Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKONOLOGI PRODUKSI BENIH

“DORMANSI BENIH”

Disusun Oleh:

Nama : Pricilia Angelina

NIM : 205040207111052

Kelas : G

Asisten : Nurlinda

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih merupakan alat perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman. Pada benih,
dikenal istilah dormansi. Dormansi benih adalah kondisi dimana benih tidak mampu
berkecambah hingga batas waktu akhir pengamatan perkecambahan, meskipun benih dalam
kondisi optimum (Zanzibar, 2017). Salah satu faktor penentu keberhasilan perkecambahan
adalah dormansi benih. Dormansi benih memiliki keuntungan yaitu sebagai mekanisme
mempertahankan hidup lebih lama dan memberikan ketahanan dalam penyimpanan benih.
Penyebab dari dormansi benih seperti faktor lingkungan, interaksi asam absisat (ABA) dengan
zat tumbuh lainya, dan asam absisat (ABA). Beberapa jenis varietas tanaman tertentu, seluruh
atau sebagian benih menjadi dorman ketika dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi
oleh pemakai benih atau petani yaitu bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Pemilihan perlakuan untuk mengatasi dormansi benih tergantung dari penyebab
dormansi benih tersebut. Nurshanti (2013) menjelaskan benih yang memiliki kulit keras dapat
diberi perlakuan perendaman benih dalam jangka waktu tertentu untuk melunakkan benih
sehingga pori-pori kulit benih terbuka dan dapat menyerap air. Perendaman benih dapat
dilakukan menggunakan air pada suhu tertentu maupun dengan menggunakan bahan kimia
seperti asam H2SO4, HCl, HNO3, dan garam KNO3. Adanya aktivitas asam pada proses
perendaman akan membuat kulit benih menjadi lunak dan kehilangan lapisan yang bersifat
impermeabel terhadap air dan gas sehingga metabolisme pada benih dapat berjalan dengan baik
dan proses perkecambahan dapat berlangsung dengan cepat. Pada benih yang memiliki kulit
yang keras juga dapat diberi perlakuan pengurangan ketebalan kulit benih (skratifikasi). Benih
yang terlalu tebal akan menghambat pergerakan air sehingga perlu dilakukan pengurangan
ketebalan sehingga air dapat diserap benih dan proses perkecambahan pada benih dapat
berjalan dengan baik (Uyatmi et al., 2016).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum dormansi benih yaitu untuk mengetahui daya
berkecambah biji pada perlakuan pematahan dormansi skarifikasi, stratifikasi, stratifikasi +
skarifikasi.
1.3 Manfaat
Manfaat dari dilaksanakannya praktikum dormansi benih yaitu untuk mengetahui daya
berkecambah biji pada perlakuan pematahan dormansi skarifikasi, stratifikasi, stratifikasi +
skarifikasi.
2. METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Berikut merupakan alat yang digunakan dalam praktikum dormansi benih:
Tabel 1. Alat yang digunakan
No Nama Alat Fungsi
1. Gunting Kuku Untuk melukai benih
2. Wadah Plastik Sebagai tempat pengganti germinator
5. Alat Tulis Untuk mencatat hasil praktikum
6. Kamera Untuk mendokumentasi hasil praktikum
2.2.2 Bahan
Berikut merupakan bahan yang digunakan dalam praktikum uji viabilitas benih:
Tabel 2. Bahan yang digunakan
No Nama Bahan Fungsi
1. Biji Semangka Sebagai objek pengamatan
2. Kertas Buram Sebagai Substrat UAK
3. Air Untuk melembabkan kertas substrat
4. Air panas Untuk merendam benih

2.2 Cara Kerja


2.2.1 Kontrol

Siapkan alat dan bahan

Lembabkan kertas buram

Meletakkan 5 biji semangka

Menutup biji dengan kertas buram

Meletakkan pada wadah plastik

Diulang 2 kali
2.2.2 Skarifikasi

Siapkan alat dan bahan

Lembabkan kertas buram

Memotong ujung 5 benih semangka (tidak boleh


mengenai embrio)

