Anda di halaman 1dari 24

DIAGNOSAN KEPERAWATAN

PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

DOSEN PEMBIMBING :

OLEH:

DEA PERMATA SARI (PO7120123001)


JESIKA PUTRI PRATAMI (PO7120123002)
RINDI ANTIKA (PO7120123021)
NAJWA RISHA LARASATI (PO7120123027)
AISYAH AMANDA (PO7120123035)
ANNISA RACHMA (PO7120123042)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG PROGRAM

STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2024
BAB I

KONSEP PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya
mikroorganisme dalam urin dan memiliki potensi untuk menginvasi
jaringan-jaringan pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK)
bergantung pada banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, prevalensi
bakteriuria dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Dalam keadaan normal, urin juga
mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 10² hingga 104 bakteri/ml
urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung
lebih dari 105 bakteri/ml
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan
adanya pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di
parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri
yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah
(midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK.

1.2 Klasifikasi
Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi
saluran kemih pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi
infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan
menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK
dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan
saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks
1. ISK berdasarkan gejalanya
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK
simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan
tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam
pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik (
2. ISK berdasarkan lokasi infeksi
1) Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab infeksi saluran
kemih bawah (sistitis) terutama bakteri Escherichia coli,
Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang masuk ke
buli-buli melalui uretra.Gambaran klinis yang terjadi pada pasien
ISK bawah, antara lain nyeri di daerah suprapubis bersifat sering
berkemih, disuria, kadang terjadi hematuria.Penelitian yang
dilakukan pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis
dengan biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering adalah
disuria atau frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri
abdomen (39%). Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada
pasien ISK bawah sebesar >103 cfu (colony forming unit)/mL.
2) Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi
pada pielum dan parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran
kemih atas (pielonefritis) adalah Escherichia coli, Klebsiella sp,
Proteus, dan Enterococcus fecalis (Purnomo, 2011). Gambaran
klinis yang terjadi pada pasien ISK atas, antara lain demam tinggi,
nyeri di daerah pinggang dan perut, mual serta muntah, sakit
kepala, disuria, sering berkemih (Imam, 2013). Jumlah koloni
bakteri yang ditemukan pada pasien ISK atas sebesar >104 cfu
(colony forming unit)/mL.
3. ISK berdasarkan kelaianan saluran kemih
Berdasarkan kelainan saluran kemih ISK diklasifikasikan menjadi
dua macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK
complicated (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah
infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit)
adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau
adanya penyakit sistemik, kelainan saluran kemih dapat berupa
RVU, batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli-
buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
1.3 Etiologi
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli
(80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini
biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang
menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse
negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa
kanakkanakInfeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh
bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya.
Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri
yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih
antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter.
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis
mikroba terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya
peningkatan angka kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering
diidentifikasi adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan
katerisasi. Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya
disebabkan akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotik
(sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi,
organisme gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah
patogen yang paling umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan
infeksi saluran kemih diantara pasien kateter yang didapatkan dari
pemasangan kateter dalam jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh
hygine kateter, disfungsi bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter
yang tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.
1.4 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau mikroroganisme
masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak (Purnomo, 2014).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih tersebut melalui empat cara,
yaitu:
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi
secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus
vagina
2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung
kemih
4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal
namun ini jarang terjadi.
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus
dan hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis,
kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau
dubur masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal.
Mikroorganisme tersebut tumbuh dan berkembangbiak didalam
saluran kemih yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan pada
saluran kemih. Dan terjadilah infeksi saluran kemih yang
mengakibatkan.
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh
organisme virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung
kemih. Hanya pada 8 minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK
mungkin terjadi karena penyebaran hematogen. Selama 6 bulan
pertama kehidupan, bayi laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami
ISK, tetapi setelah itu ISK predominan pada anak perempuan. Suatu
faktor risiko penting pada anak perempuan adalah riwayat pemberian
antibiotik yang mengganggu flora normal dan mendorong
pertumbuhan bakteri uropatogenik
1.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia, tempat
infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi
peradangan. Menurut Pardede (2018) manifestasi klinis tersebut yaitu :
a. Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan
lambat, muntah, mudah terangsang, tidak mau makan, temperatur
tidak stabil, perut kembung, jaundice.
b. Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa
demam, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare,
ikterus, distensi abdomen, penurunan berat badan, dan gagal
tumbuh. Infeksi saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua
bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam
yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada
kelompok umur ini terutama yang dengan demam tinggi harus
dianggap sebagai pielonefritis.
c. Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa
gejala lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi,
frequency, ngompol. Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit
pinggang, demam tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-vertebra.
Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40% pasien
terutama pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti refluks
vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung
kemih, dan lain lain.
1.6 Penatalaksanakan
Penatalaksanaan Keperawatan, pengobatan infeksi saluran kemih
bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan dengan perawatan berupa :
1. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
2. Mencegah konstipasi.
3. Perubahan pola hidup, diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
c) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
d) Menghindari kopi, alkohol
1.7 Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi,
gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut
ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis
akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur muda,
keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi
berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan
yaitu:
1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua
ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
BAB II
KASUS

Ny. E berjenis kelamin perempuan berusia 30 tahun , agama islam,


beralamat di Pagaralam, suku besemah, berstatus menikah dengan
pendidikan terakhir S1 akutansi serta bekerja di bank sebagai taller dibawa
kerumah sakit pada tanggal 1 april 2024 pada pukul 19.00 WIB, di rawat
di rumah sakit mohammad hoesein palembang dengan keluhan nyeri saat
buang air kecil. Sebelum dibawah RS Klien mengatakan nyeri saat buang
air kecil dan nyeri menyebar sampai ke pinggang dengan skala nyeri 7,
klien BAK sering tapi sedikit, warna urine kuning kemerahan. Klien
mengatakan merasa meriang sudah ± 2 hari yang lalu dan badannya teraba
hangat.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 2 april 2024 jam
09.00 di dapatkan data bahwa Ny. R mengatakan nyeri saat buang air kecil
dan nyeri menyebar sampai ke pinggang dengan skala nyeri 7, klien BAK
sering tapi sedikit, suhu tubuh naik dan badan teraba hangat, sebelumnya
klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang dialaminya saat
ini. Sakit yang pernah dialami hanya demam dan flu biasa serta tidak
memiliki penyakit keturunan dalam keluarga dan tidak ada keluarga yang
mempunyai penyakit menular. Klien menggunakan Bahasa Indonesia,
keadaan emosi stabil, Klien kooperatif saat dikaji dan hubungan Klien
dengan keluarga baik. Pada saat pengkajian Klien mengatakan makan 3
kali sehari dengan makanan biasa dan lauk pauk, Klien minum air putih
sebanyak 7-8 gelas per hari, tidak tidur siang, tidur malam selama 6-7 jam
per hari, klien sering terbangun karena ingin buang air kecil. BAK Klien
8-9 kali per hari sedikit tapi sering, warna urine kuning kemerahan dan
merasa nyeri saat BAK. Klien BAB 1 kali per hari konsistensi lembek
dengan bau yang khas. Klien mandi 2 kali per hari serta mengganti baju
dan pakaian 2 kali per hari.
Pada saat pengkajian klien dalam kesadaran compos mentis,
dengan tekanan darah 130/80 mmHg, suhu tubuh 38,5° C, Respirasi
pernapasan 18x/m, serta denyut nadi 78x/m dengan diagnosa infeksi
saluran kemih. Pada saat pengkajian Klien memiliki bentuk kepala yang
bulat ,kulit kepala dan rambut dalam keadaan bersih, tidak ditemukan
adanya ketombe, warna rambut hitam, pupil isokor kiri dan kanan, pada
konjungtiva tidak dijumpai anemis, sklera tidak ada ikterus, pengelihatan
baik, pada hidung klien tidak ada kelainan struktur, dapat membedakan
bau-bauan, tidak ada pendarahan dan peradangan, tidak ada pembesaran
atau pembengkakan pada polip. Tdak ada kelaian struktur di telingan,
fungsi pendengaran baik, serumen dalam batas normal, tidak ada
peradnagan dan pendarahan, tidak memakai alat bantu. Tidak ada
pembengkakan kelenjar thyroid dan tidak ada peningkatan tekanan vena
pada leher. Rongga mulut bersih, tidak ada terdapat perdarahan dan
peradangan, fungsi pengecapan baik, mukosa bibir lembab, warna gigi
putih, warna lidah merah muda. Nyeri tekan tidak dijumpai, frekuensi
denyut jantung 78 x/m. Turgor kulit baik, nyeri tekan dengan skala 7,
nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum di daerah supra pubis. Fungsi
tangan kanan baik, tetapi tangan kiri sulit digerakkan (lemah) serta Fungsi
kaki kanan bagus, kaki kiri sulit digerakkan (lemah).

Askep terhadap pasien yang mengalami infeksi saluran kemih


Salah satu cara non farmakologis untuk menangani inkontinesia
urin adalah dengan latihan kandung kemih (Bladder Training). Bladder
Training adalah latihan kandung kemih yang bertujuan untuk
mengembangkan tonus otot dan spingter kandung kemih agar berfungsi
optimal, terdapat 3 macam metode bladder training, yaitu kegel exercise,
delay urination, dan scheduled bathroom trips. Kagel exercise adalag
latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul, delay
urination adalah menunda berkemih sedangkan scheduled bathroom trips
yaitu menjadwalkan berkemih.
Metode bladder training diantaranya adalah delay urination dan
scheduled
urination. Delay urination adalah latihan menahan/menunda untuk berkemih. Pada

pasien yang masih terpasang kateter, delay urination dilakukan dengan mengklem
atau mengikat aliran urine ke urine bag. Tindakan ini memungkinkan kandung
kemih terisi urine dan otot detrusor berkontraksi sedangkan pelepasan klem
memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. Latihan ini
dilakukan
6-7 kali per hari sampai pasien dapat menunda untuk berkemih. Sedangkan
scheduled urination adalah pembiasaan berkemih sesuai dengan jadwal yang telah

dibuat oleh perawat 6-7 kali perhari, jadwal tersebut harus diikuti dengan ketat
oleh
pasien, sehingga pasien berhasil belajar kembali mengenal dan mengadakan
respon
yang sesuai terhadap keinginan untuk berkemih. Latihan kandung kemih/ bladder
training mempunyai pengaruh antara lain memperpanjang waktu untuk
mengeluarkan urine, meningkatkan jumlah urine yang ditahan oleh kandung
kemih, meningkatkan kontrol pada dorongan/rangsangan berkemih menurut
jadwal dan mengurangi/ menghilangkan inkontinensia urine

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium HB : 15,3 g/dl
Leukosit : 10,32 (H)
Eritrosit : 5,00
Hematokrit : 44,2%
Trombosit : 175
MCV : 56,5 fL
MCH : 29,9 pg
MCHC : 34,5
RDW-CV ; 11,4% (L)
Basofil : 0,3%
Eosinofil : 1,1%
Neutrofil : 72,7%
Lomfosit : 18,6 (L)
Rontgen Tidak ada
EKG Tidak ada
USG Tidak ada
Lain-lain Tidak ada

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas klien
Nama : Ny. E
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Suku/Bangsa : Besemah/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1-Akuntansi
Pekerjaan : Taller Bank
Alamat : PagarAlam
Tanggal Masuk : 1 April 2024
Tanggal Pengkajian : 2 April 2024
Diagnosa : Infeksi Saluran Kemih
3.1.2. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil dan nyeri
menyebar sampai ke pinggang dengan skala nyeri 7, klien BAK sering
tapi sedikit, warna urine kuning kemerahan. Klien mengatakan merasa
meriang sudah ± 2 hari yang lalu dan badannya teraba hangat.

3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang


P ( penyebab) : saat buang air kecil
Q ( kualitas) : nyeri sedang
R( penyebaran) : nyeri menyebar sampai ke pinggang
S ( keparahan) : skala nyeri 7
T ( waktu) : saat buang air kecil

3.1.4. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 2 April 2024, Ny. E
mengatakan nyeri saat buang air kecil dan nyeri menyebar sampai ke
pinggang dengan skala nyeri 7, klien BAK sering tapi sedikit, suhu
tubuh naik dan badan teraba hangat.

3.1.5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Ny. E mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
yang dialaminya saat ini. Sakit yang pernah dialami hanya demam dan flu
biasa.

3.1.6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ny. E mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan dalam
keluarga dan tidak keluarga yang mempunyai penyakit menular.

3.1.7. Riwayat Psikologi


Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, keadaan emosi
stabil, pasien kooperatif saat dikaji dan hubungan pasien dengan keluarga
baik.

3.1.8. Pemeriksaan Fisik


a. Tanda-tanda vital
- Kesadaran : Compos Mentis
- TD : 130/80mmHg
- Suhu : 38,5° C
- RR : 18x/m
- HR : 78 x/m
b. Kepala
Inspekasi : Bentuk kepala bulat, kulit kepala dan rambut dalam keadaan
bersih, tidak ditemukan adanya ketombe, rambut hitam.
c. Mata
Inspeksi : Pupil isokor kiri dan kanan, pada konjungtiva tidak dijumpai
anemis, sklera tidak ada ikterus, penglihatan baik.
d. Hidung
Inspeksi : Tidak ada kelainan struktur, dapat membedakan bau-bauan, tidak
ada pendarahan dan peradangan, tidak ada pembesaran atau
pembengkakan pada polip.
e. Telinga
Inspeksi : Tidak ada kelainan struktur, fungsi pendengaran baik, serumen
dalam batas normal, tidak ada peradangan dan perdarahan, tidak
memakai alat bantu.
f. Leher
- Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- tidak ada peningkatan tekanan vena jagularis.
g. Mulut
Inspeksi : Rongga mulut bersih, tidak ada terdapat perdarahan dan
peradangan, fungsi pengecapan baik, mukosa bibir lembab, warna
gigi putih, warna lidah merah muda.
h. Jantung
Palpasi : Nyeri tekan tidak dijumpai,
Auskultasi : frekuensi denyut jantung 78 x/m
i. Abdomen
Palpasi : Turgor kulit baik, nyeri tekan dengan skala 7, nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk jarum di daerah supra pubis.
j. Extremitas
Ekstremita atas :
Inspeksi : Fungsi tangan kanan baik, tetapi tangan kiri sulit digerakkan
(lemah).
Ekstremitas bawah :
Inspeksi : Fungsi kaki kanan bagus, kaki kiri sulit digerakkan (lemah).

3.1.9. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium HB : 15,3 g/dl
Leukosit : 10,32 (H)
Eritrosit : 5,00
Hematokrit : 44,2%
Trombosit : 175
MCV : 56,5 fL
MCH : 29,9 pg
MCHC : 34,5
RDW-CV ; 11,4% (L)
Basofil : 0,3%
Eosinofil : 1,1%
Neutrofil : 72,7%
Lomfosit : 18,6 (L)

Rontgen Tidak ada


EKG Tidak ada
USG Tidak ada
Lain-lain Tidak ada

3.1.10. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1 Makan : Klien makan 3 kali sehari dengan MB


(Makanan Biasa) dan lauk pauk.
Nutrisi Minum : Klien minum air putih sebanyak 7- 8
gelas/hari.

2 klien tidak tidur siang, tidur malam selama 6-7


Istirahat jam/hari, klien sering terbangun karena ingin
buang air kecil
3 BAK : frekuensi BAK pasien 8-9kali/hari,
BAK sedikit tapi sering, warna
kuning kemerahan, nyeri saat BAK.

Eliminasi BAB : frekuensi BAB 1 kali/hari, berwarna


kuning, konsistensi lembek dengan
bau yang khas.

4 Personal Hygine Klien mandi 2 kali/hari dna ganti baju 2 kali/hari

3.1.10 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

1. DS : Mikroorganisme Gangguan pola


eliminasi urine
- Klien mengatakan
nyeri saat buang air
Masuk dalam
kecil
saluran kemih
- Klien mengatakan
sakit pada supra pubis
seperti ditusuk-tusuk
VU/ Kandung
- Klien mengatakan
kemih
BAK sedikit tapi sering
- Klien mengatakan sering
terbangun malam hari
Sistitis
untuk buang air kecil
DO :

- Urine tampak kuning Inflamasi


kemerahan
- Klien tampak sering
berkemih Pembengkakan
- Klien buang air kecil 8-9
kali/hari Jaringan

Obstruksi saluran
Kemih

Iritasi ureteral

3.1.11 Diagnosa Keperawatan


NO. DX KEPERAWATAN
1. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan iritasi ureteral
ditandai dengan klien sering berkemih, klien buang air kecil 8-9
kali/hari, warna urine kuning kemerahan

