Fenomena Flexing Di Media Sosial Sebagai RIval Sanggilaung
Fenomena Flexing Di Media Sosial Sebagai RIval Sanggilaung
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Flexing adalah kemajuan teknologi memang tak bisa di pungkiri akan memberikan
kemudahan untuk segala hal. Namun., kemajuan teknologi juga tak selamanya mampu.
Memberikan dampak positif, sehingga kita harus bijak dalam menggunakan teknologi.
Bahkan, ada beberapa kondisi yang menjadikan kemajuan teknologi memberikan dampak
negative bagi kehidupan seseorang. Adanya fenomena flexing menjadi salah satu contoh
fenomena yang semakin marak terjadi dengan adanya produk dari kemajuan teknologi,
seperti media sosisal.
ASN memiliki apa yang disebut sebagai self consciousness. Ini merupakan rasa
tanggung jawab sosial dan tanggung jawab terhadap pemerintah. Lebih penting dari itu
adalah karena sebagai ASN dan pejabat publik, mereka harus bisa mempertanggung
jawabkan aktivitasnya karena menggunakan uang rakyat dan pajak. karena itu, ASN yang
melakukan flexing dimedia sosial, sebenarnya dapat dikategorikan sebagai kurang berempati
terhadap kondisi masyarakat. Karena kita tahu, kondisi ekonomi mayoritas masyarakat
Indonesia seperti apa,
Adapun kewajiban dari aparatur sipil negara (ASN) untuk mekanisme pemantauan
melalui Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), ASN yang diatur dalam
sejumlah undang-undang. Bagi Penyelenggara Negara yang tidak memenuhi kewajiban
LHKPN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, maka
berdasarkan Pasal 20 undang-undang yang sama akan dikenakan sanksi administratif sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
b. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah mengetahui pengaruh flexing terhadap aparatur sipil
negara (ASN) dengan kemajuan teknologi yang semakin marak
c. Sasaran penulisan
Adapun dari penulisan ini yaitu aparatur sipil negara (ASN) sebagai pelayan public dapat
memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat. Dengan adanya fenomena flexing yang
semakin marak terjadi dengan adanya produk dari kemajuan teknologi, seperti media sosisal.
d. Analisis masalah
Sbenarnya kita tidak mencegah seorang pegawai negeri itu makmur atau kaya. Tetapi
sekali lagi sebagai seorang ASN sesuai dengan UU no 5 tahun 2014 menyatakann bahwa
PNS memiliki fungsi antara lain sebagai pelaksana kebijakan public, pelayanan public dan
perekat dan pemersatu bangsa . maka kita sebagai ASN menghindari yang namanya flexing.
Sehingganya kita sebgai ASN memberikan contoh yang baik untuk masyarakat dan
terhindari dari opini-opini negative dari masyarakat.
ASN : Sikap “Pubbhing” Ditengah Fungsi Sebagai
Pelayan Publik
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Sebagai seorang ASN (Aparatur Sipil Negara), sesuai dengan UU no 5 tahun 2014
menyatakan bahwa PNS memiliki fungsi antara lain sebagai 1) pelaksana kebijakan publik,
2) pelayan publik, dan 3) perekat dan pemersatu bangsa. Kualitas pelayanan publik
ditentukan oleh seberapa baik sikap dan perlakukan penyelenggara negara/instansi
pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya kepada masyarakat serta tingkat
kepuasan masyarakat yang ditandai dengan membaiknya kesejahteraan masyarakat dari
waktu ke waktu. Maka tercapainya pelayanan publik suatu instansi kepada masyarakat salah
satunya juga tergantung pada kinerja PNS di dalamnya.