Meletakkan biji pada kertas buram

Menutup biji dengan kertas buram

Meletakkan pada wadah plastik

Diulang 2 kali

2.2.3 Stratifikasi

Siapkan alat dan bahan

Merendam 5 benih pada suhu 60-70ºC selama 10 menit

Meletakkan benih pada kertas buram yang telah


dilembabkan

Menutup benih dengan kertas buram

Meletakkan pada wadah plastik

Diulang 2 kali
2.2.4 Skarifikasi + Stratifikasi

Siapkan alat dan bahan

Melakukan perlakuan skarifikasi

Melakukan perlakuan stratifikasi

Meletakkan 5 benih pada kertas buram yang telah


dilembabkan

Menutup benih dengan kertas buram

Meletakkan pada wadah plastik

Diulang 2 kali

2.3 Analisa Perlakuan


2.3.1 Tahapan Perlakuan Kontrol
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kertas
buram diletakkan ke dalam wadah bening, lalu disemprot air. Kemudian letakkan benih
semangka ke atas kertas, kemudian tutup lagi menggunakan kertas buram (UAK) lalu semprot
kembali dengan air (Hurshanti, 2013). Setelah itu beri label pada perlakuan, dan ulangi
sebanyak 2 kali ulangan. Amati selama 5 hari dan dokumentasikan.
2.3.2 Tahapan Perlakuan Skarifikasi
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian sediakan
kertas dan gunting menyesuaikan wadah/cawan, letakkan kertas di atas cawan dan lembabkan
menggunakan sprayer. Setelah itu sediakan benih dan kemudian lakukan pemotongan pada
ujung benih menggunakan gunting kuku. Pemotongan pada benih dilakukan guna
mengondisikan benih yang awalnya memiliki sifat inpermeabel menjadi permiabel yang
berdampak pada cepatnya proses perkecambahan atau munculnya tunas baru akibat dari akses
air masuk ke dalam benih lebih mudah. Pemotongan pada benih mampu mempercepat atau
memicu proses perkecambahan pada benih yang memiliki kulit keras. Perlakuan skarifikasi
melalui pemotongan benih dapat menembus kulit benih yang keras sehingga dormansi pada
benih terutama yang berkulit keras dapat dipatahkan. Perlakuan pemotongan benih mampu
memudahkan masuknya dan bertukarnya air dan gas sehingga memacu pertumbuhan
kecambah benih. Setelah dilakukan pemotongan terhadap ujung benih diletakkan di atas kertas
dan kemudian ditutup menggunakan kertas buram lainnya, dan sebagai langkah akhir
pindahkan cawan kedalam kotak kardus dan lakukan pengamatan pada 5 hst lalu lakukan
dokumentasi.
2.3.3 Tahapan Perlakuan Stratifikasi
Sama halnya dengan kegiatan praktikum metode skarifikasi, langkah awal yang harus
dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan, kemudian sediakan cawan dan juga kertas buram,
namun sebelumnya sediakan benih dan juga air panas dengan tingkat kepanasan antara 60-
70°C dan benih direndam dalam air panas selama 10 menit. Perlakuan perendaman air panas
berguna untuk meningkatkan permeabilitas benih terhadap air dan gas. Perendaman benih
dalam air panas dapat melunakkan dan membuka pori pori kulit benih yang kering dan keras,
sehingga dapat meningkatkan proses imbibisi pada benih. Proses imbibisi pada benih
merupakan awal dari perkecambahan. Setelah 10 menit berlalu kemudian tiriskan benih dan
pindahkan ke dalam kertas buram yang sebelumnya telah disediakan dan juga telah
dilembabkan. Setelah benih disusun diatas kertas dan tutup dengan kertas. Pindahkan cawan
kedalam box ganti germinator. Lakukan pengamatan setelah 5 hst dan dokumentasikan
hasilnya.
2.3.4 Tahapan Perlakuan Skarifikasi dan Stratifikasi
Pada metode skarifikasi dan starifikasi untuk langkah awal praktikumnya dengan
menyediakan alat dan bahan terlebih dahulu. Selanjutnya sediakan cawan bersama kertas
buram dan benih. Benih yang telah disediakan kemudian direndam terlebih dahulu kedalam air
panas dengan temperatur 60-70°C, proses perendaman dilakukan selama 10 menit. Setelah
proses perendaman selesai, saring benih dan kemudian pindahkan ke atas kertas buram yang
telah dilembabkan sebelumnya. Kemudian tutup benih menggunakan kertas buram dan
pindahkan cawan kedalam box. Selanjutnya lakukan pengamatan setelah 5 hst dan lakukan
dokumentasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

No. Jenis Perlakuan Dokumentasi

1 Kontrol

2 Skarifikasi
3 Stratifikasi

4 Skarifikasi + Stratifikasi

Berikut ini merupakan perhitungan daya kecambah biji semangka pada setiap perlakuan.
● Ulangan 1
a. Kontrol
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= 5 x 100% = 0%

b. Skarifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= 5 x 100% = 0%

c. Stratifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= x 100% = 0%
5

d. Skarifikasi + Stratifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
1
= 5 x 100% = 20%

● Ulangan 2
a. Kontrol
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= x 100% = 0%
5

b. Skarifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= 5 x 100% = 0%

c. Stratifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= 5 x 100% = 0%

d. Skarifikasi + Stratifikasi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
Daya kecambah = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑗𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0
= 5 x 100% = 0%

3.2 Pembahasan Kegiatan


Praktikum dormansi benih dilakukan dengan empat perlakuan, diantaranya dengan
menggunakan perlakuan kontrol, perlakuan skarifikasi, perlakuan stratifikasi, dan perlakuan
skarifikasi + stratifikasi. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam kardus sebagai pengganti
germinator lalu didiamkan selama 5 HST dan diamati serta didokumentasikan
Berdasarkan perlakuan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perlakuan
terbaik untuk mematahkan dormansi biji semangka adalah dengan perlakuan skarifikasi dan
stratifikasi. Pada perlakuan ini, 10 benih pada kedua perlakuan mengalami perkecambahan
yaitu sebanyak 1. Adapun perlakuan ini memiliki daya kecambah sebesar 0,1 atau 10% untuk
kedua perlakuan. Pada perlakuan skarifikasi dan stratifikasi dilakukan pelukaan sedikit ujung
benih menggunakan gunting kuku dan juga dilakukan perendaman. Hal ini menyebabkan air
dapat masuk ke dalam biji dan proses perkecambahan dapat berlangsung, sehingga proses
pertumbuhan akan berlangsung dengan cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurmiaty et
al., (2014) bahwa skarifikasi mekanik dengan pelukaan kulit biji menggunakan potong kuku
akan menyebabkan air dapat masuk ke dalam biji sehingga akan terjadi proses imbibisi.
Skarifikasi dan stratifikasi mampu memberikan kondisi tidak kedap pada kulit benih (yang
mulanya kedap) sehingga benih dapat menyerap air. Air masuk ke dalam benih menyebabkan
aktivasi enzim, perombakan cadangan makan, transpor molekul, peningkatan respirasi dan
asimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, dan pemanjangan sel radikel diikuti
munculnya radikel dari kulit benih dapat terjadi. Air tersebut tidak saja mempercepat
munculnya radikel, juga meningkatkan pertumbuhan bagian embrio yang lainnya sehingga
kecambah normal yang terbentuk juga tinggi.
Berdasarkan perlakuan yang telah dilakukan, perlakuan kontrol, perlakuan stratifikasi,
dan perlakuan skarifikasi belum mampu mematahkan dormansi benih pada semangka. Pada
perlakuan kontrol tidak ada benih yang berkecambah, dengan nilai daya kecambah sebesar 0.
Perlakuan kontrol belum mampu mematahkan dormansi benih semangka karena benih masih
memiliki kulit yang keras. Kulit benih semangka yang keras menyebabkan air membutuhkan
waktu yang lama untuk bisa masuk ke dalam benih. Kulit benih harus lunak terlebih dahulu
agar air mampu masuk ke dalam benih. Hal ini menyebabkan proses perkecambahan
terhambat, sehingga proses pertumbuhan benih menjadi tanaman yang baru akan berlangsung
lama (Ramadhani et al., 2015). Pada perlakuan stratifikasi dan perlakuan skarifikasi, benih
yang berkecambah tidak ada. Hal ini menunjukkan pematahan dormansi menggunakan kedua
perlakuan ini masih belum memadai. Hal ini bisa disebabkan suhu yang belum cukup untuk
melunakkan kulit benih. Kulit benih yang masih keras menyebabkan air sulit masuk ke dalam
benih sehingga proses perkecambahan akan berlangsung lama. Hal ini sesuai dengan penelitian
