Anda di halaman 1dari 34

1

Perubahan UU 13/2003
dalam UU 11/2020
(Sebuah Telaah Kritis)
Oleh:
Abdul Khakim, S.H., M.Hum.
(Praktisi Hukum Ketenagakerjaan)

Disampaikan pada:
WEBINAR ANALISIS POTENSI PELANGGARAN KONSTITUSI
DALAM PEMBENTUKAN UU CIPTA KERJA
Diselenggarakan oleh: PRESIDIUM GERAKAN KESEJAHTERAAN NASIONAL (GEKANAS)
Kamis, 14 Januari 2021 – Pukul 14.00 s/d 16.00 WIB
2
Outline:
1. Pendahuluan.
2. Dampak UU Cipta Kerja thd UU
Bidang Ketenagakerjaan.
3. Amanat Pembentukan
Peraturan Per-UU Turunan.
4. Beberapa Telaah Kritis.

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


3
Pendahuluan
RUU tentang Cipta Kerja merupakan RUU yg disusun dg menggunakan metode Omnibus
Law terdiri dari 15 Bab dan 174 Pasal yg berdampak thd 1.203 Pasal dari 79 UU
terkait dan terbagi dlm 7.197 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM).
Perkembangan terakhir, dari 79 UU terdapat 7 UU dikeluarkan dari pembahasan dan
dimasukkan 4 UU tambahan, sehingga Omnibus Law mencakup 76 UU (Siaran Pers
Kemenko Perekonomian, 4 Oktober 2020).

UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2020) terdiri dari 15 Bab
dan 174 pasal, secara garis besar meliputi:
a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
b. ketenagakerjaan;
c. kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan koperasi dan UMK-M;
d. kemudahan berusaha;
e. dukungan riset dan inovasi;
f. pengadaan tanah;
g. kawasan ekonomi;
h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional;
i. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
j. pengenaan sanksi (Pasal 4 UU 11/2020).

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


4 Dampak UU Cipta Kerja thd UU Bidang Ketenagakerjaan
No. UU Bidang Naker Terdampak Diubah Sisipan Dihapus
(1) (2) (3) (4) (5)
1. UU 13/2003 ttg Ketenagakerjaan (Pasal 81 UU 11/2020) 31 13 29
2. UU 40/2004 ttg Sistem Jaminan Sosial Nasional (Pasal 82 UU 11/2020) 1 5 -
3. UU 24/2011 ttg Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Pasal 83 UU 3 - -
11/2020)
4. UU 18/2017 ttg Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Pasal 84 UU 4 1 -
11/2020)

Menurut Menaker (Ida Fauziah) bahwa dlm perumusan RUU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan, terdapat
prinsip-prinsip umum yg dipatuhi, yaitu:
• Penyusunan ketentuan klaster ketenagakerjaan memperhatikan hasil putusan Mahkamah Konstitusi atas
uji materi UU 13/2003.
• Ketentuan mengenai sanksi ketenagakerjaan dikembalikan kpd UU 13/2003 (Konferensi Pers Virtual tentang
Penjelasan UU Cipta Kerja pada Rabu, 7 Oktober 2020 pukul 16.00 WIB s/d selesai).
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
5 AMANAT PEMBENTUKAN PERATURAN PER-UU
TURUNAN
No. Amanat Pasal Objek Pengaturan dlm PP Semula
(1) (2) (3) (4)
A. UU 13/2003 (Pasal 81 UU 11/2020)
1. Pasal 42 ayat (6) Jabatan tertentu dan waktu tertentu terkait TKA. KepMen.
2. Pasal 49 Penggunaan TKA. PerPres 20/2018
3. Pasal 56 ayat (4) PKWT berdasarkan jangka waktu atau selesainya KepMen.
suatu pekerjaan tertentu.
4. Pasal 59 ayat (4) Jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka PerMen 19/2012.
waktu, dan batas waktu perpanjangan PKWT.
5. Pasal 61A ayat (3) Pemberian uang kompensasi terkait berakhirnya Tdk ada.
PKWT.
6. Pasal 66 ayat (6) Pelindungan pekerja/buruh dan perizinan berusaha -
prshn alih daya.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
6 AMANAT PEMBENTUKAN PERATURAN PER-UU TURUNAN (2)
No. Amanat Pasal Objek Pengaturan dlm PP Semula
(1) (2) (3) (4)
7. Pasal 77 ayat (5) Waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan Tdk ada.
tertentu.
8. Pasal 78 ayat (4) Waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. KepMen 102/-
2004.
9. Pasal 79 ayat (6) Perusahaan tertentu yg dapat memberikan istirahat KepMen 51/-
panjang. 2004.1)
10. Pasal 88 ayat (4) Kebijakan pengupahan. Tdk ada.
11. Pasal 88B ayat (2) Upah berdasarkan satuan waktu dan/atau satuan Tdk ada.
hasil.

1) Yg diwajibkan hanya prshn yg selama ini telah melaksanakan istirahat panjang sebelum ditetapkannya Keputusan Menteri
ini (Pasal 2 KepMen 51/2004).

