak lebih tenang, masih ingin didampingi oleh ibunya,
bersedia dan tidak menangis saat didekati atau dipegang tangannya oleh penulis,
mampu berkomunikasi namun masih belum banyak dan masih menghindari kontak
mata. Tanda-tanda vital nadi 110 x/menit dan respirasi 24 x/menit. Skor ansietas ada
pada kategori sedang (skor 52).
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian diatas, didapatkan skor ansietas menurun setelah diberikan terapi
bermain puzzle selama 10-15 menit pada 1 jam sebelum klien kemoterapi.Dari hasil pengkajian
didapatkan pada 3 klien ada pada rentang umur 3-6 tahun. Temuan ini sejalan dengan penelitian
(Fitriani et al., 2017), dimana rata – rata anak yang dirawat berusia 4 – 6 tahun dan penelitian
(Rahmawati et al., 2010 dimana responden berada diumur 3 – 6 tahun. Pada anak usia infant, toddler,
dan prasekolah lebih memungkinkan untuk mengalami ansietas hospitalisasi, hal itu dikarenakan
pada usia tersebut mereka masih terbatas kemampuan kognitif untuk memahami hospitalisasi
Selanjutnya didapatkan hasil yaitu 2 dari klien berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan
penelitian.(Putri et al., 2020.) dimana pada penelitiannya 60% responden berjenis kelamin perempuan.
Hal ini dapat dikarenakan anak laki – laki dan perempuan memiliki tingkat keaktifan yang berbeda,
pada anak laki – laki mereka cenderung lebih aktif dalam bermain sehingga membuat lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit sehingga kecemasan akan hospitalisasi dapat lebih
minimal . Asuhan yang telah diberikan ketiga klien tersebut adalah penerapan Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) yang berupa terapi bermain puzzle. Dalam memberikan asuhan keperawatan
diperlukan kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan perawat. Hadirnya inovasi berupa terapi
bermain puzzle ini diharapkan dapat menambah acuan tindakan dalam upaya menurunkan ansietas
pasien prasekolah yang menjalani kemoterapi.
3
study kasus
PENERAPAN SENAM KEBUGARAN LANSIA
UNTUK MENURUNKAN ANSIETAS LANSIA
DENGAN HIPERTENSI
Pendahuluan
Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang dapat
menyerang siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi menjadi salah satu
faktor risiko penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler. Tanda dikatakan
hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg (Linda, 2018). Angka kejadian hipertensi di dunia
diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan hampir 7,1 juta mengalami kematian
setiap tahunnya (13%) (Kemkes RI, 2019). Berdasarkan data Riskesdas angka
kejadian hipertensi menunjukan kenaikan dari 25,8 % menjadi 34,1 %. Estimasi
jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan akibat
hipertensi angka kematian sebesar 427.218.
Gambaran kasus
Studi kasus dilakukan di salah satu puskesmas di kota lubuklinggau pada tanggal 01 april – 07 april
2023. Subjek studi kasus berjumlah dua orang pasien yang diamati secara mendalam dengan kriteria
inklusi yaitu klien dengan Hipertensi, berusia kurang lebih 60 tahun, berjenis kelamin perempuan dan
tekanan darah sistolik>140 mmHg dan tekanan darah diastolic >90 mmHg. Sedangkan kriteria eksklusi
klien penderita hipertensi yang menolak menjadi responden dan penderita yang mengalami gangguan
ekstremitas. Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data studi kasus adalah format
pengkajian asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Hasil pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan secara langsung pada subjek I (Ny.Z) dan subjek II (Ny.A) dengan
kondisi Hipertensi di wilayah kerja puskesmas perumnas kota lubuklinggau yang mana fokus dari
penelitian ini adalah terkait penerapan senam kebugaran lansia yang meliputi pengkajian, perumusan
masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi maka dapat disimpulkan secara umum Penerapan
teknik senam kebugaran lansia pada penderita hipertensi sangat efektif terhadap penurunan tekanan
darah dan secara khusus penerapan teknik senam kebugaran lansia pada penderita hipertensi di
wilayah kerja puskesmas perumnas kota lubuklinggau tahun 2023 menjadi alternatife untuk
menurunkan tekanan darah dan Penerapan teknik senam kebugaran lansia pada penderita hipertensi
di wilayah kerja puskesmas perumnas kota lubuklinggau tahun 2023, memberikan hasil yang
signifikan dalam menurunkan tekanan darah
Algoritma Terapi
Pada penelitian ini didapatkan terjadi penurunan ansietas pada kedua pasien. Hal ini
menujukkan bahwa senam kebugaran lansia terhadap penurunan ansietas pasien hipertensi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dapat disebabkan oleh lingkungan ,lingkungan
dapat mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini
disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan
keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja sehingga individu tersebut merasa tidak
nyaman. Yang kedua disebabkan karena emosi yang ditekan, yaitu kecemsan dapat terjadi
ketika seseorang tidak menemukan jalan keluar sendiri dalam persoalan ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah / frutasi dalam waktu yang lama. Dan yang dipengaruhi oleh
sebab-sebab fisik, yaitu pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Senam yoga dapat di lakukan dan di jadikan sebagai
kebiasaan positif yang dapat di lakukan kapanpun selain itu untuk hasil yang baik, sebaiknya
yoga di lakukan secara konstan. Yoga dapat dijadikan intervensi yang baik pada pasien
hipertensi untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi stress, dan kecemasan (Purwati &
Rahmandani, 2018). Menurut bahwa Senam Yoga yang di lakukan selama 2 kali dalam
seminggu pada pagi atau sore hari mempengaruhi fluktuasi tekanan darah pada pasien
Hipertensi.
Hasil
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan
secara langsung pada subjek I (Ny.Z) dan subjek II (Ny.A) dengan kondisi Hipertensi di
wilayah kerja puskesmas perumnas kota lubuklinggau yang mana fokus dari
penelitian ini adalah terkait penerapan senam kebugaran lansia yang meliputi
pengkajian, perumusan masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi maka dapat
disimpulkan secara umum Penerapan teknik senam kebugaran lansia pada penderita
hipertensi sangat efektif terhadap penurunan tekanan darah dan secara khusus
penerapan teknik senam kebugaran lansia pada penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas perumnas kota lubuklinggau tahun 2023 menjadi alternatife untuk
menurunkan tekanan darah dan Penerapan teknik senam kebugaran lansia pada
penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas perumnas kota lubuklinggau tahun
2023, memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan tekanan darah.
Disarankan bagi prodi keperawatan lubuklinggau dapat menambah bacaan atau
referensi di Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Lubuklinggau terutama penerapan
senam kebugaran lansia penderita hipertensi.
E S T I ON
U
Q E
T I M
H AN K
t
YO U

Anda mungkin juga menyukai