Telaah Kritis UU Cipta Kerja (Bidang Ketenagakerjaan)
Telaah Kritis UU Cipta Kerja (Bidang Ketenagakerjaan)
Perubahan UU 13/2003
dalam UU 11/2020
(Sebuah Telaah Kritis)
Oleh:
Abdul Khakim, S.H., M.Hum.
(Praktisi Hukum Ketenagakerjaan)
Disampaikan pada:
WEBINAR ANALISIS POTENSI PELANGGARAN KONSTITUSI
DALAM PEMBENTUKAN UU CIPTA KERJA
Diselenggarakan oleh: PRESIDIUM GERAKAN KESEJAHTERAAN NASIONAL (GEKANAS)
Kamis, 14 Januari 2021 – Pukul 14.00 s/d 16.00 WIB
2
Outline:
1. Pendahuluan.
2. Dampak UU Cipta Kerja thd UU
Bidang Ketenagakerjaan.
3. Amanat Pembentukan
Peraturan Per-UU Turunan.
4. Beberapa Telaah Kritis.
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2020) terdiri dari 15 Bab
dan 174 pasal, secara garis besar meliputi:
a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
b. ketenagakerjaan;
c. kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan koperasi dan UMK-M;
d. kemudahan berusaha;
e. dukungan riset dan inovasi;
f. pengadaan tanah;
g. kawasan ekonomi;
h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional;
i. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
j. pengenaan sanksi (Pasal 4 UU 11/2020).
Menurut Menaker (Ida Fauziah) bahwa dlm perumusan RUU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan, terdapat
prinsip-prinsip umum yg dipatuhi, yaitu:
• Penyusunan ketentuan klaster ketenagakerjaan memperhatikan hasil putusan Mahkamah Konstitusi atas
uji materi UU 13/2003.
• Ketentuan mengenai sanksi ketenagakerjaan dikembalikan kpd UU 13/2003 (Konferensi Pers Virtual tentang
Penjelasan UU Cipta Kerja pada Rabu, 7 Oktober 2020 pukul 16.00 WIB s/d selesai).
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
5 AMANAT PEMBENTUKAN PERATURAN PER-UU
TURUNAN
No. Amanat Pasal Objek Pengaturan dlm PP Semula
(1) (2) (3) (4)
A. UU 13/2003 (Pasal 81 UU 11/2020)
1. Pasal 42 ayat (6) Jabatan tertentu dan waktu tertentu terkait TKA. KepMen.
2. Pasal 49 Penggunaan TKA. PerPres 20/2018
3. Pasal 56 ayat (4) PKWT berdasarkan jangka waktu atau selesainya KepMen.
suatu pekerjaan tertentu.
4. Pasal 59 ayat (4) Jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka PerMen 19/2012.
waktu, dan batas waktu perpanjangan PKWT.
5. Pasal 61A ayat (3) Pemberian uang kompensasi terkait berakhirnya Tdk ada.
PKWT.
6. Pasal 66 ayat (6) Pelindungan pekerja/buruh dan perizinan berusaha -
prshn alih daya.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
6 AMANAT PEMBENTUKAN PERATURAN PER-UU TURUNAN (2)
No. Amanat Pasal Objek Pengaturan dlm PP Semula
(1) (2) (3) (4)
7. Pasal 77 ayat (5) Waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan Tdk ada.
tertentu.
8. Pasal 78 ayat (4) Waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. KepMen 102/-
2004.
9. Pasal 79 ayat (6) Perusahaan tertentu yg dapat memberikan istirahat KepMen 51/-
panjang. 2004.1)
10. Pasal 88 ayat (4) Kebijakan pengupahan. Tdk ada.
11. Pasal 88B ayat (2) Upah berdasarkan satuan waktu dan/atau satuan Tdk ada.
hasil.
1) Yg diwajibkan hanya prshn yg selama ini telah melaksanakan istirahat panjang sebelum ditetapkannya Keputusan Menteri
ini (Pasal 2 KepMen 51/2004).
2) Lihat Lampiran II Bab I Bagian C butir 88 dan 89 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (UU 12/2011).
16. Pasal 152 Penghapusan Pasal 152 (Pasal 81 angka 39 UU 11/2020) sejalan dg Putusan MK No. 20/PUU-XIII/-
(Pasal 81 2015 (uji materi thd ketentuan Pasal 81 UU 2/2004) yg antara lain Majelis Hakim menilai bahwa jelas
angka 39 UU perkara PHK tdk mungkin dikonstruksikan sbg permohonan. Sebab, perkara PHK jelas ada unsur
11/2020) sengketa (disputes) antara para pihak, setidak-tidaknya dua pihak. Mekanisme demikian tdk mungkin
dapat dilaksanakan dlm sidang permohonan.
Dm penyelesaian PHK tdk ada mekanisme permohonan penetapan (gugatan voluntair) sbgmn dimak-
sud Pasal 152 UU 13/2003, melainkan dg gugatan contentiosa sbgmn ketentuan Pasal 81 UU
2/2004. Akibatnya, ketentuan Pasal 152 UU 13/2003 tdk berlaku sehingga melalui Pasal 81 angka 39
UU 11/-2020 pasal tsb dihapus.
4) https://bisnis.tempo.co/read/1392205/7-perubahan-aturan-bagi-pekerja-di-omnibus-law-di-antaranya-pesangon-dan-upah,
diakses pada 3 Oktober 2020.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
31 Beberapa Telaah Kritis (22)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
29. Pasal 46A, Secara garis besar sistem jaminan sosial mengikuti dua metoda, yaitu:
Pasal 46B, a. Asuransi sosial (social insurance) adalah jaminan sosial yg diberikan kpd para peserta asuransi
Pasal 46C, berdasarkan premi iuran yg dibayarkannya.
Pasal 46D,
dan Pasal b. Bantuan sosial (social assistance) adalah jaminan sosial yg umumnya diberikan kpd kelompok
46E UU lemah dlm masyarakat dari pendapatan pajak.5)
40/2004 Terdapat inkonsistensi pengaturan antara antara Pasal 46B ayat (1) dan Pasal 46C UU 40/2004
(Pasal 82 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020). Pengaturan dlm Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2
angka 2 UU UU 11/2020) sebenarnya sudah tepat dan sejalan dg ketentuan Pasal 46B ayat (1) UU 40/2004 (Pasal
21/2020) 82 angka 2 UU 11/2020), karena prinsip asuransi sosial adalah mewajibkan peserta utk membayar
iuran jaminan sosial. Namun, pengaturan tsb kemudian mentah karena adanya ketentuan Pasal 46C
ayat (2) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020), di mana iuran JKP dibayar oleh Pemerintah
Pusat.
5) Lihat Agusmidah, et. al., 2020, Kajian Evaluasi dan Penguatan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Indonesia, kerja
sama Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan RI
dengan Perkumpulan Pengajar dan Praktisi Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (P3HKI), Penerbit CV Revka Prima Media,
Surabaya, hal. 63—64.
Perubahan UU 13/2003 dlm UU 11/2020 (Sebuah Telaah Kritis)
32 Beberapa Telaah Kritis (23)
No. Pasal Telaah Kritis
(1) (2) (3)
Apabila memang program JKP diselenggarakan berdasar prinsip asuransi sosial, semestinya meng-
atur kewajiban bagi peserta—dlm hal ini pekerja/buruh—utk membayar iuran. Sebaliknya, apabila
iurannya dibayar oleh Pemerintah, semestinya diberikan utk kelompok lemah dlm masyarakat, bukan
kpd pekerja/buruh yg tdk tergolong fakir miskin dan orang tdk mampu sbg Penerima Bantuan Iuran
(PBI). Hal ini menunjukkan terjadinya inkonsistensi pengaturan program JKP dlm UU 11/2020, di
samping juga menyalahi sistem jaminan sosial.
Pertanyaannya, bgmn jika terjadi prshn belum atau tdk daftar sbg peserta BPJS? Sementara Peme-
rintah menjamin uang pesangon diterima pekerja/buruh termasuk JKP tsb.
Keberadaan pengaturan rekomposisi iuran progam JKP sbgmn ketentuan Pasal 46E ayat (1) huruf b
UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020) tentu sangat terkait dg ketentuan Pasal 46B ayat (1) dan
Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020). Artinya, apabila dlm Pasal 46B ayat
(1) dan Pasal 46C ayat (1) UU 40/2004 (Pasal 82 angka 2 UU 11/2020) sudah diatur bahwa penye-
lenggaraan program JKP berdasarkan prinsip asuransi sosial dan peserta adalah setiap orang
yg membayar iuran, maka pengaturan rekomposisi iuran progam JKP adalah sejalan.
34