B2 - 205040207111011 - Elkana Haryoso - Identifikasi Dan Kalibrasi Alat Tanam
B2 - 205040207111011 - Elkana Haryoso - Identifikasi Dan Kalibrasi Alat Tanam
MEKANISASI PERTANIAN
“IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM”
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
2. DASAR TEORI
a. Pengertian Penanaman (3 Sitasi)
Penanaman merupakan suatu usaha penemapatan biji atau benih di dalam tanah dengan
kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah atau menanamkan didalam tanah.
Hal ini memiliki maksud untuk mendapatkan perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik (Aini
& Ichwan, 2017).
Menurut Kadirman (2017), penanaman merupakan suatu kegiatan yang memasukkan benih
ke dalam tanah atau menyebarkan benih pada permukaan tanah dengan cara mempertimbangkan
kedalama tertentu serta menabur beih ke dalam tanah.
Sedangkan menurut
Sedangkan menurut Harnel (2012), penanaman merupakan suatu usaha atau kegiatan penting
yang dalam budidaya tanaman dimana kegiatan tersebut berupa menanam benih atau bibit pada suatu
lahan/yang telah disediakan.
Menurut Massinai (2014), mesin transplanter memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan
tanpa harus mengubah cara melakukan penyemaian bibit yang baisa dilakukan secara tardisional
sebelumnya. Namun demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga
kapasitas kerja total mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang
secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total dalam
pembuatan bibit. Sedangkan kelemahannya adalah jarak antar barisan tidak dapat diubah, tidak dapat
digunakan pada kedalaman sawah lebih dari 40 cm, diperlukan alat angkut untuk membawa mesin
ke sawah, diperlukan bibit khusus, serta harga yang relatif mahal
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 01 Mei 2021 pukul 08.45 WIB, praktikum ini
dilaksankan melalui platform Google meet.
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum antara lain:
Bahan yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam Hopper pada Seed Table
Dihitung jumlah biji yang jatuh pada setiap titik pada koveyor Seed Table
- Gambar Tangan
- Gambar Literatur
- Gambar Literatur
Ulangan 1 Ulangan 2
Jarak (cm) Jumlah biji Jarak (cm) Jumlah biji
6 1 13,5 3
15,5 1 19 2
32 1 33 2
50 1 17 2
32 1 49 1
19 2 16,5 2
30 2 11,5 2
32,5 1 15 2
16 1 14,5 1
17 2 17 2
20,5 2 49,5 2
13 1 14 2
34 1 18,5 2
134 2 15,5 2
17,5 2 34,5 1
39,5 1 23,5 1
21,5 2 94,5 2
19,5 3 15,5 2
12 1
7 1
11 3
31,5 2
13,5 1
24 1
Rata-rata: Lk: 0,2 m
a. Ulangan 1 K: 1,08
- Jarak: 30,3 cm L: 0,22 m
- Biji: 1,5 biji
- T: 25 second
b. Ulangan 2
- Jarak: 24,06 cm
- Biji: 1,7 biji
- T: 25,6 second
Panjang konveyor
- s: 6,17 m
- p: 5,84 m
Ulangan 1 Ulangan 2
Jarak (cm) Jumlah biji Jarak (cm) Jumlah biji
32,5 1 44 1
18 1 30,5 1
63 1 68 1
15 1 61 1
21,5 1 66 1
13 1 29,5 1
17,5 1 30 1
66 1 21 1
17 1 17,5 1
14 1 15,5 1
53 2 50,5 1
17 1 14 1
27,5 1 32,5 1
26 1 15,5 1
13,5 1 16 1
13,5 1 16,5 1
17,5 1
32 1
16 1
10 1
21,5 1
29 1
Rata-rata: Lk: 0,2 m
c. Ulangan 1 K: 1,08
- Jarak: 37,56 cm L: 0,22 m
- Biji: 1 biji
- T: 28 second
d. Ulangan 2
- Jarak: 33 cm
- Biji: 1 biji
- T: 25 second
Panjang konveyor
- s: 6,17 m
- p: 5,84 m
Dari data yang telah didapatkan dari hasil praktikum percobaan seed table dengan matering 8
mm dan 13 mm. Didapatkan hasil dengan perbedaan jarak tanam dan jumlah biji yang keluar dan
waktu yang terjadi pada kedua percobaan tersebut. Dapat dilihat pada matering device 13 mm,
didapatkan jumlah biji yang keluar sebesar 1 hingga 3 biji pada ulangan 1 dan ulangan 2. Pada
ulangan 1, memiliki jarak terpendek yaitu 6 cm dan jarak terpanjangnya adalah 134 cm. Sedangkan
pada ulangan 2, memiliki jarak terpendeknya yaitu 7 cm dan terpanjangnya yaitu 94,5 cm. Untuk
waktu rata-rata pada ulangan 1 adalah 25 detik, sedangkan waktu rata-rata ulangan 2 adalah 25,6
detik. Sehingga didapatkan rata- rata waktunya adalah 25,3 detik.Berdasarkan tabel pada metering
device 13 mm ulangan pertama, didapatkan hasil rataan jarak tanam sebesar 30,3 cm. Dengan rataan
jumlah biji pada setiap lubang sebanyak 1,5 biji. Kemudian waktu yang diperlukan seed table dalam
satu kali proses alur pada ulangan ini selama 25 detik. Sedangkan pada ulangan kedua pada
metering device 13 mm, didapatkan hasil rat-rata jarak tanam sebesar 24,06 cm. Dengan memiliki
rataan jumlah biji pada setiap lubang sebanyak 1,75 biji. Waktu yang dibutuhkan seed table pada
satu kali proses alur pada ulangan ini selama 25,6 detik.Pada matering device 13 mm memiliki
waktu rata-ratanya yaitu 25,3 detik.
Dapat dilihat pada metering device 8 mm, didapatkan jumlah biji yang keluar adalah 1 biji
pada ulangan satu dan ulangan dua. Pada metering device 8 mm ini memiliki jarak terpendek pada
ulangan satu yaitu 10 cm, sedangkan jarak terpanjang pada ulangan satu adalah 66 cm. Pada
ulangan dua memiliki jarak terpendek yaitu 14 cm, sedangkan jarak terpanjangnya adalah 68 cm.
Pada ulangan 1 memiliki waktu rataannya adalah 28 detik. Selain itu, pada ulangan 1 memiliki jarak
rata-rata yaitu 37,56 cm. Sedangkan pada ulangan 2 memiliki rata-rata waktunya adalah 25 detik
dan jarak rata-rata adalah 33 cm. Sehingga mendapatkan waktu rata-ratanya untuk metering device
8 mm adalah 26,5 detik.
Pada percobaan tersebut diketahui pada metering device 13 mm dan 8 mm memiliki bobot
100 bijinya yaitu 23 gram. Kemudian memiliki panjang konveyor S sebesar 6,17 m dan P sebesar
5,84 m. Hal ini digunakan dalam mencari kecepatan maju alat tanam, jumlah lubang per meter alur
(h), dan panjang alur lahan total (Rtot). Tak hanya itu, pada percobaan kali ini juga diketahui Lk
sebesar 0,2 , L sebesar 0,22, dan K sebesar 1,08 yang dapat digunakan untuk mencari kapasitas
kerja efektif (KKE).
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diatas dapat diketahui bahwa metering device 13
mm mendapatkan hasil kecepetan alat tanam sebesar 0,24 m/s dengan jarak putaran pada konveyor
14,4 m/menit. Lalu pada putaran roda alat tanam teoritis (PRT) mendapatkan hasil 13,33 m serta
putaran roda alat tanam aktual (PRA) mendapatkan hasil 2,37 m dari perhitungan PRT dan PRA
didapatkan efisiensi penggunaan mesin sebesar 17,8%. Dengan diketahui efisiensi didapatkan hasil
KKE sebesar 0,8544 m2/s. Pada metering device 13 mm dapat diketahui jarak rata-rata biji per
lubang (x) dengan 27,18 cm atau 0,2718 m. Rata-rata biji per lubang (g) 1,625 biji atau dapat
dikatakn juga yaitu 2 biji, jumlah lubang per meter alur (h) 3,68 lubang dan memiliki panjang alur
lahan (Rtot) 6,424 cm. dari perhitungan tersebut dapat ditentukan nilai jumlah lubang total (Htot)
23,64 lubang atau sama dengan 24 lubang dan jumlah biji yang dibutuhkan sebanyak 38,415 biji
atau sama dengan 38 biji. Lalu kebutuhan massa biji (M tot) dari perhitungan diatas adalah 0,00874
kg.
Sedangkan, pada metering device 8 mm didapatkan hasil kecepatan alat tanam sebesar 0,23
m/s dengan jarak putaran pada konveyor 13,8 m/menit. Lalu pada putaran roda alat tanam teoritis
(PRT) didapatkan hasil 12,8 m serta putaran roda alat aktual (PRA) didapatkan hasil 2,26 m.
Kemudian dari hasil perhitungan PRT dan PRA didapatkan efisiensi penggunaan mesin ini sebesar
17,7% serta kapasitas kerja efektif (KKE) sebesar 0,8142 m2/s. Pada metering device 8 mm dapat
diketahui jarak rata-rata biji per lubang (x) dengan 35,18 cm atau 0,3518 m. Rata-rata biji per
lubang (g) 1 biji, jumlah lubang per meter alur (h) 2,84 lubang dan memiliki panjang alur lahan
(Rtot) 6,424 m. dari perhitungan tersebut dapat ditentukan nilai jumlah lubang total (Htot) 18,24
lubang atau sama dengan 18 lubang dan jumlah biji yang dibutuhkan sebanyak 18 biji. Lalu
kebutuhan massa biji (M tot) dari perhitungan diatas adalah 0,00414 kg.
e. Grafik
g. Hubungan Antara Diameter Metering Device Terhadap Jumlah Biji Yang Keluar
Dibandingkan Dengan Literature (2 Sitasi)
Diameter merupakan suatu faktor yang memiliki pengaruh jumlah biji yang keluar pada
matering device. Menurut Sitorus et al. (2015), ukuran diamter metering device dapat
mempengaruhi jumlah biji yang keluar. Dimana semakin besar ukuran suatu matering devcie
maka jumlah biji yang keluar akan semakin banyak. Sebaliknya, jika metering device brukuran
kecil maka biji yang akan keluar semakin sedikit juga. Pada penggunaan diameter metering
device yang lebih kecil akan dihasilkan jumlah keluaran biji yang lebih seragam, sementara pada
diameter metering device yang lebih besar biji yang dikeluarkan tidak terlalu stabil.
Kemudian menurut Ahmad (2014), diamater metering device memiliki pengaruh terhadap
jumlah biji yang keluar sehingga diameter metering device dapat menentukan suatu hasil dari
penanaman seperti benih ataupun biji. Jumlah biji atau benih dapat ditentukan dari transmisi
putaran roda penggeraknya. Roda penggerak tersebut dapat berupa piring bercelah miring.
Penggunaan diameter metering device harus dilakukan secara tepat.
h. Jika rpm dipercepat apa yang akan terjadi terhadap jarak, waktu, dan jumlah biji yang keluar?
(minimal 1 sitasi)
RPM (rotary per minute) memiliki pengaruh terhadap jarak, waktu, dan jumlah biji yang keluar.
Menurut Widyotomo et al. (2010), semakin cepat atau semakin lambat kecepetan RPM maka jarak
dan jumlah biji yang keluar tetap akan sama. Akan tetapi, menurut Wibowo et al. (2017), semakin
cepat pengaturan RPM maka waktu yang dibutuhkan semakin sedikit dan biji yang keluar semakin
banyak. Hal ini bisa terjadi karena adanya gaya sentrifugasi dalam menentukan suatu momentum
interaksi biji dengan yang lain sehingga biji yang keluar lebih banyak.
Dari laporan yang telah dibuat, didapatkan kesimpulan bahwa penanaman suatu usaha
penemapatan biji atau benih di dalam tanah dengan kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas
permukaan tanah atau menanamkan didalam tanah. Pada era modern, penanaman dilakukan dengan
menggunakan alat dan mesin tanam yang dapat mempermudah pekerjaan dan menjadikannya lebih
efektif serta efisien. Kemudian dengan menggunakan alat tanam dapat membantu peningkatan
kapasitas produksi pertanian dengan menanam biji atau bibit pada suatu daerah tanam dengan jarak
tertentu. Berdasarkan hasil praktikum dengan seed table, jumlah keluarnya biji dipengaruhi oleh
ukuran matering device. Semakin besar ukuran matering device yang digunakan maka akan semakin
banyak jumlah biji yang dihasilkan. Berdasarkan hasil praktikum mengenai identifikasi dan kalibrasi
alat tanam dengan seed table, dilakukan dua perlakuan dengan metering device 8mm dan 13mm.
Dari kedua perlakuan tersebut, didapatkan bahwa penggunaan metering device dengan diameter 8mm
menghasilkan jumlah biji yang lebih akurat. Grafik matering device 8 mm cenderung lebih stabil
daripada matering device 13 mm. Kecepatan rpm juga berpengaruh terhadap waktu,jumlah biji dan
jarak tanam.
b. Saran
Laporan akan dipermudah lagi dalam hal pembuatannya, misal lampiran, kolom buat menulis,
tahun sitasi yang digunakan, waktu yang diberikan untuk membuat laporan, dll. Praktikum ini sudah
berjalan dengan baik dan materi bisa dapat diberi kemudahannya untuk diakses misal ditaruh di
google classroom.Semoga praktikum ini dapat berjalan dengan lancar seterusnya.
Adhar, C., Sumarlan, S., & Nugroho, W. A. 2016. Rancang Bangun Metering Device Tipe Screw
Conveyor dengan Dua Arah Keluaran untuk Pemupukan Tanaman Tebu. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, IV(1), 1-10.
Aini, F. N., & Ichwan, M. Y. 2017. Mesin Penanam dan Alat Penanam Tradisional. Gresik:
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik.
Harnel. 2012. Kajian Teknis dan Ekonomis Alat Tanam Bibit Padi Manual (Transplanter)
Modifikasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Kabupaten Sijunjung,
Sumatera Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, XV(1),
38-46.
Idansyah, R., Rantung, & Ludong, D. P. 2019. Uji Teknis Alat Jagung (Zea Mays L.) Tipe TP CSM
15 Dengan Menggunakan Traktor Tangan Sebagai Alat Penarik 1. Jurnal COCOS, I(5).
Iskandar, M., Syafriandi, & Mustaqimah. 2017. Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Jagung.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, II(1), 314-319.
Kiswanto, Wijayanto, B., & Manurung, G. O. 2014. Petunjuk Teknis Penggunaan Indo Jarwo
Transplanter Sebagai Mesin Tanam Padi di Lahan Sawah. Lampung: BPTP
Lampung Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian .
Kristianto, F. 2016. Rancangan Bangun dan uji Performansi Tugal Semi Mekanis dengan
Penambahan Multi Seed Control untuk Penanaman Jagung, Kedelai dan Padi Gogo.
Seminar hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
Nur, M., Asrul, & Rafiuddin. 2018. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Jagung Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit. Buletin Palma Volume, XIX(2), 127- 146.
Prabowowati, R. A., Guritno, B., & Sumarni, T. 2014. Pengaruh Tanaman penutup Tanah dan Jarak
Tanam Pada Gulma dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Produksi
Tanaman, II(8), 639-647.
Putra, V. A. 2018. Uji Kinerja Mesin Tanam Bibit Padi Tipe Dorong SPW-48C (Rice Transplanter).
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar
Siswanto, E. P. 2013. Alat Mesin Budidaya Tanaman. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Suhendrata, T. 2013. Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi Dalam Rangka
Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja Tanam Bibit Padi. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis, X(1), 97-102.
Suryono, A. F. 2014. Perancangan dan Optimasi alat Penanam Tanaman Biji-Bijian (Seed Planter)
dengan Metodologi Hatamura. Jurnal Ilmiah Bidang Sains –Teknologi Murni Disiplin
dan Antar Disiplin, I(14), 9-17.
Wibowo, D. H., Salahudin, X., & Widodo, S. 2017. Pengaruh Kecepatan Putar Mesin Pengupas
Kacang Tanah Tipe Ruji Vertikal terhadap Kupasan. Journal of Mechanical
Engineering, I(1), 25-33.
Widyotomo, S., Mulaso, S., Ahmad, H., & Soekarno, S. T. 2010. Kinerja Pengupas Kulit Buah
Kopi Segar Tipe Silinder Ganda Horizontal. Jurnal Pelita Perkebunan, XXV, 55-75.