1.
3.2 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan pola eliminasi Setelah dilakukan tidakan - Monitor eliminasi urine - Untuk mengetahui adanya
urine berhubungan keperawatan selama 3x24 termasuk frekuensi, jumlah perubahan warna dan untuk
dengan Iritasi ureteral jam diharapkan pola dan warna urine mengetahui input/out put
ditandai dengan klien eliminasi teratur/normal, - Anjurkan pasien untuk - Hidrasi yang cukup dapat
sering berkemih, Klien dengan kriteria hasil : minum 8 gelas perhari pada membantu klien dalam
buang air kecil 8-9 saat makan, diantara waktu berkemih
- Klien BAK 5-6
kali/hari, warna urine makan, dan diawal petang
kali/hari
kuning kemerahan - Anjurkan untuk berkemih - Untuk mencegah terjadinya
- Jumlah urine, warna
setiap 2 – 3 jam penumpukan urine dalam
urine normal
vesika urinaria
- Tidak ada nokturia
- Palpasi kandung kemih tiap 4 - Untuk mengetahui adanya
(sering terbangun pada
jam distensi kandung kemih
malam hari karena
ingin berkemih)
3.3 Implementasi Keperawatan
Tanggal/ Jam Implementasi Evaluasi
DX
hari

I 2 April 09.00 - Mengkaji intensitas, lokasi, dan S:


2024 WIB factor yang memperberat atau
- Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil
meringankan nyeri
- Klien mengatakan nyeri di bagian perut (supra
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas
pubis)
dalam
- Klien mengatakan warna urine kuning
- Memantau perubahan pola berkemih
kemerahan
dan perubahan warna urine
- Klien mengatakan mengerti melakukan teknik
- Menganjurkan minum banyak 8
relaksasi
gelas/hari
- Klien mengatakan akan banyak minum
O:

- Skala nyeri 7
- Warna urine kuning kemerahan
- Wajah tampak meringis
A:

Masalah belum teratasi


P:

Intervensi dilanjutkan

II - Memonitor eliminasi urine termasuk S:


frekuensi, jumlah dan warna urine
- Klien mengatakan berkemih 8-9 kali perhari
- Menganjurkan pasien untuk minum
- Klien mengatakan sering terbangun karena ingin
8 gelas perhari pada saat makan,
buang air kecil
diantara waktu makan, dan diawal
- Klien mengatakan BAK sedikit tapi sering
petang
O:
- Menganjurkan untuk berkemih
setiap 2 – 3 jam - Palpasi kandung kemih teraba kandung kemih
- Palpasi kandung kemih tiap 4 jam penuh
A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

III - Mengkaji tanda-tanda vital, S:


observasi adanya peningkatan suhu
terus-menerus - Klien mengatakan suhu tubuh masih hangat
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan - Klien mengatakan akan banyak minum
antipiretik sesuai program medik - Klien mengatakan masih merasa meriang
- Menganjurkan minum banyak 8 O:
gelas/hari
- Suhu tubuh 38,50C
A:

Masalah belum teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan

I 03 April - Mengkaji intensitas, lokasi, dan S:


2024 faktor yang memperberat atau
- Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang
meringankan nyeri
- Klien mengatakan warna urine kuning jernih
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas
O:
dalam
- Memantau perubahan pola berkemih - Skala nyeri 3
dan perubahan warna urine - Wajah tampak meringis
- Menganjurkan minum banyak 8 - Warna urine kuning jernih
gelas/hari A:
Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi dilanjutkan

II - Memonitor eliminasi urine termasuk S:


frekuensi, jumlah dan warna urine
- Klien mengatakan berkemih 5-6 kali perhari
- Menganjurkan pasien untuk minum
- Klien mengatakan frekuen berkemih sudah normal
8 gelas perhari pada saat makan,
O:
diantara waktu makan, dan diawal
petang - Klien tampak tenang
- Menganjurkan untuk berkemih A:
setiap 2 – 3 jam
Masalah teratasi
- Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
P:

Intervensi dihentikan

III - Mengkaji tanda-tanda vital, S:


observasi adanya peningkatan suhu
- Klien mengatakan sudah tidak demam lagi
terus-menerus
- Klien mengatakan tidak meriang lagi
- Kolaborasi pemberian antibiotik dan
O:
antipiretik sesuai program medik
- Menganjurkan minum banyak 8 - Suhu tubuh 370C
gelas/hari A:

Masalah teratasi

P:

Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai