Farhan Ramadhan - TKSDL M7 - 225040207111072
Farhan Ramadhan - TKSDL M7 - 225040207111072
Disusun oleh:
Farhan Ramadhan 225040207111072
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Sugeng Prijono, SU.
1. Cover crop
Cover crop ini bisa disebut dengan tanaman penutup tanah. Fungsi adanya penutup
tanah yaitu untuk menutupi tanah dari air hujan secara langsung, menjaga kesuburan
tanah, menyediakan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman dan rehabilitasi
lahan kritis. Tanaman penutup tanah ini pada umumnya ditanam dengan tanaman jenis
legum yang ditanam di antara tanaman tahunan atau secara bergilir dengan tanaman
semusim dan dapat sebagai tanaman pionir untuk rehabilitasi lahan kritis
(Idjudin, 2011).
2. Mulching
Mulching dapat berasal dari hijauan hasil pangkasan tanaman pagar, strip rumput
atau sisa tanaman. Mulsa ini bisa memanfaatka nsisa tanaman yang bagiannya tidak
digunakan oleh petani. Fungsi mulsa ini dapat memperbaiki struktur tanah,
menyediakan hara secara cepat dan dapat menghambat laju aliran permukaan
(Idjudin, 2011).
3. Crop rotation
Pergantian tanaman ini sangat penting dilakukan karena dapat menjaga kesuburan
tanah yang dimana unsur hara akan terambil saat pemanenan. Pergantian tanaman
ini dapat dilakukan dengan memvariasikan jenis tanaman pada saat pergantian masa
tanam. Selain itu hal tersebut dapat mencegah tanah yang kekurangan jenis unsur
hara tertentu (Kusumoarto dan Hidayat, 2018).
4. Strip cropping, dan Alley cropping
Alley cropping ini bisa disebut sistem budidaya lorong yang menguntungkan antara
tanaman pagar dan tanaman pokok. Keuntungannya yaitu seresah dari tanaman padat
dapat menurunkan kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan, naungan
tanaman pagar dapat menekan pertumbuhan gulma, dan tanaman pagar dapat
mengikat unsur hara nitrogen
yang dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan strip cropping yang bisa disebut dengan
penanaman sejajar garis kontur ini bertujuan untuk menyerapnya air di dalam tanah
dan menghambat laju erosi (Haerani, 2017).
BAB III REKOMENDASI KE KEPALA DESA (APARAT DESA)
Hasil pengamatan pada studi kasus yang disediakan dengan titik lokasi di Desa
Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menunjukkan
bahwa telah terjadinya degradasi lahan akibat praktik pertanian budidaya hortikultura
(khususnya komoditas kentang) yang dilakukan oleh para petani tidak dijalankan
bersamaan dengan usaha konservasi dan air memadai, selain itu juga dapat diketahui
dari dokumentasi yang menunjukkan tidak adanya sistem guludan yang dapat
meminimalisirkan kemungkinan terjadinya limpasan permukaan. Sehingga
mengakibatkan terjadinya erosi sangat tinggi pada lahan dan berdampak pada
terjadinya bencana alam berupa banjir dan pendangkalan pada perairan danau ranu
pani. Berdasarkan hasil pengamatan secara visual terhadap dokumentasi bukti
degradasi lahan hortikultura kentang di Desa Rani Pani menunjukkan bahwa lahan
mulai berubah bentuknya menjadi cekung dan mengakibatkan bertambahnya faktor LS
(panjang dan kemiringan lereng), menurut Wahyudi (2016) hal tersebut menunjukkan
bahwa dapat diperkirakan lahan akan mengalami bencana longsor rotasi.
Permasalahan bencana alam berupa longsor rotasi dijelaskan di dalam tulisannya
bahwa merupakan longsor dengan ciri di lapangnya mengakibatkan pergerakan massa
tanah dan batuan pada lahan tersebut tergelincir dan kemudian akan membentuk
cekungan.
Rekomendasi yang dapat dilakukan oleh kepala desa atau aparat desa yang
berada di Kabupaten Lumajang yaitu dengan pengaturan sumber daya air yang mana
berdasarkan UU No. 17 tahun 2019 tentang Sumberdaya Air. Sumber Daya Air (SDA)
adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Pengelolaan sumber
daya air (SDA) dilakukan berdasarkan asas kemanfaatan umum, keterjangkauan,
keadilan, keseimbangan, kemandirian, kearifan lokal, wawasan lingkungan,
kelestarian, keberlanjutan, keterpaduan dan keserasian, transparansi dan
akuntabilitas. Pengaturan sumber daya air (SDA) yang dilakukan oleh aparat desa
bertujuan untuk memberikan pelindungan dan menjamin pemenuhan hak rakyat atas
air, menjamin keberlanjutan ketersediaan air dan sumber air, menjamin pelindungan
dan pemberdayaan masyarakat, serta mengendalikan daya rusak air secara
menyeluruh dengan upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan.
Keberadaan air dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh siklus hidrologi yang memiliki
hubungan erat terhadap cuaca dan iklim suatu daerah. Adanya perbedaan cuaca akan
menyebabkan perbedaan ketersediaan air di setiap daerah. Ketersediaan air yang
kurang akan menimbulkan berbagai permasalahan. Keterbatasan tersedianya sumber
daya air diiringi dengan peningkatan kebutuhan air oleh masyarakat dapat
menimbulkan banyaknya persaingan dan konflik akibat adanya perebutan sumber daya
air sehingga akan menimbulkan permasalahan dalam berbagai sektor. Oleh karena itu,
perlunya kepala desa atau aparat desa dalam melakukan pengaturan sumber daya air.
Adanya peraturan undang-undang dapat membantu pembagian tugas terhadap
pemerintah di tingkat desa dalam mengelola sumberdaya air dan mengusahakan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air. Pengaturan kewenangan dan
tanggungjawab pengelolaan sumber daya air disusun secara terkoordinasi dalam pola
pengelolaan sumberdaya air. Pola pengelolaan tersebut nantinya akan dijabarkan ke
dalam rencana pengelolaan sumberdaya air. Rencana pengelolaan sumberdaya air
akan menjadi dasar yang digunakan dalam penentuan penggunaan sumberdaya air
untuk kebutuhan pokok dan pertanian. Pada kelompok masyarakat yang akan
menggunakan sumberdaya air dalam kebutuhan yang besar harus memiliki perizinan
baik pada golongan masyarakat yang membutuhkan air dalam jumlah besar maupun
petani yang melakukan irigasi di petak-petak lahannya. Perizinan akan memuat batas
maksimal penggunaan air sehingga air dapat terbagi dengan lebih adil kepada
masyarakat lain yang juga membutuhkan.
Peran kontribusi pihak aparat desa terhadap permasalahan degradasi yang ada
pada Desa Ranu Pani telah dibahas dalam pasal 17 UU Nomor 17 tahun 2019 tentang
Sumberdaya Air, dalam UU tersebut disebutkan terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh pihak aparat desa yaitu sebagai sebagai berikut:
a) Membantu Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah dalam mengelola Sumber
Daya Air di wilayah desa berdasarkan asas kemanfaatan umum dan dengan
memperhatikan kepentingan desa lain;
b) Mendorong prakarsa dan.. partisipasi masyarakat desa dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air di wilayahnya;
c) Ikut serta dalam menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
Pengelolaan Sumber Daya Air;
d) Membantu Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam memenuhi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari atas Air bagi warga desa
Kewenangan yang dimiliki oleh aparat desa seperti yang sudah disebutkan di
atas ditujukan sebagai upaya kontribusi aparat dalam membantu pemerintah
melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya air serta mendorong prakarsa dan
partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan sumberdaya air di wilayahnya.
Pengelolaan tersebut dinilai penting dikarenakan persebaran air tidak merata pada
setiap waktu dan setiap daerah disebabkan keberadaan air yang tergantung dengan
siklus hidrologi suatu wilayah. Seperti yang ada pada gambar di bawah, dapat diketahui
bahwa konsep daur hidrologi DAS menunjukkan butiran air hujan yang secara langsung
mengenai permukaan tanah dan kemudian akan terbagi menjadi beberapa komponen
siklus air seperti air larian, evaporasi dan infiltrasi yang seluruh komponen tersebut
pada akhirnya akan mengalir sebagai debit aliran ke arah sungai (Suryani, 2019).
Rekomendasi berikutnya yang dapat dilakukan oleh kepala desa atau aparat
desa yaitu dengan melakukan beberapa kegiatan konservasi tanah dan air khususnya
pada areal lahan pertanaman kentang yang mana berdasarkan Peraturan Dirjen
Pengendalian DAS dan Hutan Lindung No P6/PDASHL/SET/Kum.1/8/2017 tentang
Petunjuk Teknis Bangunan Konservasi Tanah dan Air. Beberapa rekomendasi
bangunan yang tepat untuk diberikan pada areal lahan pertanaman kentang yaitu
rorak, saluran pembuangan air, teras, lubang resapan biopori, strip rumput dan
budidaya lorong. Menurut Sutrisno dan Nani (2013), tujuan pembuatan bangunan ini
adalah untuk mengurangi aliran permukaan dan sedimentasi serta meningkatkan air
tanah sehingga meminimalisir terjadinya degradasi lahan.
Gambar 4. Budidaya Lorong (alley cropping)
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan kasus degradasi lahan hortikultura di Ranu Pane, diperlukan
tindakan konservasi untuk mengatasinya dan perlunya rekomendasi tindakan
konservasi kepada petani penggarap lahan, kepala desa (aparat desa), dan
pemerintah Lumajang yang didasari oleh delapan regulasi. Rekomendasi kepada
petani penggarap meliputi penggunaan teknologi ramah lingkungan yang mengatasi
kondisi lahan, yakni dengan membuat bangunan teras untuk memperkecil
kemiringan lahan, membuat bedengan searah garis kontur untuk meminimalisir erosi
akibat air hujan, membuat rorak, memilih sistem tanam agroforestri, memperbanyak
penanaman cover crop, penggunaan pupuk kimia tidak berlebihan, dan melakukan
penghutanan kembali untuk mengatasi kehilangan vegetasi. Adapun rekomendasi
yang diberikan kepada aparat desa dan pemerintah Lumajang, yakni diantaranya
membuat perencanaan konservasi tanah dan air, membuat kebijakan hukum yang
mengatur tentang eksploitasi sumberdaya alam, kebijakan hukum mengenai
konservasi tanah dan air beserta sanksi pelanggarannya, berkoordinasi dengan
pemangku kebijakan yang terlibat, serta mengadakan kegiatan yang melibatkan
masyarakat seperti reboisasi untuk menutup lahan, dan memberikan pendampingan,
penyuluhan, serta pelatihan sebagai upaya untuk membimbing masyarakat dalam
mengelola sumberdaya alam dan lahan.
5.2. Saran
Kegiatan konservasi untuk mengatasi permasalahan lahan melibatkan berbagai
pihak yakni dari pemerintah sampai ke petani sebagai penggarap lahan. Oleh karena
itu kegiatan konservasi harus mematuhi kebijakan yang telah ada dan perlunya
kerjasama yang baik dari berbagai pihak pendukung, agar peran setiap pihak dapat
berjalan lancar, dan tercapainya kondisi lahan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA