Anda di halaman 1dari 96

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah terjadi jika ada pertemuan dan pesenyawaan antara sel
telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) serta adanya perubahan pada wanita hamil
(Saminem, 2009). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2009).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (JNPK-
KR, 2008).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Panduan Praktik Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2016).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Sedangkan persalinan
kala II yaitu mulai pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi, proses
tersebut berlangsung rata-rata 90 menit, rata-rata 50 menit pada primigravida dan
rata-rata 30 menit, rata-rata 20 menit pada multigravida. Proses persalinan
terhadapat terhadap lama kala II dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang
berperan yaitu pertama kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi his
(kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan
ligamentum action. Faktor kedua adalah faktor janin (passenger) meliputi besarnya
janin, berat bayi lahir dan lainnya. faktor ketiga jalan lahir (passage) meliputi
tulang-tulang panggul, otot-otot, jaringan, dan ligament-ligament. Apabila ketiga
faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan
berlangsung secara normal atau spontan (Yuliaswati, 2015).
2

Partus lama dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu yang meliputi
presepsi ibu pada rasa nyeri saat persalinan. Nyeri persalinan dapat menimbulkan
stress yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin
dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus,
serta timbul iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak
(Cunningham, 2013).
Menurut Sri Rejeki dan Bambang Supradono (2014) Sebagian besar
persalinan (90%) selalu disertai rasa nyeri sedangkan rasa nyeri pada persalinan
merupakan hal yang lazim terjadi, nyeri selama persalinan merupakan proses
fisiologis dan psikologis. Nyeri hebat pada proses persalinan menyebabkan ibu
mengalami gangguan psikologis. Nyeri merupakan penyebab frustasi dan putus asa,
sehingga ibu tidak mampu meneran/mengedan.
Menurut Varney (2007) (dalam jurnal Stikes Muhammadiyah Lamongan
oleh Lilin Turlina dan Hesti Sri Nurhayati) yaitu penanganan yang bisa dilakukan
dalam pengendalian nyeri diantaranya dengan metode farmakologi dan non
farmakologi. Penanganan nyeri farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian
Nitrogen Monoksida dan Oksigen, pemberian Opiat, dan pemberian analgesi
epidural lumbal, sedangkan non farmakologis antara lain: relaksasi, hipnoterapi,
sentuhan terapeutik, distraksi, TENS (Transcutaneus Electrical Nrve Stimulation)
dan terapi musik.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 369 tahun 2007 (dalam
Sutanto & Fitriana, 2016) dijelaskan bahwa bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan
pelayanan kebidanan yang berkeseinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek
pencegahan, promisi dengan berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani
siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. P G1P0A0 sejak usia kehamilan 32 minggu
3

sampai dengan masa nifas 40 minggu dengan implementasi audio murrotal Al-
Qur’an pada Kala I fase aktif di BPM Bidan Rochyani.

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif dan continue dalam masa
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. P di BPM Bidan
Rochyani.
B. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
b. Dapat menganalisis masalah, diagnosa kebidanan secara tepat pada ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas sesuai dengan manajemen
asuhan kebidanan.
c. Dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.
d. Dapat merencanakan tindakan asuhan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
e. Dapat melakukan penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
f. Dapat mengimplementasikan asuhan yang direncanakan sesuai dengan
harapan.
g. Dapat melakukan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan
nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
h. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan secara
menyeluruh dengan metode SOAP.
4

III. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS


Pengambilan Kasus dilakukan di ruang periksa, ruangan tindakan dan ruang
perawatan BPM Bidan Rochyani dengan menerapkan asuhan kebidanan yang
dimulai pada tanggal :
1. 17 Agustus 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Pertama
2. 01 September 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Kedua
3. 29 September 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Ketiga
4. 06 Oktober 2018 : Pemeriksaan Kehamilan Keempat
5. 12 Oktober 2018 : Pertolongan Persalinan
6. 12 Oktober 2018 : Kunjungan Bayi Baru Lahir 1 jam dan Nifas 6 jam
7. 18 Oktober 2018 : Kunjungan Rumah Pertama, Kunjungan Bayi Baru
Lahir dan Nifas 6 hari
8. 26 Oktober 2018 : Kunjungan Rumah Kedua, Kunjungan Bayi Baru
Lahir dan Nifas 2 minggu
9. 23 November 2018 : Kunjungan Rumah Ketiga, Kunjungan Bayi Baru
Lahir dan Nifas 6 minggu
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri
dari: ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum. Konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuba, 2010).
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Prawirhardjo, 2009).
Menurut Manuaba (2007), usia reproduksi yang baik untuk
berlangsungnya kehamilan yaitu usia 20-35 tahun.

B. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan


Menurut Kurnia (2009), perubahan fisik pada trimester III adalah :
1. Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena
meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat
mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan ke arah
tulang belakang.
2. Sering kencing
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggul
akan makin menekan kandungan kencing ibu hamil.
3. Masalah tidur
Setelah perut besar, bayi akan sering menendang di malam hari
sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
6

4. Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena
menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir
kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan
memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.
5. Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian
perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau
istirahat.
6. Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil,
dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang
disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
7. Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau
karena kekurangan kalsium.
8. Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak
kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan
lebih cair.

Menurut Nur Baity (2015), perubahan yang terjadi pada ibu hamil
trimester III yang akan dirasakan, yaitu pembesaran pada perut, rahim yang
membesar, sampai ke 36 ukuran uterus yang mencapai pinggir bagian bawah
tulang iga yang terendah pada dada, nyeri pada bagian perut kiri atas
(heartburn), perubahan kadar hormon bisa memperlambat proses pencernaan
dan merelaksasi otot lambung sehingga asam lambung yang keluar ke
kerongkongan dan dapat menimbulkan suatu sensai heartburn, bengkak atau
edema, pembesaran payudara, nyeri di bagian perut, selangkangan dan paha.
7

C. Perubahan Psikologis pada Kehamilan


Menurut Sulityawati (2009), perubahan psikologis pada trimester III
adalah :
1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya
4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi
yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya
5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
6. Merasa kehilangan perhatian
7. Perasaan mudah terluka (sensitif)
8. Libido menurun

D. Asuhan Kebidanan Antenatal Care


Menurut Sulistyawati (2009) dalam buku Asuhan Kebidanan pada Masa
Kehamilan, yaitu :
1. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan dilakukan dengan beberapa cara, meliputi
anamnesis, inspeksi, dan palpasi. Pada anamnesis, yang perlu diketahui
adalah informasi mengenai perkawinan, keluhan, amenore, dan riwayat
kehamilan sebelumnya. Inspeksi dengan kehamilan, mulai dari kepala
sampai kaki.
2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah mengetahui dan mencegah
sedini mungkin kelainan yang dapat timbul, meningkatkan dan menjaga
kondisi badan ibu dalam menghadapi kehamilan, persalinan, dan
menyusui serta menanamkan perngertian pada ibu tentang pentingnya
penyuluhan yang diperlukan wanita hamil.
Palpasi dilakukan bidan menurut beberapa cara :
a. Menurut Leopold
8

1) Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian yang terletak di fundus
uteri.
2) Leopold II
Menentukan letak punggung janin
3) Leopold III
Menentukan bagian yang terletak di bagian bawah uterus
4) Leopold IV
Menentukan apakah janin sudah masuk PAP atau seberapa jauh
masuknya bagian terbawah dalam PAP.
b. Menurut Knebel
Palpasi dilakukan menentukan letak kepala. Caranya, bagian
bawah dipegang dan fundus uteri digerakkan kiri-kanan. Jika gerakan
bagian bawah negatif, berarti kepala. Jika positif, berarti bokong.
c. Menurut Budin
Palpasi dilakukan untuk menentukan letak punggung anak.
Dengan cara, tangan kiri menekan fundus uteri ke bawah, akan
dirasakan bagian mana yang memberi tahanan besar.

3. Standar Asuhan Kebidanan


Menurut Kusmiyati (2009), bahwa dalam penerapan praktek sering
dipakai standart minimal perawatan Antenatal Care yang disebut “14T”,
yaitu :
a. Pengukuran Berat Badan (T1).
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil
memeriksakan kandungnya, hal ini dilakukan untuk mengetahui
pertambahan berat badan, serta apakah pertambahan berat badan yang
dialami termasuk normal atau tidak. Pertambahan berat badan yang
normal akan sangat baik bagi kondisi ibu maupun janin. Sebaliknya,
jika pertambahan berat yang dialami tidak normal, akan menimbulkan
resiko pada ibu dan janin.
9

Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT

Sumber : Prawirohardjo, 2013

Rata-rata total pertambahan berat badan ibu hamil berkisar 10-


15 kg yaitu 1 kg pada trimester I dan selebihnya pada trimester II dan
III. Mulai trimester II sampai III rata-rata pertambahan berat badan
adalah 0,3-0,7 kg/minggu. Dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa untuk setiap kenaikan 1 kg di penambahan berat badan, berat
lahir akan bertambah 16,7-22,6 gram. Menurut penelitian Irawati,
menunjukkan IMT sebelum hamil merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir.

b. Pengukuran Tinggi Badan (T2)


Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul.
c. Ukur Tekanan Darah (T3)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar
normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 –120/80
mmHg. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan
tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala
preeklamsi, dimana gejala preeklamsi yaitu tekanan darah tinggi,
protein urine positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas.
10

Tabel 2.2 Diagnosis Preeklampsia

Peningkatan tekanan darah 140/90 - 149/99 mmHg


(ringan)
150/100 – 150/109 mmHg
(sedang)
>160/>110 mmHg (berat)
Proteinuria >0.3g/24jam
Sumber : Lawrance, 2012

d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) (T4)


Tujuan pemeriksaan TFU dengan menggunakan tehnik Mc.
Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan
hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid
terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang
normal harus sama dengan usia kehamilan(UK) dalam minggu yang
dicantumkan dalam HPHT. Indikator pertumbuhan berat janin
intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini
terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang
ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal.
Menurut Miratu Megasari, dkk (2015) dalam buku Panduan
Belajar Asuhan Kebidanan bahwa, perkiraan tinggi fundus uteri
merupakan perkiraan yang harus diketahui oleh bidan. Perkiraan
dengan TFU akan lebih tepat pada kehamilan pertama, tetapi kurang
tepat pada kehamilan berikutnya.

Tabel 2.4 Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan


Tinggi fundus uteri Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis atau 3 jari di atas 12 minggu
simfisis
½ simfisis-pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis atau 3 jari di 20 minggu
bawah pusat
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas 28 minggu
pusat
11

½ pusat-proccesus xypoideus 32 minggu


Setinggi procceses xypoideus 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah PX 40 minggu

e. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T5)


Tablet ini mengandung 200 mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam
folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah
untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada
masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin.
Zat besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah
yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan janin.
f. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T6)
Imunisasi tetanus toxoid (TT) adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi TT artinya pemberian
kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
Wanita usia subur (WUS) yang menjadi sasaran imunisasi TT
adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil
(ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah
satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan
antenatal.Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan
interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna
bagi kekebalan seumur hidup. Interval pemberian imunisasi TT dan
lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut :
a) TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa
perlindungan 3 tahun.
b) TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa
perlindungan 5 tahun.
c) TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa
perlindungan 10 tahun.
12

d) TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa


perlindungan 25 tahun.
g. Pemeriksaan Darah Haemoglobin (Hb) (T7)
Kekurangan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil merupakan salah
satu permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan.
Kadar Hb yang kurang dari 11 g/dl mengindikasikan ibu hamil
menderita anemia. Anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko
mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan
sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal ini
tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian
ibu bersalin maupun angka kematian bayi.
h. Pemeriksaan Protein urin (T8)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein
dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-
3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki
edema. Pemeriksaan protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil ke
arah preeklampsia.
i. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T9)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)
adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit
menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil
yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila
hasil tes dinyatakan postif ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan.
Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan < 16
minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan prematur dan cacat
bawaan.
j. Pemeriksaan urine reduksi (T10)
Pemeriksaan urin dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal ibu
hamil, ada tidaknya protein dalam urin, dan juga mengetahui kadar gula
dalam darah. Adanya protein dalam urin mengarah pada preeklampsia.
Sedangkan kadar gula darah dapat menunjukkan apakah ibu hamil
13

mengalami diabetes melitus ataupun tidak. Diabetes Melitus


Gestasional pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa
preeklampsia, polihidramnion dan bayi besar.
k. Senam Hamil ( T11)
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
l. Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga
kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai
mengigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat
penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi
abortus, partus prematur juga anemia.
m. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Defisiensi yodium selama masa kehamilan berdampak buruk
pada perkembangan otak fetus yang mulai terjadi pada kehamilan
trimester kedua dan terus berlanjut sampai akhir kehamilan. Jika Ibu
mendapat suplemen zat yodium, dampak buruk ini dapat berkurang.
Defisiensi yodium berat dalam kurun waktu lama (kronis)
menyebabkan kemungkinan untuk pulih (functional recovery) makin
kecil. Hal ini berarti kelainan fisik dan mental yang terjadi pada janin
akan menjadi permanen sampai dewasa. Adapun dampak buruk pada
janin yang lain akibat defisiensi yofium ini dapat berupa: keguguran,
lahir mati, lahir cacat, dan terganggunya perkembangan otak.
n. Temu wicara / Konseling ( T14).
Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/ keluarga
pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih,
aman dan suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk. Selain itu diberikan materi konseling, informasi
14

dan edukasi tentang pemberian makanan bayi, air susu ibu, inisiasi
menyusu dini, program keluarga berencana dan tentang kebersihan ibu.
Antara kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan rujukan segera adalah perdarahan, preeklampsia,
ketuban pecah dini, gawat janin, atau kondisi-kondisi kegawatan lain
yang mengancam nyawa ibu dan bayi.
Tabel 2.3 Pemeriksaan Setiap Kunjungan ANC

Sumber: Pedoman Antenatal Terpadu (Kemenkes, 2010)

4. Kunjungan Ulang
Menurut Lily Yulaikhah (2009) dalam buku Seri Asuhan Kebidanan
Kehamilan, pengawasan anatenatal memberi manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini
sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah
pertolongan persalinannya. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pengawasan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali
pada trimester II, 2 kali pada trimester III.
Tujuan pelayanan kebidanan (WHO), yaitu :
1. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan pada saat persalinan
2. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan
3. Perawatan neonatus-bayi
4. Pemeliharaan dan pemberian laktasi.
15

E. Evidence Based
Menurut WHO (2016), bahwa model ANC merekomendasikan
minimal delapan kontak ANC, dengan kontak pertama dijadwalkan
berlangsung pada trimester pertama (hingga 12 minggu kehamilan), dua
kontak dijadwalkan pada trimester kedua (pada 20 dan 26 minggu kehamilan
dan lima kontak dijadwalkan pada trimester ketiga (30,34,36,38 dan 40
minggu kehamilan). Model pelayanan antenatal ini dianjurkan untuk
mengurangi angka kematian perinatal dan maternal. Serta untuk
meningkatkan kualitas ANC dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.

Tabel 2.4 Perbandingan Jadwal ANC (WHO, 2016)

WHO FANC model 2016 WHO ANC model


First Trimester
Visit 1 : 8-12 weeks Contact 1 : up to 12 weeks
Second Trimester
Visit 2 : 24-26 weeks Contact 2 : 20 weeks
Contact 3 : 26 weeks
Third Trimester
Visit 3 : 32 weeks Contact 4 : 30 weeks
Visit 4 : 36-38 weeks Contact 5 : 34 weeks
Contact 6 : 36 weeks
Contact 7 : 38 weeks
Contact 8 : 40 weeks
Return For Delivery at 41 weeks if
not given birth

F. Pendidikan Kesehatan pada Ibu Hamil


Menurut Kementrian Kesehatan RI dalam Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (2015), hal yang harus diketahui ibu hamil yaitu :
1. Perawatan sehari-hari
a. Makan beragam makanan secara proposional dengan pola gizi
seimbang dan lebih banyak daripada sebelum hamil
b. Istirahat yang cukup
16

1) Tidur malam paling sedikit 6-7 jam dan usahakan siangnya


tidur/berbaring 1-2 jam.
2) Posisi tidur sebaiknya miring ke kiri.
3) Pada daerah endemis malaria gunakan kelambu berinsektisida.
4) Bersama dengan suami lakukan rangsangan/ stimulasi pada janin
dengan sering mengelus-elus perut ibu dan ajak janin bicara sejak
usia kandungan 4 bulan.
c. Menjaga kebersihan diri
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan,
setelah buang air besar dan air kecil.
2) Menyikat gigi secara benar dan teratur minimal setelah sarapan dan
sebelum tidur.
3) Mandi 2 kali sehari.
4) Bersihkan payudara dan daerah kemaluan.
5) Ganti pakaian dan pakaian dalam setiap hari.
6) Periksakan gigi ke fasilitas kesehatan pada saat periksa kehamilan.
d. Boleh melakukan hubungan suami istri selama hamil. Tanyakan ke
petugas kesehatan cara yang aman.
e. Aktivitas fisik
1) Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktifitas fisik sehari-hari
dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang
dikandungnya.
2) Suami membantu istrinya yang sedang hamil untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari.
3) Ikuti senam ibu hamil sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
Yang harus dihindari ibu selama hamil, yaitu :
1) Kerja berat
2) Merokok atau terpapar asap rokok
3) Minum minuman bersoda, berakohol dan jamu
4) Tidur terlentang > 10 menit pada masa hamil tua
5) Ibu hamil minum obat tanpa resep dokter
6) Stress berlebihan.
17

2. Persiapan melahirkan (Bersalin)


a. Tanyakan kepada bidan dan dokter tanggal perkiraan persalinan.
b. Suami atau keluarga mendampingi ibu saat periksa kehamilan.
c. Persiapan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan dan
biaya lainnya.
d. Rencanakan melahirkan ditolong oleh dokter atau bidan di fasilitas
kesehatan.
e. Siapkan KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan Nasional dan
keperluan lain untuk ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
f. Untuk memperoleh Kartu JKN, daftarkan diri anda ke kantor BPJS
Kesehatan setempat, atau tanyakan ke petugas Puskesmas.
g. Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama
dan bersedia menajdi pendonor jika diperlukan.
h. Suami, keluarga dan masyarakat, menyiapkan kendaraan jika sewaktu-
waktu diperlukan.
i. Pastikan ibu hamil dan keluarga menyepakati amanat persalinan dalam
stiker P4K dan sudah ditempelkan di depan rumah ibu hamil.
j. Rencanakan ikut Keluarga Berencana (KB) setelah bersalin. Tanyakan
ke petugas kesehatan tentang cara ber-KB.
3. Tanda Bahaya pada Kehamilan
Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan
upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap
kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Tanda bahaya kehamilan
diantaranya (Sarwono, 2009) :
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah
20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran, sekitar 10-12%
kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang pada umumnya (60-
80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada
spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama menimbulkan
gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran
uterus yang diatas normal pada umumnya disebabkan oleh mola
18

hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan


yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai dari usia
kehamilan dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh
kehamilan ektopik. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20
minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa. (Sarwono,
2009)
b. Nyeri kepala yang hebat
Nyeri kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan
tidak hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala
yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala
dari pre-eklampsi. (Sarwono, 2009).
c. Gangguan penglihatan
Masalah visual yang mengidinkasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau berbayang (Rukiyah, 2009).
d. Pembengkakan pada wajah, tangan, dan kaki
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda,
anemia, gagal jantung atau preeklamsi. (Rukiyah, 2009).
e. Nyeri abdomen
Nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.
Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kandung
empedu, absurpsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
(Rukiyah, 2009).
f. Janin tidak bergerak seperti biasanya
Bayi harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24
jam. Jika kurang dari itu,maka waspada akan adanya gangguan janin
19

dalam rahim,misalnya asfiksia janin sampai kematian janin


(Saifuddin, 2010).
g. Keluar Cairan per Vagina
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III.
Ibu harus dapat membedakan antara urine dengan air ketuban. Jika
keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis dan berwarna putih
keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan belum
cukup bulan, ibu harus hati-hati akan adanya persalinan preterm (< 37
minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum (Sulistyawati, 2009).

II. Persalinan
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
dalam rahim, persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disetai dengan penyulit
(Asuhan Persalinan Normal, 2008).
Dalam buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
bahwa, definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan, dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 minggu sampai
dengan 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat (Hakimi, 2010). Persalinan adalah suatu proses yang dimulai
dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi
progesif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses
tersebut merupakan proses alamiah (Rohani, 2011).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,
2012).
20

B. Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/ dilakukan operasi sectio
caesarea.
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin
dan prostaglandin (Prawirohardjo, 2010).

C. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2015), yaitu :
1. Perut mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin
lama.
2. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban
dari jalan lahir

Jika muncul salah satu tanda di atas, suami dan keluarga segera bawa ibu
hamil ke fasilitas kesehatan.

Adapun proses melahirkannya, yaitu :

1. Didahului dengan mulas teratur, semakin lama semakin kuat dan sering
2. Pada kehamilan pertama, bayi biasanya lahir setelah 12 jam sejak mules
teratur. Pada kehamilan kedua dan kehamilan berikutnya, baisanya bayi
lahir setelah 8 jam sejak mules teratur. Ibu masih boleh berjalan, makan
dan minum. Selama proses melahirkan sebaiknya ibu didampingi suami
dan keluarga.
3. Jika terasa sakit, tarik nafas panjang lewat hidung, lalu keluarkan lewat
mulut.
4. Jika terasa ingin buang air besar segera beritahu bidan/dokter. Bidan atau
dokter akan mengarahkan/ memimpin ibu mengejan sesuai dengan
dorongan rasa ingin mengejan yang timbul.
21

5. Setelah bayi lahir dan sehat segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
6. IMD adalah segera meletakkan bayi di dada ibu (ada kontak kulit ibu dan
kulit bayi sekurang-kurangnya 1 jam untuk memberikan kesempatan
kepada bayi menyusu sesegara mungkin.
IMD merangsang keluarnya ASI, memberikan kekebalan pada bayi serta
meningkatkan kekuatan batin antara ibu dan bayinya.
7. Ibu dapat segera dipasangkan IUD dalam waktu 10 menit setelah plasenta
lahir bila ibu dan suami sepakat untuk mengikuti KB dengan metode
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).

D. Evidence Based
Memberikan pendampingan yang berkelanjutan selama persalinan
sangat baik dan asuhan sayang ibu dan bayi sebagai kebutuhan dasar
persalinan. Salah satu prinsip dasarnya dalah mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan
kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman yang lebih
baik. (WHO, 2014).

E. Tanda Bahaya pada Persalinan


Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2015), yaitu :
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3. Ibu mengalami kejang
4. Ibu tidak kuat mengejan
5. Air ketuban keruh dan berbau
6. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

F. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu :
1. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his,
22

kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih


dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi
menjadi 2 fase , yaitu :
a. Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif
Fase aktif dibagi lagi menjadi 3 fase, yaitu :
1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi
4 cm
2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlagsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida


pun terjadi demikian, tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi
terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks antara primi dan
multigravida. Pada primigravida istium uteri internum akan membukan
lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru
kemudian ostium uteru internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah
lengkap sampai 3 cm. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12
jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam (Sarwono, 2010).

2. Kala II
Kala II disebut jugas dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari
kala II adalah :
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50
sampai 100 detik
b. Menjelang akhir 1 ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak
23

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan


mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi : kepala membuka pintu, sub occiput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut, lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluaruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan :
1) Kepala dipegang pada occiput dan dibawah dagu, ditarik cunam
kebawah untuk melahirkan bahu belakang
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
3) Bayi lahir diikuti air ketuban.
g. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rat-rata 0,5 jam (Manuaba, 2010 dalam Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir).
3. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasentanya pada lapisan
Nitabush, karena sifat retraksi otot rahim. Dan penyuntikan 10 UI
oksitosin secara IM pada paha luar. Lepasnya plasenta sudah dapat di
perkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :
a. Uterus menjadi budar
b. Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim
c. Tali pusat bertambah panjang
d. Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara


erede atau dorso kranial pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam
24

6-15 menit setelah bayi lahir (Manuaba, 2010 dalam Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir).

4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah: pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan pada setiap 15 menit pada
1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua (Manuba, 2010 dalam
Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir).

G. Robekan Jalan Lahir


Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua dari perdarahan
pascapersalinan. Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia
uteri, tapi jika terjadi perdarahan pascapersalinan dengan kontraksi uterus
yang baik umunya disebabkan oleh robekan jalan lahir (ruptur perineum
dinding vagina dan robekan serviks). Hal ini diidentifikasi dengan melakukan
pemeriksaan yang cermat dan seksama pada pemeriksaan jalan lahir. Laserasi
jalan lahir dikategorikan berdasarkan luas robekannya, yaitu :
1. Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum.
2. Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum.
3. Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spingter ani eksterna.
4. Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot spingter ani eksterna, dinding rektum anterior
(Damayanti, Maita, Triana, & Afni, 2014).
25

III. Bayi Baru Lahir


A. Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2400-
4000 gram saat kelahiran, dengan masa kehmailan 37-42 minggu. Umur 0-7
hari disebut neonatal dini, sedangkan umur 8-28 hari disebut neonatal lanjut
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut M. Sholeh (2007) bahwa, bayi baru lahir normal berat lahir
antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Dwienda R, Maita, Puspita,
& Yulviana, 2014).

B. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir


Berikut ciri-ciri bayi baru lahir menurut Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/ Balita, dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan (2014), yaitu:
1. Berat badan 2500-4000 gram.
2. Panjang badan 48-52 cm.
3. Lingkar kepala 33-35 cm.
4. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
5. Pernafasan ± 40-60 kali/menit.
6. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.
7. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
8. Kuku agak panjang dan lemas.
9. Genitalia :
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
Laki-laki testis sudah turun, skortum sudah ada.
10. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
11. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
12. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
13. Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut terbentuk dengan baik.
14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
26

C. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip yaitu pemeriksaan
dilakukan dalan keadaan bayi tenang (tidak menangis), pemeriksaan tidak
harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada
bawah, denyut jantung serta perut (Kemenkes, 2013).

Tabel 2.5 Pemeriksaan Fisik (Kemenkes, 2013)


Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal
Lihat postur, tonus danaktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi.
Bayi sehat akan bergerak aktif.
Lihat kulit berwarna merah muda, Wajah, bibir dan selaput lendir,
tanpa adanya kemerahan atau bisul. dada harus

Hitung pernapasan dan lihat tarikan  Frekuensi napas normal 40-60


dinding dada bahwa ketika bayi sedang kali permenit
tidak menangis.  Tidak ada tarikan dinding dada
bawah yang dalam
Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung normal
meletakkan stetoskop di dada kiri 120-160 kali permenit
setinggi apeks kordis.
Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal adalah 36,5-37,5
dengan thermometer
Lihat dan raba bagian kepala Bentuk kepala terkadang asimetris
karena penyesuaian pada saat
proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun
besar rata atau tidak membonjol,
dapat sedikit membonjol saat bayi
menangis.
Lihat mata Tidak ada kotoran/secret
Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh
- Masukkan satu jari yang dan tidak ada bagian yang
menggunakan sarung tangan ke terbelah
dalam mulut, raba langit-langit  Nilai kekuatan isap bayi. Bayi
akan mengisap kuat jari
pemeriksa
Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas
Lihat tali pusat  Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau
27

yang tidak enak pada tali


pusat, atau kemerahan sekitar
tali pusat.
Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang
Lihat ekstremitas  Hitung jumlah jari tangan dan
kaki, lihat apakah kaki
posisinya baik atau bengkok
ke dalam atau keluar, lihat
gerakan ekstremitas
Lihat lubang anus  Terlihat lubang anus dan
- Hindari memasukkan alat atau jari periksa apakah mekonium
dalam memeriksa anus sudah keluar
- Tanyakan pada ibu apakah bayi  Biasanya mekonium keluar
sudah buang air besar dalam 24 jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin keluar.  Bayi perempuan kadang
- Tanyakan pada ibu apakah bayi terlihat cairan vagina berwarna
sudah buang air kecil putih atau kemerahan
 Bayi laki-laki terdapat lubang
uretra pada ujung penis.
Pastikan bayi sudah buang air
kecil dalam 24 jam setelah lahir
Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4 kg
- Timbang bayi dengan  Dalam minggu pertama, berat
menggunakan selimut, hasil bayi mungkin turun terdahulu
dikurangi selimut baru kemudian naik kembali.
Penurunan berat badan
maksimal 10%
Mengukur panjang dan lingkar kepala  Panjang lahir normal 48-52 cm
bayi  Lingkar kepala normal 33-37
cm.
Menilai cara menyusui, minta ibu  Kepala dan badan dalam garis
untuk menyusui bayinya lurus, wajah bayi menghadap
payuidara, ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya
 Bibir bawah melengkung
keluar, sebagian besaraerola
berada didalam mulut bayi
 Menghisap dalam dan pelan
kadang disertai berhenti sesaat
28

Refleks adalah gerakan naluriah untuk melindungi bayi, adapun


beberapa refleks pada bayi (IBI, 2016), yaitu:
a. Refleks Glabellar
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan dengan
menggunakan jari tekunjuk. Bayi akan mengedipkan mata pada 4
smapi 5 ketukan pertama.
b. Refleks hisap
Tekanan pada mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas
timbul isapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada waktu bayi tidur.
c. Refleks mencari (rooting)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
d. Refleks genggam
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan
gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.
e. Refleks babinsky
Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak
kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kai. Bayi
akan merespon berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari
dorsifleksi.
f. Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-
tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.

D. Penatalaksanaan pada Bayi Baru Lahir


1. Pemotongan Tali Pusat
Menurut standar Asuhan Persalinan Normal (APN) pada saat segera
bayi lahir akan dilakukan pemotongan tali pusat, sesuai JNPKR, Depkes
RI, 2008, bahwa:
a. Segera bayi lahir harus dikeringkan dan membungkus kepala serta
badan kecuali tali pusat.
29

b. Menjepit tali pusat harus menggunakan klem disinfeksi tingkat


tinggi atau steril dengan jarak kira-kira 3 cm dari umbilicus bayi.
c. Setelah jepitan pertama dilakukan pengurutan tali pusat bayi kearah
ibu dengan memasang klem kedua dengan jarak 2 cm dari klem
pertama. Dengan menggunakan tangan kiri diantara sela jari tengah
tali pusat dipotong diantara kedua klem.

Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat karena
jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan infeksi.

2. Pemeliharaan Pernafasan
1. Stimulasi Taktil
Realisasi dari langkah ini adalah dengan mengeringkan badan
bayi segera lahir dan melakukan masasse pada punggung. Jika
observasi nafas bayi belum maksimal, lakukan stimulasi pada
telapak kaki dengan menjetikan ujung jari tangan penolong.
2. Mempertahankan Suhu Hangat untuk Bayi
Suhu yang hangat akan sangat membantu menstabilkan upaya
bayi dalam bernafas. Letakkan bayi diatas dada ibu (dalam keadaan
telanjang), kemudian tutupi keduanya dengan selimut.
3. Menghindari prosedur yang tidak perlu
a. Menghisap lendir yang ada di saluran nafas bayi, padahal bayi
sudah berhasil menangis dan melakukan nafas pertamanya.
b. Memandikan bayi segera setelah lahir.
c. Melakukan pemeriksaan fisik kepada bayi dalam satu jam
pertama kelahiran. Sebaiknya biarkan bayi di atas dada ibu
untuk melakukan inisiasi menyusui dini dan menstabilkan suhu
tubuhnya melalui radiasi panas tubuhnya (Damayanti, Maita,
Triana, & Afni, 2014).
30

3. Mencegah Terjadinya Kehilangan Panas


a. Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan evaporasi cairan
ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain
yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara
menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali
pusat, ganti handuk atau kain yang basah karena cairan ketuban,
kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat
dan bersih (pada saat proses inisiasi menyusui dini). Kain yang basah
didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses
radiasi.
c. Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh
dan mencegah kehilangan panas. Bayi juga akan mencari puting susu
ibu dan sebaikya bayi dapat menyusu dalam waktu satu jam pertama
kelahiran.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
31

sebaiknya dimandikan (sedikitnya) 6 jam setelah lahir. Memandikan


bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru
lahir di tempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat
tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang
paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu
segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi
(Damayanti, Maita, Triana, & Afni, 2014).

Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi baru lahir dengan 4 cara,


yaitu:

a). Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga
terjadi pada bayi yang cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
b). Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
c). Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin.
d). Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.
32

4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Inisiasi Menyusui Dini (IMD) didefinisikan sebagai proses
membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di
dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting
untuk segera menyusui. Bayi disusui selama 1 jam atau lebih di dada
ibunya segera setelah lahir. Isapan bayi penting dalam meningkatkan
kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu
untuk memproduksikan ASI, dan isapan dapat meningkatkan produksi
ASI dua kali lipat (Yuliarti, 2010).

E. Evidence Based
1. Memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir.
2. Perawatan bayi baru lahir dengan menunda mandi sampai 24 jam setelah
lahir, jika hal ini tidak memungkinkan karena alasan budaya, mandi harus
ditunda selama sedikitnya enam jam.
3. Ibu dan bayi tidak harus dipisahkan dan harus tinggal di ruangan yang
sama dalam 24 jam sehari.
4. Melakukan perawatan tali pusat merupakan hal yang baik dan bersih
untuk bayi baru lahir.
5. Tanda-tanda berikut harus dinilai selama setiap kontak postnatal dan bayi
baru lahir harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut jika ada tanda-tanda
seperti : tidak mau makan, kejang, pernapasan cepat (tingkat pernapasan
≥ 60 per menit), retraksi pada dada, tidak ada gerakan spontan, demam
(suhu ≥ 37.5 ° C), suhu tubuh rendah (suhu < 35,5 ° C), penyakit kuning
pada 24 jam pertama kehidupan, atau telapak tangan kuning dan kaki
pada usia berapa pun. Keluarga harus segera ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
6. Semua bayi harus mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6
bulan. Ibu harus diberi konseling dan memberikan dukungan untuk
pemberian ASI eksklusif pada setiap kontak postnatal (WHO, 2013).
33

F. Penyuluhan pada Ibu dan Keluarga


Dalam buku ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan (2014), bahwa ada beberapa penyuluhan pada
ibu dan keluarga sebelum pulang, yaitu:
1. Perawatan Tali Pusat
Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan
apapun pada daerah sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan
infeksi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kelembapan badan bayi
sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri.
Menurut buku Asuhan Neonatus, Bayi & Balita: Buku Praktikum
Mahasiswa Kebidanan (2008), bahwa perawatan tali pusat merupakan
tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru
lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan, yaitu kain kassa steril,
air bersih dan sabun. Berikut prosedur perawatan tali pusat, yaitu:
a. Cuci tangan.
b. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan
dengan kassa steril.
c. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan tutupi dengan kain kassa steril secara longgar.
d. Lipat popok di bawah sisa tali pusat.
e. Jika tali pusat terkena kotoran feses, cuci dengan sabun dan air
bersih, kemudian keringkan.
f. Cuci tangan (Hidayat, 2009).
2. Pemberian ASI
Menurut Bahiyatun (2009) dalam Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas Normal bahwa, pemberian ASI membantu bayi memulai
kehidupannya dengan baik. Kolustrum atau susu pertama mengandung
antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi dalam jam
pertama sesudah lahir dan kemudian setiap 2 atau 3 jam. ASI makanan
yang baik untuk bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa
makanan tambahan lain merupakan cara terbaik pemberian makan bayi
34

dalam 4-6 bulan kehidupannya. Pemberian ASI pada umumnya harus


disarankan selama satu tahun pertama kehidupan anak.
3. Jaga Kehangatan Bayi
Kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting antara ibu
dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan serta
mempertahankan panas tubuh bayi. Prinsip ini dikenal dengan skin to
skin contact atau metode kangguru (Dwienda R, Maita, Puspita, &
Yulviana, 2014).
4. Tanda-tanda bahaya pada Bayi Baru Lahir
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit .
b. Terlalu hangat (>38°C) atau terlalu dinging (<36°C).
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk
berlebihan.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk dan
berdarah.
f. Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah
bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernafasan sulit.
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek
atau cair sering berwarna hijau tua dan terdapat lendir atau darah.
h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang tidak bisa tenang
menangis terus-menerus (Dwienda R, Maita, Puspita, & Yulviana,
2014).
5. Imunisasi
Imunisasi adalah cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk
melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara memasukkan
suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral (Dwienda
R, Maita, Puspita, & Yulviana, 2014).
6. Perawatan harian/ rutin
7. Pencegahan infeksi atau kecelakaan
35

IV. Nifas
A. Definisi Nifas
Dalam bahasa latin, masa nifas adalah waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak disebut puerperium yaitu dari kata peur yang artinya bayi
dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan
bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian
ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasien
persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa ini untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi ( (Dewi & Sunarsih, 2011).
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2016) bahwa, masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu.

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011) dalam buku
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, yaitu :
1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/ mendeteksi
adanya kemungkinan adanya perdarahan postpartum dan infeksi.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus
diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh.
3. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
4. Memberikan pendidikan kesehetan diri
36

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB,


menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, perawatan bayi sehat,
dan kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut :
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
menyusui).
5. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet, oleskan kolustrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet.
d. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan
ASI.
6. Konseling mengenai KB.

C. Kunjungan Nifas
Menurut Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2016), yaitu :
1. Kunjungan nifas 6-8 jam
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
37

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan


ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. Kunjungan nifas 6 hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umblikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda dendam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan mearwat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan nifas 2 minggu setelah persalinan
Hal yang harus dilakukan sama seperti pada kunjungan nifas 6 hari.
4. Kunjungan nifas 6 minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi
alami
b. Memberikan konseling untuk KB jika sudah dan belum menentukan
jenis KB.

D. Tahapan Masa Nifas


Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut (Dewi & Sunarsih,
2011), yaitu :
1. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar
6-8 minggu.
3. Puerperium remote
38

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

E. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi, involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus (Dewi & Sunarsih, 2011).

Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter Keadaan


Uteri Uterus Bekas Serviks
(gram) Melekat
Plasenta (cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Plasenta 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek
lahir pusat
Satu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
minggu pusat-simfisis setelah
Dua minggu Tidak teraba di 350 3-4 postpartum
atas simfisis dapat dilalui
Enam Bertambah kecil 50-60 1-2 2 jari
minggu Akhir minggu
Delapan Sebesar normal 30 pertama dapat
minggu dimasuki 1
jari
2. Lochea
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011) dalam
buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, lochea adalah ekskresi cairan
rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembangan lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda setiap
wanita. Sekret mikroskopik lochea terdiri atas eritrosit, perubahan desidua,
sel epitel, dan bakteri. Lochea mengalami perubahan karena involusi.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya
(Rini & Kumala D, 2016), diantarnya :
39

a. Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Warna darah merah dan mengandung darah dari robekan/
luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan korion. Terdiri dari
desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah.
b. Lochea Sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 4-7 hari
postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini muncul pda hari ke 8-14 postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri dari lebih
sedikit darah lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
d. Lochea Alba
Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya
lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung
leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.

Bila pengeluaran lochea tidak lancar, maka disebut lochiastatis.


Jika lochea tetap berwarna merah setelah 2 minggu da kemungkinan
tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna
yangs sering disebabkan retroflexio uteri. Lochea mempunyai suatu
karakteristik bau yang tidak sama dengan sekret menstruasi. Bau yang
paling kuat pada lochea serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang
menadakan infeksi.

3. Perubahan pada Vagina dan Perineum


Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011) dalam
buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, bahwa estrogen pascapartum
yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya
rugae. Vagina yang semula teregang akan kembali secara bertahap pada
ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
40

kembali terlihat sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol


pada wanita nulipara. Pada umumya rugae akan memipih secara
permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-
kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali, penebalan mukosa vagina
terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas
vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak
nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali
normal dan menstruasi dimulai lagi. biasanya wanita dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk
mengurangi nyeri.
Pada awalnya, introitus mengalami eritemaso dan edematosa,
terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang
cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan higyene yang
baik selam dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat
introitus dengan mudah dibedakan dan introitus pada wanita nulipara.
Proses penyembuhan luka episiotomi atau rupture laserasi pada
vagina sama dengan luka operasi lainnya. tanda-tanda infeksi (nyeri,
merah, panas, dan bengkak) atau tepian insisi tidak saling melekat bisa
terjadi. Penyembuhan baru berlangsung dalam dua sampai tiga minggu.
4. Perubahan Tanda-tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital biasa terlihata jika wanita
dalam keadaan normal. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis
jantung kembali normal, serta impuls dan EKG kembali normal.
a. Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38°C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan
ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genitalis, atau sistem lain.
41

b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah
tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsia
postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga kan
mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas
(Dewi & Sunarsih, 2011).
5. Sistem Pencernaan pada Masa Nifas
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011) dalam
buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, bahwa ibu sering kali cepat lapar
setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat
ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek
analgesia, anestesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang
biasanya di konsumsi disertai konsumsi camilan sering ditemukan. Sering
kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan 3-4 hari sebelum faal usus
untuk kembali normal.
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus
usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali
menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat luka laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan
mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk
merangsang pengosongan usus.
42

Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari
dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut
mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Terjadinya
konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan
kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.
6. Perubahan Sistem Perkemihan
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan serta dilatasi ureter dan pelvis kembali ke keadaan
sebelum hamil.

F. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-
gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh para
peneliti atau klinisi disebut post-partum blues.
Banyak hal yang menambah beban hingga membuat seorang wanita
merasa down. Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan,
sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan menjalani fase-fase sebagai berikut, yaitu :

1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung
pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan
mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup
merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan
keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
43

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini


adalah sebagai berikut :
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang
bayinya, misalnya, jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan
sebagainnya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dan perubahan fisikyang dialami
ibu, misalnya, rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara
bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya.
c. Rasa bersalah karena belum busa menyusui bayinya.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu.
2. Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya, sehingga timbul percaya diri. Tugas
tenaga kesehatan adalah dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam
nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti
gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan
dirinya sudah meningkat. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
diri dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.
Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan
44

rumah tangga, sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan


istirahat yang cukup sehingga kondisi fisik bagus untuk merawat bayinya
(Dewi & Sunarsih, 2011).

G. Evidence Based
1. Jika lahir di fasilitas kesehatan, ibu dan bayi baru lahir harus menerima
perawatan setelah melahirkan di fasilitas minimal 24 jam setelah lahir.
Setidaknya tiga kontak postnatal tambahan yang direkomendasikan
untuk semua ibu dan bayi baru lahir, pada 48-72 jam, antara hari 7-14
setelah kelahiran, dan enam minggu setelah kelahiran.
2. Semua ibu postpartum harus menilai perdarahan vagina, kontraksi
uterus, tinggi fundus, suhu dan denyut jantung (nadi) secara rutin selama
24 jam pertama dimulai dari jam pertama setelah lahir. Tekanan darah
harus diukur segera setelah lahir. Jika normal pengukuran tekanan darah
kedua harus diambil dalam waktu enam jam. Kunjungan ke rumah pada
minggu pertama setelah lahir dianjurkan untuk perawatan ibu dan bayi
baru lahir.
3. Setiap kontak nifas berikutnya, harus diperhatikan keadaan umum ibu,
seberapa sering buang air kecil, asupan makanan, keluhan ibu mengenai
pemberian ASI, luka dan nyeri perineum, kebersihan perineum,
perkembangan ibu dalam menyusui dan keluhannya pun harus di
perhatikan.
4. Semua ibu harus diberikan informasi tentang proses fisiologis pemulihan
setelah melahirkan dan memberikan informasi mengenai tanda bahaya
nifas.
5. Ibu harus diberikan konseling mengenai gizi, mencuci tangan yang baik,
keluarga berencana, dan seks aman termasuk penggunaan kondom
(WHO, 2013).
45

H. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


1. Nutrisi dan Cairan
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011) dalam
buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, bahwa ibu nifas membutuhkan
nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan
karbohidrat. Gizi ibu sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayinya. Ibu menyusui tidaklah
terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan
yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dan jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya, yaitu :
a. Kebutuhan kalori
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan
nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh
ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan
kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama
6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu
harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang
dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI. Makanan yang
memenuhi syarat, seperti : susunannya harus seimbang, porsinya
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak
mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet dan pewarna.
b. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram di atas kebutuhan normal
ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang
dianjurkan. Protein diperlukan untuk mengganti jumlah sel-sel yang
rusak atau mati. Protein hewani yaitu : telur, daging, ikan, udang,
kerang, susu dan keju. Protein nabati yaitu : tahu, tempe, kacang-
kacangan, dan lain-lain.
c. Cairan
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk
air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
46

menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi


tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme
tubuh.
d. Zat Besi (Fe)
Zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pascabersalin.
e. Vitamin A
Minum vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1
jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya
ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan
untuk mencegah adanya trombosit). Keuntungan lain dari ambulasi dini
adalah sebagai berikut :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat bayinya.
4. Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal.
5. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka laserasi jalan lahir.
6. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.

Ambulansi dini dilakukan secara berangsung-angsur, yaitu secara


perlahan-lahan setelah bangun (Dewi & Sunarsih, 2011).

3. Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK) normal yaitu spontan setiap 3-4 jam dan
Buang Air Besar (BAB) biasanya 2-3 hari postpartum masih susah untuk
BAB biasanya ibu dianjurkan untuk memperbanyak makan buah dan
sayuran, dan bila dalam 3 hari tidak dapat BAB diberikan laksan
supositoria dan minum air hangat (Dewi & Sunarsih, 2011).
47

4. Kebersihan diri dan perineum


Langkah-langkah penanganan kebersihan diri adalah sebagai
berikut (Rini & Kumala D, 2016), yaitu :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah
vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, kemudian dibersihkan
daerah anus. Nasihatkan pada ibu untuk membersihkan vulva setiap
kali selesai buang air kecil/besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk meraba dan membersihkan luka ketika membasuh area
kelaminnya.
5. Istirahat
Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu (Dewi &
Sunarsih, 2011), yaitu :
a. Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
6. Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka
laserasi atau episiotomi jalan lahir telah sembuh dan lochea telah berhenti.
Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40
hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh
telah pulih kembali (Dewi & Sunarsih, 2011).
48

I. Proses Laktasi dan Menyusui


1. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan
cara-cara sebagai berikut (Dewi & Sunarsih, 2011) :
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum timbul.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
d. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f. Memberikan kolostrum dan ASI saja.
g. Menghindari susu botol dan ‘dot empeng’.
2. Manfaat Pemberian ASI
Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut (Rini & Kumala D,
2016) :
a. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. ASI mengandung zat protektif untuk melindungi dari penyakit.
c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Pada saat kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman
dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk
menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust).
d. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
e. Mengurangi kejadian karies dentis, karena gigi lebih lama kontak
dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih asam.
f. Mengurangi kejadian maloklusi, yaitu kebiasaan lidah mendorong ke
depan akibat menyusui dengan botol atau dot.
3. ASI Eksklusif
Menurut WHO dalam buku Paduan Asuhan Nifas & Evidance
Based Pratice (2016) bahwa, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja
pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tembahan cairan ataupun makanan
49

lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu,
keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi
selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan
resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan
UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI
eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.
2. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman.
3. ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam.
4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot (Rini
& Kumala D, 2016).
4. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara lain
puting tidak menonjol atau bendungan payudara. Tujuannya adalah
memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui. Untuk pasca-
persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2
kali sehari (Rini & Kumala D, 2016).
Langkah-langkah pengurutan payudara adalah sebagai berikut
(Rini & Kumala D, 2016) :
a. Pengurutan pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak (minyak zaitun atau
minyak kelapa bersih). Tempatkan kedua tangan diantara payudara.
Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kanan
ke arah sisi kiri dan telapak tangan kiri ke arah sisi kanan. Lakukan
terus pengurutan ke bawah dan samping, selanjutnya pengurutan
melintang. Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap payudara.
50

b. Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau
tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan
mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan
2 gerakan tiap payudara bergantian.
c. Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan
lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting
susu. Lakukan sekitar 30 kali.
d. Pengompresan ASI
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit,
lalu ganti dengan kompres air dingin. Kompres bergantian selama 3
kali dan akhiri dengan kompres air hangat.
e. Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan
ASI. Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-
kira 2 sampai 3 cm dari puting susu dan tampung ASI yang keluar.
Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan agar jari-jari jangan
diregangkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu lalu tekan ke
arah dada. Gerakan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu tanpa rasa
sakit. Ulangi untuk masing-masing payudara.

Berikut adalah tips untuk perawatan payudara (Rini & Kumala D,


2016), yaitu :

a). Kenakan bra untuk menjaga bentuk payudara tetap indah. Pilih ukuran
bra yang sesuai agar dapat menopang payudara dengan baik.
b). Bersihkan secara rutin daerah seputar puting susu dengan kapas yang
dibasahi air hangat.
c). Oleskan minyak zaitun pada payudara untuk menjaga kelembapan.
Agar hasilnya lebih maksimal, lakukan pijatan ringan dengan gerakan
lembut.
51

1. Cara Menyusui yang Benar


Langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut
(Rini & Kumala D, 2016) :
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan
di sekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.
b. Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di
tempat tidur atau kursi. Ibu harus merasa rileks.
c. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala
dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke
payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu. Posisi bayi harus
sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ibu. Kepalanya harus
sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke
belakang/menyamping, telingan, bahu, dan panggul bayi berada
dalam satu garis lurus.
d. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi yang siap menyusui, yaitu bayi mebuka mulut,
bergerak mencari, dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan
payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak
merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu ibu.
e. Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga
mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting
susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu
memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan
empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari
dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. Semua jari ibu tidak boleh
terlalu dekat dengan aerola.
f. Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi.
Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas
payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
g. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangam hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh
52

bayi harus lurus, hadapkan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi
ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
h. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut
bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan
payudara.
i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk
punggung bayi.

V. Nyeri Persalinan
A. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu
pengalaman emosional yang disertai kerusakan jaringan secara nyata atau
jaringan yang potensial mengalami kerusakan (Aprilia, 2010).
Nyeri persalinan merupakan masalah kompleks yang dialami setiap ibu
bersalin baik yang primi maupun yang multi. Faktor penyebab utama
penyebab nyeri persalinan adalah terjadinya kontraksi rahim yang
menyebabkan dilatasi serviks dan iskhemi rahim sehingga hanya sedikit
oksigen yang mengalir ke daerah rahim. Faktor lain yang mempengaruhi
nyeri persalinan adalah kecemasan dan stress dimana jika ibu bersalin tidak
mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya maka nyeri yang
dirasakannya juga akan bertambah (Turlina & Nurhayati, 2017).

B. Faktor yang mempengaruhi Nyeri pada Ibu Bersalin


Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter dan Perry (2006)
(Turlina & Nurhayati, 2017), yaitu:
1. Ansietas
2. Budaya
3. Gaya koping
4. Pengalaman sebelumnya
5. Dukungan suami atau keluarga
6. Persepsi individu terhadap nyeri
53

7. Usia
8. Peran bidan

C. Nyeri pada Kala I


Nyeri pada Kala I dihasilkan oleh dilatasi serviks dan Segmen Bawah
Rahim (SBR) serta distensi (tahanan) uterus. Pada intesitas nyeri Kala I akibat
komtraksi uterus involunter, nyeri dirasakan dari pinggang dan menjalar ke
perut (Aprilia, 2010).
Secara fisiologi nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I
fase laten dan aktif. Nyeri disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi
serviks. Makin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri
pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm (Turlina &
Nurhayati, 2017).
Dalam penelitian Pengaruh Terapi Murrotal terhadap Perubahan Skor
Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Fase Laten bahwa, 1 dari 10 ibu bersalin kala
I merasakan ketegangan, ketakutan, kecemasan dan kehawatiran saat
mejalani proses persalinan (Turlina & Nurhayati, 2017).

D. Dampak Nyeri pada Kala I


Menurut Hanifa Wiknjosastro (2014) dalam Jurnal Riset Kebidanan
Indonesia yaitu Pengaruh Terapi Murrotal Al Qur’an terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif (2017) menyatakan bahwa, rasa
nyeri, tegang, takut yang mengganggu pada ibu hamil dapat menghasilkan
sejumlah katekolamin (hormon stress) yang berlebihan seperti ephineprin dan
norephineprin. Tingkat katekolamin yang tinggi dalam darah bisa
memperpanjang persalinan dengan mengurangi aliran darah menuju plasenta.
Nyeri persalinan akan berdampak efek kecemasan, yang dapat memicu
kadar katekolamin yang menyebabkan oksigen yang tersedia untuk janin juga
akan menurun atau berkurang (Trisetiyaningsih, Wulansari, & Anto, 2018).
54

E. Penanganan Ibu Bersalin pada Nyeri Kala I


Penanganan yang dapat dilakukan pada nyeri Kala I menurut Varney
(2007), ialah dengan metode fakmakologi dan non farmakologi. Penanganan
nyeri farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian Nitrogen Monoksida
dan Oksigen, pemberian Opiat, dan pemberian analgesi epidural lumbal,
sedangkan tidakan non farmakologi antara lain, yaitu relaksasi, hipnoterapi,
sentuhan terapeutik, distraksi, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation) dan terapi musik (Turlina & Nurhayati, 2017).

IV. Murrotal Al-Qur’an


Menurut Atmaja (2006) yaitu, salah satu teknik distraksi yang bisa
digunakan yaitu murrotal Al-Qur’an. Murrotal Al-Qur’an merupakan rekaman
suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’ (Turlina & Nurhayati, 2017).
Menurut Remolda (2009) yang dikutip oleh Yana (2015), bahwa terapi
murrotal Al-Qur’an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan
oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic
Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat,
dengan hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa mendengarkan ayat suci Al-
Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan
ketegangan urat saraf reflektif (Turlina & Nurhayati, 2017).
Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam (QS. Yusuf [10]: 57):
“Wahai manusia, sesungguhnya, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an)
dari Tuhanmu, penyembuhan bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk
serta rahmat bagi orang yang beriman”. Dalam firman ayat tersebut menjelaskan
bahwa Al-Qur’an adalah seluruh petunjuk yang ada didalamnya merupakan obat
(syifa) bagi jiwa atau menyembuhkan segala penyakit hati yang terdapat di dalam
diri manusia (rohani). (Trisetiyaningsih, Wulansari, & Anto, 2018).
55

BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

I. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


A. Kunjungan Pertama, Jum’at, 17 Agustus 2018 Pukul 10.40 WIB
Tempat : Kunjungan Rumah
1. IDENTITAS

Nama Ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. F


Umur : 26 Tahun Umur : 27 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Palsigunung RT 05/01 Kel. Tugu Kec. Cimanggis –
Depok

2. DATA SUBJEKTIF
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluh pegal di bagian punggung dan pinggang
b. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali haid usia 12 tahun, tanggal HPHT: 05
Januari 2018, dengan lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari, banyaknya
3-4 kali ganti pembalut/hari, dan tanggal Taksiran Persalinan: 12
Oktober 2018.
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama, dan ibu tidak pernah
keguguran sebelumnya.
d. Riwayat Keluarga Bencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
setelah menikah, kehamilan ini direncanakan dan sangat diinginkan
dalam keluarga.
56

e. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga


Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang diderita saat ini
dan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti jantung, hipertensi
asma, DM, ginjal, hepatitis, TBC, thupoid, dan penyakit menular
seksual.
f. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari, Makan, Eliminasi, Istirahat,
Personal Hygiene, dan Aktivitas Seksual
Ibu mengatakan masih mengerjakan kebiasaan dan pekerjaan rumah
seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah tetapi mengurangi
pekerjaan yang terlalu berat. Ibu mengatakan nafsu makan selama
kehamilan ini baik, pola makan yaitu 3 kali/hari, ibu selalu makan nasi
degan lauk pauk yang berbeda-beda setiap harinya, dan ibu selalu makan
buah dan sayuran setiap harinya. Ibu mengatakan BAB 1 kali/hari dan
BAK 6-8 kali/hari. Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur
malam 6-7 jam/hari, dan ibu mandi 2 kali/hari, selalu mengganti pakaian
sehabis mandi, dan mengganti pakaian dalam 3-4 kali/hari. Ibu
mengatakan masih berhubungan badan aktif saat kehamilan ini yaitu 2
minggu sekali.
g. Kondisi Psikososial
Ibu mengatakan ini sama-sama pernikahan pertama dengan suaminya,
kehamilan ini adalah kehamilan pertama dan kehamilan yang
direncanakan, sangat diinginkan terutama dalam keluarga, dan keluarga
sangat antusias dalam menyambut kehamilan ini. Dalam rumah
terdapat terdapat satu keluarga yang berjumlah 2 orang.
h. Riwayat Kehamilan Ini
Pada tanggal 17 Agustus 2018, usia kehamilan 32 minggu dengan
keluhan pegal di bagian punggung dan pinggang, dan menyarankan ibu
untuk melakukan USG untuk mengetahui keadaan bayi di dalam perut
ibu. Kemudian ibu diperiksa kembali pada tanggal 01 September 2018,
usia kehamilan 34 minggu dengan keluhan yang sama, yaitu pegal
dibagian punggung dan pinggang, dan melakukan USG di BPM oleh
Bidan Rochyani (hasil : posisi janin bagus, kepala sudah di bawah
57

namun belum masuk ke panggul, ketuban cukup, usia kehamilan 33-34


minggu dengan taksiran berat janin 2050 gram, plasenta letak normal,
dan jenis kelamin perempuan). Pemerikaan selanjutnya dilakukan pada
tanggal 29 September 2018, usia kehamilan 38 minggu, ibu mengeluh
bengkak pada kakinya, dan bagian terendah yaitu kepala sudah masuk
PAP. Dan pemeriksaan terakhir dilakukan pada tanggal 06 Oktober
2018, usia kehamilan 39 minggu dengan keluhan sakit pinggang dan
nyeri bagian bawah perut tetapi belum ada mules ataupun lendir darah.
i. Rencana Persalinan

Tanggal Penolong Tempat Pendamping Transportasi Pendonor


12 Bidan BPM Suami Motor Keluarga
Oktober Bidan
2018 Rochyani

3. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR :
21x/menit, Suhu : 36,3°C

Antropometri : BB sebelum hamil : 39 kg, BB saat hamil : 48 kg, TB : 153


cm, Lila : 23,5 cm

Pemeriksaan Fisik : Kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok,
wajah bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan konjungtiva
tidak anemis, mulut bersih, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, gigi
tidak ada karies dan tidak ada gigi berlubang, leher tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan tidak ada bendungan vena jugularis, dada
bentuk buah dada bulat, lebih berisi, puting susu menonjol, aerola mamae
menghitam, dan kolustrum sudah ada (+/+), abdomen: tidak ada luka bekas
operasi, tidak ada linea, dan tidak ada striae, abdomen TFU : 25 cm.

Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II: Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin)


58

Kiri : teraba keras, panjang seperti papan (punggung)

Leopold III: bagian terendah teraba bulat, keras, melenting, dapat

digoyangkan (kepala)

Leopold IV: bagian terendah belum masuk PAP (konvergen)

DJJ : 141x/menit, punctum maksimum berada di bawah pusat

sebelah kiri, teratur

Taksiran Berat Janin : (25-12) x155 = 2.015 gram

Genitalia vulva vagina tidak ada odema, tidak ada varices, tidak ada
kondiloma, dan tidak ada pengeluaran pervaginam, anus tidak ada
hemoroid, ekstremitas atas tidak ada oedem dan ektremitas bawah, tidak ada
oedem dan tidak ada varises.

Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium (12 Mei 2018) : darah : Hb : 12,2 g/dL, gol. Darah : , B+,
Urine : Reduksi : Negatif, Protein : Negatif

4. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 32 minggu, janin tunggal, hidup, presentasi kepala
5. PENATALAKSAAN
1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu akan menjadi pasien komprehensif
dan akan di dampingi selama kehamilan hingga nifas 6 minggu.
Ibu mengerti dan bersedia menjadi pasien komprehensif.
2. Menjelaskan dan memberikan surat persetujuan Asuhan Kebidanan
komprehensif selama kehamilan hingga nifas 6 minggu.
Ibu menyetejui dan menandatangani surat persetujuan.
3. Menganamnesa, memeriksa antenatal care serta fisik, dan memberitahu
ibu hasil pemeriskaannya bahwa ibu dalam keadaan baik dan normal.
Ibu mengerti.
4. Memberitahu pada ibu bahwa pegal dibagian punggung dan pinggang
adalah hal yang wajar, karena bertambahnya usia kehamilan maka
59

bertambah besarnya perut ibu sesuai bertambahnya berat janin di perut


ibu.
Ibu mengerti.
5. Memberitahu pada ibu untuk menjaga pola istirahat dengan tidur siang
1-2 jam, tidur malam 6-8 jam, dan tidur miring kiri, agar banyak
memberikan oksigen pada bayi di dalam perut ibu dan tidak menekan
pembuluh darah besar untuk menyebar oksigen keseluruh tubuh.
Ibu mengerti dan berjanji melakukannya.
6. Memberitahu pada ibu untuk menjaga pola nutrisinya dengan makan 3
kali sehari, makan-makanan yang bergizi dan seimbang untuk ibu
hamil, yaitu meliputi karbohidrat seperti nasi, gandum, jagung, protein
seperti tempe, tahu, ikan, daging, ayam, kaya akan serat dan mineral
seperti sayur, buah-buahan, dan minum air putih minimal 1 liter/hari,
karena kebutuhan ibu hamil dengan wanita biasa berbeda jumlah porsi
dan kebutuhannya.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
7. Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan, yaitu mual dan
muntah terus, tidak mau makan, demam tinggi, bengkak kaki, tangan
dan wajah atau sakit kepala disertai kejang, janin kurang gerak dari
biasanya, perdarahan pada hamil tua, air ketuban keluar sebelum
waktunya, demam menggigil, dan berkeringat, sakit saat BAK,
keputihan, atau gatal-gatal, batuk lama ≥2minggu, jantung berdebar-
debar, diare berulang, sulit tidur dan cemas. Jika ibu merasakan salah
satunya segera ke fasilitas kesehatan atau bidan terdekat agar segera
ditangani.
Ibu mengerti.
8. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan USG ulang untuk mengetahui
keadaan janin didalam perut ibu.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya pada pemeriksaan ulang.
9. Menganjurkan pada ibu untuk tetap minum tablet prenatal 1x1 dan
asam folat 1x1 yang diberikan dari Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
60

B. Kunjungan Kedua, 01 September 2018 Pukul 16.35 WIB


Tempat : Ruang Periksa BPM Bidan Rochyani
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu datang mengatakan ingin kontrol ulang dengan keluhan pegal di bagian
punggung dan pinggang, dan ingin melakukan USG. Ibu mengatakan pola
makannya meningkat dan selalu makan buah dan sayuran setiap hari.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 130/80 mmHg, Nadi : 82x/menit, RR:
22x/menit, Suhu : 36,6°C

Antropometri : BB : 49 kg

Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok, wajah
bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak
anemis, abdomen TFU : 26 cm.

Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin)

Kiri : teraba keras, panjang seperti papan (punggung)

Leopold III : bagian terendah teraba bulat, keras, melenting, dapat

digoyangkan (kepala)

Leopold IV : bagian terendah belum masuk PAP (konvergen)

DJJ : 143x/menit, punctum maksimum berada di bawah pusat

sebelah kiri, teratur

Taksiran Berat Janin : (26-12) x155 = 2.170 gram

Ekstremitas atas tidak ada oedem dan ekstremitas bawah tidak ada oedem,
dan tidak ada varises
61

Pemeriksaan Penunjang : USG (Ultrasonography), posisi janin bagus


yaitu presentasi kepala, kepala sudah di bawah namun belum masuk ke
panggul, ketuban cukup, usia kehamilan 34 minggu 1 hari dengan taksiran
berat janin 2050 gram, plasenta letak normal, dan jenis kelamin perempuan.

3. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 34 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksa bahwa ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu hasil USG, bahwa keadaan dan posisi janin
sudah bagus, presentasi kepala, bagian terendah belum masuk PAP,
ketuban cukup, plasenta letak normal, dan jenis kelamin perempuan.
Ibu mengerti dan merasa senang.
3. Memberitahu pada ibu bahwa rasa sakit pinggang dan punggung ibu
yaitu karena posisi ibu yang tidur dengan posisi yang sama dalam waktu
lama, dan menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan mengganti
posisi minimal 15 menit sekali.
Ibu mengerti.
4. Memberitahu pada ibu untuk menjaga pola aktifitas agar tidak terlalu
melakukan aktifitas terlalu berat dan menganjurkan ibu istirahat yang
cukup namun tidak berlebihan karena tidur dengan waktu yang lama
juga dapat membuat pegal bagian punggung dan menekan pembuluh
darah untuk menyalurkan oksigen keseluruh tubuh dan janin.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
5. Memuji dan menyarankan ibu untuk tetap menjaga pola makannya
dengan gizi seimbang dan selalu makan buah dan sayuran.
Ibu mengerti dan berjanji akan tetap melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk minum tablet prenatal 1x1 dan asifit 1x1 yang
diberikan dari Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
62

C. Kunjungan Ketiga, 29 September 2018 Pukul 14.30 WIB


Tempat : Kunjungan Rumah
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mengeluh bengkak pada kedua kakinya sudah sejak
seminggu yang lalu.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 85x/menit, RR :
20x/menit, Suhu : 36,5°C

Antropometri : BB : 51 kg

Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok, wajah
bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak
anemis, abdomen TFU : 29 cm.

Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin)

Kiri : teraba keras, panjang seperti papan (punggung)

Leopold III : bagian terendah teraba bulat, keras melenting, tidak dapat

digoyangkan (kepala)

Leopold IV : bagian terendah sudah masuk PAP (divergen)

DJJ : 145x/menit, punctum maksimum berada di bawah kiri

pertengahan pusat dan simpisis, teratur

Taksiran Berat Janin : (29-11) x155 = 2.790 gram

Ekstremitas atas tidak ada oedem dan ekstremitas bawah tidak ada oedem,
dan tidak ada varises.

Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan


63

3. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksa bahwa ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu bahwa kaki bengkak karena sering duduk
menggantung kaki, kelelahan, dan sering berdiri lama.
Ibu mengerti.
3. Menyarankan pada ibu untuk tidur miring kiri dengan kaki lebih tinggi
dari badan bagian atas yaitu dengan tumpukan bantal, dan tidak duduk
menggantung kaki.
Ibu mengerti dan berjanji melakukannya.
4. Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan diri atau personal
hygiene yaitu dengan mandi 2 kali/hari, sering mengganti pakaian
dalam, dan membersihkan puting susu untuk persiapan menyusui yaitu
mengkompres puting dengan kapas yang sudah diberi minyak kelapa
bersih atau baby oil selama 5 menit agar kotoran pada puting mudah
terangkat.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
5. Mengingatkan pada ibu pola nutrisi yaitu makan yang cukup dengan
gizi seimbang, dan makan buah dan sayur setiap hari.
Ibu mengerti dan akan terus melakukannya.
6. Menganjurkan pada ibu untuk minum tablet B1 1x1 dan siobion 1x1
yang diberikan dari Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.

D. Kunjungan Keempat, 06 Oktober 2018 Pukul 16.35 WIB


Tempat : Kunjungan Rumah
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mengeluh sakit pinggang dan nyeri pada bagian bawah
perut.
64

2. DATA OBJEKTIF

Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan


Emosional : Stabil

Tanda-tanda Vital : TD : 100/70 mmHg, Nadi : 82x/menit, RR :


18x/menit, Suhu : 36,8°C

Antropometri : BB : 50 kg

Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok,
wajah bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan
konjungtiva tidak anemis, abdomen TFU : 28 cm.

Leopold I : teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II: Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin)

Kiri : teraba keras, panjang seperti papan (punggung)

Leopold III: bagian terendah teraba bulat, keras, melenting, dapat

digoyangkan (kepala)

Leopold IV: bagian terendah belum masuk PAP (konvergen)

DJJ : 148x/menit, punctum maksimum dibawah kiri pusat,

teratur

Taksiran Berat Janin : (28-11)x155= 2.635 gram

Ekstremitas atas tidak ada oedem dan ekstremitas bawah tidak ada oedem,
dan tidak ada varises

Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

3. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, presentasi
kepala.
65

4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam
keadaan baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu bahwa sakit pinggang dan rasa nyeri pada
bagian bawah adalah tanda bayi didalam perut ibu sedang mencari
jalan lahir dan menganjurkan ibu untuk rileks dan tarik nafas setiap
rasa nyeri bagian bawah datang.
Ibu mengerti dan akan mencoba rileks saat rasa nyeri bagian bawah
datang.
3. Menganjurkan pada ibu untuk jalan-jalan pagi dan jongkok berdiri
jongkok minimal 20 kali/hari agar mempermudah bayi mencari jalan
lahirnya dan memperlancar proses persalinan nanti.
Ibu mengerti dan berjanji akan mencobanya.
4. Memuji dan mengingatkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dengan
makan-makanan yang sehat, bersih, bergizi, cukup untuk ibu hamil,
dan selalu makan buah-buahan dan sayur-sayuran setiap harinya.
Ibu mengerti dan senang.
5. Menyarankan pada ibu untuk berhubungan seksual dengan suaminya,
karena cairan sperma membantu merangsang mules dan kontraksi.
Ibu mengerti dan ingin melakukannya.
6. Memberitahu pada ibu untuk segera ke bidan BPM Bidan Rochyani
jika sudah ada tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir darah,
mules-mules dan keluar air-air.
Ibu mengerti.
7. Memberitahu ibu untuk meminum tablet B1 1x1, siobion 1x1, dan
asifit 1x1 yang telah diberikan Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
66

II. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


A. Kala I, 12 Oktober 2018 Pukul 07.30 WIB
Tempat : Ruang Tindakan BPM Bidan Rochyani
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu datang ke BPM Bidan Rochyani bersama suaminya dengan mengeluh
mules-mules sejak pukul 00.00 WIB, keluar lendir darah sejak kemarin
pukul 10.00 WIB, dan belum keluar air-air.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil

Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 82x/menit, RR :


20x/menit, Suhu : 36,5°C,

TFU : 29 cm, TBJ : (29-11) x 155= 2.790 gram

Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras, seperti papan

(punggung)

Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting, tidak dapat

digoyangkan (kepala)

Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP, di 3/5 bagian

(divergen)

DJJ : 141x/menit, punctum maksimum di bawah kiri pertengahan pusat


dan simpisis, teratur, HIS : 3x 10’ 30”

Pemeriksaan Dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak,
pembukaan 5 cm, ketuban +, presentasi kepala, penurunan hodge II.
67

3. ASSASMENT
G1P0A0 Hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal, hidup,
intrauteri, presentasi kepala
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan baik dan sudah ada kemajuan persalinan.
Ibu dan suami mengerti dan merasa senang.
2. Menganjurkan pada ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya saat
sedang tidak ada his atau mules.
Ibu mengerti dan ibu makan bubur ayam dan buah semangka.
3. Memberitahu pada ibu teknik relaksasi yaitu tarik nafas panjang dan
hembuskan melalui mulut untuk mengurangi rasa mules dan memberi
banyak oksigen pada bayi di dalam perut ibu.
Ibu mengerti dan melakukannya.
4. Memberikan ibu audio murottal Al-Qur’an pada saat ibu merasakan
mules atau his untuk merileksasikan dan mengurangi nyeri pada kala I
fase aktif.
Ibu mendengarkan sambil merileksasikan diri dengan tarik nafas
panjang sambil melantunkan istigfar.
5. Memberikan ibu support dan kata-kata positif agar ibu merasa rileks
dan berfikir positif.
Ibu mengerti dan mendengarkannya.
6. Memberitahu pada ibu jika masih kuat untuk berjalan dilingkungan
ruangan tindakan dan perawatan atau berdiri jongkok dengan rileks
agar membantu bayi cepat turun dan adanya kemajuan persalinan.
Ibu melakukan jongkok berdiri jongkok sambil berpegangan dengan
suaminya.
7. Melakukan observasi pemantauan kemajuan persalinan yaitu
menghitung nadi, respirasi, his, djj, setiap 30 menit sekali, dan
melakukan tensi dan pemeriksaan dalam 4 jam sekali.
Ibu bersedia, sudah dilakukan, dan adanya kemajuan persalinan.
68

8. Memberitahu pada ibu untuk tidak mengedan sebelum pembukaan


lengkap, agar tidak membuat jalan lahir ibu membengkak.
Ibu mengerti dan mencoba menarik nafas panjang setiap ada mules
atau his.
9. Memberitahu pada ibu untuk tidak menahan BAK dan mengatakan
jika ingin BAK.
Ibu mengerti dan ibu BAK di toilet.
10. Menyiapkan partus set, deele, perlengkapan ibu dan bayi.
Sudah disiapkan.

B. Kala II, 12 Oktober 2018 Pukul 12.30 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mules-mules dan seperti ingin meneran
2. DATA OBJEKTIF

Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan


Emosional : Stabil

Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 85x/menit, RR :


21x/menit, Suhu : 36,3°C

HIS : 5x 10’50”

Tanda Gejala Kala II : doran (+), teknus (+), perjol (+), vulka (+)

Pemeriksaan Dalam : vulva vagian membuka, ketuban (-) berwarna


jernih, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, hodge III

3. ASSESMENT
G1P0A0 hamil 40 minggu partus kala II, janin tunggal hidup intrauteri,
presentasi kepala
4. PENATALAKSAAN
1. Memberitahu ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin
dalam keadaan baik dan sudah pembukaan lengkap.
2. Mendekatkan partus set, perlengkapan ibu dan bayi yang sudah
disiapkan.
69

Alat dan perlengkapan sudah siap.


3. Memakai APD (Alat Perlindungan Diri).
APD sudah dipakai.
4. Memberitahu ibu kepala bayi belum turun sekali atau belum crowning
dan menganjurkan ibu untuk tarik nafas panjang agar memberi banyak
oksigen pada bayi dan miring kiri agar membantu bayi cepat turun.
Ibu mengerti dan melakukannya.
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi hidrasinya agar menambah tenaga
untuk mengedan.
Ibu mengerti dan minum teh manis hangat diberikan oleh suaminya.
6. Mengobservasi his, djj, dan kemajuan persalinan.
Observasi telah dilakukan.
7. Memberitahu ibu teknik mengejan yang benar.
Ibu mengerti dan melakukannya.
8. Memimpin dan menolong persalinan disaat ada his.
Bayi lahir spontan pukul 13.00 WIB, menangis kuat, kulit kemerahan,
tonus otot kuat.
9. Mengecek adanya janin kedua.
Tidak ada janin kedua.

C. Kala III, 12 Oktober 2018 Pukul 13.01 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa lega, senang dan lelah
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
TFU : sepusat
Perdarahan : ± 200 cc
Vulva Vagina : tali pusat menjulur di depan vulva vagina dan darah
mengalir
Kontraksi : baik, dan kandung Kemih : kosong
70

3. ASSESMENT
P1A0 partus kala III
4. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan jepit-jepit potong tali pusat.
Pemotongan tali pusat sudah dilakukan.
2. Memberitahu ibu dan suami bahwa bayinya akan dilakukan IMD
(inisiasi menyusui dini).
Ibu dan suami mengerti.
3. Meletakan bayi pada dada ibu untuk dilakukan IMD.
Ibu memeluk bayinya dan di selimuti dengan kain bedongan.
4. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU pada paha kanan ibu secara
IM.
Penyuntikan sudah dilakukan.
5. Melakukan peregangan tali pusat terkendali.
Plasenta lahir pukul 13.08 WIB, lahir lengkap, tali pusat ± 40 cm,
diameter ± 20 cm.
6. Melakukan masasse fundus uteri selama 15 detik.
Masasse fundus uteri sudah dilakukan.
7. Melakukan inspeksi jalan lahir, terdapat robekan jalan lahir grade 2 di
mukosa vagina, kulit dan otot perineum.

D. Kala IV, 12 Oktober 2018 Pukul 13.10 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih mules dan merasa lelah
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 82x/menit, Rr :
18x/menit, Suhu : 36,6°C
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik, Kandung Kemih : kosog
Perdarahan : ±150cc
71

Inspeksi : Genitalia : terdapat robekan jalan lahir grade 2 di


mukosa vagina dan kulit perineum.
3. ASSESMENT
P1A0 partus kala IV dengan laserasi grade 2
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa ibu saat ini
dalam batas normal.
Ibu dan suami mengerti.
2. Melakukan penjahitan laserasi jalan lahir di mukosa vagina, kulit dan
otot perineum.
Penjahitan sudah dilakukan secara jelujur dengan lidocain 1 ampul.
3. Memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas yaitu, perdarahan
mengalir terus menerus, sakit kepala, pandangan kabur atau kunang-
kunang, demam tinggi, kontraksi lembek atau tidak bagus, lochea
berbau.
Ibu mengerti.
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya agar tidak
merasa terlalu lemas karena tenaganya berkurang sehabis bersalin.
Ibu makan dan minum yaitu makan nasi dengan soto dan minum air
putih disuapi oleh suaminya.
5. Memberitahu ibu untuk minum obat amoxcilin 3x1, asam mefenamat
3x1, siobion 1x1, dan 2 Vit. A 1x1 dan diminum 24 jam pada waktu
yang sama, dan meminum obat dengan air putih.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan memberitahu cara
menyusui yang benar.
Ibu mengerti dan melakukannya.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat disela bayi tidur, agar ibu tidak
merasa terlalu lemas dan mengembalikan tenaga ibu kembali sehabis
istirahat.
Ibu mengerti dan melakukkanya.
72

8. Melakukan pemantauan kala IV yaitu mengecek tanda-tanda vital,


TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan post partum setiap 15
menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
Pemantauan sudah dilakukan dan terlampir.
9. Memberitahu ibu nanti akan dipindahkan ke ruangan perawatan jika
sudah 2 jam post partum dan jika tidak ada keluhan atau tanda bahaya
pada masa nifas.
Ibu mengerti.

III. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


A. Pemeriksaan Pertama, 12 Oktober 2018 Pukul 14.00 WIB
1. IDENTITAS
Nama Bayi : By. Ny. P
Umur : 1 jam
Tanggal Lahir, Pukul : 12 Oktober 2018, Pukul 13.00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
2. DATA SUBJEKTIF
Ibu dan suami mengatakan senang atas kelahiran putri pertamanya pada
tanggal 12 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB, ibu mengatakan bayinya sudah
dapat meraba dan mencari puting susu ibu saat IMD, kolustrum ibu sudah
keluar +/+. Bayi sudah mekonium saat IMD. Ibu dan suami menyetujui
bayinya dilakukan pemeriksaan fisik, penyuntikan vit. K, pemberian salep
mata, penyuntikan HB0.
3. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : baik, menangis kuat, kulit kemerahan, dan tonus otot
kuat
Tanda-tanda Vital : HR : 143x/menit, Rr : 48x/menit, Suhu : 36,6°C

Antropometri : BB : 3000 gram, PB : 46 cm, LK : 32 cm, LD : 33 cm, LP


: 33 cm

Pemeriksaan Fisik : kepala tidak ada caput succedaneum, dan tidak ada
cephal hematoma, tidak ada molase, fontanel mayora dan minora belum
tertutup, waajah simetris, kulit kemerahan, mata simestris, sklera tidak
73

ikterik, dan konjungtiva tidak anemia, telinga simetris, daun telinga sudah
terbentuk, dan tidak ada pengeluaran serumen, hidung lubang simetris, tidak
ada cuping hidung, dan terdapat miliria, mulut simetris, tidak ada
labioskizis, tidak ada palatoskizis, dan tidak ada biopalatoskizis, leher tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, dada simetris,
bersih, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak ada bunyi wheezing,
abdomen bentuk perut datar, tidak ada perdarahan pada tali pusat, dan tali
pusat bersih, ekstremitas atas panjang lengan simetris, tidak ada polidaktili
dan sindaktili, refleks grasping (+) dan ekstremitas bawah panjang kaki
simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili, refleks babinski (+), genitalia
terdapat 2 labia mayora sudah menutupi 2 labia minora, klitoris, lubang
uretra, lubang vagina, punggung tulang vetebra normal, tidak terdapat spina
bifida, anus berlubang, dan sudah mekonium saat IMD, vernix caseosa
sedikit, kecacatan tidak ada kecacatan, refleks rooting (+), sucking (+),
swallow (+), tonick(+), moro (+).

4. ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam
5. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam
keadaan sehat dan normal.
Ibu dan suaminya mengerti dan senang.
2. Menjaga kehangat bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain bersih.
Sudah dilakukan.
3. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik sudah dilakukan
4. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikan vit. K untuk mencegah
perdarahan otak kranial.
Penyuntikan sudah dilakukan di 1/3 paha kiri luar secara IM.
5. Melakukan pemberian salep mata erlamycetin chloramphenicol untuk
mencegah infeksi pada mata bayi.
Pemberian salep mata sudah dilakukan.
6. Melakukan pembalutan tali pusat dengan kasa steril. Sudah dilakukan.
74

7. Melakukan pemakaian baju popok, topi, sarung tangan, sarung kaki, dan
pembedongan bayi.
Sudah dilakukan.
8. Melakukan pemberian tanda pengenal identitas bayi.
Sudah diberikan tanda pengenal berwarna pink.
9. Melakukan penyuntikan HB0 setelah 1 jam vit. K untuk mencegah
penyakit hati dan hepatitis B di 1/3 paha kanan luar secara IM.
Penyuntikan HB0 setelah 1 jam vit. K sudah dilakukan.
10. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat dan pembalutan dengan
kassa steril, dan tanpa diberikan apapun.
Ibu mengerti.

B. Kunjungan Pertama, 18 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, menyusu ASI aktif, dan selalu bangun setiap
dibangunkan untuk menyusu. Ibu mengatakan bayinya sudah BAK dan
BAB hari ini dan tali pusat sudah kering tetapi belum puput.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital : HR : 145x/menit, Suhu : 36,8°C, RR: 43x/menit
Antropometri : BB: 2900 gram, PB : 47 cm
Pemeriksaan Fisik : kepala simetris, bersih, fontanel mayora dan fontanel
minora belum tertutup, wajah simteris, kulit wajah kemerahan dan tidak
kuning, mata simetris, sklera tidak ikterik, dan konjungtiva tidak anemis,
telinga simetris, tidak ada pengeluaran serumen, hidung simetris lubang
hidung, tidak ada cuping hidung, dan terdapat miliaria, leher tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, dada simetris,
bersih, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak ada bunyi wheezing,
abdomen bentuk perut datar, tidak ada perdarahan pada tali pusat, tali pusat
bersih dan sudah kering, ekstremintas atas panjang lengan simetris, kuku
rapih, bersih, refleks grasping (+) dan ekstremitas bawah panjang kaki
simetris, kuku rapih, bersih, refleks babinski (+).
75

3. ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan baik dan sehat.
Ibu mengerti dan senang.
2. Memberitahu pada ibu bahwa penurunan berat badan bayi adalah hal
yang wajar di awal-awal usia bayi, karena penyesuaian bayi terhadap
ASI dan lingkungan.
Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya minimal
2 jam sekali.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
4. Memeberitahu pada ibu tentang ASI eksklusif.
Ibu mengerti dan mencoba untuk bisa asi eksklusif tanpa makanan
pendamping selama 6 bulan.
5. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bayi dan tali pusat agar
tetap bersih dan kering.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
6. Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya 2 kali/sehari yaitu
diwaktu pagi dan sore hari.
Ibu mengerti dan melakukanya.
7. Menganjurkan ibu menjemur bayinya setiap dibawah jam 09.00 pagi
selama 15 menit bagian depan dan 15 menit bagian belakang dan tutup
bagian mata bayi saat menjemur bayi.
Ibu mengerti.
8. Memberitahu ibu untuk tetap melakukan kontrol bayi di BPM Bidan
Rochyani hari ke 7 kunjungan neonatus.
Ibu mengerti.
76

C. Kunjungan Kedua, 24 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, aktif menyusu ASInya, tali pusat sudah
puput di usia bayi hari ke 7, dan tidak ada keluhan pada bayinya.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital : HR: 149x/menit, Suhu : 36,8°C, RR : 46x/menit
Antropometri : BB: 3200 gram, PB : 48 cm
Pemeriksaan Fisik : kepala simetris, bersih, fontanel mayora dan fontanel
minora belum tertutup, wajah simteris, kulit wajah kemerahan dan tidak
kuning, mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
telinga simetris, tidak ada pengeluaran serumen, hidung simetris lubang
hidung, tidak ada cuping hidung, terdapat miliaria, leher tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, dada simetris,
bersih, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak ada bunyi wheezing,
abdomen bentuk perut datar, tali pusat sudah puput, dan pusat bersih,
ekstremintas atas panjang lengan simetris, kuku rapih, bersih, refleks
grasping (+)dan ekstremitas bawah panjang kaki simetris, kuku rapih,
bersih, refleks babinski (+)
3. ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan
sehat dan normal.
Ibu mengerti dan senang.
2. Memberitahu pada ibu untuk tidak memberikan apapun pada pusar bayi
yang sudah lepas tali pusatnya, tetap menjaga kebersihan dan keringkan
bagian pusar dengan handuk bersih dan kering sehabis mandi atau
basah.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
77

3. Memberitahu ibu untuk selalu menyusui bayinya agar produksi ASI


lancar yaitu minimal 2 jam sekali dan jika bayi menangis tetapi bukan
BAK atau BAB.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
4. Mengingatkan ibu untuk ke fasilitas kesehatan terdekat atau yang dituju
untuk bayinya ketika usia 1 bulan melakukan imunisasi BCG dan polio
1.
Ibu mengerti dan mencoba melakukannya.

D. Kujungan Ketiga, 23 November 2018 Pukul 13.35 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu megatakan tidak ada keluhan dan masalah pada bayinya, bayinya sangat
aktif bergerakan dan menyusu ASI eksklusif, dan lancar BAB dan BAK.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital : HR : 138x/menit, Suhu : 36,6°C, RR : 45x/menit
Antropometri : BB : 4100 gram, PB : 50 cm
Pemeriksaan Fisik : kepala simetris, bersih, fontanel mayora dan fontanel
minora belum tertutup, wajah simteris dan kulit wajah tidak kuning, mata
simetris, sklera tidak ikterik, dan konjungtiva tidak anemis, telinga simetris
dan tidak ada pengeluaran serumen, hidung simetris lubang hidung, tidak
ada cuping hidung, dan terdapat miliaria, leher tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, dada simetris, bersih, tidak ada
retraksi dinding dada, dan tidak ada bunyi wheezing, abdomen bentuk perut
datar, pusat bersih, ekstremintas atas panjang lengan simetris, kuku rapih,
bersih, refleks grasping (+) dan ekstremitas bawah panjang kaki simetris,
kuku rapih, bersih, refleks babinski (+).
3. ASSESMENT
Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 minggu
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bayinya bahwa bayinya dalam
keadaan baik dan sehat.
78

Ibu mengerti dan senang.


2. Memberi ibu pujian karena rajin menyusui bayinya dan berjanji akan
ASI eksklusif.
Ibu merasa senang dan bersemangat.
3. Memberi ibu pendidikan kesehatan tentang imunisasi 5 dasar.
Ibu mengerti.
4. Mengingatkan ibu untuk melakukan imunisasi selanjutnya yaitu DPT-
HB1 dan polio 2 pada usia bayi 2 bulan.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.

IV. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS


A. Pemeriksaan Pertama, 12 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB
1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya dan tidak ada keluhan. Ibu
mengatakan sudah mencoba menyusui bayinya, bayi menghisap belum
kuat, ibu mendapatkan luka jahitan dan merasa masih ada nyeri kontraksi di
perutnya.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, N : 82x/menit, RR : 21x/menit,
Suhu : 36,8°C
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih, rambut tidak rontok, wajah simetris dan
tidak ada oedem, mata konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik,
hidung tidak ada kelainan dan keluhan, telinga tidak ada kelainan dan
keluhan, mulut bersih, tidak ada gigi berlubang, tidak ada karies gigi, dan
tidak ada sariawan, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar getah bening, dada simetris, buah dada lebih berisi,
puting susu menonjol, puting susu berwarna coklat kehitaman, dan sudah
keluar kolustrum (+/+), abdomen tidak ada luka bekas operasi, kontraksi
baik, dan TFU 2 jari di bawah pusat, genitalia tidak ada kelainan, luka masih
basah, lochea rubra, dan perdarahan normal, ekstremitas atas simetris,
79

tidak ada oedem dan ekstremitas bawah simestris, tidak ada oedem, dan
tidak ada varises.
3. ASSESMENT
P1A0 post partum 6 jam
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
dan normal.
Ibu mengerti.
2. Menganjurkan pada ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya, ibu
tidak ada pantangan makanan selama tidak ada alergi.
Ibu mengerti dan mengatakan tidak ada alergi
3. Menganjurkan pada ibu sesering mungkin menyusui bayinya agar
produksi ASI bertambah dan melatih bayinya untuk menghisap puting
susu ibu.
Ibu mengerti dan berjanji akan sesering mungkin menyusui bayinya.
4. Memberitahu pada ibu teknik menyusui yang benar.
Ibu mengerti dan melakukannya.
5. Menganjurkan pada ibu untuk makan telur rebus dan makan bagian
putih telurnya saja minimal 6 butir perhari, telur rebus boleh diolah
menjadi lauk pauk makan, agar membantu mempercepat menyatu
jaringan dan keringnya luka jahitan.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
6. Memberitahu pada ibu untuk menjaga polai istirahat yaitu tidur disela
bayi tertidur dan tidur siang minimal 1-2 jam karena persiapan untuk
selalu siap menyusui bayinya dan mengganti popok ketika bayi BAK
dan BAB.
Ibu mengerti.
7. Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi
minimal 2 kali sehari, membasuh area vagina dengan bersih dan tidak
takut untuk meraba luka jahitan agar tidak ada sisa kotoran darah yang
menempel, sesering mungkin membersihkan puting susu agar kotoran
ASI tidak menyumbat puting susu ibu, tidak menahan BAK, selalu
80

mencuci tangan sebelum dan sesudah membasuh area vagina, BAK, dan
BAB, dan mengganti pembalut terutama bila terasa sudah penuh atau
tidak nyaman, minimal 2 kali/hari.
Ibu mengerti.
8. Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas, yaitu
perdarahan yang mengalir terus menerus, sakit kepala, pandangan
kabur, demam tinggi, mual dan muntah, lochea berbau, segera beritahu
tugas kesehatan agar segera di tangani.
Ibu mengerti.

B. Kunjungan Pertama, 18 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahagian atas kelahiran putrinya yangs sudah berusia 6
hari, ibu mengeluh putingnya lecet, sedikit nyeri pada kedua payudaranya
dan merasa payudaranya bengkak, bayinya sudah aktif menyusui, jahitan
ibu sudah mulai menyatu tetapi belum kering, darah nifas sudah berwarna
merah kekuningan, dan ibu mengatakan sudah lancar BAK dan BAB.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, N : 81x/menit, RR : 18x/menit,
Suhu : 36,6°C
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan rambut tidak rontok, wajah simetris
dan tidak ada oedem, mata konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik,
hidung tidak ada kelainan dan keluhan, telinga tidak ada kelainan dan
keluhan, mulut bersih, tidak ada gigi berlubang, tidak ada karies gigi, dan
tidak ada sariawan, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar getah bening, dada simetris, buah dada lebih berisi,
puting susu menonjol, puting susu berwarna coklat kehitaman, dan ASI
sudah keluar banyak (+/+), abdomen kontraksi baik, dan TFU di
pertengahan antara simfisis dan pusat, genitalia tidak ada kelainan, tidak ada
oedem, luka jahitan bersih, nasih basah dan lochea sanguilenta, ekstremitas
81

atas simetris, tidak ada oedem, dan ekstremitas bawah simestris, tidak
ada oedem, tidak ada varises.
3. ASSESMENT
P1A0 post partum 6 hari
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu bahwa bengkak pada payudara disebabkan
produksi ASI yang bertambah namun keefektifan ibu menyusui kurang
dan menyusui dengan payudara satu habiskan atau kosongkan dahulu
lalu ke payudara sebelahnya dan menyusui kembali pada payudara
terakhir, karena payudara terakhir masih menyimpan sisa ASI yang
belum habis diisap bayi, dan selalu mengolesi puting dengan ASI
sebelum menyusui.
Ibu mengerti dan berjanji akan mencobanya.
3. Memberitahu pada ibu tentang breast care (perawatan payudara) agar
mengurangi nyeri, bengkak payudara dan memperlancar produksi ASI.
Ibu mengerti dan mencoba melakukannya.
4. Memberitahu pada ibu agar selalu memperhatikan makanannya, makan
yang bergizi, kaya akan protein seperti telur, daging, ikan, tempe dan
tahu, kaya akan vitamin, serat, dan mineral yaitu buah dan sayur, agar
produksi ASI lancar dan ibu sehat.
Ibu mengerti.
5. Menganjurkan pada ibu menjaga personal hygiene (kebersihan diri)
yaitu mandi 2 kali/hari, membasuh area wanita dengan bersih terutama
pada bagian luka jahitan, mencuci tangan sebelum dan sesudah
membasuh area wanita, BAK, dan BAB, mengopres dan membersihkan
puting payudara ibu agar kotoran terangkat, dan mengganti pembalut
minimal 2 kali/hari meskipun belum terasa penuh.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
82

C. Kunjungan kedua, 24 Oktober 2018 Pukul 19.00 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ASI keluar lancar dan bayi sudah aktif
menyusui minimal 2 jam sekali, payudara sudah tidak bengkak lagi, dan ibu
lancar BAK dan BAB.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 120/90 mmHg, N : 85x/menit, Rr : 20x/menit,
Suhu : 36,3°C
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan rambut tidak rontok, wajah simetris,
tidak ada oedem, mata konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik,
hidung tidak ada kelainan dan keluhan, telinga tidak ada kelainan dan
keluhan, mulut bersih, tidak ada gigi berlubang, tidak ada karies gigi, dan
tidak ada sariawan, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar getah bening dada simetris, buah dada lebih berisi,
puting susu menonjol, puting susu berwarna coklat kehitaman, dan ASI
keluar banyak (+/+), abdomen TFU tidak teraba, genitalia tidak ada
kelainan, luka masih basah, lochea serosa, darah berwarna kekuning-
kuningan, ekstremitas atas simetris, tidak ada oedem dan ekstremitas bawah
simestris, tidak ada oedem, dan tidak ada varises.
3. ASSESMENT
P1A0 post partum 2 minggu
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
baik.
Ibu mengerti.
2. Mengingatkan pada ibu untuk memenuhi kebutuh nutrisi dan hidrasinya,
agar menunjangn produksi dan kualitas ASI.
ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya minimal
2 jam sekali, ketika bayi menangis periksa popok jika tidak BAK atau
83

BAB berikan ASI yang menandakan bayi haus, dan bangunkan ketika
sudah waktunya bayi menyusui tetapi bayi masih tertidur.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk mengompres luka jahitan dengan betadine agar
mempercepat keringnya luka jahitan yaitu dengan kassa steril dan
betadine.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
5. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri (personal
hygiene), terutama dalam kebersihan alat genitalia.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
6. Melakukan konseling tentang metode alat kontrasepsi KB.
Ibu memilih metode alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan dan sudah
berdiskusi dengan suami.
7. Memberitahu pada ibu bahwa dapat melakukan KB suntik 3 bulan
setelah 6 minggu masa nifas atau setelah masa nifas berakhir, dan
berjaga-jaga menggunakan kondom untuk perlindungan dari luar.
Ibu mengerti.

D. Kunjungan Ketiga, 23 November 2018 Pukul 13.35 WIB


1. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ASI lancar, dan sudah tidak keluar darah
lagi.
2. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, N : 83x/menit, RR: 19x/menit,
Suhu : 36,5°C
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan rambut tidak rontok, wajah simetris,
tidak ada oedem mata konjungtiva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik,
hidung tidak ada kelainan dan keluhan, telinga tidak ada kelainan dan
keluhan, mulut bersih, tidak ada gigi berlubang, tidak ada karies gigi, dan
tidak ada sariawan, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan
84

pembengkakan kelenjar getah bening, dada simetris, buah dada berisi,


puting susu menonjol, puting susu berwarna coklat kehitaman, dan ASI
keluar banyak (+/+), abdomen TFU tidak teraba, genitalia tidak ada
kelainan, luka jahitan sudah kering, dan lochea sudah tidak keluar,
ekstremitas atas simetris, tidak ada oedemdan dan ekstremitas bawah
simestris, tidak ada oedem, dan tidak ada varises.
3. ASSESMENT
P1A0 post partum 6 minggu
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
dan normal.
Ibu mengerti dan senang.
2. Melakukan konseling pada ibu tentang KB.
Ibu mengerti, mengatakan ingin memakai KB suntik dan suami sudah
menyetujui.
3. Mengingatkan ibu untuk melakukan KB suntik sesegara mungkin dan
memberitahu pada ibu agar tidak berhubungan dengan suami sebelum
suntik KB atau menggunakan kondom dahulu.
Ibu mengerti dan mengatakan akan melakukan suntik KB.
4. Menganjurkan ibu tetap mengonsumsi makanan sehat, bergizi dan
perbanyak makan buah dan sayur agar ASI ibu lancar dan
kandungannya baik dan terserap oleh bayi ketika menyusu.
Ibu mengerti dan berjanji akan selalu makan-makanan sehat dan bergizi.
85

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mebandingkan antara teori dengan hasil asuhan
kebidanan pada Ny.P G1P0A0 yang di mulai pada usia kehamilan 32 minggu sampai
dengan 6 minggu masa nifas. Penulis melakukan asuhan pada klien dimulai pada
tanggal 17 Agustus 2018 sampai dengan 23 November 2018 di BPM Bidan Rochyani.

I. KEHAMILAN
Penulis mulai memberi asuhan kepada Ny. P usia 27 tahun G1P0A0 pada
kehamilan trimester III dengan usia kehamilan 32 minggu, yaitu menurut
Manuaba (2007), usia reproduksi yang baik untuk berlangsungnya kehamilan
yaitu usia 20-35 tahun. Hal ini menyatakan bahwa Ny. P dalam usia reproduksi
yang baik dan tidak ada masalah untuk mengalami kehamilan ini. Terlebih
kehamilan pertama ini adalah kehamilan yang sangat diinginkan oleh Ny. P dan
keluarga. Usia kehamilan pada Ny. P ditentukan berdasarkan hasil pengkajian
HPHT yaitu pada tanggal 5 Januari 2018.
Standar asuhan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan menurut
Kusmiyati (2009), yaitu penerapan praktek sering dipakai standart minimal
perawatan Antenatal Care yang disebut “14T”, yaitu pengukuran berat badan,
pengukuran tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian
tablet fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, pemberian imunisasi tetanus
toxoid, pemeriksaan darah haemoglobin (Hb), pemeriksaan protein urin,
pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab), pemeriksaan urine reduksi,
senam hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium, temu
wicara/ konseling. Didapatkan di BPM Bidan Rochyani sudah menerapkan 14T,
kecuali pada pemberian obat maliria, dimana daerah Ny. P tinggal bukan
merupakan daerah endemis malaria.
Setiap pemeriksaan kehamilan dilakukan pengkajian data meliputi
anamnesa dan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi yang
dilakukan secara head to toe, dan pada awal kunjungan dilakukan pengkajian
secara mendalam untuk mengetahui riwayat serta data ibu yang belum diketahui.
Pengkajian serta asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan teori menurut
86

Sulistyawati (2009) bahwa, pemeriksaan kehamilan dilakukan dengan beberapa


cara, meliputi anamnesis, inspeksi, dan palpasi. Pada anamnesis, yang perlu
diketahui adalah informasi mengenai perkawinan, keluhan, amenore, dan riwayat
kehamilan sebelumnya. Inpeksi dengan kehamilan, mulai dari kepala sampai kaki.
Pada pemeriksa kehamilan Ny. P mengatakan selalu rutin melakukan
setiap jadwal kunjungannya yaitu 2 minggu sekali ketika masuk trimester III, ibu
menceritakan bahwa ibu sudah melakukan kontrol kehamilan lebih dari 4 kali,
yaitu dilakukan di setiap trimester, yang menurut Lily Yulaikhah (2009) ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III.
Pada kunjungan pertama tanggal 17 Agustus 2018, kondisi fisik Ny. P
hamil dengan keadaan baik dan ada beberapa keluhan yang dirasakan ibu yaitu
pegal dan sakit bagian punggung, sebagaimana dijelaskan Kurnia (2009),
perubahan fisik pada trimester III salah satunya, ialah sakit bagian tubuh belakang
(punggung-pinggang), karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam
kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan
tekanan ke arah tulang belakang.
Keluhan sakit pinggang atau punggung masih dirasakan ibu pada
pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pada tanggal 01 September 2018, yang
dilakukan di BPM Bidan Rochyani sekaligus dilakukan pemeriksaan penunjang
USG oleh Bidan Rochyani dengan USG 2 dimensi untuk melihat kondisi serta
posis janin. Diketahui hasil USG, yaitu posisi janin bagus yaitu presentasi kepala,
kepala sudah di bawah namun belum masuk ke panggul, ketuban cukup, usia
kehamilan 34 minggu 1 hari dengan taksiran berat janin 2050 gram, plasenta letak
normal, dan jenis kelamin perempuan.
Pada kunjungan ketiga yaitu tanggal 29 September 2018, ibu dalam
keadaan baik dan mengeluh kakinya bengkak, sebagaimana dijelaskan Kurnia
(2009), bengkak terjadi karena perut dan bayi yang kian membesar selama
kehamilan akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu
hamil, dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang
disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
87

Pada kunjungan terakhir yaitu tanggal 06 Oktober 2018, ibu dalam


keadaan baik dan mengeluh nyeri bagian bawah perut, yaitu menurut Nur Baity
(2015), perubahan yang terjadi pada ibu hamil trimester III yang akan dirasakan
salah satunya yaitu nyeri di bagian perut.
Dalam pemeriksaan kehamilan pada Ny. P, yaitu kehamilannya yang
sesuai pemeriksaan dan keadaan ibu dan janin selalu dalam keadaan baik dan tidak
ada masalah seperti yang dinyatakan dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2015)
yaitu, trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk
panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut
jantung janin berkurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit
menunjukan ada tanda gawat janin dan segera rujuk.
Secara keseluruhan Ny. P pada pemeriksaan kehamilan yang terlaksana 4
kali kunjungan, diketahui dari hasil pemeriksaan bahwa tidak ada masalah yang
serius atau mengarah ke patologis dan Ny. P selalu dalam keadaan baik dan
normal pada kehamilannya.

II. PERSALINAN
Pada saat persalinan Ny. P tidak mengalami komplikasi pada saat inpartu,
persalinan berjalan normal, spontan, dan sesuai tanggal taksiran persalinan yaitu
12 Oktober 2018. Pada awal datang melakukan pengumpulan data yaitu meliputi
anamnesa serta pemeriksaan fisik pada ibu, ibu datang mengeluh sudah mules-
mules sejak pukul 00.00 WIB, keluar lendir darah sejak kemarin pukul 10.00
WIB, dan belum keluar air-air. Dimana fase ini sudah memasuki inpartu kala I
fase aktif, lalu Ny. P dilakukan observasi diruang tindakan dimana dilakukan
observasi ukur nadi, respirasi, DJJ, dan his setiap 30 menit sekali, dan tekanan
darah, suhu, dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali yang terlampir pada
lembar observasi dan patograf.
Pemeriksaan yang didapatkan pada ibu yaitu di dapatkan janin tunggal,
hidup, intrauteri, dengan presentasi kepala serta lama persalinan dari pembukaan
10 cm sampai persalinan yaitu 30 menit, dalam hal ini persalinan yang dilalui Ny.
P sesuai dengan teori, yaitu menurut Wiknjosastro (2012) bahwa, persalinan
normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang
88

kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pada kala I fase aktif Ny. P mengatakan nyeri pada persalinan yaitu nyeri
dimana saat Ny. P merasakan his yang semakin lama semakin kuat, disertai
keringat, dilihat Ny. P semakin lama tampak gelisah dan mempunyai rasa cemas
pada proses persalinannya. Menurut Turlina & Nurhayati (2017) bahwa, faktor
penyebab utama penyebab nyeri persalinan adalah terjadinya kontraksi rahim
yang menyebabkan dilatasi serviks dan iskhemi rahim sehingga hanya sedikit
oksigen yang mengalir ke daerah rahim. Faktor lain yang mempengaruhi nyeri
persalinan adalah kecemasan dan stress dimana jika ibu bersalin tidak mampu
mengatasi kecemasan yang dialaminya maka nyeri yang dirasakannya juga akan
bertambah.
Dalam hal ini Ny. P yang semakin nyeri pada proses kala I fase aktif, yaitu
yang dinyatakan menurut Turlina & Nurhayati, 2017 bahwa, secara fisiologi nyeri
persalinan mulai timbul pada persalinan Kala I fase laten dan aktif. Nyeri
disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Makin lama nyeri yang
dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri pada fase aktif, dimana pembukaan
lengkap sampai 10 cm.
Pada kala I fase aktif ini, yang dilakukan yaitu memberikan support, kata-
kata positif, serta mengimplementasikan audio murottal Al-Qur’an melalui media
handphone dari salah satu aplikasi Al-Qur’an elektronik yang memperdengarkan
kepada Ny. P, yang sebagaimana penanganan yang dapat dilakukan pada nyeri
Kala I. Menurut Varney (2007), ialah dengan metode fakmakologi dan non
farmakologi. Penanganan nyeri farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian
Nitrogen Monoksida dan Oksigen, pemberian Opiat, dan pemberian analgesi
epidural lumbal, sedangkan tindakan non farmakologi antara lain, yaitu relaksasi,
hipnoterapi, sentuhan terapeutik, distraksi, TENS (Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation) dan terapi musik. Yang telah dinyatakan dalam jurnal
penelitian Turlina & Nurhayati (2017), menurut Remolda (2009) yang dikutip
oleh Yana (2015), bahwa terapi murrotal Al-Qur’an dapat mempercepat
penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan
Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and
89

Research di Florida, Amerika Serikat, dengan hasil penelitian menunjukkan 97%


bahwa mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan
ketenangan dan menurunkan ketegangan urat saraf reflektif.
Setelah dilakukan implementasi tersebut sangat terlihat jelas perubahan
pada Ny. P yang dilihat dari keadaan umumnya, Ny. P lebih semakin tenang,
merileksasikan keadaan nyeri, serta selalu mengucapkan kata-kata positif, dan
terus berdoa. Implementasi ini dilakukan sampai pembukaan 10 cm atau
pembukaan lengkap.
Pada pukul 10.30 WIB ketuban pecah, ibu dianjurkan untuk berbaring di
tempat tidur dengan posisi miring ke kiri dan agar meminimalisir ketuban
mengalir lebih banyak. Observasi masih dilakukan, pada 4 jam dari ibu datang
yaitu pada pukul 11.30 WIB, dilakukan kembali pemeriksaan dalam dengan hasil
Ny. P bertambah pembukaannya menjadi 8 cm, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
83, respirasi 23, suhu 36,3°C, DJJ 145x/menit, dan his yang semakin bertambah
yaitu menjadi 5x 10’ 45”, ini yang membuat nyeri semakin bertambah dan pada
pukul 12.30 WIB ibu megatakan semakin tidak kuat dan merasakan bertambah
mulesnya dan ada rasa ingin meneran, lalu dilakukan pengecekan, adanya
dorongan ingin meneran, tekanan anus, perineum menonjol, dan vulka membuka.
Dilakukan kembali pemeriksaan dalam dengan hasil vulva vagian membuka,
ketuban (-), berwarna jernih, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, hodge III.
Kala II Ny. P berlangsung 30 menit, yaitu dari pembukaan 10 cm sampai
bayi lahir, menurut Manuaba (2010) bahwa, kala II disebut juga dengan kala
pengeluaran yaitu pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara rat-rata 0,5 jam.
Pada kala III dimulai dari segera bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yaitu
sebelum lahirnya plasenta, dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU di 1/3 paha luar
secara IM segara setelah bayi lahir, Ny. P dilakukan penyuntikan di 1/3 paha
kanan luar secara IM dengan 10 IU oksitosin, plasenta lahir berlangsung 7 menit
dan tidak ada masalah, hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2010) yaitu dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasentanya pada lapisan Nitabush, karena
sifat retraksi otot rahim. Dan penyuntikan 10 UI oksitosin secara IM pada paha
luar. Lepasnya plasenta sudah dapat di perkirakan dengan memperhatikan tanda-
90

tanda : uterus menjadi budar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede atau dorso
kranial pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi
lahir.
Setelah manajemen kala III dan saat memasuki kala IV, yaitu melakukan
pengecekan jalan lahir adanya laserasi robekan jalan lahir. Pada kasus Ny. P
ditemukan robekan jalan lahir di bagian mukosa vagina sampai kulit dan otot
perineum. Menurut teori Damayanti, dkk (2014), bahwa mukosa vagina, fauchette
posterior, kulit perineum, otot perineum termasuk kedalam robekan jalan lahir
derajat II. Ny. P mendapatkan jahitan pada robekan jalan lahir yang dijahit secara
jelujur dengan lidocain 1 ampul.
Manajemen aktif kala IV yaitu dilakukan pemantauan selama 2 jam yaitu
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua yaitu tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi), suhu perjam, , kontraksi uterus, kandung kemih,
dan perdarahan dengan hasil keadaan ibu baik dan tidak ada komplikasi. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010), bahwa kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah : pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan pada setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

III. BAYI BARU LAHIR


Bayi lahir spontan pada tanggal 12 oktober 2018 pukul 13.00 WIB, lalu
asuhan ini dilakukan dimulai dari tali pusat bayi terpotong dan dilakukan IMD
(Inisiasi Menyusui Dini) yang dilakukan selama 1 jam untuk mendukung proses
keberhasilan ASI Eksklusif dan menjaga kehangatan bayi dengan meletakkan bayi
yaitu dada bayi bertemu dengan dada ibu secara terbuka. Hal ini sama menurut
teori Inisiasi Menyusui Dini (IMD) didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi
menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu
sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusui. Bayi
disusui selama 1 jam atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir. Isapan bayi
91

penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang


merangsang kelenjar susu untuk memproduksikan ASI, dan isapan dapat
meningkatkan produksi ASI dua kali lipat (Yuliarti, 2010).
Menurut Prawirohardjo (2010), bayi baru lahir normal adalah bayi baru
lahir dengan berat badan 2400-4000 gram saat kelahiran, dengan masa kehamilan
37-42 minggu. Umur 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan umur 8-28 hari
disebut neonatal lanjut. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir tidak ditemukan
adanya masalah atau suatu tindakan segera. Bayi Ny. P lahir pada masa kehamilan
40 minggu lahir spontan, dengan berat badan 3000 gram dan panjang badan 47
cm.
Bayi Ny. P diketahui tidak ada masalah serius selama kunjungan neonatal
yang dilakukan usia bayi 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu, bayi dalam keadaan
baik, sehat, dan bertambah aktif. Ibu memberikan ASI dan berencana hanya akan
memberikan ASI Eksklusif dan sampai bayi usia 2 tahun.

IV. NIFAS
Masa nifas pada Ny. P berlangsung dalam keadaan baik dan dalam batas
normal yaitu yang dilakukan pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu. Pada
proses involusi uterus Ny. P pada 6 jam yaitu 2 jari di bawah pusat dengan
keluarnya lochea rubra, dan banyak keluarnya darah normal, hal ini sesuai teori
menurut Rini & Kumala D (2016), lokia rubra muncul pada hari pertama sampai
hari ketiga masa postpartum.
Pada kunjungan nifas 6 hari didapatkan di pertengahan antara simfisis
dan pusat, lochea rubra dan ibu mengeluh lecet pada puting dan nyeri pada kedua
payudaranya, dan menyarankan ibu untuk sesering mungkin menyusu bayinya,
kurangi menyusu pada bagian puting payudara yang lecet, dan karena nyeri pada
ibu ditakutkan terjadi bendungan ASI maka dari itu, memberitahu pada ibu cara
perawatan payudara (breast care). Sebagaimana yang dinyatakan menurut Rini &
Kumala D (2016), perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara
lain puting tidak menonjol atau bendungan payudara. Tujuannya adalah
memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui. Untuk pasca-persalinan,
lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali sehari.
92

Pada kunjungan nifas 2 minggu dan 6 minggu uterus sudah tidak teraba
lagi, sudah tidak lecet dan tidak merasa nyeri pada kedua payudara, dan lochea
pada masa nifas 2 minggu yaitu lochea serosa dan masa nifas 6 minggu sudah
tidak keluar lochea lagi, hal ini sesuai dengan teori menurut Rini & Kumala D
(2016), locheaa serosa muncul pda hari ke 8-14 postpartum. Warnanya biasanya
kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri dari lebih sedikit darah lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. Dan proses
involusi uterus masa nifas Ny. P sesuai dengan teori, involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot uterus (Dewi
& Sunarsih, 2011).

Pada masa nifas Ny. P juga menyusui bayinya, dalam proses ini ibu
lancar memberikan ASI pada bayinya segera dari mulai setelah lahir, tidak ada
masalah serius, dan memilih untuk memberikan kepada bayinya ASI Eksklusif.
Pada masa nifas Ny. P tampak senang atas kelahiran anak pertamanya yang
diinginkan dalam keluarganya, Ny. P tidak mengalami gangguan psikologisnya
atau depresi pada masa nifas, dan Ny. P berencana menggunakan KB suntik
setelah masa nifas selesai dan memberitahu ibu untuk menggunakan kondom jika
ingin berhubungan sebelum menggunakan KB suntik.
93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Prawirohadjo, 2009).
Berdasarakan studi kasus yang sudah dilakukan pada masa kehamilan,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas, tidak didapatkan masalah serius dalam asuhan
studi kasus yang dilakukan pada Ny. P.
Proses persalinan pada Ny. P berjalan dengan lancar dan ibu tampak
gelisah dan merasakan nyeri pada kala I, dalam hal ini penulis memberikan
asuhan pengurangan nyeri.
Menurut Remolda (2009) yang dikutip oleh Yana (2015), bahwa terapi
murrotal Al-Qur’an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan
oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic
Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat,
dengan hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa mendengarkan ayat suci Al-
Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan
ketegangan urat saraf reflektif.
Maka dari itu penulis melakukan implementasi audio murottal Al-Qur’an
yang diperdengarkan ibu pada kala I sampai masuk proses kala II, dan
memberikan dukungan serta kata-kata positif pada Ny. P, dengan hasil ibu merasa
lebih tenang , banyak melantunkan kata-kata positif, dan berdoa.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan sesuai prosedur dan
kondisi bayi baik serta tidak ditemukan masalah.
Asuhan kebidanan pada masa nifas tidak mandapatkan masalah yang
serius, proses involusi uterus dan lochea sesuai dengan teori, dan hanya ada
keluhan Ny. P pada masa nifas 6 hari yaitu lecet puting dan nyeri pada kedua
payudara yang dikatakan wajar, memberitahu ibu tentang cara perawatan
payudara dan segera teratasi. Pada masa nifas ASI lancar dan ibu berencana untuk
memberi ASI Eksklusif dan sampai bayinya berusia 2 tahun.
94

II. SARAN
A. Untuk Institusi pendidikan
a. Program studi ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Memberikan waktu untuk menyelesaikan tugas studi kasus komprehensif
pada waktu yang sesuai dan tidak saat berlangsung proses kegiatan
praktik lapangan dan PKMD.
c. Meningkatkan kerjasama dengan pihak pelayanan kesehatan guna
memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan.

B. Untuk Penulis
a. Penulis dapat meningkatkan pengetahuan teori maupun praktek lebih
baik dari sebelumnya.
b. Lebih efektif dan efesien dalam manejemen waktu.
c. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir yang sesuai dengan teori dan
evidence based.
d. Semoga penulis dapat mengamalkan dan menerapkan manajemen asuhan
kebidanan komprehensif secara berkesinambungan di kemudian hari.

C. Untuk BPM
a. Dalam pelayanan antenatal care harus lebih ditingkatkan lagi terutama
dalam penerapan operasional 14 T secara optimal.
b. Menerapkan asuhan dan kebijakan yang bermanfaat bagi pasien, serta
meningkatkan pelayanan demi kenyamanan pasien.

D. Untuk Klien dan Keluarga


a. Klien dapat mengerti edukasi dan informasi yang telah diberikan dengan
jelas tentang kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Meningkatkan pengetahuan dari berbagai macam sumber.
95

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y. (2010). Hipnostetri. Jakarta: Gagas Media.


Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Damayanti, I. P., Maita, L., Triana, A., & Afni, R. (2014). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir.
Yogjakarta: Deepublish.

Dewi, V. N., & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Dwienda R, O., Maita, L., Puspita, E. M., & Yulviana, R. (2014). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita, dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan.
Yogjakarta: Deepublish.

Hakimi. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogjakarta:


ANDI Yogjakarta.

Hidayat, A. A. (2009). Asuhan Neonatus, Bayi & Balita: Buku Praktikum Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: AIPKIND.

Kurnia, N. (2009). Menghindarai Gangguan Saat Melahirkan & Panduan Mengurut


Bayi. Yogjakarta: Panji Pustaka.

Oktaria, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogjakarta: Deepublish.

RI, K. K. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan
JICA.

Rini, S., & Kumala D, F. (2016). Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based Practice
. Yogjakarta: Deepublish.

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika.

Trisetiyaningsih, Y., Wulansari, A., & Anto, Y. V. (2018). Media Ilmu Kesehatan
Vol. 7, No. 1, April 2018. Pengaruh Terapi Murrotal Terhadap Perubahan
Skor Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Fase Laten.
Turlina, L., & Nurhayati, H. S. (2017). Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, Vol. 1, No.
1, Juni 2017 1-8. Pengaruh Terapi Murrotal Al Qur'an terhadap Penurunan
Intesitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif, 1-8.
96

Yana, R., Utami, S., & Safri. (2015). JOM Vol. 2 No. 2. Efektivitas Terapi Murottal
Al-Qur'an Terhadap Intensitas Nyeri, 1372-1380.
Yulaikhah, L. (2009). Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan,


dan Kelincahan si Kecil. Yogjakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai