Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD WILDAN NUGRAHA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048801322

Kode/Nama Mata Kuliah : SOSI4302/Teori Kriminologi

Kode/Nama UPBJJ : PURWOKERTO

Masa Ujian : 2023/2024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH JAWABAN
MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2023/2024
Genap (2024.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : SOSI4302/Teori Kriminologi
Tugas :2

1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisis risiko dalam menjelaskan seseorang untuk
menjadi korban kejahatan (vintimisasi)? Kemudian, berikan contoh kasusnya

JAWABAN

Analisis risiko dalam konteks vintimisasi adalah proses untuk mengevaluasi potensi
seseorang menjadi korban kejahatan berdasarkan berbagai faktor yang
mempengaruhi tingkat kerentanan atau rentan seseorang terhadap tindakan kriminal.
Tujuan dari analisis risiko ini adalah untuk mengidentifikasi dan memahami faktor-
faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi korban kejahatan,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan yang tepat.

Beberapa faktor yang dapat dianalisis dalam konteks ini meliputi:

1. Faktor Lingkungan:
2. Faktor Sosial dan Ekonomi:
3. Faktor Individu:.
4. Faktor Kejahatan Spesifik:.

Contoh kasus analisis risiko dalam konteks vintimisasi adalah sebagai berikut:

Seorang wanita muda tinggal sendiri di sebuah apartemen di daerah perkotaan yang
memiliki tingkat kejahatan jalanan yang tinggi. Dia bekerja malam di sebuah restoran
di pusat kota dan sering pulang larut malam. Faktor-faktor risiko yang mungkin
memengaruhi kemungkinannya menjadi korban kejahatan adalah:

- Faktor Lingkungan: Apartemennya terletak di daerah perkotaan dengan tingkat


kejahatan yang tinggi dan mungkin memiliki akses yang kurang terang atau kurang
aman di malam hari.

- Faktor Sosial dan Ekonomi: Wanita ini tinggal sendiri dan sering pulang larut malam
setelah bekerja. Status sosial-ekonominya mungkin juga mempengaruhi tingkat
kerentanannya terhadap kejahatan.

- Faktor Individu: Karena dia tinggal sendiri dan sering pulang larut malam, dia
mungkin dianggap sebagai target yang mudah oleh pelaku kejahatan. Selain itu, usia
dan jenis kelaminnya juga dapat memengaruhi tingkat risikonya menjadi korban
kejahatan.

2. Jelaskan bagaimana kasus kondisi sosial ekonomi seseorang dapat meningkatkan resiko
menjadi korban kejahatan? Berikan contohnya

JAWABAN

Kondisi sosial ekonomi seseorang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat risiko
mereka menjadi korban kejahatan. Faktor-faktor sosial ekonomi ini mencakup pendapatan,
tingkat pendidikan, pekerjaan, kondisi perumahan, dan akses terhadap sumber daya serta
layanan publik. Berikut adalah beberapa cara di mana kondisi sosial ekonomi seseorang
dapat meningkatkan risiko mereka menjadi korban kejahatan:

1. Tingkat Pendapatan Rendah: Orang-orang dengan pendapatan rendah cenderung


tinggal di lingkungan yang kurang aman atau memiliki tingkat kejahatan yang lebih tinggi.
Mereka mungkin tidak mampu memilih tempat tinggal yang lebih aman atau tidak
memiliki akses yang memadai terhadap layanan keamanan.

Contoh: Seorang pekerja harian dengan penghasilan rendah tinggal di daerah perkotaan
yang padat penduduk dengan tingkat kejahatan jalanan yang tinggi. Karena terbatasnya
opsi perumahan yang terjangkau, dia mungkin tinggal di lingkungan yang kurang aman
dan rentan terhadap kejahatan seperti perampokan atau pencurian.

2. Pendidikan yang Rendah: Orang-orang dengan tingkat pendidikan yang rendah


mungkin memiliki kesadaran yang lebih rendah tentang risiko kejahatan dan kurangnya
pengetahuan tentang cara mengurangi risiko tersebut. Mereka juga mungkin memiliki
akses yang terbatas terhadap informasi atau sumber daya yang dapat membantu
mereka menghadapi situasi berisiko.

Contoh: Seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan formal yang rendah mungkin
tidak menyadari tindakan keamanan yang diperlukan untuk melindungi dirinya dan
keluarganya dari potensi kejahatan. Misalnya, dia mungkin tidak menyadari pentingnya
mengunci pintu dan jendela rumahnya saat pergi atau meninggalkan barang berharga di
tempat yang terbuka.

3. Kurangnya Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan dan Layanan Sosial: Orang-orang


dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah mungkin memiliki akses yang terbatas
terhadap pelayanan kesehatan mental, layanan rehabilitasi, atau dukungan sosial. Ini
dapat meningkatkan risiko mereka menjadi korban kejahatan, terutama jika mereka
rentan terhadap penyalahgunaan atau eksploitasi.

Contoh: Seorang tunawisma yang tinggal di jalanan mungkin tidak memiliki akses yang
memadai terhadap layanan kesehatan mental atau dukungan sosial untuk membantu
mereka mengatasi masalah seperti kecanduan obat-obatan terlarang. Hal ini dapat
membuat mereka rentan menjadi korban kejahatan seperti perampokan atau kekerasan
jalanan.

3. Jelaskan bagaimana teori zona konsentrasi oleh Burgess dapat menjelaskan tentang
terjadinya kejahatan di masyarakat?

JAWABAN

Teori zona konsentrasi, yang dikemukakan oleh ahli sosiologi Ernest Burgess pada tahun
1925, menyatakan bahwa di dalam masyarakat perkotaan terdapat zona-zona atau wilayah-
wilayah tertentu yang memiliki tingkat kejahatan yang lebih tinggi daripada wilayah lainnya.
Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana struktur fisik dan sosial dari kota mempengaruhi
distribusi kejahatan. Berikut adalah penjelasan bagaimana teori zona konsentrasi oleh
Burgess dapat menjelaskan terjadinya kejahatan di masyarakat:

1. Pembagian Struktur Fisik Kota: Burgess mengamati bahwa kota cenderung terbagi
menjadi zona-zona yang memiliki karakteristik sosial dan ekonomi yang berbeda. Zona-
zona ini mencakup pusat kota (central business district), wilayah perumahan kelas atas,
wilayah perumahan kelas menengah, dan daerah perumahan kelas pekerja.
2. Pertumbuhan Pusat Kota: Burgess mengamati bahwa pusat kota atau central business
district cenderung menjadi pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, dan hiburan. Wilayah
ini sering kali ramai dan padat, dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Di sini,
Burgess menyatakan bahwa tingkat kejahatan cenderung lebih tinggi karena adanya
banyaknya kesempatan untuk kejahatan, seperti pencurian, penipuan, atau kekerasan
jalanan.
3. Persebaran Penduduk: Wilayah-wilayah perumahan kelas pekerja, yang berada di sekitar
pusat kota, sering kali memiliki tingkat kejahatan yang lebih tinggi daripada wilayah-
wilayah perumahan kelas menengah atau kelas atas. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi
sosial dan ekonomi yang lebih rentan, seperti tingkat pengangguran yang tinggi,
ketidakstabilan keluarga, atau rendahnya pendidikan.
4. Teori Pertumbuhan Secara Spiral: Burgess mengajukan konsep pertumbuhan secara
spiral, di mana wilayah-wilayah di sekitar pusat kota cenderung mengalami perubahan
dari zona perumahan kelas menengah menjadi zona industri atau komersial, dan akhirnya
menjadi zona kumuh atau daerah berisiko tinggi. Perubahan ini dapat menyebabkan
peningkatan tingkat kejahatan karena perubahan lingkungan fisik dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai