Anda di halaman 1dari 7

SIDANG V

MENDENGARKAN KETERANGAN AHLI TERMOHON

HAKIM KETUA: TEGUH


Sidang Lanjutan Mahkamah Konstitusi Permohonan Pengujian Undang‐Undang
Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terhadap Undang‐
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 huruf H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2)
dalam Perkara Nomor 36/PUU-XVII/2022 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 1X

HAKIM KETUA: TEGUH


Selamat siang para pihak. Salam sejahtera untuk kita semua. Agenda persidangan kita
hari ini adalah Mendengarkan Keterangan Ahli dari Termohon. Sebelum memulai, saya akan
cek kehadirannya terlebih dahulu. Pemohon Perkara apakah hadir?

KUASA HUKUM PEMOHON I-MASTULEN DAN SALWA


Hadir, Yang Mulia (Bersama-sama)

HAKIM ANGGOTA-PIRMA
Baik, dari pihak Pemerintah, siapa yang hadir ?

KUASA HUKUM PEMERINTAH I-RIA


Dari pihak Pemerintah, yang hadir disini saya sendiri Bersama Dengan Rindiyana Isma
Pramesti selaku kuasa hukum pemerintah. Demikian, Yang Mulia.

HAKIM ANGGOTA: DELFIRA


Baik, terima kasih. Dari perwakilan DPR apakah ada yang hadir dan siapa yang mewakili?

KUASA HUKUM DPR I: ANANDA


Dari DPR, saya sendiri Ananda meylani Bersama Risma Retianti Padhilla sebagai Kuasa
Hukum DPR RI. Terimakasih, Yang Mulia.
HAKIM ANGGOTA: PIRMA
Baik, terima kasih. Karena agenda hari ini adalah sidang Mendengarkan Keterangan
dari Ahli Termohon. Maka dari pihak Pemerintah, apakah bisa diperkenalkan terlebih dahulu
ahli yang dihadirkan?

KUASA HUKUM PEMERINTAH II: RINDI


Terima kasih, Yang Mulia. Untuk 1 ahli dari pihak Pemerintah yaitu Prof. Dr.
Muhammad Dzaky Naufal Falah sebagai Ahli Hukum Tata Negara, Yang Mulia.

HAKIM ANGGOTA: DELFIRA


Baik kalau begitu, lengkap ya hari ini, Untuk itu, saya persilahkan kepada Ahli dari Pihak
Pemerintah terlebih dahulu untuk memberikan Keterangannya. Dipersilahkan untuk pihak
pemerintah menghadirkan ahlinya.

KUASA HUKUM PEMERINTAH I: RIA


Baik, Terima kasih Yang Mulia.

HAKIM ANGGOTA: PIRMA


Baik, saya persilahkan saudara maju ke depan untuk diambil sumpahnya terlebih dahulu
dan untuk pelafalannya akan dipandu oleh Yang Mulia Ibu Delfira, kepadanya dipersilahkan.

“Ahli Termohon Memasuki Ruang Sidang”

HAKIM ANGGOTA: Dr. DELFIRA RAHMA S.H.,M.H


Baik, Yang Mulia. Langsung saja dengan saudara Dzaky, apakah saudara mendengar
suara saya dengan jelas?

AHLI PEMERINTAH: Prof. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


Jelas, Yang Mulia.

HAKIM ANGGOTA: Dr. DELFIRA RAHMA S.H.,M.H


Baik, saudara agamanya Islam, ya?

AHLI PEMERINTAH: MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


Benar, Yang Mulia.
HAKIM ANGGOTA: Dr. DELFIRA RAHMA S. H., M. H.
Baik, selanjutnya, Al-qurannya di atas kepala, tangan bisa lurus ke bawah, dan silahkan
saudara ikuti lafal yang akan saya tuntunkan. Bisa dipahami?

AHLI PEMERINTAH: PROF. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


Bisa, Yang Mulia.

HAKIM ANGGOTA: Dr. DELFIRA RAHMA S.H.,M.H


“Bismillahirrahmanirrahim, Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli, akan memberikan
keterangan sebenar-benarnya, sesuai dengan keahlian saya”.

AHLI PEMERINTAH : PROF. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


“Bismillahirrahmanirrahim, Demi Allah saya bersumpah sebagai Ahli, akan memberikan
keterangan sebenar-benarnya, sesuai dengan keahlian saya”.

HAKIM ANGGOTA: Dr. DELFIRA RAHMA S.H.,M.H


Baik, cukup, terima kasih. Silahkan saudara bisa duduk Kembali. Selanjutnya saya
kembalikan kepada Bapak Hakim Ketua.

“Tunggu Dzaky Duduk di Kursi Yang Di Tengah Menghadap Hakim Dulu, Dan Tunggu Juru
Sumpah Kembali Ke Tempatnya Dulu Buat Duduk”

HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H., M. S.


Baik, terima kasih, Yang Mulia Ibu Delfira. Sebelum saudara Ahli menyampaikan
keterangannya, tolong kami diberi keterangan tertulis nya ya.

“Setelah Dzaky Ngasih Keterangan Tertulis Di Meja Hakim, Persilahkan Menuju Podium”

HAKIM KETUA: TEGUH RAMADHAN


Baik terimakasih, saudara Ahli persilahkan untuk menyampaikan keterangannya.

“Tunggu Dzaky Sampai Ke Podium Dulu”


AHLI PEMERINTAH: PROF. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H
Baik Yang Mulia. Selamat siang para hadirin yang terhormat baik Majelis Hakim
Konstitusi, Pemerintah atau kuasa yang mewakili, Pihak DPR atau kuasa yang mewakili,
Pemohon dan kuasa hukum yang mewakili Disini saya merupakan dosen sekaligus Guru Besar
Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dan saya ucapkan terima kasih
atas kesempatan kali ini untuk dapat menyampaikan keterangan ahli dalam sidang Perkara
Nomor 36/PUU-XVII/2022 yang berkaitan dengan Pasal 57 huruf f dan Pasal 65 ayat (2) UU
BPJS.
Izinkan saya untuk mengawali keterangan ini dengan menjelaskan kerangka kebijakan
Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua yang berlaku bagi Peserta PT TASPEN (Persero) secara
komprehensif agar tidak terjebak oleh pandangan sempit yang dapat menyesatkan kita dalam
memahaminya. Peserta PT TASPEN (Persero) meliputi Pegawai ASN yang terdiri dari PNS dan
PPPK, Pejabat Negara, Veteran, Perintis Kemerdekaan, Pejuang Kemerdekaan, penerima pensiun
TNI/Polri sebelum kepesertaan TNI/Polri di PT ASABRI, serta beberapa Pegawai BUMN dan
BUMD.
Khusus untuk program pembayaran pensiun dan program Tabungan Hari Tua (THT),
peserta PT TASPEN (Persero) yang mengikuti secara aktif kedua program ini adalah PNS dan
Pejabat Negara. Pengaturan program pembayaran pensiun yang berlaku saat ini diatur dengan
UU No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai beserta
peraturan-peraturan pelaksanaannya sehingga dapat dipastikan tidak ada kerugian yang akan
diterima sebagaimana dipersepsikan dalam gugatan para pemohon.
Sementara pembayaran pensiun untuk Pejabat Negara diatur dalam peraturan
perundang-undangan masing-masing yang mengatur mengenai hak keuangan dan hak
administratif tiap Pejabat Negara. Dalam konteks sebagai hak, program JP dan program JHT
merupakan bagian dari program Jaminan Sosial Nasional mengacu pada Pasal 28H ayat (3) yang
mengamanatkan bahwa “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”.
Sementara dalam konteks sebagai penghargaan, program JP dan program JHT masuk
pada area program kesejahteraan pegawai yang pada sistem pensiun PNS saat ini mengacu pada
Pasal 1 UU No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai. yang
mengamanatkan bahwa “Pensiun pegawai dan pensiun janda/duda menurut UU ini diberikan
sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama
bertahun-tahun bekerja dalam dinas Pemerintah. Atas dasar kedua ketentuan tersebut, reformasi
pensiun PNS kedepannya mengarah pada sistem pensiun dua pilar.
Demikian Pendapat ahli yang dapat saya sampaikan berdasarkan apa yang saya pahami dan saya
ketahui. Yang Mulia, dapat mengecek kembali keterangan yang telah saya buat secara tertulis
sebelumnya. Saya ucapkan terimakasih kepada Majelis Yang Mulia. Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.

HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S. H., M. S.


Walaikumsalam Wr. Wb. Terima kasih, saudara ahli atas keterangan yang disampaikan
serta keterangan tertulis yang sudah ada di meja Majelis. Dari hakim anggota, apakah ada
pertanyaan? Jika ada, saya persilahkan.
HAKIM ANGGOTA: Dr. PIRMATONDI SAHAT S. H., M. H.
Ada, Yang Mulia. Saya ingin meminta klarifikasi serta kejelasan kepada saudara ahli
Muhammad Dzaky Naufal Falah, mengenai keterangan yang telah saudari sampaikan terkait
dengan tujuan diadakannya kebijakan sistem pemerintahan yang stabil dan efisien. Dapatkah
saudara uraikan mengenai ketentuan terkait:
1) Pensiun pegawai dan pensiun janda/duda menurut UU ini apakah diberikan sebagai
jaminan hari tua? dan
2) Reformasi pensiun PNS kedepannya, apakah mengarah pada sistem pensiun dua pilar?

AHLI PEMERINTAH:PROF. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


Baik Yang Mulia, izin untuk menjawab. Pilar pertama adalah Jaminan Pensiun dan
Jaminan Hari Tua sebagai hak PNS yang merupakan bagian dari program Jaminan Sosial
Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan amanat UU No. 40
Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS. Pilar Kedua adalah Jaminan
Pensiun dan Jaminan Hari Tua sebagai penghargaan bagi PNS yang merupakan program
kesejahteraan pegawai atau dikenal dengan istilah on-top atau top-up pension yang dapat
diselenggarakan oleh PT TASPEN (Persero) atau berdasarkan kebijakan lainnya yang diputuskan
oleh Pemerintah kedepannya.
Terdapat perbedaan filosofis pada kedua pilar tersebut. Pilar Pertama adalah
tanggungjawab Negara melindungi seluruh rakyatnya dari risiko-risiko seperti sakit, cacat, tua,
dan meninggal dunia agar tidak jatuh dalam jurang kemiskinan, sehingga manfaat yang diberikan
terbatas kepada semua individu yang terlibat. Begitu menurut pendapat dari saya pribadi Yang
Mulia, kurang lebihnya mohon dimaafkan.

HAKIM ANGGOTA: Dr. PIRMATONDI SAHAT S. H., M. H.


Terima kasih. Dari saya cukup, saya kembalikan kepada Hakim Ketua.
HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H.,M.S
Baik, apakah dari Pihak Pemerintah ada yang ingin ditanyakan?

KUASA HUKUM PEMERINTAH II: Dr. RINDIYANA ISMA PRAMESTI S.E., M. Si.
Dari kami sendiri, cukup Yang Mulia.

HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H., M.H


Baik, bagaimana dari pihak DPR sendiri apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan?

KUASA HUKUM DPR II: RISMA RETIANTI PADHILLA S.H.,M.H


Mohon izin Yang Mulia, dari kami ada pertanyaan kepada ahli Yang Mulia.

HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H.,M.S


Baik, saya persilahkan kepada pihak DPR untuk menyampaikan pertanyaannya.
KUASA HUKUM DPR II: RISMA RETIANTI PADHILLA S.H.,M.H
Baik Yang Mulia, terima kasih atas kesempatannya. Begini saudara ahli, disini saya ingin
berargumen Karena memang kalau dicermati, baik itu Undang-Undang BPJS, kemudian
Undang-Undang SJSN tidak menjelaskan apa yang tadi ahli jelaskan menyangkut hak dua pilar
tersebut, dari mana sumbernya? Apakah itu adalah rencana penyusunan PPnya? Terkait dengan
pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggaraan negara lain kan, memang belum ada
PP nya. Lah ini yang anda jelaskan tadi itu sebetulnya rancangan PPnya atau itu dari pendapat
ahli mengenai hal itu? Karena ini penting sekali untuk menjelaskan sumbernya. Disini kami
ingin mengetahui bagaimana pendapat dari saudara ahli terkait hal tersebut.

AHLI PEMERINTAH: PROF. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


Baik, untuk menanggapi argumen DPR Sumbernya adalah Pasal 91 ayat (3) UU ASN
yang menyatakan bahwa Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Hari Tua (JHT) PNS diberikan
sebagai hak dan sebagai penghargaan. Lalu dalam ayat (4) pasal ini dinyatakan pula bahwa JP
dan JHT PNS mencakup JP dan JHT yang diberikan dalam program Jaminan Sosial Nasional.
Perlu diketahui bahwa filosofi pensiun sebagai hak dan sebagai penghargaan adalah berbeda.
Dalam konteks sebagai hak, program JP dan program JHT masuk pada area program
kesejahteraan pegawai yang pada sistem pensiun PNS saat ini mengacu pada Pasal 1 UU 11
Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai yang mengamanatkan
bahwa “Pensiun pegawai dan pensiun janda/duda menurut UU ini diberikan sebagai jaminan hari
tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun tahun bekerja dalam
dinas Pemerintah. Sinkronisasi sebagaimana dimaksud terkait dengan cut off date pasca
pengalihan program, di mana pekerja yang bekerja pada pemberi kerja Penyelenggara Negara
yang ikut serta pada program Jaminan Pensiun yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan
adalah mereka yang diangkat pasca berlakunya PP Pengalihan Program tidak termasuk mereka
yang status nya telah menjadi Penerima Pensiun dan Peserta dari PT TASPEN (Persero) dan PT
ASABRI (Persero) yang aktif saat ini karena tidak ada pengalihan kepesertaan, kelembagaan,
kewajiban, dan aset, demikian.

KUASA HUKUM DPR II: RISMA RETIANTI PADHILLA S.H.,M.H


Baik cukup, Yang Mulia.

HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H.,M.S


Baik, untuk pihak pemohon, apakah ada pertanyaan maupun klarifikasi ataupun
sanggahan yang hendak disampaikan kepada saudara ahli ?

KUASA HUKUM PEMOHON II: SALWA AISYA SALMA S.H.,M.H


Ada, Yang Mulia.
HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H.,M.H
Baik, kepada pihak pemohon saya persilahkan untuk menyampaikan pertanyaannya.
KUASA HUKUM PEMOHON: SALWA AISYA SALMA S.H.,M.H
Baik Yang Mulia, terima kasih atas kesempatannya. Izin untuk menyampaikan pendapat
mengenai skema yang sesungguhnya yang seperti apa yang bisa memberikan jaminan bahwa
kepesertaan dari pemberi kerja yang penyelenggaraan negara dan yang bukan penyelenggara
negara? Apakah bisa menggambarkan skema ini tidak mengurangi sama sekali hak yang
dimaksud?

AHLI PEMERINTAH: PROF. Dr. MUHAMMAD DZAKY NAUFAL FALAH S.H.,M.H


Izin menjawab, Yang Mulia. Skema yang sudah saudari kuasa pemohon sebutkan
Program JP SJSN tidak boleh diskriminatif/dibedakan iuran dan manfaatnya berdasarkan profesi
(swasta & pemerintahan) karena berlaku prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Solusi agar
manfaat tidak berkurang adalah dengan menerapkan sistem dua pilar dan mekanisme transisi cut
off date. Sistem baru hanya berlaku bagi peserta baru, sementara penerima pensiun dan Peserta
Aktif tetap mengikuti sistem lama. Baik Pemerintah maupun swasta dapat menerapkan sistem
dua pilar dan mekanisme transisi cut off date ini. Dengan demikian sama sekali tidak ada hak
konstitusional yang berkurang. Terima kasih, sekian jawaban dari saya.

KUASA PEMOHON : SALWA AISYA SALMA S.H.,M.H


Dari kami, cukup Yang Mulia.
HAKIM KETUA: PROF. Dr. TEGUH RAMADHAN S.H.,M.S
Baik. karena sudah dirasa cukup, dipersilahkan kepada saudara ahli untuk meninggalkan
ruang sidang.

“Tunggu Dzaky Meninggalkan Ruang Sidang Dulu”

Anda mungkin juga menyukai