Melasari et al., (2018) dimana pada percobaan pematahan dormansi benih kecipir pada suhu
40 oC dan 60 0C belum mampu mengurangi kandungan tanin dan lignin yang terdapat pada
kulit benih sehingga proses penyerapan air melalui imbibisi terhalang, sehingga proses
perkecambahan terhambat. Suhu yang tidak sesuai juga akan menyebabkan aktivitas enzim
dalam benih tidak optimal bahkan enzim-enzim dalam benih bisa rusak dan embrionya mati.
Menurut Uyatami et al., (2016) menyatakan bahwa dormansi pada umumnya
berlangsung selama satu atau sampai dua minggu bahkan sampai beberapa bulan. Selain itu
Sombalatu et al., (2017) menyatakan bahwa tidak tumbuhnya suatu benih tidak tumbuh
diakibatkan oleh kondisi benih yang meliputi: kadar air biji, kerusakan mekanik dan fisik,
kemasakan biji/benih. Untuk faktor luar benih meliputi, kelembapan nisbi, komposisi udara di
sekitar biji, oksigen, suhu maupun cahaya. Selain itu kehadiran jamur patogen juga dapat
menurunkan viabilitas biji akibat kontaminasi yang berakibat menurunkan daya kecambah
benih tersebut (Mudiana, D. 2007). Adapun faktor yang mendukung proses perkecambahan
dengan suhu ideal 25-30°C. Apabila suhu ruangan terlalu rendah maka akan menghambat
proses perkecambahan dan berakibat pada pertumbuhan yang tidak sempurna
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada proses pematahan dormansi benih semangka, perlakuan kombinasi skarifikasi dan
stratifikasi merupakan perlakuan terbaik, dimana satu benih pada kedua perlakuan
berkecambah dengan daya tumbuh sebesar 0,1 atau 10%. Perlakuan kontrol belum mampu
mematahkan dormansi benih cabai karena kulit cabai masih keras sehingga air tidak mampu
menembus kulit benih. Perlakuan stratifikasi dan perlakuan skarifikasi belum mampu
mematahkan dormansi benih pada benih semangka karena belum mampu mengurangi
kandungan tanin dan lignin yang terdapat pada kulit benih sehingga proses penyerapan air
melalui imbibisi terhalang dan proses perkecambahan terhambat.
4.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar. Diharapkan praktikum selanjutnya dapat
berjalan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, T., R, S., & Marjani. (2017). Teknik Pematahan Dormansi untuk Meningkatkan Daya
Berkecambah Dua Aksesi Benih Yute (Corchorus olitorius L.). Buletin Tanaman
Tembakau, Serat, dan Minyak Industri 9(2), 74
Melasari, N., Suharsi, T. K., & Qadir, A. (2018). Penentuan Metode Pematahan Dormansi
Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) Aksesi Cilacap. Buletin Agrohorti 6(1),
60-61.
Mudiana, D. (2007). Germination of Syzygium cumini (L.) Skeels. Biodiversitas Journal of
Biological Diversity,8 (1).
Nurmiaty, Y., Ermawati, & Purnamasari, V. W. (2014). Pengaruh Cara Skarifikasi dalam
Pematahan Dormansi pada ViABILITAS bENIH Saga Manis (Abrus precatorius [L.]).
Jurnal Agrotek Tropika 2(1), 75.
Nurshanti, D. F. (2013). Tanggap Perkecambahan Benih Palem Ekor Tupai (Wodyetia
bifurcate) terhadap Lama Perendaman dalam Air. Jurnal Ilmiah AGRIBA 2(9), 217.
Ramadhani, S., Haryati, & Ginting, J. (2015). Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Secara
Kimia Terhadap Viabilitas Benih Delima (Punica granatum L.). Jurnal Online
Agroekoteknologi 3(2), 293.
Sombalatu.I., Irvan.L., Evi.R. 2017. Lama Penyimpanan Terhadap Perkecambahan Biji Cabai
Rawit. Jurnal Biology Science dan Education. Makassar. 6(2): 138-147.
Uyatmi, D., Inoriah, E., & Marwanto. (2016). Pematahan Dormansi Benih Kebiul
(Caesalphiniabonduc L.) dengan Berbagai Metode. Jurnal Akta Agrosia 19(2), 148.
Yulianti, F. (2010). Dormansi Benih. Depok: Jurusan Agroteknologi Universitas Gunadarma.
Yuningsih, A. F., & Wahyuni, S. (2016). Kajian Perlakuan Pematahan Dormansi Pada
Varietas Unggul Baru Padi Bengkulu, Indonesia. Badan Penerbitan Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
Zanzibar, M. 2017. Tipe Dormansi dan Perlakuan Pendahuluan untuk Pematahan Dormansi
Benih Balsa (Ochroma bicolor Rowlee). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 5(1): 51-60.

Anda mungkin juga menyukai