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


7 AMANAT PEMBENTUKAN PERATURAN PER-UU TURUNAN (3)
No. Amanat Pasal Objek Pengaturan dlm PP Semula
(1) (2) (3) (4)
12. Pasal 88C ayat (7) Tata cara penetapan upah minimum dan syarat -
terkait pertumbuhan ekonomi daerah atau inflasi
pada kabupaten/kota yg bersangkutan.
13. Pasal 88D ayat (3) Formulasi penetapan upah minimum. Pasal 44 ayat (2)
PP 78/2015.
14. Pasal 90B ayat (4) Upah bagi usaha mikro dan kecil. Tdk ada.
15. Pasal 92 ayat (3) Struktur dan skala upah. PerMen 1/2017.
16. Pasal 98 ayat (3) Tata cara pembentukan, komposisi keanggotaan, KepPres 107/-
tata cara pengangkatan dan pemberhentian 2004.
keanggotaan serta tugas dan tata cara kerja
Dewam Pengupahan.
17. 154A ayat (3) Tata cara pemutusan hubungan kerja (PHK). Pasal 150 s/d 155
UU 13/2003.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
8 AMANAT PEMBENTUKAN PERATURAN PER-UU TURUNAN (3)
No. Amanat Pasal Objek Pengaturan dlm PP Semula
(1) (2) (3) (4)
18. Pasal 156 ayat (5) Pemberian uang pesangon, uang penghargaan Pasal 158 s/d 172
masa kerja, dan uang penggantian hak. UU 13/2003.
19. Pasal 190 ayat (2) Sanksi administratif. KepMen.
B. UU 40/2004 (Pasal 82 UU 11/2020)
20. Pasal 46A ayat (3) Tata cara penyelenggaraan program jaminan Tdk ada.
kehilangan pekerjaan (JKP).
21. Pasal 46D ayat (4) Manfaat dan masa kepesertaan tertentu. Tdk ada.
22. Pasal 46E ayat (2) Pendanaan jaminan kehilangan pekerjaan (JKP). Tdk ada.
Apabila dicermati, maka terjadi:
a. peningkatan derajat beberapa peraturan per-UU (PerPres/KepPres dan Permen/KepMen menjadi PP sebanyak 9 item (40,91%).
b. penurunan derajat beberapa peraturan per-UU (PerPres/KepPres dan Permen/KepMen menjadi PP sebanyak 2 item (9,09%).
Selebihnya  derajat tetap (PP) sebanyak 1 item (4,55%) dan memang tdk ada pengaturan atau pengaturan baru sebanyak 10 item
(45,45%).
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
9
Lalu bgmn tindak lanjutnya?
 Dari ke-22 amanat pembentukan PP tsb tampaknya akan diringkas menjadi
hanya 4 PP.
No. Cakupan RPP Amanat Dari Pasal
(1) (2) (3) (4)
1. PKWT, Alih Daya, 9 pasal Pasal 56 ayat (4), Pasal 59 ayat (4), Pasal 61A ayat (3), Pasal 66 ayat
Waktu Kerja dan (6), Pasal 77 ayat (5), Pasal 78 ayat (4), Pasal 79 ayat (6), Pasal 154A
Waktu Istirahat serta ayat (3), dan Pasal 156 ayat (5) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 12, 15,
PHK 17, 20, 21, 22, 23, 42, dan 44 UU 11/2020).
2. Penggunaan TKA 3 pasal Pasal 42 ayat (6), Pasal 49 dan Pasal 190 ayat (2) UU 13/2003 (Pasal
81 angka 4, 11, dan 67 UU 11/2020).
3. Pengupahan 7 pasal Pasal 88 ayat (4), Pasal 88B ayat (2), Pasal 88C ayat (7), Pasal 88D
ayat (3), Pasal 90B ayat (4), Pasal 92 ayat (3), dan Pasal 98 ayat (3)
UU 13/2003 (Pasal 81 angka 4, 11, dan 67 UU 11/2020).
4. Jaminan Kehilangan 3 pasal Pasal 46A ayat (3), Pasal 46D ayat (4) dan Pasal 46E ayat (2) UU
Pekerjaan (JKP) 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020).
Hingga saat ini belum juga di-upload dalam web: https://uu-ciptakerja.go.id/category/draft-rpp/
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
10 Beberapa Telaah Kritis
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
A. UU 13/2003 (Pasal 81 UU 11/2020)
1. Pasal 42 UU Kemudahan masuknya TKA tdk diimbangi pengawasan ketenagakerjaan dan penegakan hukum yg
13/2003 sesuai norma.
(Pasal 81 Berbagai contoh potensi pelanggaran dlm penggunaan TKA yg kerap terjadi di lapangan, antara lain:
angka 4 UU
11/2020) a. tdk mengutamakan tenaga kerja Indonesia. Kalaupun terjadi penunjukan tenaga kerja Indonesia utk
jabatan tertentu hanya sebatas formalitas, kewenangan dan kendali sepenuhnya berada pada TKA
dg rekayasa penamaan istilah jabatan beraneka ragam, seperti: Senior General Manager, Team
Manager, Senior Manager, First Manager, Assistant Manager, dan lain-lain.
b. jabatan yg diduduki TKA sebenarnya sudah dapat diduduki tenaga kerja Indonesia.
c. bukan dlm hubungan kerja utk jabatan tertentu dan waktu tertentu.
d. TKA tdk memiliki kompetensi sesuai jabatan yg akan diduduki.
e. TKA menduduki jabatan yg mengurusi personalia, atau setidaknya merekayasa penunjukan tenaga
kerja Indonesia sbg Manajer HR, tetapi kewenangan dan kendali sepenuhnya berada pada TKA.

