Anda di halaman 1dari 9

TATALAKSANA KASUS TB

: KMP/SOP/I/ /
No.Dokumen
2023
SOP No.Revisi :0
Tanggal Terbit : 03 Januari 2023
Halaman : 1/2

FITRIA SY. STION,


Puskesmas SKM.,M.KES
Biontong NIP.19860610 201002 2 0021

1. Pengertian 1. Penatalaksanaan Penyakit TBC Dengan Strategi DOTS adalah pengobatan


penyakit TBC jangka pendek dengan menggunakan terapi kombinasi (Fixed
Dose Combination / FDC)
2. Pengobatan TB Kategori 1 adalah pengobatan dengan 4 FDC (75 mg INH,
150 mg rifampisin, 400 mg pirazinamid, 275 mg ethambutol) untuk tahap
intensif dan sisipan serta 2 FDC (150 mg INH, 150 mg rifampicin) untuk
tahap lanjutan
3. Pengobatan TB Kategori 2 adalah pengobatan dengan 4 FDC (75 mg INH,
150 mg rifampisin, 400 mg pirazinamid, 275 mg ethambutol) ditambah
dengan streptomycin injeksi untuk tahap intensif dan 2 FDC (150 mg INH,
150 mg rifampicin) ditambah dengan ethambutol untuk tahap lanjutan
4. Konversi adalah perubahan penderita TBC paru BTA (+) menjadi BTA (-)
pada akhir pengobatan intensif
5. Pengobatan anak tahap intensif 2HRZ, tahap lanjutan 4HR
6. Profilaksis INH diberikan bila anak balita yang kontak dengan penderita
TBC Paru BTA (+) evaluasi dengan system skoring nilainya < 4, selama
kontak dalam pengobatan.
7. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita.
7.1 Klasifikasi Penyakit.
7.1.1 Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis Paru BTA Positif adalah :
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesiman dahak SPS, BTA (+).
b. 1 spesimen dahak SPS, BTA (+) dan RO dada menunjuk-kan
gambaran tuberkulosis aktif.
Tuberkulosis Paru BTA Negatif adalah :
a. Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS, BTA (─) dan RO dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif, dibagi menjadi 2
tingkat keparahan : berat dan ringan.
7.1.2 Tuberkulosis Ekstra Paru.
a. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat.
7.2 Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan oleh riwayat pengobatan sebelumnya.

7.2.1 Kasus Baru.

Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah


pernah minum OAT < 1bulan.

7.2.2 Kambuh ( Relaps )


Penderita tuberkulosis yang sudah dinyatakan sembuh, berobat lagi
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

7.2.3 Pindahan ( Transfer In ).


Penderita tuberkulosis yang sedang mendapat pengobatan di
daerah lain kemudian pindah ke UPTD Puskesmas TUMPANG.

7.2.4 Setelah Lalai ( Pengobatan setelah default / drop-out )


Penderita tuberkulosis yang sudah minum OAT ≤ 1 bulan, berhenti
≤ 2 bulan, berobat kembali, biasanya BTA (+).

a. Gagal.
 Penderita tuberkulosis BTA (+) yang tetap BTA (+) atau
kembali BTA (+), pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan /
lebih.
 Penderita tuberkulosis BTA (─), RO (+); menjadi BTA (+)
pada akhir pengobatan Intensif.
b. Kasus Kronis
Penderita tuberkulosis yang masih BTA (+) setelah selesai
pengobatan ulang Kategori 2.
1. Kategori 1 untuk penderita :
 TBC Paru BTA (+)
 TBC Paru BTA (-) RO (+)
 TBC Ekstra Paru
 Penderita baru BTA (-) RO (+)
2. Kategori 2 untuk penderita :
 Penderita kambuh (relaps)
 Penderita gagal (failure)

2/2
 Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
4. Peningkatan mutu pelayanan dengan paduan OAT sesuai strategi DOTS
5. Angka konversi pada akhir pengobatan intensif > 80% dan angka
kesembuhan > 85%
6. Demi terselesaikannya pengobatan penderita (sembuh) pengelola program
bertindak sebagai PMO
2. Tujuan Untuk melaksanakan penatalaksanaan tuberculosis paru

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Biontong Nomor tentang tatalaksana kasus TB Paru


4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
5. Prosedur dan 1. PERENCANAAN
Langkah- 1.1. Penetapan diagnosa komunitas
langkah 1.2. Mapping sasaran berdasarkan hasil contact tracing
1.3. Pembuatan Kohort TB
1.4. Permintaan obat, register TB, kartu penderita dan sarana
laboratorium
2. PELAKSANAAN
Penemuan Penderita.
2.1. Pada orang dewasa.
Setiap penderita dengan gejala :
 Batuk berdahak terus menerus selama 3 minggu atau lebih.
 Dahak bercampur darah,
 Batuk darah,
 Sesak nafas dan rasa nyeri dada,
 Badan lemah, nafsu makan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam
meriang lebih satu bulan.
dianggap suspect tuberculosis dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis.
2.2. Pada anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak agar tidak terjadi over
diagnosis menggunakan Sistem Skoring.
Parameter 0 1 2 3 Skor

 Hanya laporan Kontak


Kontak de-
keluarga penderita
ngan pen-derita Tidak jelas
 Kontak pende- BTA
TB
rita BTA ( - ) (+)

3/2
Uji Tuber-kulin Positif
(>10mm
atau <
5 mm
pada
keadaan
imunosu
presi

Parameter 0 1 2 3 Skor

Berat ba-dan ( BGM atau ri-


ber-dasarkan wayat BB Tu-
KMS ) run; atau tidak Klinis gizi
Naik dalam 2 buruk
Bulan berturut-
an

Demam tanpa
se-bab yang +
jelas

Batuk < 3 minggu ≥ 3 minggu

Pembesar-an  ≥ 1 cm
kelenjar limfe  Lebih dari satu
kolli, aksila,  Tidak nyeri
inguinal

Pembeng- Pembeng
kakan tu-lang -kakan
atau sendi tu-lang Ada
Ada
pang-gul, lutut, atau pembe
pembengkak-
falang sendi ngkak
an
pang-gul, -an
lutut,
falang

Foto ront-gen Normal Sugestif Foto Normal Sugest

4/2
toraks ront-gen
if
toraks

Skor Total

 Diagnosis dengan Sistem Skoring ditegakkan oleh dokter.


 Berat badan dinilai saat datang ( moment opname ).
 Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Pus-kesmas.
 Foto Rontgent toraks bukan alat diagnostik utama pada TB Anak.
 Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan
Sistem Skoring TB Anak.
 Didiagnosis TB bila jumlah skor ≤ 6 ( skor maksimal 13 ).
 Pasien dengan jumlah skor 4, usia Balita atau ada kecurigaan TB
yang kuat, dirujuk ke RS untuk dievaluasi lebih lanjut.
2.2. Pengobatan
2.2.1. Pada Penderita.
Pengobatan Tuberkulosis dengan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment, Shorcourse chemotherapy), menggunakan OAT FDC
(Fixed Dos Combination) yang terdiri dari 2 fase ; fase Intensif dan
fase lanjutan serta 1 fase sisipan kusus bagi penderita BTA ( + )
yang pemeriksaan dahak ulang akhir pengobatan intensif masih
BTA ( + ) (belum conversi).

A.Pada orang dewasa.


Kategori I

 Fase Intensif setiap hari selama 8 minggu minum tablet 4FDC


yang setiap tablet mengandung :
 75 mg INH
 150 mg Rifampicin
 400 mg Pirzinamid
 275 mg Ethambutol
 Fase Lanjutan seminggu 3X selama 16 minggu minum tablet
2FDC yang setiap tablet mengandung :
 150 mg INH
 150 mg Rifampicin

5/2
 Fase Sisipan
 Diberikan kepada penderita BTA (+) yang pemeriksaan
ulang dahak pada akhir fase intensif tetap BTA (+)
 Jenis obat yang diberikan sama seperti fase Intensif selama
4 minggu.
 Dosis :
 Berat badan : 30 – 37 kg = 2 tablet
 Berat badan : 38 – 54 kg = 3 tablet
 Berat badan : 55 – 70 kg = 4 tablet
 Berat badan : > 71 kg = 5 tablet
 Bagi Penderita tuberkulosis BTA (─), RO (+); menjadi BTA
(+) pada akhir pengobatan Intensif dan Penderita tuberkulosis
BTA (+)
yang tetap BTA (+) atau kembali BTA (+), pada 1 bulan
sebelum akhir pengobatan / lebih pengobatannya pindah ke
kategori II mulai awal.

Kategori II.

 Fase Intensif setiap hari selama 12 minggu minum tablet 4FDC


yang mengandung :
 75 mg INH
 150 mg Rifampicin
 400 mg Pirzinamid
 275 mg Ethambutol
Streptomicyn injeksi setiap hari selama 8 minggu.
 Fase Lanjutan seminggu 3X selama 20 minggu mi-num tablet
2FDC yang mengandung :
 150 mg INH
 150 mg Rifampicin
 400 mg Ethambutol
 Fase Sisipan
Seperti fase Intensif kategori I selama 4 minggu.

 Dosis :
 Berat badan : 30–37 kg = 2 tab + streptomisin 500mg
 Berat badan : 38–54 kg = 3 tab + streptomisin 750mg
 Berat badan : 55–70 kg = 4 tab + streptomisin 1000mg
 Berat badan : > 71 kg = 5 tab + streptomisin 1000 mg

6/2
 Bagi Penderita tuberkulosis BTA (+) yang tetap BTA (+) atau
kembali BTA (+), pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan /
lebih dilakukan uji kepekaan atau dirujuk ke UPK Spesialistik.
B. Pada anak.
Anak dengan berat badan > 5 Kg

Pengobatan menggunakan Combipac, fase Intensif (60 hari) dan


fase Lanjutan (120 hari) minum obat setiap hari, yang setiap sachet
mengandung :

 Fase Intensif
 100 mg INH
 150 mg Rifampicin
 400 mg Pirazinamid
 Fase Lanjutan (intermiten)
 100 mg INH
 150 mg Rifampicin
 Dosis :
 Berat badan : 5 – 10 kg = ½ sachet
 Berat badan : 11 – 20 kg = 1 sachet
 Berat badan : 21 – 33 kg = 2 sachet
 Berat badan : > 34 kg = menggunakan IFDC
Anak dengan berat badan < 5 Kg
Harus dirujuk ke rumah sakit
2.3 Pengobatan pada keadaan khusus
2.3.1 Wanita hamil
Semua OAT aman untuk wanita hamil kecuali streptomisin.
Streptomisn tidak dapat dipakai karena bersifat permanent ototoxic
dan dapat menembus barier placenta.
2.3.2 Ibu menyusui dan bayinya
Semua OAT aman untuk ibu menyusui, untuk bayinya diberikan
profilaksis
2.3.3 Wanita penderita TBC pengguna kontrasepsi
Seyogyanya menggunakan kontrasepsi non hormonal atau
kontraseps yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg),
karena rifampicin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal yang
dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut.
2.3.4 Penderita TBC dengan infeksi HIV/AIDS
OAT tetap efektif pada penderita HIV/AIDS

7/2
2.3.5 Penderita TBC dengan hepatitis akut
Pengobatan ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami
penyembuhan.

2.3.5 Penderita TBC dengan kelainan hati kronik


Peningkatan SGOT dan SGPT > 3X OAT dihentikan, < 3X
pengobatan dilanjutkan dengan pengawasan ketat.

2.3.6 Penderita TBC dengan gangguan ginjal


Penggunaan Ethambutol dan Streptomicin dihindari, bila sangat
dibutuhkan dapat diberikan dengan dosis sesuai faal ginjal dengan
pengawasan fungsi ginjal.

2.3.7 Penderita TBC dengan DM


Diabetnya harus dikontrol, rifampisin mengurangi efektifitas obat
oral anti diabetes dan perlu dipehatikan pemakaian etambutol,
karena mempunyai komplikasi terhadap mata, .

2.3.8 Penderita TBC yang perlu tambahan kortikosteroid.


 Meningitis
 TBC Milier
 TBC Pleuritis eksudativa
 TBC Perikarditis konstriktiva
Prednison diberikan dengan dosis 30-40 mg/hari kemudian
diturunkan secara bertahap 5-10 mg. Lama pemberian
disesuaikan dengan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan

2.4 Indikasi operasi


Penderita-penderita yang perlu mendapat tindakan operasi, yaitu :

2.4.1 Untuk TBC Paru :


 Penderita batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan
cara konservatif
 Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak
dapat diatasi secara konservatif
2.4.2 Untuk TBC Ekstra Paru :
 Penderita TBC Ekstra Paru dengan komplikasi misalnya
penderita TBC tulang yang disertai kelainan neurologis.
2.5 Bagi penderita pindahan keluar wilayah harus disertai dengan
Formulir rujukan TB09 dan disertai dengan sisa obat
2.6 Pencegahan Penularan ( Profilaksis ) bagi balita
INH diberikan kepada balita dengan dosis 5 mg/kgBB per hari selama

8/2
kontak mendapat pengobatan, bila balita belum mendapat imunisasi
BCG diberikan BCG usai pemberian INH.

3. EVALUASI
3.1. Evaluasi hasil pemeriksaan mikroskopis dilakukan 3 bulan sekali dengan
mengirimkan 20 slide BTA (+) dan (-)
3.2. Evaluasi pengobatan dilakukan 6 bulan sekali meliputi :
3.2.1. Angka konversi
3.2.2. Angka kesembuhan
6. Diagram Alir
7. Unit Terkait 1. BP Umum
2. Laboratorium
3. Obat/ Farmasi
4. Rekam medis
5. Promkes

9/2

Anda mungkin juga menyukai