Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
Jalan Jenderal Achmad Yani, Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak 78124

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN 2022/2023

NAMA : ANNISA NUR JASMINE


NIM : A1011221258
MATA KULIAH : HUKUM TATA NEGARA
KELAS : C /PAGI
HARI/TANGGAL : SENIN, 5 JUNI 2023
PUKUL/RUANG : 08.00 – 09.30 WIB
DOSEN : Dr. H.M., SYAFEI,S.H.,M.H.
SUBIYATNO,S.H.,M.H.

PETUNJUK
1. Baca soal dengan teliti, ketik dengan Times New Roman, font 12, spasi 1,5
2. Soal dikerjakan di rumah
3. Dikumpulkan saat jadwal ujian berlangsung,
4. Mengisi daftar hadir yang disediakan panitia

SOAL
1. Jelaskan pengertian negara hukum sebelum dan sesudah perubahan UUD 1945!
Jawaban :
Negara hukum adalah konsep dalam ilmu hukum yang mengacu pada negara yang
menjunjung tinggi supremasi hukum, prinsip keadilan, dan perlindungan hak asasi manusia.
Pengertian negara hukum telah mengalami perubahan seiring dengan perkembangan
konstitusi Indonesia, terutama sebelum dan sesudah perubahan UUD 1945.
 Sebelum perubahan UUD 1945:
Sebelum perubahan UUD 1945, Indonesia mengadopsi konstitusi yang berbeda, yaitu
Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) pada tahun 1949. Pada saat itu, negara hukum
diartikan sebagai negara yang memiliki kekuasaan yang terbagi antara pemerintah pusat dan
daerah-daerah yang merupakan negara bagian. Konstitusi RIS menekankan kebebasan bagi
daerah-daerah untuk mengatur sendiri sebagian besar masalah pemerintahan mereka. Dalam
konteks ini, negara hukum diterjemahkan sebagai negara yang mematuhi aturan-aturan yang
telah ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Sesudah perubahan UUD 1945:
Setelah perubahan UUD 1945 pada tahun 2002, pengertian negara hukum di
Indonesia mengalami perubahan signifikan. Negara hukum dalam konteks saat ini
didefinisikan sebagai negara yang menjunjung tinggi supremasi hukum dan prinsip keadilan.
Hal ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum. Pengertian ini menegaskan bahwa hukum memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada kekuasaan-kekuasaan negara, termasuk pemerintah dan
pejabat publik. Negara hukum juga mengharuskan negara untuk melindungi hak asasi
manusia, menegakkan keadilan, dan menjamin akses semua orang terhadap sistem peradilan
yang adil dan independen.
Dalam praktiknya, negara hukum Indonesia setelah perubahan UUD 1945 memiliki
beberapa lembaga yang bertanggung jawab dalam menerapkan prinsip negara hukum, seperti
Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM). Lembaga-lembaga ini bertugas menjaga keberadaan negara
hukum, memastikan keadilan dalam penerapan hukum, dan melindungi hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 memperkuat prinsip negara hukum di Indonesia dengan
memberikan landasan konstitusional yang kuat bagi supremasi hukum, keadilan, dan
perlindungan hak asasi manusia.

2. Jelaskan dan berikan contoh sistem pembagian kekuasaan menurut ajaran trias
politika!
Jawaban :
Sistem pembagian kekuasaan menurut ajaran trias politika (trias politica)
dikembangkan oleh filsuf John Locke dan dikemukakan secara lebih terperinci oleh
Montesquieu. Konsep ini mengacu pada pembagian kekuasaan dalam suatu negara menjadi
tiga cabang yang terpisah, yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tujuan dari
sistem ini adalah untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan menjamin keseimbangan
kekuatan di antara cabang-cabang tersebut. Berikut adalah penjelasan singkat dan contoh
masing-masing cabang kekuasaan:

1. Kekuasaan Eksekutif:
Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan
menjalankan fungsi-fungsi administratif negara. Cabang ini dipimpin oleh kepala negara atau
kepala pemerintahan, seperti presiden atau perdana menteri, dan melibatkan institusi-institusi
eksekutif, seperti kabinet atau departemen pemerintah. Tugasnya termasuk pengelolaan
negara, implementasi kebijakan publik, dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Contoh: Di Amerika Serikat, kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden. Presiden AS
memiliki wewenang untuk menjalankan kebijakan pemerintahan, mengelola kekuatan militer,
menandatangani perjanjian internasional, dan menjalankan fungsi-fungsi administratif
negara.

2. Kekuasaan Legislatif:
Kekuasaan legislatif bertanggung jawab atas pembuatan undang-undang dan
pengawasan kegiatan pemerintahan. Cabang ini terdiri dari badan legislatif, seperti parlemen
atau kongres, yang mewakili kepentingan rakyat dan bertugas membuat undang-undang yang
berlaku. Mereka juga memiliki peran dalam mengawasi pemerintah dan memeriksa kinerja
eksekutif.
Contoh: Di Inggris, kekuasaan legislatif dipegang oleh Parlemen, yang terdiri dari
House of Commons dan House of Lords. Parlemen membuat undang-undang, membahas
kebijakan pemerintah, dan melaksanakan fungsi pengawasan terhadap eksekutif.
3. Kekuasaan Yudikatif:
Kekuasaan yudikatif bertanggung jawab atas penafsiran hukum, menegakkan
keadilan, dan menjatuhkan putusan hukum dalam kasus-kasus yang diajukan ke pengadilan.
Cabang ini terdiri dari sistem peradilan, termasuk pengadilan tinggi, pengadilan banding, dan
pengadilan terakhir. Tujuannya adalah untuk memastikan keadilan, melindungi hak-hak
individu, dan menyelesaikan perselisihan secara adil.
Contoh: Di Jerman, kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Konstitusi Federal
dan Mahkamah Federal. Mahkamah Konstitusi Federal bertanggung jawab atas penafsiran

3. Sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, apakah presiden dapat mempengaruhi


kekuasaan legislatif dan yudikatif. Jelaskan !
Jawaban :
Sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, presiden memiliki pengaruh terhadap kekuasaan
legislatif dan yudikatif, tetapi dalam sistem pembagian kekuasaan yang sehat, prinsip
pemisahan kekuasaan tetap dijunjung tinggi. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh
presiden terhadap masing-masing cabang kekuasaan:
1. Kekuasaan Legislatif:
Presiden dapat mempengaruhi kekuasaan legislatif dengan beberapa cara:

a. Inisiatif legislasi: Presiden dapat mengusulkan undang-undang kepada badan


legislatif, seperti parlemen atau kongres. Inisiatif legislatif presiden dapat
memengaruhi agenda legislatif dan membentuk arah kebijakan pemerintahan.

b. Pengaruh politik: Presiden memiliki kekuatan politik yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi anggota parlemen atau kongres. Presiden dapat bekerja sama dengan
partai politik atau anggota parlemen yang sejalan dengan kebijakan pemerintahannya
untuk memperoleh dukungan dan mendorong persetujuan terhadap undang-undang
yang diinginkan.

c. Veto: Presiden dapat menggunakan hak veto untuk menolak undang-undang yang
disetujui oleh badan legislatif. Dengan menggunakan hak veto, presiden dapat
mempengaruhi atau membatasi undang-undang yang akan diberlakukan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa badan legislatif memiliki kemandirian dan
otoritasnya sendiri. Mereka dapat mengevaluasi dan memodifikasi inisiatif legislatif presiden,
serta memiliki kebebasan untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah.
2. Kekuasaan Yudikatif:
Presiden memiliki pengaruh terbatas terhadap kekuasaan yudikatif:

a. Penunjukan hakim: Presiden memiliki kewenangan untuk menunjuk hakim pada


tingkat tertentu, terutama pada tingkat tertinggi dalam sistem peradilan. Melalui
penunjukan hakim yang berpihak pada interpretasi hukum yang sesuai dengan
pandangan presiden, presiden dapat memiliki pengaruh jangka panjang pada
keputusan-keputusan hukum yang diambil oleh pengadilan.

b. Penganggaran dan administrasi: Presiden dapat mempengaruhi kekuasaan yudikatif


melalui pengaruhnya dalam hal penganggaran dan administrasi. Presiden dapat
mengajukan anggaran yang mempengaruhi ketersediaan sumber daya bagi sistem
peradilan. Selain itu, presiden juga memiliki peran dalam menunjuk dan mengangkat
pejabat administratif yang terkait dengan kekuasaan yudikatif.

Penting untuk diingat bahwa dalam sistem yang berfungsi dengan baik, cabang kekuasaan
yang berbeda harus tetap independen dan menghormati prinsip-prinsip pembagian kekuasaan.
Prinsip-prinsip konstitusi dan aturan hukum yang kuat harus dijunjung tinggi untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh presiden atau cabang kekuasaan lainnya.

4. Jelaskan isi Pasal 7 UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah perubahan! Mengapa
dapat terjadi seperti itu?
Jawaban :
Sebagaimana diketahui, sebelum perubahan, Pasal 7 UUD 1945 menyatakan,
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali”
Sedangkan setelah perubahan, norma Pasal 7 UUD 1945 menjadi, “Presiden dan
Wakil Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk sekali masa jabatan”
Nilai-nilai fundamental yang mendasari pembatasan kekuasan adalah untuk mencegah
terjadinya dominasi kekuasaan oleh para penyelenggara negara sekaligus bertujuan
melindung harkat dan martabat manusia. Pembatasan kekuasaan ini secara praktis berujung
dan bertujuan pada kesejahteraan rakyat.

5. Sejarah ketatanegaraan Indonesia berkembang sangat cepat sejak era kemerdekaan


sampai saat ini. Pelajaran apa yang dapat diambil dari peristiwa sejarah
ketatanegaraan Indonesia ( lihat UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950)?

Jawaban :
Peristiwa sejarah ketatanegaraan Indonesia, termasuk pembentukan dan perubahan
UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950, memberikan beberapa pelajaran penting
bagi Indonesia. Berikut beberapa pelajaran yang dapat diambil:

1. Fleksibilitas dalam Menghadapi Perubahan.

Perkembangan ketatanegaraan Indonesia menunjukkan pentingnya fleksibilitas dalam


menghadapi perubahan zaman, tuntutan politik, dan perkembangan masyarakat. Perubahan
UUD 1945, peralihan ke Konstitusi RIS 1949, dan kemudian UUDS 1950 mencerminkan
upaya untuk menyesuaikan struktur negara dengan keadaan politik dan sosial yang terus
berubah. Hal ini menunjukkan bahwa negara harus mampu beradaptasi dan mengikuti
perkembangan kebutuhan dan aspirasi rakyat.

2. Supremasi Hukum dan Perlindungan Hak Asasi Manusia:

Sejarah ketatanegaraan Indonesia juga menekankan pentingnya supremasi hukum dan


perlindungan hak asasi manusia. Baik dalam UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, maupun
UUDS 1950, prinsip-prinsip ini diakui sebagai landasan penting bagi negara Indonesia. Hal
ini menegaskan bahwa negara harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan, demokrasi,
dan perlindungan hak-hak individu dalam menjalankan pemerintahan.

3. Kekuasaan yang Terbagi (Pembagian Kekuasaan):

Pembentukan dan perubahan konstitusi di Indonesia juga menggarisbawahi


pentingnya pembagian kekuasaan (checks and balances) antara cabang kekuasaan, yaitu
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Prinsip trias politika memberikan perlindungan terhadap
penyalahgunaan kekuasaan dan menjaga keseimbangan kekuatan antara cabang-cabang
tersebut. Hal ini penting untuk mencegah dominasi satu kekuatan yang berlebihan dan untuk
memastikan pemerintahan yang seimbang dan demokratis.

4. Konsolidasi Stabilitas dan Kontinuitas:

Sejarah ketatanegaraan Indonesia menunjukkan pentingnya konsolidasi stabilitas


politik dan kontinuitas institusi dalam mencapai tujuan nasional. Perubahan konstitusi dan
sistem pemerintahan harus diikuti dengan upaya untuk membangun kestabilan politik,
memperkuat lembaga-lembaga negara, dan mempertahankan kesinambungan pemerintahan
yang efektif. Kontinuitas dan stabilitas politik diperlukan untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi pembangunan nasional.

5. Kesadaran Akan Identitas Bangsa:


Peristiwa sejarah ketatanegaraan Indonesia juga menunjukkan pentingnya kesadaran
akan identitas bangsa dalam pembentukan dan perubahan konstitusi. Pengakuan akan
kebhinekaan dan semangat persatuan menjadi landasan penting dalam membangun negara
Indonesia. Hal ini tercermin dalam konstitusi yang mengakui prinsip-prinsip Bhinneka
Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) dan semangat untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.

Dengan mempelajari peristiwa sejarah ketatanegaraan Indonesia dan pelajaran yang


terkandung di dalamnya, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih baik tentang bagaimana
negara dan konstitusi dapat beradaptasi, menghadapi tantangan, dan memberikan
perlindungan yang lebih baik bagi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai