Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

KARYA ILMIAH (PANG4560)

Nama : Diah Kusumaningrum


NIM : 042124095

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKTULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
Saudara mahasiswa peserta bimbingan Karya Ilmiah. Pada Tugas 2 ini, Saudara diminta
untuk membuat kutipan langsung dan kutipan tidak langsung dengan mencantumkan
sumber kutipan sesuai gaya selingkung UT yang terdapat pada Panduan Mata Kuliah Karil,
serta membuat daftar pustaka atau bibliografi.

Langkah-langkah dalam pengumpulan Tugas adalah sebagai


berikut.

1. Klik tombol "Add


submission"

2. Unggah file Tugas 2 yang sudah Saudara buat dalam file pdf dengan mengklik tombol
"Add..." di atas tombol "Files" pada kotak "File submission" atau drag-and-drop file pada
file explorer ke kotak "File submiss

Jawaban
.

1.Pengutipan
Langsung
Pengutipan langsung adalah mengutip ide/konsep orang lain dengan menuliskan
kembali isi kutipan kembali sesuai dengan aslinya. Pengutipan langsung ditulis dengan
menyebutkan nama penulis, tahun terbit, halaman kalimat/teks yang dikutip, dan
menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil langsung satu kalimat, dengan menuliskan
sumbernya.
a. Kutipan langsung
pendek
Kutipan langsung pendek adalah kalimat yang dikutip kurang atau sama dengan 40
kata. Kutipan langsung pendek dituliskan dalam teks dengan memberi tanda petik di
awal dan di akhir kutipan serta disebutkan tahun terbit dan nomor halaman yang
dikutip.
Contoh
:
• Menurut Susanti, M. & Dachriyanus (2019) “Keunggulan metode ini dibanding
metode pemisahan lainnya terletak pada ketepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
serta cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa nonvolatile yang tidak tahan
pemanasan” (p. 3). Daftar Pustaka :
Susanti, M. & Dachriyanus. (2019). Kromatografi cair kinerja tinggi.
Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Andalas.

• Pakar menyatakan bahwa “Keracunan yang disebabkan olah histamin atau yang
disebut histamin fish poisoning (HFP) terjadi setelah mengkonsumsi ikan atau produk
perikanan yang mengandung histidin bebas. Histidin bebas ini merupakan prekusor
histamin yang menyebabkan keracunan pada manusia jika dikonsumsi” (Lukman,
2014, seperti dikutip dalam Setyarini, V.D., dkk, 2019, p.666).
Daftar Pustaka :
Setyarini, V.D., Lestari, I., & Rahayuningsih, C.K. (2019). Kadar histamin pada
udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dan identifikasi bakteri pembentuk
histamin. Jurnal Analis Kesehatan Sains, 8(1).
b. Kutipan langsung
panjang
Kutipan langsung panjang adalah kalimat yang dikutip lebih dari 40 kata. Kutipan
langsung panjang ditulis dalam paragraf tersendiri, dengan jarak 6 karakter dari tepi
kiri, dan tetap dalam jarak 1,5 spasi (seperti teks).
Contoh
:
• Histamin dan biogenik amin lainnya dihasilkan pada ikan mentah yang
tidak disimpan dengan benar melalui konversi enzimatik histidin bebas dan asam
amino lainnya. Bakteri enterik gram negatif penghasil dekarboksilase paling
bertanggungjawab atas pembentukan histamin dalam ikan mentah. Kondisi
penyimpanan yang tidak tepat (waktu/suhu) adalah alasan utama pertumbuhan
bakteri. Konsumsi ikan yang salah penanganan dapat menyebabkan keracunan
histamin ikan, juga disebut keracunan scromboid. Gejalanya mirip dengan gejala
alergi makanan laut. Istilah “scombroid” berasal dari famili Scombridae, seperti
tuna, albacore dan mackerel, karena spesies ini memiliki kadar histamin bebas yang
tinggi dalam jaringan ototnya (Stroka, S. et al., 2014, p. 4).
Daftar Pustaka :
Stroka, S., Bouten, K., Mischke, C., Breidbach, A. & Ulberth, F. (2014). Equivalence
testing of histamine methods - Final Report European Commission. JRC Science
and Policy Report. doi : 10.2787/93196.

• Histamin diekstrak dari jaringan daging contoh menggunakan TCA 10 %


selanjutnya diderivatisasi dengan senyawa ortho-ftalaldehid (OPA). besarnya
histamin diukur secara KCKT dengan detektor fluoresens pada panjang gelombang
eksitasi 350 nm dan emisi 450 nm dengan menggunakan fase gerak campuran
asetonitril : larutan dapar monosodium fosfat (30:70) dan kolom C-18. Respon KCKT
berupa puncak-puncak kromatogram yang mempunyai waktu tambat (RT) yang
spesifik. Identifikasi puncak dilakukan dengan membandingkan RT sampel
terhadap RT standar. Luas puncak sebanding dengan analit tersebut (Standar
Nasional Indonesia (SNI) 2354.10:2016)
Daftar Pustaka :
Standar Nasional Indonesia (SNI) 2354.10:2016 tentang Cara uji kimia - Bagian
10 : Penentuan kadar histamin dengan Spektroflorometri dan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan.

2.Pengutipan Tidak
Langsung
Pengutipan tidak langsung adalah mengutip ide/konsep orang lain menggunakan kata-
kata penulis sendiri sebagai pengutip, yang disebut dengan parafrase. Pengutipan tidak
langsung dituliskan dalam kalimat/teks dengan mencantumkan nama penulis dan tahun
penerbitan, tanpa menuliskan halaman karya yang dikutip.
Contoh
:
• Teks asli
:
Intoleransi Histamin adalah jenis intoleransi makanan dengan gejala seperti alergi. Hal
ini terjadi ketika makanan kaya histamin, seperti keju dan anggur, yang
dikonsumsi oleh individu yang rentan. Histamin yang tertelan tidak dapat terdegradasi
secara efisien dalam saluran gastrointestinal.
Parafrase
:
Aminah, S. (2015) menyatakan bahwa intoleransi histamin adalah merupakan
intoleransi makanan dengan gejala yang mirip alergi. Hal ini terjadi saat makanan
yang banyak mengandung histamin, seperti keju dan anggur, yang dikonsumsi oleh
individu yang rentan. Histamin yang tertelan tidak dapat terdegradasi secara
efisien dalam saluran gastrointestinal.
Daftar Pustaka
:
Aminah, S. (2015). Penetapan kadar histamin dalam produk pangan ikan
kalengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (kckt) dan
enzyme linked immunosorbent assay (elisa) [unpublised Thesis]. Institut Teknologi
Bandung.
• Teks asli :
Fase pertama ini terkait jumlah bakteri, tingkat pertumbuhan dan suhu, sedangkan
fase kedua terkait kondisi penyimpanan dan karakter produk. Hal ini penting
diketahui agar produsen ikan dan olahannya mampu mencegah berkembangnya bakteri
produksi histamin. Parafrase :
Waluyo, E. & Kusuma, B. (2017) menyatakan bahwa fase pertama berkaitan dengan
jumlah bakteri, tingkat pertumbuhan dan suhu, sedangkan fase kedua
mengenai kondisi penyimpanan dan karakter produk. Masalah ini penting diketahui
agar produsen ikan dan olahannya dapat mencegah terbentuknya bakteri penghasil
histamin.
Daftar Pustaka
:
Waluyo, E. & Kusuma, B. (2017). Keamanan pangan produk perikanan. UB
Press.

Anda mungkin juga menyukai