Istilah phubbing tak semua orang tahu kapan mulai populer dalam kehidupan
bermasyarakat. Istilah phubbing berawal dari kata phone, artinya telepon, dan snubbing, yang
bermakna menghina. Terminologi ini pertama kali muncul pada medio Mei 2012 lalu di
Australia. Kala itu, sebuah biro iklan Australia menggunakan istilah phubbing untuk
menggambarkan fenomena yang berkembang di era digital ini. Banyak orang mengabaikan
teman dan keluarga yang berada tepat di depannya karena malah lebih asyik dengan
ponselnya.
Phubbing mengganggu kemampuan untuk merasa benar-benar hadir dan terlibat
dengan orang-orang di sekitarnya. Seseorang mungkin hadir secara fisik di hadapan orang
lain namun dengan perhatian yang sepenuhnya teralihkan. Peralihan perhatian ini dilakukan
dengan sengaja ketika kita mulai menggunakan smartphone, diniatkan atau tidak sama sekali.
Riset membuktikan, chatting selama percakapan tatap muka, yang termasuk phubbing,
membuat interaksi yang terjadi kurang mengesankan, Hal ini berdampak pada semua orang
yang terlibat interaksi tersebut, bahkan pelaku phubbing.
Dengan demikian, kata yang menggambarkan perilaku seseorang yang asyik dengan
gadget ketika berhadapan dengan orang lain atau sedang berada di dalam pertemuan. Terlebih
jika kasus seperti itu melanda pribadi dari ASN yang notabenenya merupakan pelaksana dari
setiap kebijakan pemerintahan yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat. Jikal
hal-hal seperti ini mewabah bak virus kedalam pribadi dan sikap ASN dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai pelayan publik, maka akan banyak potensi maladministrasi yang
dilakukan penyelenggara negara sebagaimana Pasal 6 dan Pasal 7 UU Nomor 37 Tahun 2008
tentang Ombudsman RI, yaitu mengawasi aspek pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara dan pemerintahan, termasuk BUMN, BUMD, Badan Swasta dan/atau
perseorangan yang melaksanakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari APBN/APBD.
b. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh perilaku Phubbing di kalangan
Aparatur Sipil Negara (ASN) didalam melaksanakan tugas sebagai pelayan publik.
c. Sasaran Penulisan
Manfaat dari Penulisan ini yaitu agar ASN sebagai pelayan publik dapat memberikan
pelayanan administrasi yang efektif tanpa gangguan dari kebiasaan Pubbhing yang
kebanyakan dimiliki oleh para pegawai-pegawai pelayan publik seperti sekarang ini,
sehingga masih ada diantara ASN tersebut yang salah kaprah dengan tugas dan
tanggungjawabnya. Padahal, sebagai ASN, mereka harus memiliki nilai dan jiwa melayani
masyarakat, karena secara teoritis makna atau arti dari aparat birokrasi pemerintahan adalah
civil servant, yang maknanya adalah pelayan masyarakat.
d. Analisis masalah
Phubbing atau phone snubbing dikenal untuk untuk menggambarkan seseorang yang
begitu terpaku pada ponsel alih-alih berinteraksi dengan lawan bicaranya. Perilaku ini
dianggap kasar, menyinggung, tidak sopan, dan merusak kepercayaan orang lain. Lebih jauh
lagi, jika ada oknum-oknum ASN yang kerap menunjukan sikap Phubbing Ketika
melaksanakan tugas dalam memberikan pelayanan pada pasyarakat dengan
mengesampingkan prinsip bahwa pedoman dan kode etik dari pejabat publik itu adalah
memberikan pelayanan yang prima dan tuntas bagi masyarakat. Hal tersebut jelas merupakan
tindakan mencederai asas keprofesionalan yang ada di Pasal 4 huruf e Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan asas profesionalitas yang tertuang di
Pasal 2 huruf b Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Berangkat dari keadaan tersebut, sehingganya dalam tulisan ini memuat pokok-pokok pikiran
yang jika dilihat mngkin hanya soal sepele, tapi pada prakteknya akan menimbulkan dampak
sistemik didalam kehidupan bermasyarakat, baik dari merosostnya pelayanan publik dengan
interaksi sosial yang humanis.