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


11 Beberapa Telaah Kritis (2)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Melalui modus ini, TKA leluasa mengatur dan mengendalikan serangkaian aktivitas bidang HR
(Personalia), mulai dari rekrutmen dan seleksi, kompensasi dan benefit, pelatihan dan pengem-
bangan, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerja.
f. penunjukan tenaga kerja pendamping TKA sebatas formalitas utk memenuhi persyaratan adminis-
tratif belaka.
g. tdk adanya alih teknologi dan alih keahlian dari TKA, justru TKA belajar banyak dari tenaga kerja
Indonesia. Setelah merasa tahu dan paham pekerjaannya, dg otoritas yg dimiliki berbalik “mene-
kan” tenaga kerja Indonesia. Dampak ikutannya, menjadikan tenaga kerja Indonesia sbg “boneka”
dan tdk atau setidaknya kurang berkembang, karena bekerja dlm suasana tekanan.
Belum adanya pengaturan yg jelas dan terperinci dari Pemerintah mengenai pembatasan kewe-
nangan dan hak direksi atau komisaris TKA thd fungsi bidang personalia atau bidang sumber daya
manusia (human resource).
2. Pasal 44 UU Penghapusan dan peniadaan sanksi pidana atas pelanggaran Pasal 44 dari Pasal 187 ayat (1) UU
13/2003 13/2003 (Pasal 81 angka 65 UU 11/2020) menunjukkan bahwa Pemerintah benar-benar “proinvestasi”
(Pasal 81 dan abai thd perlindungan tenaga kerja lokal.
angka 6 UU Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
11/2020)
12 Beberapa Telaah Kritis (3)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Guna efektivitas penegakan hukum, pengaturan norma yg sudah menyebutkan “wajib menaati keten-
tuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yg berlaku” semestinya dipertahankan dan disertai dg
sanksi yg tegas. Tanpa adanya sanksi, norma yg bersifat wajib menjadi “banci” karena hukum tdk
dapat ditegakkan ketika terjadi pelanggaran.
3. Pasal 49 UU Frasa “pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping” dlm Pasal 49 UU 13/2003
13/2003 (Pasal 81 angka 11 UU 11/2020) dihapus. Apakah ini berarti pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
(Pasal 81 pendamping tdk diperlukan lagi?
angka 11 UU
11/2020)
4. Pasal 56 ayat Pengaturan dlm Pasal 56 ayat (3) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 12 UU 11/2020) yg menyatakan
(3) UU bahwa: “Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu sbgmn dimaksud pada ayat (2) diten-
13/2003 tukan berdasarkan perjanjian kerja” secara substansi merujuk ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata. dlm
(Pasal 81 hal ini negara telah menempatkan posisi tawar yg setara antara pengusaha dan pekerja/buruh,
angka 12 UU padahal faktanya tdk demikian. Dlm hubungan kerja, posisi pengusaha sbg atasan (superior) dan
11/2020) pekerja/buruh sbg bawahan (subordinat), maka hubungannya tdk seimbang dan kedudukan
pengusaha dlm posisi tawar yg lebih daripada pekerja/buruh.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
13 Beberapa Telaah Kritis (4)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Apabila dlm PKWT tdk ada pengaturan pembatasan jangka waktu, hal ini menunjukkan bahwa
negara tdk memberikan perlindungan hukum kpd pihak yg lemah (pekerja/buruh) atau setidak-
nya semakin melemahkan posisi pekerja/buruh, karena melepaskan masalah jangka waktu tanpa
pengaturan pembatasan pada kesepakatan para pihak.
5. Pasal 57 UU Ketentuan sebelumnya dlm Pasal 57 ayat (2) UU 13/2003 yg mengatur akibat hukum dari pembuatan
13/2003 PKWT tdk tertulis menjadi PKWTT dihapus dari Pasal 57 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 13 UU 11/-
(Pasal 81 2020). Pengaturan demikian berdampak semakin memperlemah posisi tawar pekerja/buruh dlm
angka 13 UU hubungan kerja dg pengusaha. Terlebih jika sampai terjadi perselisihan hubungan industrial.
11/2020)
6. Pasal 59 UU Dg dihapuskannya frasa “pekerjaan yg diperkirakan penyelesaiannya dlm waktu yg tdk terlalu lama
13/2003 dan paling lama 3 (tiga) tahun” dari Pasal 59 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 15 UU 11/2020) ini menim-
(Pasal 81 bulkan kekhawatiran kaum pekerja/buruh bahwa PKWT akan diberlakukan selamanya. Di
angka 15 UU samping itu, juga dipandang akan semakin mempersulit atau menutup peluang bagi pekerja/-
11/2020) buruh utk menjadi pekerja tetap (PKWTT).

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


14 Beberapa Telaah Kritis (5)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Apalagi kerap terjadi praktik pelanggaran, di mana pengusaha nakal memberlakukan hubungan kerja
thd jenis pekerjaan yg bersifat tetap utk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Terlebih pada sistem
alih daya (outsourcing) yg umumnya berdalih karena jangka waktu perjanjian dg pemberi kerja (busi-
ness to business) yg terbatas. Padahal jenis pekerjaannya jelas-jelas merupakan pekerjaan yg bersifat
tetap, bahkan sering terjadi pula hanya berganti “bendera” saja. Lagi-lagi persoalannya karena peng-
awasan ketenagakerjaan yg belum berjalan maksimal sehingga praktik melanggar hukum seperti itu
terus terjadi berulang.
Terkait perubahan PKWT demi hukum menjadi PKWTT pada Pasal 59 ayat (3) UU 13/2003 (Pasal 81
angka 15 UU 11/2020) yaitu masih adanya penggunaan kata “dan” dlm ayat tsb. Pengaturan demikian
berdampak tdk implementatif dan akan mempersulit penegakan hukum jika terjadi pelanggaran. Peng-
gunaan kata “atau” sifatnya rincian alternatif, sedangkan kata “dan” sifatnya rincian kumulatif. 2)

2) Lihat Lampiran II Bab I Bagian C butir 88 dan 89 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (UU 12/2011).

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


15 Beberapa Telaah Kritis (6)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
7. Pasal 61A UU Apabila terjadi pengusaha tdk memberikan uang kompensasi kpd pekerja/buruh. Salah satu potensi
13/2003 kerawanan pelanggaran bidang ketenagakerjaan selama ini kerap terjadi pada penerapan PKWT dan
(Pasal 81 outsourcing. Sehubungan dg ketentuan Pasal 61A UU 13/2003 (Pasal 81 angka 17 UU 11/2020),
angka 17 UU setidaknya terdapat 2 (dua) pertanyaan antara lain:
11/2020) a. apabila pengusaha melanggar Pasal 61A UU 13/2003 ini apakah cukup hanya dikenai sanksi admi-
nistratif sbgmn diatur dlm Pasal 190 ayat (1) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 67 UU 11/2020)?; dan
b. apabila salah satu pihak mengakhiri sebelum berakhirnya jangka waktu PKWT apa konsekuensi
hukumnnya dan bgmn kaitannya dg ketentuan Pasal 62 UU 13/2003?
8. Pasal 64, Pengaturan outsourcing dlm UU 11/2020 terdapat 3 (tiga) persoalan krusial, yaitu:
Pasal 65 dan Pertama, penghapusan Pasal 64 dan Pasal 65 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 18 dan 19 UU 11/2020)
Pasal 66 UU menyalahi hakikat outsourcing, karena outsourcing sebenarnya merupakan pengalihan sebagian
13/2003 pelaksanaan pekerjaan kpd prshn lain, bukan pengalihan tenaga kerja sbgmn pengaturan dlm Pasal
(Pasal 81 66 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 20 UU 11/2020). Apalagi dilakukan dg praktik pelanggaran ketentuan
angka 18, 19 PKWT yg mengurangi atau mereduksi hak-hak normatif dasar yg seharusnya diterima oleh pekerja/-
dan 20 UU buruh.
11/2020)
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
16 Beberapa Telaah Kritis (7)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Kedua, pengaturan Pasal 66 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 20 UU 11/2020) saat ini semakin menga-
burkan dan merusak prinsip hubungan kerja yg semula hanya terjadi antara pengusaha dan
pekerja/buruh yg terikat dlm suatu perjanjian kerja menjadi hubungan hukum antara tiga pihak dlm
pelaksanaan pekerjaan, yakni prshn outsource, pekerja/buruh outsource, dan prshn pemberi pekerjaan
(prshn user).
Ketiga, tdk adanya pembatasan jenis pekerjaan yg dapat di-outsource akan semakin menyengsarakan
pekerja/buruh dan mengaburkan prinsip hubungan industrial. Sebelumnya dlm UU 13/2003 sudah di-
atur bahwa yg dapat di-outsource adalah merupakan kegiatan penunjang (non-core business) atau
kegiatan yg tdk berhubungan langsung dg produksi.
9. Pasal 78 UU Jumlah waktu kerja lembur meningkat menjadi paling banyak 4 (empat) jam dlm 1 (satu) hari dan
13/2003 18 (delapan belas) jam dlm 1 (satu) minggu.3)
(Pasal 81 Pengaturan demikian dipandang merugikan oleh pekerja/buruh karena dianggapnya eksploitatif dan
angka 22 UU membatasi waktu berkumpul bersama keluarga.
11/2020)
3) DPN APINDO, 2020, Resume Perbandingan UU 13/2003 Sebelumnya dg UU Cipta Kerja – Bagian Ketenagakerjaan, Draft
Rapat Paripurna, 5 Oktober 2020.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
17 Beberapa Telaah Kritis (8)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
10. Pasal 79 UU Ketentuan Pasal 79 ayat (2) huruf b UU 13/2003 (Pasal 81 angka 23 UU 11/2020) ini seharusnya
13/2003 sinkron dg Pasal 77 ayat (2) huruf b UU 13/2003 (Pasal 81 angka 21 UU 11/2020). Ketika
(Pasal 81 pekerja/buruh telah melaksanakan kewajiban bekerja 8 (delapan) jam per hari dan 40 (empat puluh)
angka 23 UU jam per minggu, maka secara hukum pekerja/buruh yg bersangkutan berhak istirahat mingguan
11/2020) 2 (dua) hari.
RUU Cipta Kerja tdk mengatur lagi hak cuti panjang selama 2 (dua) bulan bagi pekerja/buruh yg sudah
bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus. Namun, istirahat/cuti panjang dapat diberikan
oleh prshn tertentu dan diatur di dlm Perjanjian Kerja, Peraturan prshn, atau PKB.
11. Pasal 88 ayat Terdapat perubahan dlm Pasal 88 ayat (1) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 24 UU 11/2020), frasa yg
(1) UU semula berbunyi “berhak memperoleh penghasilan yg memenuhi penghidupan yg layak” diubah men-
13/2003 jadi “berhak atas penghidupan yg layak”. Frasa “memperoleh penghasilan yg memenuhi” dihapus, hal
(Pasal 81 ini mengindikasikan tdk jelasnya kebijakan pengupahan bagi pekerja/buruh. Apalagi juga dg di-
angka 24 UU hapuskannya tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak (KHL).
11/2020)

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


18 Beberapa Telaah Kritis (9)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
12. Pasal 89 dan Dg dihapusnya:
Pasal 90 UU a. Pasal 89 UU 13/2003 berakibat meniadakan kebijakan upah minimum sektoral, baik provinsi
13/2003 (UMSP) maupun kabupaten/kota (UMSK), dan kebijakan tahapan pencapaian kebutuhan hidup
(Pasal 81 layak (KHL).
angka 26 dan b. Pasal 90 UU 13/2003 berarti tdk ada lagi penangguhan karena ketdkmampuan pengusaha utk
27 UU membayar upah minimum.
11/2020)
13. Pasal 92 UU Frasa “dg memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi” dlm menyusun
13/2003 struktur dan skala upah pada Pasal 92 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 30 UU 11/2020) dihapus. Jadi
(Pasal 81 secara normatif penyusunan struktur dan skala upah bersifat wajib dg memperhatikan kemampuan
angka 30 UU prshn dan produktivitas, namun tdk lagi memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan,
11/2020) dan kompetensi. Kendati pun demikian, dlm praktik penyusunan struktur dan skala upah pengusaha
dapat memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Jika tdk, akan
terjadi ketimpangan yg justru tdk sesuai tujuan dibuatnya struktur dan skala upah.

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


19 Beberapa Telaah Kritis (10)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
14. Pasal 95 UU Dlm ketentuan Pasal 95 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 33 UU 11/2020) terdapat pertentangan antara
13/2003 ayat (3) dan ayat (1), karena pengaturan “didahulukan pembayarannya” dlm ayat (3) masih ada
(Pasal 81 pengecualian. Artinya, utk memperoleh hak lainnya posisi pekerja/buruh berada di bawah kreditur
angka 33 UU separatis. Padahal hak-hak lainnya bagi pekerja/buruh selain upah itu masih banyak jenisnya dan ada
11/2020) kemungkinan belum dipenuhi/dibayar pengusaha, seperti THR keagamaan, uang pesangon (termasuk
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak), jaminan sosial (JHT, JP, dan JKm), dan
lain-lain.
Guna memberikan perlindungan thd pekerja/buruh sbgmn dimaksud Putusan MK No. 67/PUU-XI/2013
di atas, seharusnya tdk ada lagi pengecualian thd pembayaran didahulukan antara upah dan
hak lainnya kpd pekerja/buruh.
15. Pasal 151 UU Penghapusan prosedur penetapan kpd lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dlm
13/2003 Pasal 151 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 37 UU 11/2020) ini tepat, karena menyelaraskan dg pengha-
(Pasal 81 pusan Pasal 152 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 39 UU 11/2020). Hal tsb sejalan dg Putusan MK No.
angka 37 UU 20/PUU-XIII/2015 (uji materi thd ketentuan Pasal 81 UU 2/2004).
11/2020)

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


20 Beberapa Telaah Kritis (11)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Namun, terdapat kelemahan dari mekanisme pemberitahuan maksud dan alasan PHK oleh pengusaha
kpd pekerja/buruh dan/atau SP/SB yaitu tdk adanya ketegasan pengaturan, apakah disampaikan
secara lisan atau tertulis? Guna memberikan kepastian hukum, pemberitahuan maksud dan alasan
PHK oleh pengusaha kpd pekerja/buruh dan/atau SP/SB sebaiknya disampaikan secara tertulis.

16. Pasal 152 Penghapusan Pasal 152 (Pasal 81 angka 39 UU 11/2020) sejalan dg Putusan MK No. 20/PUU-XIII/-
(Pasal 81 2015 (uji materi thd ketentuan Pasal 81 UU 2/2004) yg antara lain Majelis Hakim menilai bahwa jelas
angka 39 UU perkara PHK tdk mungkin dikonstruksikan sbg permohonan. Sebab, perkara PHK jelas ada unsur
11/2020) sengketa (disputes) antara para pihak, setidak-tidaknya dua pihak. Mekanisme demikian tdk mungkin
dapat dilaksanakan dlm sidang permohonan.
Dm penyelesaian PHK tdk ada mekanisme permohonan penetapan (gugatan voluntair) sbgmn dimak-
sud Pasal 152 UU 13/2003, melainkan dg gugatan contentiosa sbgmn ketentuan Pasal 81 UU
2/2004. Akibatnya, ketentuan Pasal 152 UU 13/2003 tdk berlaku sehingga melalui Pasal 81 angka 39
UU 11/-2020 pasal tsb dihapus.

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


21 Beberapa Telaah Kritis (12)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
17. Pasal 153 Persoalan ketentuan Pasal 153 ayat (2) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 40 UU 11/2020) tanpa disertai
ayat (2) UU adanya sanksi, terbuka kemungkinan bisa dilanggar oleh pengusaha nakal. Dlm kondisi demikian
13/2003 menjadikan ketentuan tsb sbg “pasal mandul,” karena apabila terjadi pelanggaran tdk akan dapat
(Pasal 81 ditegakkan akibat tdk adanya sanksi.
angka 40 UU  setidaknya dikenai sanksi Pasal 185 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 63 UU 11/2020).
11/2020)
18. Pasal 154A Penyederhanaan pengaturan PHK dlm Pasal 154A UU 13/2003 (Pasal 81 angka 42 UU 11/2020)
UU 13/2003 berpotensi mengurangi perlindungan dan hak-hak pekerja/buruh.
(Pasal 81 Pengaturan hal-hal pokok nantinya harus dijabarkan secara rinci dan jelas dlm Peraturan Pemerintah
angka 42 UU sbg penjabaran dari undang-undang tsb. Jika tdk, maka potensi perselisihan PHK bisa jadi akan
11/2020) semakin meningkat di masa mendatang.
Salah satu persoalannya, dlm Pasal 154A ayat (1) huruf g UU 13/2003 (Pasal 81 angka 42 UU 11/-
2020) masih terdapat istilah “permohonan.” Hal ini merupakan inkonsistensi dg telah dihapuskan-
nya Pasal 152 UU 13/2003. Padahal sudah ada Putusan MK No. 20/PUU-XIII/2015 yg antara lain
Majelis Hakim menilai bahwa jelas perkara PHK tdk mungkin dikonstruksikan sbg permohonan. Sebab,
perkara PHK jelas ada unsur sengketa (disputes) antara para pihak, setidak-tidaknya dua pihak.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
22 Beberapa Telaah Kritis (13)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
19. Pasal 157 UU Pengaturan dlm Pasal 157 ayat (4) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 45 UU 11/2020) yg realistis dan fair
13/2003 adalah upah minimum yg berlaku di wilayah domisili tempat pekerja/buruh bekerja, bukan di
(Pasal 81 wilayah domisili prshn.
angka 45 UU Pasal 157 ayat (4) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 45 UU 11/2020) menyatakan bahwa:
11/2020)
“Dlm hal upah sebulan sbgmn dimaksud pada ayat (3) lebih rendah dari upah minimum, upah yg menjadi
dasar perhitungan pesangon adalah upah minimum yg berlaku di wilayah domisili perusahaan.”
20. Pasal 160 Frasa “bukan atas pengaduan pengusaha” dihapus dari Pasal 160 ayat (1) UU 13/2003 (Pasal 81
ayat (1) UU angka 49 UU 11/2020). Penghapusan frasa tsb sejalan dg Putusan MK No. 012/PUU-I/2003 yg
13/2003 menyatakan antara lain “Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat ‘......... bukan atas
(Pasal 81 pengaduan pengusaha’ tdk mempunyai kekuatan hukum mengikat.”
angka 49 UU
11/2020)

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


23 Beberapa Telaah Kritis (14)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
21. Pasal 161 s/d Penghapusan beberapa pasal terkait dg pengaturan PHK yg kemudian disederhanakan dlm satu pasal
Pasal 172 UU sisipan yakni Pasal 154A UU 13/2003 (Pasal 81 angka 42 UU 11/2020), yg mengatur keseluruhan jenis
13/2003 PHK secara global. Sedangkan pengaturan secara rinci dilimpahkan dlm Peraturan Pemerintah [Pasal
(Pasal 81 154A ayat (3) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 42 UU 11/2020)].
angka 50 s/d Penyederhanaan tsb berdampak thd penghapusan 15% uang penggantian perumahan dan peng-
61 UU obatan/perawatan. Di samping juga berpotensi terjadinya pengurangan hak atas:
11/2020)
a. 2 (dua) kali uang pesangon utk beberapa jenis PHK tertentu, yakni:
 PHK karena perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan kepemilikan prshn,
tapi pengusaha tdk bersedia menerima pekerja/buruh di prshnnya [Pasal 163 ayat (2) UU 13/-
2003].
 PHK karena prshn tutup akibat efisiensi [Pasal 164 ayat (3) UU 13/2003].
 PHK karena pekerja/buruh meninggal dunia (Pasal 166 UU 13/2003).
 PHK karena pekerja/buruh memasuki usia pensiun dan tidak diikutsertakan pada program
pensiun [Pasal 167 ayat (5) UU 13/2003].

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


24 Beberapa Telaah Kritis (15)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
 PHK karena pengusaha dinyatakan terbukti melakukan perbuatan tertentu dlm Pasal 169 ayat
(1) UU 13/2003 [Pasal 169 ayat (2) UU 13/2003].
b. 2 (dua) kali uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja utk PHK karena pekerja/buruh
mengalami sakit berkepanjangan, cacat akibat kecelakaan kerja, dan tdk dapat melakukan pekerja-
annya setelah melampaui batas 12 bulan (Pasal 172 UU 13/2003).
Polemik pengurangan tsb populer dg istilah “pengurangan uang pesangon yg semula 32 bulan
upah menjadi 25 bulan upah,” yg akhirnya diselesaikan dg “kompromi” 19 bulan upah dibayar oleh
pengusaha dan 6 bulan upah dibayar oleh pemerintah melalui skema program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan (JKP) yg diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Dari sinilah kemudian pemerintah
meng-claim akan menjamin kepastian pemberian uang pesangon kpd pekerja/buruh.
22. Pasal 185 UU Sanksi pidana atas pelanggaran membayar upah lebih rendah dari upah minimum [Pasal 90 ayat (1)
13/2003 UU 13/2003] dihapus, namun kemudian diubah menjadi Pasal 88E ayat (2) (Pasal 81 angka 25 UU
(Pasal 81 11/2020) dan dimasukkan kembali dlm Pasal 185 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 63 UU 11/2020) di
angka 63 UU atas. Artinya, sanksi pidana atas pelanggaran membayar upah lebih rendah dari upah minimum
11/2020) tetap ada dlm UU 11/2020.

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


25 Beberapa Telaah Kritis (16)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Terdapat pengaturan sanksi pidana baru dlm Pasal 185 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 63 UU 11/2020),
yakni thd:
a. Pasal 88A ayat (3) (Pasal 81 angka 25 UU 11/2020), apabila pengusaha melanggar kewajiban
membayar upah kpd pekerja/buruh sesuai kesepakatan; dan
b. Pasal 156 ayat (1) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 44 UU 11/2020), apabila pengusaha melanggar
kewajiban membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggan-
tian hak yg seharusnya diterima pekerja/buruh.
23. Pasal 186 UU Terdapat penghapusan dlm Pasal 186 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 64 UU 11/2020), yakni ketentuan
13/2003 sanksi pidana thd:
(Pasal 81 a. pelanggaran atas kewajiban pemberi kerja TKA utk memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yg
angka 64 UU ditunjuk [Pasal 42 ayat (1) UU 13/2003]. Memang kebijakan Pemerintah memberikan kemudahan
11/2020) masuknya TKA dg hanya memiliki RPTKA yg disahkan oleh Pemerintah Pusat.
b. pelanggaran atas pelaksanaan mogok kerja [Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1) UU 13/2003]. Dg
demikian, ketentuan Pasal 186 ini hanya berlaku utk pelanggaran atas ketentuan Pasal 35 ayat (2)
atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat (2) UU 13/2003.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
26 Beberapa Telaah Kritis (17)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
24. Pasal 187 UU Terdapat penghapusan ketentuan pidana dari Pasal 187 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 65 UU 11/2020)
13/2003 ini yakni sanksi pidana thd pelanggaran atas:
(Pasal 81 a. kewajiban lembaga penempatan tenaga kerja swasta utk memiliki izin tertulis [Pasal 37 ayat (2) UU
angka 65 UU 13/2003]; dan
11/2020)
b. kewajiban pemberi kerja TKA menaati ketentuan mengenai jabatan dan standar kompetensi yg
berlaku [Pasal 44 ayat (1) UU 13/2003].
Selanjutnya pengenaan sanksi atas pelanggaran Pasal 37 ayat (2) dimasukkan ke dlm Pasal 190 sbg
sanksi administratif. Sedangkan pengenaan sanksi atas pelanggaran Pasal 44 ayat (1) UU 13/2003
dihapus secara permanen. Thd pelanggaran Pasal 44 ayat (1) UU 13/2003 setidaknya dikenakan
sanksi administratif sbgmn Pasal 37 ayat (2) UU 13/2003.
Hal ini membuka peluang bagi pemberi kerja TKA melanggar ketentuan tsb. Akibatnya semua
jabatan bisa dimasuki TKA dan tdk perlu lagi standar kompetensi. Kondisi demikian akhirnya
berdampak semakin menyingkirkan tenaga kerja lokal (Indonesia).

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


27 Beberapa Telaah Kritis (18)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
25. Pasal 188 Terdapat penghapusan ketentuan pidana dari Pasal 188 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 66 UU 11/2020)
UU 13/2003 ini yakni sanksi pidana thd pelanggaran atas kewajiban lembaga pelatihan kerja swasta utk memperoleh
(Pasal 81 atau mendaftar ke instansi yg bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota [Pasal 14
angka 66 ayat (2) UU 13/2003]. Selanjutnya diubah menjadi Pasal 14 ayat (1) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 2
UU 11/- UU 11/2020) dan dimasukkan ke dlm sanksi administratif [Pasal 190 UU 13/2003 (Pasal 81 angka
2020) 67 UU 11/2020)].
Pencantuman Pasal 38 ayat (2) dan Pasal 63 ayat (1) dlm Pasal 188 tsb, jika dicermati dan dikaitkan dg
pernyataan DPN APINDO dlm berbagai sosialisasi bahwa dg adanya perubahan sanksi pidana menjadi
sanksi administratif dlm UU 11/2020. Tampaknya merupakan bentuk ketidaktelitian sehingga terjadi
kesalahan ketik. Semestinya kedua pasal tsb dihapus dan dipindah ke Pasal 190, karena bersifat
administratif.
26. Pasal 190 Terdapat penghapusan sanksi administratif dlm Pasal 190 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 67 UU
UU 13/2003 11/2020) thd pelanggaran atas:
(Pasal 81 a. kewajiban pemberi kerja TKA menunjuk tenaga pendamping TKA [Pasal 45 ayat (1) UU 13/2003]; dan
angka 67
UU 11/- b. kewajiban memulangkan TKA ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir (Pasal 48 UU
2020) 13/2003).
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
28 Beberapa Telaah Kritis (19)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Hal ini menunjukkan Pemerintah benar-benar memberi kemudahan yg luar biasa dlm masuknya TKA
ke Indonesia.
Kebijakan dlm bentuk pengaturan yg sangat aneh. Terdapat norma yg menyatakan sbg kewajiban, tapi
tanpa disertai adanya sanksi. Akibatnya, status Pasal 45 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 7 UU 11/2020)
menjadi “pasal banci” yg tdk dpt ditegakkan hukumnya ketika terjadi pelanggaran oleh pemberi kerja
TKA.
Pasal 38 ayat (2) tercantum lagi dlm Pasal 190, akibatnya terdapat 2 jenis sanksi yg berbeda thd
pelanggaran pasal tsb, yaitu: sanksi pidana (Pasal 188) dan sanksi administratif (Pasal 190).
Mengingat bersifat administratif sbgmn telah penulis uraikan di atas, semestinya penempatan Pasal
38 ayat (2) dlm Pasal 188 dihapus, karena sudah diubah dan dipindahkan ke Pasal 190 UU 13/2003.
Persoalannya, dlm UU 11/2020 Pasal 38 ayat (2) sudah tercantum dlm 2 pasal yakni Pasal 188 dan
Pasal 190. Lalu, bgmn penerapan penegakan hukumnya?
Di samping Pasal 38 ayat (2) “yg bermasalah” di atas, terdapat pengaturan sanksi administrasi baru
dlm Pasal 190 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 67 UU 11/2020), yakni:

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


29 Beberapa Telaah Kritis (20)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
a. Pasal 14 ayat (1) UU 13/2003 (Pasal 81 angka 2 UU 11/2020), apabila lembaga pelatihan kerja
swasta tdk memenuhi perizinan yg diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
b. Pasal 61A UU 13/2003 (Pasal 81 angka 17 UU 11/2020), apabila pengusaha tdk memberikan uang
kompensasi kpd pekerja/buruh yg PKWT-nya berakhir.
c. Pasal 92 UU 13/2003 (Pasal 81 angka 30 UU 11/2020), apabila pengusaha tdk menyusun struktur
dan skala upah di prshnnya.
Perihal pengenaan sanksi dlm Pasal 185, Pasal 186, Pasal 187, Pasal 188, dan Pasal 190 (Pasal 81
angka 63, 64, 65, 66, dan 67 UU 11/2020) terdapat perubahan kata yg semula “dan” menjadi
“atau.” Hal tsb sangat tepat sehingga penerapan sanksinya lebih efektif karena bersifat alternatif, tdk
akumulatif sbgmn pasal semula (sebelum perubahan).
27. Pasal 191A Keberadaan Pasal 191A UU 13/2003 (Pasal 81 angka 68 UU 11/2020) ini merupakan pasal sisipan
UU 13/2003 sbg ketentuan peralihan, yg mengatur tentang penetapan utk pertama kali berdasarkan peraturan
(Pasal 81 pelaksanaan sebelumnya (UU 13/2003) dan melarang pengurangan atau penurunan upah yg telah
angka 68 UU diberikan lebih tinggi dari upah minimum.
11/2020)
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
30 Beberapa Telaah Kritis (21)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
B. UU 40/2004 (Pasal 82 UU 11/2020)
28. Pasal 18 UU Terdapat penambahan program baru yg diselenggarakan oleh BP Jamsostek, yakni Jaminan Kehi-
40/2004 langan Pekerjaan (JKP). JKP diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dg tujuan utk
(Pasal 82 mempertahankan derajat kehidupan yg layak pada saat pekerja/buruh kehilangan pekerjaan.
angka 1 UU Kebijakan ini merupakan “program barter” karena adanya kompromi pengurangan besaran uang pesa-
11/2020) ngon yg semula 32 bulan upah menjadi 25 bulan upah, yg dibayarkan 19 bulan upah oleh pengusaha
dan 6 bulan upah oleh BPJS Ketenagakerjaan dlm skema program JKP.
Padahal jika ditelusuri, berdasarkan pernyataan Achmad Baidowi, Wakil Ketua Baleg DPR RI selepas
rapat panitia kerja (28/9/2020), ditegaskan bahwa “Panitia Kerja sepakat bahwa pesangon 32 kali di-
hapus. Sbg gantinya akan sistem campuran, 23 akan ditanggung prshn dan 9 ditanggung peme-
rintah dlm bentuk jaminan kehilangan pekerjaan.”4)

4) https://bisnis.tempo.co/read/1392205/7-perubahan-aturan-bagi-pekerja-di-omnibus-law-di-antaranya-pesangon-dan-upah,
diakses pada 3 Oktober 2020.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
31 Beberapa Telaah Kritis (22)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
29. Pasal 46A, Secara garis besar sistem jaminan sosial mengikuti dua metoda, yaitu:
Pasal 46B, a. Asuransi sosial (social insurance) adalah jaminan sosial yg diberikan kpd para peserta asuransi
Pasal 46C, berdasarkan premi iuran yg dibayarkannya.
Pasal 46D,
dan Pasal b. Bantuan sosial (social assistance) adalah jaminan sosial yg umumnya diberikan kpd kelompok
46E UU lemah dlm masyarakat dari pendapatan pajak.5)
40/2004 Terdapat inkonsistensi pengaturan antara antara Pasal 46B ayat (1) dan Pasal 46C UU 40/2004
(Pasal 82 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020). Pengaturan dlm Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2
angka 2 UU UU 11/2020) sebenarnya sudah tepat dan sejalan dg ketentuan Pasal 46B ayat (1) UU 40/2004 (Pasal
21/2020) 82 angka 2 UU 11/2020), karena prinsip asuransi sosial adalah mewajibkan peserta utk membayar
iuran jaminan sosial. Namun, pengaturan tsb kemudian mentah karena adanya ketentuan Pasal 46C
ayat (2) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020), di mana iuran JKP dibayar oleh Pemerintah
Pusat.
5) Lihat Agusmidah, et. al., 2020, Kajian Evaluasi dan Penguatan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Indonesia, kerja
sama Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan RI
dengan Perkumpulan Pengajar dan Praktisi Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (P3HKI), Penerbit CV Revka Prima Media,
Surabaya, hal. 63—64.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
32 Beberapa Telaah Kritis (23)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Apabila memang program JKP diselenggarakan berdasar prinsip asuransi sosial, semestinya meng-
atur kewajiban bagi peserta—dlm hal ini pekerja/buruh—utk membayar iuran. Sebaliknya, apabila
iurannya dibayar oleh Pemerintah, semestinya diberikan utk kelompok lemah dlm masyarakat, bukan
kpd pekerja/buruh yg tdk tergolong fakir miskin dan orang tdk mampu sbg Penerima Bantuan Iuran
(PBI). Hal ini menunjukkan terjadinya inkonsistensi pengaturan program JKP dlm UU 11/2020, di
samping juga menyalahi sistem jaminan sosial.
Pertanyaannya, bgmn jika terjadi prshn belum atau tdk daftar sbg peserta BPJS? Sementara Peme-
rintah menjamin uang pesangon diterima pekerja/buruh termasuk JKP tsb.
Keberadaan pengaturan rekomposisi iuran progam JKP sbgmn ketentuan Pasal 46E ayat (1) huruf b
UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020) tentu sangat terkait dg ketentuan Pasal 46B ayat (1) dan
Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020). Artinya, apabila dlm Pasal 46B ayat
(1) dan Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020) sudah diatur bahwa penye-
lenggaraan program JKP berdasarkan prinsip asuransi sosial dan peserta adalah setiap orang
yg membayar iuran, maka pengaturan rekomposisi iuran progam JKP adalah sejalan.

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


33 Beberapa Telaah Kritis (24)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Namun timbul persoalan, ketika Penjelasan Pasal 46E ayat (1) huruf b UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2
UU 11/2020) menyatakan bahwa:
“Yg dimaksud rekomposisi iuran adalah rekomposisi iuran yg tdk berasal dari pekerja/buruh tanpa
mengurangi manfaat program jaminan sosial lainnya yg menjadi hak pekerja/buruh.”
Pengaturan “rekomposisi iuran tdk berasal dari pekerja/buruh” demikian adalah menyalahi dan
bertentangan dg prinsip asuransi sosial sbgmn yg sudah ditegaskan dlm Pasal 46B ayat (1) dan
Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020).

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)


Prepared by: Abdul Khakim
Mobile phone: 0813 5064 9990
E-mail: hakim_cons@yahoo.com

34

Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)

Anda mungkin juga menyukai