Bab I, Ii, Iii, Iv, V, Daftar Pustaka
Bab I, Ii, Iii, Iv, V, Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah terjadi jika ada pertemuan dan pesenyawaan antara sel
telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) serta adanya perubahan pada wanita hamil
(Saminem, 2009). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2009).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (JNPK-
KR, 2008).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Panduan Praktik Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2016).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Sedangkan persalinan
kala II yaitu mulai pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi, proses
tersebut berlangsung rata-rata 90 menit, rata-rata 50 menit pada primigravida dan
rata-rata 30 menit, rata-rata 20 menit pada multigravida. Proses persalinan
terhadapat terhadap lama kala II dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang
berperan yaitu pertama kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi his
(kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan
ligamentum action. Faktor kedua adalah faktor janin (passenger) meliputi besarnya
janin, berat bayi lahir dan lainnya. faktor ketiga jalan lahir (passage) meliputi
tulang-tulang panggul, otot-otot, jaringan, dan ligament-ligament. Apabila ketiga
faktor ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan
berlangsung secara normal atau spontan (Yuliaswati, 2015).
2
Partus lama dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis ibu yang meliputi
presepsi ibu pada rasa nyeri saat persalinan. Nyeri persalinan dapat menimbulkan
stress yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin
dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus,
serta timbul iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak
(Cunningham, 2013).
Menurut Sri Rejeki dan Bambang Supradono (2014) Sebagian besar
persalinan (90%) selalu disertai rasa nyeri sedangkan rasa nyeri pada persalinan
merupakan hal yang lazim terjadi, nyeri selama persalinan merupakan proses
fisiologis dan psikologis. Nyeri hebat pada proses persalinan menyebabkan ibu
mengalami gangguan psikologis. Nyeri merupakan penyebab frustasi dan putus asa,
sehingga ibu tidak mampu meneran/mengedan.
Menurut Varney (2007) (dalam jurnal Stikes Muhammadiyah Lamongan
oleh Lilin Turlina dan Hesti Sri Nurhayati) yaitu penanganan yang bisa dilakukan
dalam pengendalian nyeri diantaranya dengan metode farmakologi dan non
farmakologi. Penanganan nyeri farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian
Nitrogen Monoksida dan Oksigen, pemberian Opiat, dan pemberian analgesi
epidural lumbal, sedangkan non farmakologis antara lain: relaksasi, hipnoterapi,
sentuhan terapeutik, distraksi, TENS (Transcutaneus Electrical Nrve Stimulation)
dan terapi musik.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 369 tahun 2007 (dalam
Sutanto & Fitriana, 2016) dijelaskan bahwa bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan
pelayanan kebidanan yang berkeseinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek
pencegahan, promisi dengan berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani
siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny. P G1P0A0 sejak usia kehamilan 32 minggu
3
sampai dengan masa nifas 40 minggu dengan implementasi audio murrotal Al-
Qur’an pada Kala I fase aktif di BPM Bidan Rochyani.
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif dan continue dalam masa
ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir pada Ny. P di BPM Bidan
Rochyani.
B. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
b. Dapat menganalisis masalah, diagnosa kebidanan secara tepat pada ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas sesuai dengan manajemen
asuhan kebidanan.
c. Dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.
d. Dapat merencanakan tindakan asuhan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
e. Dapat melakukan penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
f. Dapat mengimplementasikan asuhan yang direncanakan sesuai dengan
harapan.
g. Dapat melakukan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan
nifas sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan.
h. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan secara
menyeluruh dengan metode SOAP.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri
dari: ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum. Konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuba, 2010).
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Prawirhardjo, 2009).
Menurut Manuaba (2007), usia reproduksi yang baik untuk
berlangsungnya kehamilan yaitu usia 20-35 tahun.
4. Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan
menekan daerah panggul dan vena di kaki, yang mengakibatkan vena
menonjol, dan dapat juga terjadi di daerah vulva vagina. Pada akhir
kehamilan, kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul yang akan
memperburuk varises. Varises juga dipengaruhi faktor keturunan.
5. Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian
perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau
istirahat.
6. Bengkak
Perut dan bayi yang kian membesar selama kehamilan akan
meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil,
dan kadang membuat tangan membengkak. Ini disebut edema, yang
disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
7. Kram pada kaki
Kram kaki ini timbul karena sirkulasi darah yang menurun, atau
karena kekurangan kalsium.
8. Cairan vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak
kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan
lebih cair.
Menurut Nur Baity (2015), perubahan yang terjadi pada ibu hamil
trimester III yang akan dirasakan, yaitu pembesaran pada perut, rahim yang
membesar, sampai ke 36 ukuran uterus yang mencapai pinggir bagian bawah
tulang iga yang terendah pada dada, nyeri pada bagian perut kiri atas
(heartburn), perubahan kadar hormon bisa memperlambat proses pencernaan
dan merelaksasi otot lambung sehingga asam lambung yang keluar ke
kerongkongan dan dapat menimbulkan suatu sensai heartburn, bengkak atau
edema, pembesaran payudara, nyeri di bagian perut, selangkangan dan paha.
7
1) Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian yang terletak di fundus
uteri.
2) Leopold II
Menentukan letak punggung janin
3) Leopold III
Menentukan bagian yang terletak di bagian bawah uterus
4) Leopold IV
Menentukan apakah janin sudah masuk PAP atau seberapa jauh
masuknya bagian terbawah dalam PAP.
b. Menurut Knebel
Palpasi dilakukan menentukan letak kepala. Caranya, bagian
bawah dipegang dan fundus uteri digerakkan kiri-kanan. Jika gerakan
bagian bawah negatif, berarti kepala. Jika positif, berarti bokong.
c. Menurut Budin
Palpasi dilakukan untuk menentukan letak punggung anak.
Dengan cara, tangan kiri menekan fundus uteri ke bawah, akan
dirasakan bagian mana yang memberi tahanan besar.
dan edukasi tentang pemberian makanan bayi, air susu ibu, inisiasi
menyusu dini, program keluarga berencana dan tentang kebersihan ibu.
Antara kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan rujukan segera adalah perdarahan, preeklampsia,
ketuban pecah dini, gawat janin, atau kondisi-kondisi kegawatan lain
yang mengancam nyawa ibu dan bayi.
Tabel 2.3 Pemeriksaan Setiap Kunjungan ANC
4. Kunjungan Ulang
Menurut Lily Yulaikhah (2009) dalam buku Seri Asuhan Kebidanan
Kehamilan, pengawasan anatenatal memberi manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini
sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah
pertolongan persalinannya. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan
pengawasan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali
pada trimester II, 2 kali pada trimester III.
Tujuan pelayanan kebidanan (WHO), yaitu :
1. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan pada saat persalinan
2. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan
3. Perawatan neonatus-bayi
4. Pemeliharaan dan pemberian laktasi.
15
E. Evidence Based
Menurut WHO (2016), bahwa model ANC merekomendasikan
minimal delapan kontak ANC, dengan kontak pertama dijadwalkan
berlangsung pada trimester pertama (hingga 12 minggu kehamilan), dua
kontak dijadwalkan pada trimester kedua (pada 20 dan 26 minggu kehamilan
dan lima kontak dijadwalkan pada trimester ketiga (30,34,36,38 dan 40
minggu kehamilan). Model pelayanan antenatal ini dianjurkan untuk
mengurangi angka kematian perinatal dan maternal. Serta untuk
meningkatkan kualitas ANC dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.
II. Persalinan
A. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban dari
dalam rahim, persalinan dianggap normal jika proses terjadinya pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disetai dengan penyulit
(Asuhan Persalinan Normal, 2008).
Dalam buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir
bahwa, definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan, dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 minggu sampai
dengan 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat (Hakimi, 2010). Persalinan adalah suatu proses yang dimulai
dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi
progesif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses
tersebut merupakan proses alamiah (Rohani, 2011).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa
melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi,
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro,
2012).
20
B. Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/ dilakukan operasi sectio
caesarea.
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin
dan prostaglandin (Prawirohardjo, 2010).
C. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2015), yaitu :
1. Perut mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin
lama.
2. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban
dari jalan lahir
Jika muncul salah satu tanda di atas, suami dan keluarga segera bawa ibu
hamil ke fasilitas kesehatan.
1. Didahului dengan mulas teratur, semakin lama semakin kuat dan sering
2. Pada kehamilan pertama, bayi biasanya lahir setelah 12 jam sejak mules
teratur. Pada kehamilan kedua dan kehamilan berikutnya, baisanya bayi
lahir setelah 8 jam sejak mules teratur. Ibu masih boleh berjalan, makan
dan minum. Selama proses melahirkan sebaiknya ibu didampingi suami
dan keluarga.
3. Jika terasa sakit, tarik nafas panjang lewat hidung, lalu keluarkan lewat
mulut.
4. Jika terasa ingin buang air besar segera beritahu bidan/dokter. Bidan atau
dokter akan mengarahkan/ memimpin ibu mengejan sesuai dengan
dorongan rasa ingin mengejan yang timbul.
21
5. Setelah bayi lahir dan sehat segera lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
6. IMD adalah segera meletakkan bayi di dada ibu (ada kontak kulit ibu dan
kulit bayi sekurang-kurangnya 1 jam untuk memberikan kesempatan
kepada bayi menyusu sesegara mungkin.
IMD merangsang keluarnya ASI, memberikan kekebalan pada bayi serta
meningkatkan kekuatan batin antara ibu dan bayinya.
7. Ibu dapat segera dipasangkan IUD dalam waktu 10 menit setelah plasenta
lahir bila ibu dan suami sepakat untuk mengikuti KB dengan metode
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
D. Evidence Based
Memberikan pendampingan yang berkelanjutan selama persalinan
sangat baik dan asuhan sayang ibu dan bayi sebagai kebutuhan dasar
persalinan. Salah satu prinsip dasarnya dalah mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan
kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman yang lebih
baik. (WHO, 2014).
F. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu :
1. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his,
22
2. Kala II
Kala II disebut jugas dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari
kala II adalah :
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50
sampai 100 detik
b. Menjelang akhir 1 ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak
23
6-15 menit setelah bayi lahir (Manuaba, 2010 dalam Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir).
4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah: pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan pada setiap 15 menit pada
1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua (Manuba, 2010 dalam
Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir).
Sisa potongan tali pusat pada bayi inilah yang harus dirawat karena
jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan infeksi.
2. Pemeliharaan Pernafasan
1. Stimulasi Taktil
Realisasi dari langkah ini adalah dengan mengeringkan badan
bayi segera lahir dan melakukan masasse pada punggung. Jika
observasi nafas bayi belum maksimal, lakukan stimulasi pada
telapak kaki dengan menjetikan ujung jari tangan penolong.
2. Mempertahankan Suhu Hangat untuk Bayi
Suhu yang hangat akan sangat membantu menstabilkan upaya
bayi dalam bernafas. Letakkan bayi diatas dada ibu (dalam keadaan
telanjang), kemudian tutupi keduanya dengan selimut.
3. Menghindari prosedur yang tidak perlu
a. Menghisap lendir yang ada di saluran nafas bayi, padahal bayi
sudah berhasil menangis dan melakukan nafas pertamanya.
b. Memandikan bayi segera setelah lahir.
c. Melakukan pemeriksaan fisik kepada bayi dalam satu jam
pertama kelahiran. Sebaiknya biarkan bayi di atas dada ibu
untuk melakukan inisiasi menyusui dini dan menstabilkan suhu
tubuhnya melalui radiasi panas tubuhnya (Damayanti, Maita,
Triana, & Afni, 2014).
30
a). Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga
terjadi pada bayi yang cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
b). Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
c). Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin.
d). Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.
32
E. Evidence Based
1. Memberikan ASI sedini mungkin (IMD) yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir.
2. Perawatan bayi baru lahir dengan menunda mandi sampai 24 jam setelah
lahir, jika hal ini tidak memungkinkan karena alasan budaya, mandi harus
ditunda selama sedikitnya enam jam.
3. Ibu dan bayi tidak harus dipisahkan dan harus tinggal di ruangan yang
sama dalam 24 jam sehari.
4. Melakukan perawatan tali pusat merupakan hal yang baik dan bersih
untuk bayi baru lahir.
5. Tanda-tanda berikut harus dinilai selama setiap kontak postnatal dan bayi
baru lahir harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut jika ada tanda-tanda
seperti : tidak mau makan, kejang, pernapasan cepat (tingkat pernapasan
≥ 60 per menit), retraksi pada dada, tidak ada gerakan spontan, demam
(suhu ≥ 37.5 ° C), suhu tubuh rendah (suhu < 35,5 ° C), penyakit kuning
pada 24 jam pertama kehidupan, atau telapak tangan kuning dan kaki
pada usia berapa pun. Keluarga harus segera ke fasilitas kesehatan
terdekat untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
6. Semua bayi harus mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6
bulan. Ibu harus diberi konseling dan memberikan dukungan untuk
pemberian ASI eksklusif pada setiap kontak postnatal (WHO, 2013).
33
IV. Nifas
A. Definisi Nifas
Dalam bahasa latin, masa nifas adalah waktu mulai tertentu setelah
melahirkan anak disebut puerperium yaitu dari kata peur yang artinya bayi
dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan
bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian
ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasien
persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa ini untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi ( (Dewi & Sunarsih, 2011).
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2016) bahwa, masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu.
C. Kunjungan Nifas
Menurut Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2016), yaitu :
1. Kunjungan nifas 6-8 jam
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
37
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
a. Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Warna darah merah dan mengandung darah dari robekan/
luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan korion. Terdiri dari
desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah.
b. Lochea Sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 4-7 hari
postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini muncul pda hari ke 8-14 postpartum. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri dari lebih
sedikit darah lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
d. Lochea Alba
Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya
lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung
leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah
tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsia
postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga kan
mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas
(Dewi & Sunarsih, 2011).
5. Sistem Pencernaan pada Masa Nifas
Menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011) dalam
buku Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, bahwa ibu sering kali cepat lapar
setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat
ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek
analgesia, anestesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang
biasanya di konsumsi disertai konsumsi camilan sering ditemukan. Sering
kali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan 3-4 hari sebelum faal usus
untuk kembali normal.
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus
usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali
menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat luka laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan
mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk
merangsang pengosongan usus.
42
Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari
dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut
mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Terjadinya
konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan
kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.
6. Perubahan Sistem Perkemihan
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan serta dilatasi ureter dan pelvis kembali ke keadaan
sebelum hamil.
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung
pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama
proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Kemampuan
mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup
merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan
keluarga sangat diperlukan pada fase ini.
43
G. Evidence Based
1. Jika lahir di fasilitas kesehatan, ibu dan bayi baru lahir harus menerima
perawatan setelah melahirkan di fasilitas minimal 24 jam setelah lahir.
Setidaknya tiga kontak postnatal tambahan yang direkomendasikan
untuk semua ibu dan bayi baru lahir, pada 48-72 jam, antara hari 7-14
setelah kelahiran, dan enam minggu setelah kelahiran.
2. Semua ibu postpartum harus menilai perdarahan vagina, kontraksi
uterus, tinggi fundus, suhu dan denyut jantung (nadi) secara rutin selama
24 jam pertama dimulai dari jam pertama setelah lahir. Tekanan darah
harus diukur segera setelah lahir. Jika normal pengukuran tekanan darah
kedua harus diambil dalam waktu enam jam. Kunjungan ke rumah pada
minggu pertama setelah lahir dianjurkan untuk perawatan ibu dan bayi
baru lahir.
3. Setiap kontak nifas berikutnya, harus diperhatikan keadaan umum ibu,
seberapa sering buang air kecil, asupan makanan, keluhan ibu mengenai
pemberian ASI, luka dan nyeri perineum, kebersihan perineum,
perkembangan ibu dalam menyusui dan keluhannya pun harus di
perhatikan.
4. Semua ibu harus diberikan informasi tentang proses fisiologis pemulihan
setelah melahirkan dan memberikan informasi mengenai tanda bahaya
nifas.
5. Ibu harus diberikan konseling mengenai gizi, mencuci tangan yang baik,
keluarga berencana, dan seks aman termasuk penggunaan kondom
(WHO, 2013).
45
3. Eliminasi
Buang Air Kecil (BAK) normal yaitu spontan setiap 3-4 jam dan
Buang Air Besar (BAB) biasanya 2-3 hari postpartum masih susah untuk
BAB biasanya ibu dianjurkan untuk memperbanyak makan buah dan
sayuran, dan bila dalam 3 hari tidak dapat BAB diberikan laksan
supositoria dan minum air hangat (Dewi & Sunarsih, 2011).
47
lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu,
keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi
selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan
resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan
UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI
eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.
2. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman.
3. ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam.
4. ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot (Rini
& Kumala D, 2016).
4. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara lain
puting tidak menonjol atau bendungan payudara. Tujuannya adalah
memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui. Untuk pasca-
persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2
kali sehari (Rini & Kumala D, 2016).
Langkah-langkah pengurutan payudara adalah sebagai berikut
(Rini & Kumala D, 2016) :
a. Pengurutan pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak (minyak zaitun atau
minyak kelapa bersih). Tempatkan kedua tangan diantara payudara.
Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kanan
ke arah sisi kiri dan telapak tangan kiri ke arah sisi kanan. Lakukan
terus pengurutan ke bawah dan samping, selanjutnya pengurutan
melintang. Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap payudara.
50
b. Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau
tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan
mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan
2 gerakan tiap payudara bergantian.
c. Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan
lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting
susu. Lakukan sekitar 30 kali.
d. Pengompresan ASI
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit,
lalu ganti dengan kompres air dingin. Kompres bergantian selama 3
kali dan akhiri dengan kompres air hangat.
e. Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan
ASI. Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-
kira 2 sampai 3 cm dari puting susu dan tampung ASI yang keluar.
Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan agar jari-jari jangan
diregangkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu lalu tekan ke
arah dada. Gerakan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu tanpa rasa
sakit. Ulangi untuk masing-masing payudara.
a). Kenakan bra untuk menjaga bentuk payudara tetap indah. Pilih ukuran
bra yang sesuai agar dapat menopang payudara dengan baik.
b). Bersihkan secara rutin daerah seputar puting susu dengan kapas yang
dibasahi air hangat.
c). Oleskan minyak zaitun pada payudara untuk menjaga kelembapan.
Agar hasilnya lebih maksimal, lakukan pijatan ringan dengan gerakan
lembut.
51
bayi harus lurus, hadapkan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi
ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
h. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut
bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan
payudara.
i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk
punggung bayi.
V. Nyeri Persalinan
A. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu
pengalaman emosional yang disertai kerusakan jaringan secara nyata atau
jaringan yang potensial mengalami kerusakan (Aprilia, 2010).
Nyeri persalinan merupakan masalah kompleks yang dialami setiap ibu
bersalin baik yang primi maupun yang multi. Faktor penyebab utama
penyebab nyeri persalinan adalah terjadinya kontraksi rahim yang
menyebabkan dilatasi serviks dan iskhemi rahim sehingga hanya sedikit
oksigen yang mengalir ke daerah rahim. Faktor lain yang mempengaruhi
nyeri persalinan adalah kecemasan dan stress dimana jika ibu bersalin tidak
mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya maka nyeri yang
dirasakannya juga akan bertambah (Turlina & Nurhayati, 2017).
7. Usia
8. Peran bidan
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
2. DATA SUBJEKTIF
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluh pegal di bagian punggung dan pinggang
b. Riwayat Haid
Ibu mengatakan pertama kali haid usia 12 tahun, tanggal HPHT: 05
Januari 2018, dengan lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari, banyaknya
3-4 kali ganti pembalut/hari, dan tanggal Taksiran Persalinan: 12
Oktober 2018.
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama, dan ibu tidak pernah
keguguran sebelumnya.
d. Riwayat Keluarga Bencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
setelah menikah, kehamilan ini direncanakan dan sangat diinginkan
dalam keluarga.
56
3. DATA OBJEKTIF
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, Keadaan
Emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR :
21x/menit, Suhu : 36,3°C
Pemeriksaan Fisik : Kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok,
wajah bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan konjungtiva
tidak anemis, mulut bersih, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, gigi
tidak ada karies dan tidak ada gigi berlubang, leher tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan tidak ada bendungan vena jugularis, dada
bentuk buah dada bulat, lebih berisi, puting susu menonjol, aerola mamae
menghitam, dan kolustrum sudah ada (+/+), abdomen: tidak ada luka bekas
operasi, tidak ada linea, dan tidak ada striae, abdomen TFU : 25 cm.
digoyangkan (kepala)
Genitalia vulva vagina tidak ada odema, tidak ada varices, tidak ada
kondiloma, dan tidak ada pengeluaran pervaginam, anus tidak ada
hemoroid, ekstremitas atas tidak ada oedem dan ektremitas bawah, tidak ada
oedem dan tidak ada varises.
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium (12 Mei 2018) : darah : Hb : 12,2 g/dL, gol. Darah : , B+,
Urine : Reduksi : Negatif, Protein : Negatif
4. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 32 minggu, janin tunggal, hidup, presentasi kepala
5. PENATALAKSAAN
1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu akan menjadi pasien komprehensif
dan akan di dampingi selama kehamilan hingga nifas 6 minggu.
Ibu mengerti dan bersedia menjadi pasien komprehensif.
2. Menjelaskan dan memberikan surat persetujuan Asuhan Kebidanan
komprehensif selama kehamilan hingga nifas 6 minggu.
Ibu menyetejui dan menandatangani surat persetujuan.
3. Menganamnesa, memeriksa antenatal care serta fisik, dan memberitahu
ibu hasil pemeriskaannya bahwa ibu dalam keadaan baik dan normal.
Ibu mengerti.
4. Memberitahu pada ibu bahwa pegal dibagian punggung dan pinggang
adalah hal yang wajar, karena bertambahnya usia kehamilan maka
59
Antropometri : BB : 49 kg
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok, wajah
bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak
anemis, abdomen TFU : 26 cm.
digoyangkan (kepala)
Ekstremitas atas tidak ada oedem dan ekstremitas bawah tidak ada oedem,
dan tidak ada varises
61
3. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 34 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksa bahwa ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu hasil USG, bahwa keadaan dan posisi janin
sudah bagus, presentasi kepala, bagian terendah belum masuk PAP,
ketuban cukup, plasenta letak normal, dan jenis kelamin perempuan.
Ibu mengerti dan merasa senang.
3. Memberitahu pada ibu bahwa rasa sakit pinggang dan punggung ibu
yaitu karena posisi ibu yang tidur dengan posisi yang sama dalam waktu
lama, dan menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri dan mengganti
posisi minimal 15 menit sekali.
Ibu mengerti.
4. Memberitahu pada ibu untuk menjaga pola aktifitas agar tidak terlalu
melakukan aktifitas terlalu berat dan menganjurkan ibu istirahat yang
cukup namun tidak berlebihan karena tidur dengan waktu yang lama
juga dapat membuat pegal bagian punggung dan menekan pembuluh
darah untuk menyalurkan oksigen keseluruh tubuh dan janin.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
5. Memuji dan menyarankan ibu untuk tetap menjaga pola makannya
dengan gizi seimbang dan selalu makan buah dan sayuran.
Ibu mengerti dan berjanji akan tetap melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk minum tablet prenatal 1x1 dan asifit 1x1 yang
diberikan dari Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
62
Antropometri : BB : 51 kg
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok, wajah
bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak
anemis, abdomen TFU : 29 cm.
Leopold III : bagian terendah teraba bulat, keras melenting, tidak dapat
digoyangkan (kepala)
Ekstremitas atas tidak ada oedem dan ekstremitas bawah tidak ada oedem,
dan tidak ada varises.
3. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, presentasi kepala
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksa bahwa ibu dalam keadaan baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu bahwa kaki bengkak karena sering duduk
menggantung kaki, kelelahan, dan sering berdiri lama.
Ibu mengerti.
3. Menyarankan pada ibu untuk tidur miring kiri dengan kaki lebih tinggi
dari badan bagian atas yaitu dengan tumpukan bantal, dan tidak duduk
menggantung kaki.
Ibu mengerti dan berjanji melakukannya.
4. Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan diri atau personal
hygiene yaitu dengan mandi 2 kali/hari, sering mengganti pakaian
dalam, dan membersihkan puting susu untuk persiapan menyusui yaitu
mengkompres puting dengan kapas yang sudah diberi minyak kelapa
bersih atau baby oil selama 5 menit agar kotoran pada puting mudah
terangkat.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
5. Mengingatkan pada ibu pola nutrisi yaitu makan yang cukup dengan
gizi seimbang, dan makan buah dan sayur setiap hari.
Ibu mengerti dan akan terus melakukannya.
6. Menganjurkan pada ibu untuk minum tablet B1 1x1 dan siobion 1x1
yang diberikan dari Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
2. DATA OBJEKTIF
Antropometri : BB : 50 kg
Pemeriksaan Fisik : kepala bersih dan tidak ada rambut yang rontok,
wajah bersih dan tidak ada oedem, mata sklera tidak ikterik dan
konjungtiva tidak anemis, abdomen TFU : 28 cm.
digoyangkan (kepala)
teratur
Ekstremitas atas tidak ada oedem dan ekstremitas bawah tidak ada oedem,
dan tidak ada varises
3. ASSESMENT
G1P0A0 Hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, presentasi
kepala.
65
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam
keadaan baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu bahwa sakit pinggang dan rasa nyeri pada
bagian bawah adalah tanda bayi didalam perut ibu sedang mencari
jalan lahir dan menganjurkan ibu untuk rileks dan tarik nafas setiap
rasa nyeri bagian bawah datang.
Ibu mengerti dan akan mencoba rileks saat rasa nyeri bagian bawah
datang.
3. Menganjurkan pada ibu untuk jalan-jalan pagi dan jongkok berdiri
jongkok minimal 20 kali/hari agar mempermudah bayi mencari jalan
lahirnya dan memperlancar proses persalinan nanti.
Ibu mengerti dan berjanji akan mencobanya.
4. Memuji dan mengingatkan ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dengan
makan-makanan yang sehat, bersih, bergizi, cukup untuk ibu hamil,
dan selalu makan buah-buahan dan sayur-sayuran setiap harinya.
Ibu mengerti dan senang.
5. Menyarankan pada ibu untuk berhubungan seksual dengan suaminya,
karena cairan sperma membantu merangsang mules dan kontraksi.
Ibu mengerti dan ingin melakukannya.
6. Memberitahu pada ibu untuk segera ke bidan BPM Bidan Rochyani
jika sudah ada tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir darah,
mules-mules dan keluar air-air.
Ibu mengerti.
7. Memberitahu ibu untuk meminum tablet B1 1x1, siobion 1x1, dan
asifit 1x1 yang telah diberikan Bidan Rochyani.
Ibu mengerti dan berjanji akan rutin meminumnya.
66
(ekstremitas)
(punggung)
digoyangkan (kepala)
(divergen)
Pemeriksaan Dalam : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak,
pembukaan 5 cm, ketuban +, presentasi kepala, penurunan hodge II.
67
3. ASSASMENT
G1P0A0 Hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal, hidup,
intrauteri, presentasi kepala
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan baik dan sudah ada kemajuan persalinan.
Ibu dan suami mengerti dan merasa senang.
2. Menganjurkan pada ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya saat
sedang tidak ada his atau mules.
Ibu mengerti dan ibu makan bubur ayam dan buah semangka.
3. Memberitahu pada ibu teknik relaksasi yaitu tarik nafas panjang dan
hembuskan melalui mulut untuk mengurangi rasa mules dan memberi
banyak oksigen pada bayi di dalam perut ibu.
Ibu mengerti dan melakukannya.
4. Memberikan ibu audio murottal Al-Qur’an pada saat ibu merasakan
mules atau his untuk merileksasikan dan mengurangi nyeri pada kala I
fase aktif.
Ibu mendengarkan sambil merileksasikan diri dengan tarik nafas
panjang sambil melantunkan istigfar.
5. Memberikan ibu support dan kata-kata positif agar ibu merasa rileks
dan berfikir positif.
Ibu mengerti dan mendengarkannya.
6. Memberitahu pada ibu jika masih kuat untuk berjalan dilingkungan
ruangan tindakan dan perawatan atau berdiri jongkok dengan rileks
agar membantu bayi cepat turun dan adanya kemajuan persalinan.
Ibu melakukan jongkok berdiri jongkok sambil berpegangan dengan
suaminya.
7. Melakukan observasi pemantauan kemajuan persalinan yaitu
menghitung nadi, respirasi, his, djj, setiap 30 menit sekali, dan
melakukan tensi dan pemeriksaan dalam 4 jam sekali.
Ibu bersedia, sudah dilakukan, dan adanya kemajuan persalinan.
68
HIS : 5x 10’50”
Tanda Gejala Kala II : doran (+), teknus (+), perjol (+), vulka (+)
3. ASSESMENT
G1P0A0 hamil 40 minggu partus kala II, janin tunggal hidup intrauteri,
presentasi kepala
4. PENATALAKSAAN
1. Memberitahu ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin
dalam keadaan baik dan sudah pembukaan lengkap.
2. Mendekatkan partus set, perlengkapan ibu dan bayi yang sudah
disiapkan.
69
3. ASSESMENT
P1A0 partus kala III
4. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan jepit-jepit potong tali pusat.
Pemotongan tali pusat sudah dilakukan.
2. Memberitahu ibu dan suami bahwa bayinya akan dilakukan IMD
(inisiasi menyusui dini).
Ibu dan suami mengerti.
3. Meletakan bayi pada dada ibu untuk dilakukan IMD.
Ibu memeluk bayinya dan di selimuti dengan kain bedongan.
4. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU pada paha kanan ibu secara
IM.
Penyuntikan sudah dilakukan.
5. Melakukan peregangan tali pusat terkendali.
Plasenta lahir pukul 13.08 WIB, lahir lengkap, tali pusat ± 40 cm,
diameter ± 20 cm.
6. Melakukan masasse fundus uteri selama 15 detik.
Masasse fundus uteri sudah dilakukan.
7. Melakukan inspeksi jalan lahir, terdapat robekan jalan lahir grade 2 di
mukosa vagina, kulit dan otot perineum.
Pemeriksaan Fisik : kepala tidak ada caput succedaneum, dan tidak ada
cephal hematoma, tidak ada molase, fontanel mayora dan minora belum
tertutup, waajah simetris, kulit kemerahan, mata simestris, sklera tidak
73
ikterik, dan konjungtiva tidak anemia, telinga simetris, daun telinga sudah
terbentuk, dan tidak ada pengeluaran serumen, hidung lubang simetris, tidak
ada cuping hidung, dan terdapat miliria, mulut simetris, tidak ada
labioskizis, tidak ada palatoskizis, dan tidak ada biopalatoskizis, leher tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, dada simetris,
bersih, tidak ada retraksi dinding dada, dan tidak ada bunyi wheezing,
abdomen bentuk perut datar, tidak ada perdarahan pada tali pusat, dan tali
pusat bersih, ekstremitas atas panjang lengan simetris, tidak ada polidaktili
dan sindaktili, refleks grasping (+) dan ekstremitas bawah panjang kaki
simetris, tidak ada polidaktili dan sindaktili, refleks babinski (+), genitalia
terdapat 2 labia mayora sudah menutupi 2 labia minora, klitoris, lubang
uretra, lubang vagina, punggung tulang vetebra normal, tidak terdapat spina
bifida, anus berlubang, dan sudah mekonium saat IMD, vernix caseosa
sedikit, kecacatan tidak ada kecacatan, refleks rooting (+), sucking (+),
swallow (+), tonick(+), moro (+).
4. ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam
5. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan suami hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam
keadaan sehat dan normal.
Ibu dan suaminya mengerti dan senang.
2. Menjaga kehangat bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain bersih.
Sudah dilakukan.
3. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik sudah dilakukan
4. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikan vit. K untuk mencegah
perdarahan otak kranial.
Penyuntikan sudah dilakukan di 1/3 paha kiri luar secara IM.
5. Melakukan pemberian salep mata erlamycetin chloramphenicol untuk
mencegah infeksi pada mata bayi.
Pemberian salep mata sudah dilakukan.
6. Melakukan pembalutan tali pusat dengan kasa steril. Sudah dilakukan.
74
7. Melakukan pemakaian baju popok, topi, sarung tangan, sarung kaki, dan
pembedongan bayi.
Sudah dilakukan.
8. Melakukan pemberian tanda pengenal identitas bayi.
Sudah diberikan tanda pengenal berwarna pink.
9. Melakukan penyuntikan HB0 setelah 1 jam vit. K untuk mencegah
penyakit hati dan hepatitis B di 1/3 paha kanan luar secara IM.
Penyuntikan HB0 setelah 1 jam vit. K sudah dilakukan.
10. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat dan pembalutan dengan
kassa steril, dan tanpa diberikan apapun.
Ibu mengerti.
3. ASSESMENT
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa bayi
dalam keadaan baik dan sehat.
Ibu mengerti dan senang.
2. Memberitahu pada ibu bahwa penurunan berat badan bayi adalah hal
yang wajar di awal-awal usia bayi, karena penyesuaian bayi terhadap
ASI dan lingkungan.
Ibu mengerti.
3. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya minimal
2 jam sekali.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
4. Memeberitahu pada ibu tentang ASI eksklusif.
Ibu mengerti dan mencoba untuk bisa asi eksklusif tanpa makanan
pendamping selama 6 bulan.
5. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bayi dan tali pusat agar
tetap bersih dan kering.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
6. Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya 2 kali/sehari yaitu
diwaktu pagi dan sore hari.
Ibu mengerti dan melakukanya.
7. Menganjurkan ibu menjemur bayinya setiap dibawah jam 09.00 pagi
selama 15 menit bagian depan dan 15 menit bagian belakang dan tutup
bagian mata bayi saat menjemur bayi.
Ibu mengerti.
8. Memberitahu ibu untuk tetap melakukan kontrol bayi di BPM Bidan
Rochyani hari ke 7 kunjungan neonatus.
Ibu mengerti.
76
tidak ada oedem dan ekstremitas bawah simestris, tidak ada oedem, dan
tidak ada varises.
3. ASSESMENT
P1A0 post partum 6 jam
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
dan normal.
Ibu mengerti.
2. Menganjurkan pada ibu untuk memenuhi nutrisi dan hidrasinya, ibu
tidak ada pantangan makanan selama tidak ada alergi.
Ibu mengerti dan mengatakan tidak ada alergi
3. Menganjurkan pada ibu sesering mungkin menyusui bayinya agar
produksi ASI bertambah dan melatih bayinya untuk menghisap puting
susu ibu.
Ibu mengerti dan berjanji akan sesering mungkin menyusui bayinya.
4. Memberitahu pada ibu teknik menyusui yang benar.
Ibu mengerti dan melakukannya.
5. Menganjurkan pada ibu untuk makan telur rebus dan makan bagian
putih telurnya saja minimal 6 butir perhari, telur rebus boleh diolah
menjadi lauk pauk makan, agar membantu mempercepat menyatu
jaringan dan keringnya luka jahitan.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
6. Memberitahu pada ibu untuk menjaga polai istirahat yaitu tidur disela
bayi tertidur dan tidur siang minimal 1-2 jam karena persiapan untuk
selalu siap menyusui bayinya dan mengganti popok ketika bayi BAK
dan BAB.
Ibu mengerti.
7. Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi
minimal 2 kali sehari, membasuh area vagina dengan bersih dan tidak
takut untuk meraba luka jahitan agar tidak ada sisa kotoran darah yang
menempel, sesering mungkin membersihkan puting susu agar kotoran
ASI tidak menyumbat puting susu ibu, tidak menahan BAK, selalu
80
mencuci tangan sebelum dan sesudah membasuh area vagina, BAK, dan
BAB, dan mengganti pembalut terutama bila terasa sudah penuh atau
tidak nyaman, minimal 2 kali/hari.
Ibu mengerti.
8. Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas, yaitu
perdarahan yang mengalir terus menerus, sakit kepala, pandangan
kabur, demam tinggi, mual dan muntah, lochea berbau, segera beritahu
tugas kesehatan agar segera di tangani.
Ibu mengerti.
atas simetris, tidak ada oedem, dan ekstremitas bawah simestris, tidak
ada oedem, tidak ada varises.
3. ASSESMENT
P1A0 post partum 6 hari
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
baik.
Ibu mengerti.
2. Memberitahu pada ibu bahwa bengkak pada payudara disebabkan
produksi ASI yang bertambah namun keefektifan ibu menyusui kurang
dan menyusui dengan payudara satu habiskan atau kosongkan dahulu
lalu ke payudara sebelahnya dan menyusui kembali pada payudara
terakhir, karena payudara terakhir masih menyimpan sisa ASI yang
belum habis diisap bayi, dan selalu mengolesi puting dengan ASI
sebelum menyusui.
Ibu mengerti dan berjanji akan mencobanya.
3. Memberitahu pada ibu tentang breast care (perawatan payudara) agar
mengurangi nyeri, bengkak payudara dan memperlancar produksi ASI.
Ibu mengerti dan mencoba melakukannya.
4. Memberitahu pada ibu agar selalu memperhatikan makanannya, makan
yang bergizi, kaya akan protein seperti telur, daging, ikan, tempe dan
tahu, kaya akan vitamin, serat, dan mineral yaitu buah dan sayur, agar
produksi ASI lancar dan ibu sehat.
Ibu mengerti.
5. Menganjurkan pada ibu menjaga personal hygiene (kebersihan diri)
yaitu mandi 2 kali/hari, membasuh area wanita dengan bersih terutama
pada bagian luka jahitan, mencuci tangan sebelum dan sesudah
membasuh area wanita, BAK, dan BAB, mengopres dan membersihkan
puting payudara ibu agar kotoran terangkat, dan mengganti pembalut
minimal 2 kali/hari meskipun belum terasa penuh.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
82
BAB berikan ASI yang menandakan bayi haus, dan bangunkan ketika
sudah waktunya bayi menyusui tetapi bayi masih tertidur.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk mengompres luka jahitan dengan betadine agar
mempercepat keringnya luka jahitan yaitu dengan kassa steril dan
betadine.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
5. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri (personal
hygiene), terutama dalam kebersihan alat genitalia.
Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya.
6. Melakukan konseling tentang metode alat kontrasepsi KB.
Ibu memilih metode alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan dan sudah
berdiskusi dengan suami.
7. Memberitahu pada ibu bahwa dapat melakukan KB suntik 3 bulan
setelah 6 minggu masa nifas atau setelah masa nifas berakhir, dan
berjaga-jaga menggunakan kondom untuk perlindungan dari luar.
Ibu mengerti.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pada bab ini penulis akan mebandingkan antara teori dengan hasil asuhan
kebidanan pada Ny.P G1P0A0 yang di mulai pada usia kehamilan 32 minggu sampai
dengan 6 minggu masa nifas. Penulis melakukan asuhan pada klien dimulai pada
tanggal 17 Agustus 2018 sampai dengan 23 November 2018 di BPM Bidan Rochyani.
I. KEHAMILAN
Penulis mulai memberi asuhan kepada Ny. P usia 27 tahun G1P0A0 pada
kehamilan trimester III dengan usia kehamilan 32 minggu, yaitu menurut
Manuaba (2007), usia reproduksi yang baik untuk berlangsungnya kehamilan
yaitu usia 20-35 tahun. Hal ini menyatakan bahwa Ny. P dalam usia reproduksi
yang baik dan tidak ada masalah untuk mengalami kehamilan ini. Terlebih
kehamilan pertama ini adalah kehamilan yang sangat diinginkan oleh Ny. P dan
keluarga. Usia kehamilan pada Ny. P ditentukan berdasarkan hasil pengkajian
HPHT yaitu pada tanggal 5 Januari 2018.
Standar asuhan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan menurut
Kusmiyati (2009), yaitu penerapan praktek sering dipakai standart minimal
perawatan Antenatal Care yang disebut “14T”, yaitu pengukuran berat badan,
pengukuran tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian
tablet fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, pemberian imunisasi tetanus
toxoid, pemeriksaan darah haemoglobin (Hb), pemeriksaan protein urin,
pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab), pemeriksaan urine reduksi,
senam hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium, temu
wicara/ konseling. Didapatkan di BPM Bidan Rochyani sudah menerapkan 14T,
kecuali pada pemberian obat maliria, dimana daerah Ny. P tinggal bukan
merupakan daerah endemis malaria.
Setiap pemeriksaan kehamilan dilakukan pengkajian data meliputi
anamnesa dan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi yang
dilakukan secara head to toe, dan pada awal kunjungan dilakukan pengkajian
secara mendalam untuk mengetahui riwayat serta data ibu yang belum diketahui.
Pengkajian serta asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan teori menurut
86
II. PERSALINAN
Pada saat persalinan Ny. P tidak mengalami komplikasi pada saat inpartu,
persalinan berjalan normal, spontan, dan sesuai tanggal taksiran persalinan yaitu
12 Oktober 2018. Pada awal datang melakukan pengumpulan data yaitu meliputi
anamnesa serta pemeriksaan fisik pada ibu, ibu datang mengeluh sudah mules-
mules sejak pukul 00.00 WIB, keluar lendir darah sejak kemarin pukul 10.00
WIB, dan belum keluar air-air. Dimana fase ini sudah memasuki inpartu kala I
fase aktif, lalu Ny. P dilakukan observasi diruang tindakan dimana dilakukan
observasi ukur nadi, respirasi, DJJ, dan his setiap 30 menit sekali, dan tekanan
darah, suhu, dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali yang terlampir pada
lembar observasi dan patograf.
Pemeriksaan yang didapatkan pada ibu yaitu di dapatkan janin tunggal,
hidup, intrauteri, dengan presentasi kepala serta lama persalinan dari pembukaan
10 cm sampai persalinan yaitu 30 menit, dalam hal ini persalinan yang dilalui Ny.
P sesuai dengan teori, yaitu menurut Wiknjosastro (2012) bahwa, persalinan
normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang
88
kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu
dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pada kala I fase aktif Ny. P mengatakan nyeri pada persalinan yaitu nyeri
dimana saat Ny. P merasakan his yang semakin lama semakin kuat, disertai
keringat, dilihat Ny. P semakin lama tampak gelisah dan mempunyai rasa cemas
pada proses persalinannya. Menurut Turlina & Nurhayati (2017) bahwa, faktor
penyebab utama penyebab nyeri persalinan adalah terjadinya kontraksi rahim
yang menyebabkan dilatasi serviks dan iskhemi rahim sehingga hanya sedikit
oksigen yang mengalir ke daerah rahim. Faktor lain yang mempengaruhi nyeri
persalinan adalah kecemasan dan stress dimana jika ibu bersalin tidak mampu
mengatasi kecemasan yang dialaminya maka nyeri yang dirasakannya juga akan
bertambah.
Dalam hal ini Ny. P yang semakin nyeri pada proses kala I fase aktif, yaitu
yang dinyatakan menurut Turlina & Nurhayati, 2017 bahwa, secara fisiologi nyeri
persalinan mulai timbul pada persalinan Kala I fase laten dan aktif. Nyeri
disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Makin lama nyeri yang
dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri pada fase aktif, dimana pembukaan
lengkap sampai 10 cm.
Pada kala I fase aktif ini, yang dilakukan yaitu memberikan support, kata-
kata positif, serta mengimplementasikan audio murottal Al-Qur’an melalui media
handphone dari salah satu aplikasi Al-Qur’an elektronik yang memperdengarkan
kepada Ny. P, yang sebagaimana penanganan yang dapat dilakukan pada nyeri
Kala I. Menurut Varney (2007), ialah dengan metode fakmakologi dan non
farmakologi. Penanganan nyeri farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian
Nitrogen Monoksida dan Oksigen, pemberian Opiat, dan pemberian analgesi
epidural lumbal, sedangkan tindakan non farmakologi antara lain, yaitu relaksasi,
hipnoterapi, sentuhan terapeutik, distraksi, TENS (Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation) dan terapi musik. Yang telah dinyatakan dalam jurnal
penelitian Turlina & Nurhayati (2017), menurut Remolda (2009) yang dikutip
oleh Yana (2015), bahwa terapi murrotal Al-Qur’an dapat mempercepat
penyembuhan, hal ini telah dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan
Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and
89
tanda : uterus menjadi budar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede atau dorso
kranial pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi
lahir.
Setelah manajemen kala III dan saat memasuki kala IV, yaitu melakukan
pengecekan jalan lahir adanya laserasi robekan jalan lahir. Pada kasus Ny. P
ditemukan robekan jalan lahir di bagian mukosa vagina sampai kulit dan otot
perineum. Menurut teori Damayanti, dkk (2014), bahwa mukosa vagina, fauchette
posterior, kulit perineum, otot perineum termasuk kedalam robekan jalan lahir
derajat II. Ny. P mendapatkan jahitan pada robekan jalan lahir yang dijahit secara
jelujur dengan lidocain 1 ampul.
Manajemen aktif kala IV yaitu dilakukan pemantauan selama 2 jam yaitu
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua yaitu tanda-
tanda vital (tekanan darah, nadi), suhu perjam, , kontraksi uterus, kandung kemih,
dan perdarahan dengan hasil keadaan ibu baik dan tidak ada komplikasi. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010), bahwa kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah : pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan pada setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
IV. NIFAS
Masa nifas pada Ny. P berlangsung dalam keadaan baik dan dalam batas
normal yaitu yang dilakukan pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu. Pada
proses involusi uterus Ny. P pada 6 jam yaitu 2 jari di bawah pusat dengan
keluarnya lochea rubra, dan banyak keluarnya darah normal, hal ini sesuai teori
menurut Rini & Kumala D (2016), lokia rubra muncul pada hari pertama sampai
hari ketiga masa postpartum.
Pada kunjungan nifas 6 hari didapatkan di pertengahan antara simfisis
dan pusat, lochea rubra dan ibu mengeluh lecet pada puting dan nyeri pada kedua
payudaranya, dan menyarankan ibu untuk sesering mungkin menyusu bayinya,
kurangi menyusu pada bagian puting payudara yang lecet, dan karena nyeri pada
ibu ditakutkan terjadi bendungan ASI maka dari itu, memberitahu pada ibu cara
perawatan payudara (breast care). Sebagaimana yang dinyatakan menurut Rini &
Kumala D (2016), perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara
lain puting tidak menonjol atau bendungan payudara. Tujuannya adalah
memperlancar pengeluaran ASI saat masa menyusui. Untuk pasca-persalinan,
lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari dan dilakukan 2 kali sehari.
92
Pada kunjungan nifas 2 minggu dan 6 minggu uterus sudah tidak teraba
lagi, sudah tidak lecet dan tidak merasa nyeri pada kedua payudara, dan lochea
pada masa nifas 2 minggu yaitu lochea serosa dan masa nifas 6 minggu sudah
tidak keluar lochea lagi, hal ini sesuai dengan teori menurut Rini & Kumala D
(2016), locheaa serosa muncul pda hari ke 8-14 postpartum. Warnanya biasanya
kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri dari lebih sedikit darah lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta. Dan proses
involusi uterus masa nifas Ny. P sesuai dengan teori, involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot uterus (Dewi
& Sunarsih, 2011).
Pada masa nifas Ny. P juga menyusui bayinya, dalam proses ini ibu
lancar memberikan ASI pada bayinya segera dari mulai setelah lahir, tidak ada
masalah serius, dan memilih untuk memberikan kepada bayinya ASI Eksklusif.
Pada masa nifas Ny. P tampak senang atas kelahiran anak pertamanya yang
diinginkan dalam keluarganya, Ny. P tidak mengalami gangguan psikologisnya
atau depresi pada masa nifas, dan Ny. P berencana menggunakan KB suntik
setelah masa nifas selesai dan memberitahu ibu untuk menggunakan kondom jika
ingin berhubungan sebelum menggunakan KB suntik.
93
BAB V
I. KESIMPULAN
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Prawirohadjo, 2009).
Berdasarakan studi kasus yang sudah dilakukan pada masa kehamilan,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas, tidak didapatkan masalah serius dalam asuhan
studi kasus yang dilakukan pada Ny. P.
Proses persalinan pada Ny. P berjalan dengan lancar dan ibu tampak
gelisah dan merasakan nyeri pada kala I, dalam hal ini penulis memberikan
asuhan pengurangan nyeri.
Menurut Remolda (2009) yang dikutip oleh Yana (2015), bahwa terapi
murrotal Al-Qur’an dapat mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibuktikan
oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan Ahmad Al Khadi direktur utama Islamic
Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika Serikat,
dengan hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa mendengarkan ayat suci Al-
Qur’an memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan menurunkan
ketegangan urat saraf reflektif.
Maka dari itu penulis melakukan implementasi audio murottal Al-Qur’an
yang diperdengarkan ibu pada kala I sampai masuk proses kala II, dan
memberikan dukungan serta kata-kata positif pada Ny. P, dengan hasil ibu merasa
lebih tenang , banyak melantunkan kata-kata positif, dan berdoa.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dilakukan sesuai prosedur dan
kondisi bayi baik serta tidak ditemukan masalah.
Asuhan kebidanan pada masa nifas tidak mandapatkan masalah yang
serius, proses involusi uterus dan lochea sesuai dengan teori, dan hanya ada
keluhan Ny. P pada masa nifas 6 hari yaitu lecet puting dan nyeri pada kedua
payudara yang dikatakan wajar, memberitahu ibu tentang cara perawatan
payudara dan segera teratasi. Pada masa nifas ASI lancar dan ibu berencana untuk
memberi ASI Eksklusif dan sampai bayinya berusia 2 tahun.
94
II. SARAN
A. Untuk Institusi pendidikan
a. Program studi ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
b. Memberikan waktu untuk menyelesaikan tugas studi kasus komprehensif
pada waktu yang sesuai dan tidak saat berlangsung proses kegiatan
praktik lapangan dan PKMD.
c. Meningkatkan kerjasama dengan pihak pelayanan kesehatan guna
memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan.
B. Untuk Penulis
a. Penulis dapat meningkatkan pengetahuan teori maupun praktek lebih
baik dari sebelumnya.
b. Lebih efektif dan efesien dalam manejemen waktu.
c. Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir yang sesuai dengan teori dan
evidence based.
d. Semoga penulis dapat mengamalkan dan menerapkan manajemen asuhan
kebidanan komprehensif secara berkesinambungan di kemudian hari.
C. Untuk BPM
a. Dalam pelayanan antenatal care harus lebih ditingkatkan lagi terutama
dalam penerapan operasional 14 T secara optimal.
b. Menerapkan asuhan dan kebijakan yang bermanfaat bagi pasien, serta
meningkatkan pelayanan demi kenyamanan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, I. P., Maita, L., Triana, A., & Afni, R. (2014). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir.
Yogjakarta: Deepublish.
Dewi, V. N., & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Dwienda R, O., Maita, L., Puspita, E. M., & Yulviana, R. (2014). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita, dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan.
Yogjakarta: Deepublish.
Hidayat, A. A. (2009). Asuhan Neonatus, Bayi & Balita: Buku Praktikum Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: AIPKIND.
Oktaria, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogjakarta: Deepublish.
RI, K. K. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan
JICA.
Rini, S., & Kumala D, F. (2016). Panduan Asuhan Nifas & Evidence Based Practice
. Yogjakarta: Deepublish.
Trisetiyaningsih, Y., Wulansari, A., & Anto, Y. V. (2018). Media Ilmu Kesehatan
Vol. 7, No. 1, April 2018. Pengaruh Terapi Murrotal Terhadap Perubahan
Skor Kecemasan Ibu Bersalin Kala I Fase Laten.
Turlina, L., & Nurhayati, H. S. (2017). Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, Vol. 1, No.
1, Juni 2017 1-8. Pengaruh Terapi Murrotal Al Qur'an terhadap Penurunan
Intesitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif, 1-8.
96
Yana, R., Utami, S., & Safri. (2015). JOM Vol. 2 No. 2. Efektivitas Terapi Murottal
Al-Qur'an Terhadap Intensitas Nyeri, 1372-1380.
Yulaikhah, L. (2009). Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC.