Anda di halaman 1dari 13

PATOFISIOLOGI

“SISTEM IMUN”

AISYAH AMANDA

PO.71.20.1.23.035

Dosen Pengampu:

Eva Susanti, S.Kep, Ns,M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya


sehingga Makalah dengan judul “Sistem Imun” dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga Makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan, diharapkan lebih jauh lagi
agar Makalah ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penyusun, terdapat kesadaran bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan Makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Palembang, Maret 2024

Aisyah Amanda

ii
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem imun merupakan sistem yang sangat penting dalam
menjaga kesehatan manusia dengan melindungi tubuh dari serangan
patogen dan mempertahankan keseimbangan internal. Sistem ini terdiri
dari jaringan, organ, dan sel-sel yang bekerja bersama-sama untuk
mengenali dan merespons ancaman dari bakteri, virus, jamur, dan benda
asing lainnya. Kemampuan sistem imun untuk mengenali "diri" dan
"asing" serta merespons dengan tepat adalah kunci dalam menjaga
kesehatan tubuh manusia. Ketidakseimbangan dalam sistem imun dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari infeksi akut hingga
penyakit autoimun yang kronis.
Pemahaman yang mendalam tentang sistem imun bukan hanya
penting untuk praktisi kesehatan, tetapi juga untuk masyarakat umum.
Dengan pemahaman yang baik tentang bagaimana sistem imun bekerja,
kita dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan kita
secara keseluruhan, mulai dari menerapkan pola makan yang sehat hingga
menghindari paparan patogen yang berbahaya. Lebih dari itu, penelitian
terkini dalam imunologi membuka pintu untuk terapi yang lebih efektif
dan inovatif dalam pengobatan penyakit, seperti kanker dan penyakit
autoimun. Oleh karena itu, penelitian dan pemahaman tentang sistem imun
terus menjadi fokus utama dalam upaya menjaga kesehatan dan
meningkatkan kualitas hidup manusia.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur anatomi organ-organ utama dalam sistem imun
mendukung fungsi dan respons tubuh terhadap ancaman patogen?
2. Bagaimana proses imunologi, mulai dari pengenalan antigen hingga
respon imun, berlangsung dalam sistem imun manusia?
3. Apa saja komponen-komponen utama dalam sistem imun dan
bagaimana interaksi antara mereka membentuk pertahanan tubuh yang
efektif?
4. Bagaimana mekanisme respon imun, baik humoral maupun seluler,
bekerja dalam melindungi tubuh dari infeksi dan menjaga
keseimbangan imunologis?
5. Apa saja jenis gangguan yang dapat terjadi pada sistem imun manusia
dan bagaimana gangguan tersebut mempengaruhi kesehatan serta
respons tubuh terhadap ancaman patogen?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan hubungan antara struktur anatomi organ-organ utama
dalam sistem imun dengan fungsi dan respons tubuh terhadap ancaman
patogen.
2. Menganalisis bagaimana proses imunologi, dari pengenalan antigen
hingga respon imun, berlangsung dalam tubuh manusia.
3. Mengidentifikasi komponen-komponen utama dalam sistem imun dan
menjelaskan interaksi antara mereka yang membentuk pertahanan
tubuh yang efektif terhadap patogen.
4. Menjelaskan mekanisme respon imun, baik humoral maupun seluler,
dalam melindungi tubuh dari infeksi serta menjaga keseimbangan
imunologis secara keseluruhan.
5. Menyajikan jenis-jenis gangguan yang dapat terjadi pada sistem imun
manusia serta menjelaskan dampaknya terhadap kesehatan dan respons
tubuh terhadap ancaman patogen.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Imun


Anatomi sistem imun melibatkan berbagai organ, jaringan, dan sel-
sel yang bekerja sama untuk melindungi tubuh dari patogen dan menjaga
keseimbangan imunologis. Berikut adalah beberapa komponen utama
dalam anatomi sistem imun beserta penjelasannya:
1. Limfoid Primer
1) Sumsum Tulang: Merupakan tempat di mana sel-sel darah yang
diproduksi, termasuk sel-sel imun seperti limfosit.
2) Thymus: Organ ini berperan penting dalam pembentukan dan
pematangan limfosit T, yaitu jenis limfosit yang memainkan peran
kunci dalam respon imun seluler.
2. Limfoid Sekunder
1) Limpa: Organ ini berperan dalam menyaring darah, menghilangkan
patogen, serta menghasilkan dan menyimpan limfosit.
2) Kelenjar Limfe (Limfonodus): Merupakan struktur oval kecil yang
tersebar di seluruh tubuh, berperan sebagai tempat pertemuan
antara sel-sel imun dan patogen untuk menghasilkan respons imun.
3. Jaringan Limfoid Tersier
1) Amigdala: Terletak di faring dan berperan dalam mengenali dan
merespons patogen yang masuk melalui saluran pernapasan dan
pencernaan.
2) Tonsil: Sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh, tonsil
membantu mencegah infeksi dengan menghalangi masuknya
patogen melalui mulut dan hidung.

6
4. Sel-Sel Imun
1) Limfosit: Merupakan jenis sel imun utama dalam sistem imun,
terdiri dari limfosit B dan limfosit T yang memiliki peran berbeda
dalam respon imun.
2) Sel Dendritik: Berperan dalam mengenali dan mempresentasikan
antigen kepada limfosit T, memicu respons imun seluler.
3) Makrofag: Menelan dan mencerna patogen serta sel-sel mati untuk
membersihkan jaringan dari benda asing dan sel-sel yang
terinfeksi.

2.2 Proses Imunologi


Proses imunologi melibatkan serangkaian langkah kompleks yang
terjadi saat sistem imun merespons terhadap ancaman patogen atau benda
asing dalam tubuh. Berikut adalah rangkaian proses imunologi yang umum
terjadi:
1. Pengenalan Antigen
Proses dimulai ketika sel-sel imun, seperti sel dendritik,
mengenali dan menangkap antigen, yang dapat berupa bagian dari
patogen seperti protein atau polisakarida.
2. Presentasi Antigen
Sel dendritik kemudian mempresentasikan antigen kepada limfosit
T dalam kelenjar limfe atau kelenjar limfe terdekat. Hal ini terjadi
melalui kompleks mayor kelas II histokompatibilitas utama (MHC II).
3. Aktivasi Limfosit T
Limfosit T yang telah diaktifkan oleh antigen mulai berkembang
biak dan memicu respons imun seluler. Limfosit T dapat memicu
penghancuran sel yang terinfeksi oleh patogen atau memicu aktivasi
limfosit B untuk memproduksi antibodi.
4. Proliferasi dan Diferensiasi
Limfosit T dan limfosit B yang telah diaktifkan akan mengalami
proliferasi, yaitu pembelahan sel untuk meningkatkan jumlah sel yang

7
responsif terhadap antigen tertentu. Sel-sel ini juga akan
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel efektor, seperti sel T
pembunuh atau sel B plasma.
5. Respon Imun
Sel-sel efektor, seperti sel T pembunuh dan sel B plasma,
melakukan tugas-tugas mereka dalam melawan patogen. Sel T
pembunuh mengenali dan menghancurkan sel-sel yang terinfeksi,
sedangkan sel B plasma memproduksi dan melepaskan antibodi untuk
mengikat dan menetralkan patogen.
6. Resolusi dan Memori Imun
Setelah patogen dihancurkan, beberapa sel-sel efektor akan mati,
sementara yang lainnya akan mengalami apoptosis. Namun, beberapa
sel imun akan menjadi sel memori, yang dapat bertahan dalam jangka
panjang dan memberikan perlindungan cepat dan lebih kuat jika
patogen yang sama masuk kembali ke tubuh.
Proses imunologi adalah respons yang sangat terkoordinasi dan
dinamis terhadap ancaman patogen. Ini melibatkan berbagai jenis sel dan
molekul yang bekerja bersama-sama untuk melindungi tubuh dari infeksi
dan menjaga keseimbangan imunologis.

2.3 Komponen Sistem Imun


Dalam sistem imun, terdapat beberapa komponen utama yang
meliputi:
1) Sel darah putih. Fungsinya untuk menyerang dan menghilangkan
patogen berbahaya dan membuat tubuh tetap sehat.
2) Antibodi. Protein ini melindungi tubuh dari patogen dengan cara
mengikat dan menghancurkannya.
3) Sitokin. Protein ini berfungsi untuk menangkal efek samping dari
peradangan dengan menyembuhkan kerusakan pada jaringan.

8
4) Sistem pelengkap. Ini adalah sekelompok protein yang bekerja
sama dengan sel-sel lain di tubuh untuk bertahan melawan patogen
dan mempercepat penyembuhan cedera atau infeksi.
5) Kelenjar getah bening. Organ kecil berbentuk kacang ini berfungsi
untuk menyaring produk limbah dari cairan yang mengalir dari
jaringan dan sel.
6) Limpa. Organ ini menyimpan sel darah putih yang melindungi
tubuh dari patogen. Fungsinya untuk menyaring darah dan
mendaur ulang sel-sel tua serta rusak untuk membuat sel-sel baru.
7) Amandel dan kelenjar gondok. Kedua organ tersebut berfungsi
untuk menjebak patogen dan mencegahnya masuk ke dalam tubuh.
8) Timus. Ini adalah organ kecil yang membantu sel T (jenis sel darah
putih tertentu) lebih cepat matang sebelum berpindah ke tempat ke
organ lain dalam tubuh.
9) Sumsum tulang. Jaringan lunak dan berlemak di dalam tulang ini
merupakan pabrik sel darah. Sel darah yang diproduksi, termasuk
sel darah merah.
10) Kulit. Kulit adalah pelindung yang membantu mencegah masuknya
kuman ke dalam tubuh. Caranya dengan menghasilkan minyak dan
melepaskan sel-sel sistem kekebalan pelindung lainnya.
11) Mukosa. Membran tiga lapis ini melapisi rongga dan organ di
seluruh tubuh. Ini mengeluarkan lendir yang menangkap patogen,
kemudian dibersihkan oleh tubuh.

2.4 Respon Imun

Respon Imun merupakan interaksi antara satu komponen dengan


komponen lain yang terdapat didalam sistem imun. Interaksi tersebut
berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu
aktivitas biologi.

9
Respon Imun terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Respon Imun Non-spesifik / Bawaan
2) Respon Imun Spesifik

Respon imun bawaan merupakan respon imun terdepan terhadap


mikroorganisme/zat toksik yang ingin menyerang tubuh, dimana terdiri
dari kulit, kornea mata, dan selaput lendir yang berada pada saluran
pernapasan, dan pencernaan. Hal tersebut menciptakan penghalang fisik
untuk melindungi tubuh. Contohnya, kulit melindungi tubuh dari paparan
parasit seperti cacing. Selain itu, terdapat beberapa komponen sel dari
sistem imun bawaan seperti sel dendritik, fagosit dan plasma darah.

Respon imun bawaan membantu tubuh untuk memperoleh respon


imun spesifik melalui pembentukan protein khusus yang disebut antibodi
dimana protein tersebut mampu melindungi tubuh dari paparan
mikroorganisme/zat toksik. Antibodi tersebut dikembangkan oleh sel
limfosit B setelah tubuh telah terpapar mikroorganisme/zat toksik yang
ada. Hal tersebut menyebabkan sistem kekebalan tubuh mampu mengenali
mikroorganisme/zat toksik yang menyerang mampu dilawan oleh sistem
kekebalan tubuh.

2.5 Gangguan Pada Sistem Imun


Gangguan pada sistem imun dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan, mulai dari infeksi yang sering terjadi hingga kondisi autoimun
yang kronis. Berikut adalah beberapa gangguan umum pada sistem imun
beserta penjelasannya:
1. Imunodefisiensi Primer
Gangguan ini terjadi ketika sistem imun tidak berfungsi secara
optimal atau tidak mampu memberikan perlindungan yang cukup
terhadap infeksi. Contohnya adalah Sindrom Imunodefisiensi Didapat
(Acquired Immunodeficiency Syndrome/AIDS) yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV), serta Imunodefisiensi Severe

10
Combined (SCID) yang merupakan kelainan genetik langka yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi limfosit B dan T.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Gangguan ini terjadi akibat faktor eksternal, seperti pengobatan
tertentu (misalnya kemoterapi atau penggunaan steroid dalam jangka
panjang), kondisi medis tertentu (seperti kanker atau diabetes), atau
infeksi berat yang melemahkan sistem imun.
3. Penyakit Autoimun
Pada kondisi ini, sistem imun menyerang dan merusak jaringan
tubuhnya sendiri karena keliru mengenali jaringan tersebut sebagai
benda asing. Contoh penyakit autoimun termasuk Lupus Eritematosus
Sistemik (LES), Rheumatoid Arthritis (RA), dan Multiple Sclerosis
(MS).
4. Alergi dan Hipersensitivitas
Reaksi alergi terjadi ketika sistem imun bereaksi terhadap zat
yang sebenarnya tidak berbahaya (alergen), seperti serbuk sari, bulu
hewan, atau makanan tertentu. Hipersensitivitas terbagi menjadi
beberapa tipe, termasuk reaksi alergi segera (tipe I), reaksi sitotoksik
(tipe II), reaksi kompleks imun (tipe III), dan reaksi tipe IV yang
melibatkan sel T.
5. Gangguan Hematologi
Beberapa gangguan pada sistem imun juga dapat mempengaruhi
produksi dan fungsi sel-sel darah, seperti anemia hemolitik autoimun,
trombositopenia imun, atau leukemia limfositik kronis.
6. Gangguan Inflamasi Kronis
Pada kondisi ini, respons inflamasi tubuh menjadi terlalu aktif
atau kronis, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.
Contohnya adalah penyakit inflamasi usus (seperti penyakit Crohn dan
kolitis ulserativa) serta arthritis inflamasi (seperti spondilitis ankilosa
dan arthritis rematoid).

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penutup, dapat disimpulkan bahwa sistem imun adalah
pertahanan vital tubuh manusia terhadap ancaman patogen dan benda
asing. Kompleksitas anatomi, fungsi, dan interaksi komponen-komponen
dalam sistem imun menunjukkan adaptasi luar biasa tubuh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan imunologis. Pembahasan tentang anatomi,
proses imunologi, dan gangguan pada sistem imun telah menggambarkan
pentingnya pemahaman terhadap sistem ini dalam konteks menjaga
kesehatan dan merawat penyakit. Implikasi praktis dari penelitian dan
pemahaman tentang sistem imun terbukti luas, termasuk dalam
pengembangan terapi baru untuk penyakit autoimun, peningkatan
keefektifan vaksin, dan pengelolaan gangguan imunodefisiensi. Oleh
karena itu, penelitian dan pendidikan lebih lanjut tentang sistem imun
tetap menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kualitas
hidup manusia di masa depan. Kesimpulan ini merefleksikan pentingnya
sistem imun dalam menjaga kesehatan dan memberikan gambaran tentang
arah penelitian dan pengembangan yang dapat diambil untuk
meningkatkan pemahaman dan pengelolaan gangguan sistem imun di
masa depan.

3.2 Saran
Sebagai saran untuk makalah tentang "Sistem Imun", disarankan untuk
menyoroti perkembangan terkini dalam terapi imunologi serta peran gaya
hidup sehat dalam mendukung keseimbangan sistem imun. Ini akan
memperkaya pemahaman pembaca tentang aplikasi praktis dari penelitian
imunologi dalam pengobatan penyakit dan mempromosikan kesadaran
akan pentingnya pola hidup yang sehat bagi kesehatan sistem imun.

12
DAFTAR PUSTAKA

25763-83428-1-SM. (n.d.).
Arina, Y. M. D. (n.d.). Pengaruh Aging Terhadap Sistem Imun.
Erniati, E., & Ezraneti, R. (2020). Aktivitas imunomodulator ekstrak rumput laut. Acta
Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 7(2), 79.
https://doi.org/10.29103/aa.v7i2.2463
Fadliah, A., Ni’mah, A. F., Wimbono, B., Syahputra, A. P., Nur, A., & Sari, R. (n.d.).
94 Winarsih 1 , Deras Tirta Milenia.
Hidayat, S., & Alvian Syahputa, A. (n.d.). SISTEM IMUN TUBUH PADA MANUSIA
(Vol. 2, Issue 03).
Prakoeswa, F. R. (2020). Peranan Sel Limfosit Dalam Imunulogi: Artikel Review.
Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(4), 525–537. https://doi.org/10.25026/jsk.v2i4.212

13

Anda mungkin juga menyukai