Anda di halaman 1dari 63

Buku : Pertolongan Pertama pada Emosi Anda, Karya : Guy Winch, Ph.

D
Daftar Pustaka : Ph.D, Guy Winch. (2021). Pertolongan Pertama pada Emosi Anda. Jakarta:
Penerbit Gemilang.
(halaman 67) Namun, menskipun pada era ini manusia sudah bisa saling terhubung secara
global, orang yang menderita karena kesepian justru semakin banyak.
(halaman 70-71) Bahwa penelitian yang dilakukan belum lama ini memperlihatkan sesuatu
yang cukup mengejutkan, yaitu bahwa kesepian bersifat menular. Tegasnya, para ilmuwan
mendapati bahwa orang yang kesepian terus-menerus mendesak ke batas luar jaring sosial
mereka sampai berada pada posisi yang semakin lama semakin terisolasi. Begitu seseorang
berada dalam hubungan yang dekat dengan orang yang kesepian, mereka pun terpengaruh
dan ikut terdorong ke batas luar jaring sosial. Yang mengkhawatirkan, penularan ini
"ditularkan" dari satu orang kepada orang lain, bahkan di luar lingkungan dekat dari orang
yang kesepian, seperti halnya, penularan melalui seluruh jaring sosial. Hasil penelitian ini
membantu memperlihatkan mengapa sekaligus bagaimana kesepian itu sudah menjadi wabah
di dalam masyarakat masa kini.
Luka psikologis yang disebabkan oleh kesepian. Ada dua faktor yang memungkinkan kita
menjadi sulit dalam melakukan usaha untuk keluar atau sembuh dari luka kesepian. Pertama,
yaitu kesepian membuat kita bersikap sangat kritis terhadap diri sendiri serta orang-orang di
sekitar kita, dan hal tersebut membuat kita mempunyai penilaian yang sangat negatif terhadap
hubungan yang kita miliki saat ini, yang kesemuanya itu berdampak pada interaksi kita
dengan orang lain. Kedua, salah satu dari pengaruh kesepian yang lebih membahayakan
adalah bahwa ia membuat kita mempunyai perilaku yang mengalahkan diri sendiri sehingga
semakin mengurangi kualitas dan kuantitas koneksi sosial kita. Akibatnya, karena, urat-urat
yang membentuk otot-otot relasi kita yaitu kemampuan sosial dan komunikasi, kemampuan
untuk memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain, dan kemampuan kita untuk
berempati dan memahami bagaimana perasaan orang lain menjadi lemah dan tidak berfungsi
baik pada saat yang sangat kita butuhkan. (hlm 72)
Perubahan seperti itu biasanya terjadi tanpa kita sadari, bersikap terbuka terhadap
kemungkinan bahwa perilaku kita ikut memberi andil dalam keadaan sulit yang kita alami,
maka kita pun bisa bersikap terbuka agar dapat menemukan cara-cara mengubah situasi
tersebut. (hlm 73)
Singkirkan kacamata anda yang diwarnai dengan pikiran negatif. Pertama, melawan sikap
pesimis! Kesepian membuat kita membayangkan hal-hal yang tidak baik begitu kita berpikir
untuk melibatkan diri dalam interaksi sosial. Cara terbaik untuk mengalahkan ketakutan dan
sikap pesimis adalah dengan sengaja membayangkan skenario keberhasilan yang wajar dan
realistis. Dengan membayangkan hasil yang baik di dalam benak kita, besar kemungkinan
kita dapat mengenali manakala kesempatan seperti itu muncul dan memanfaatkannya. (hlm
93)
Berikutnya yang kedua yaitu menghilangkan tuduhan. Kesalahan persepsi lain yang
ditimbulkan oleh rasa kesepian adalah bahwa kita cenderung membayangkan yang terburuk
tentang bagaimana perasaan orang lain terhadap kita. (hlm 96)
Ketiga, bertindak! Rasa kesepian yang kronis membuat kita memandang diri sendiri sebagai
korban pasif dari keadaan yang keras sehingga kita merasa tidak mampu untuk mengubah
keterasingan sosial, emosional, maupun keintiman. Perasaan-perasaan seperti itu, walaupun
sangat kuat, hanya didasari pada persepsi yang terlalu negatif dan pesimistis. (hlm 98)
Berikut dibawah ini adalah tips-tips yang bisa kita lakukan untuk memperluas dan
memperkuat hubungan sosial serta mengatasi perasaan tidak berdaya.
1. Memeriksa nomor telepon, alamat telepon, dan kontak sosial media, kemudian membuat
daftar dari orang-orang yang anda anggap teman atau kenalan baik.
2. Untuk setiap orang, catatlah kapan terakhir anda bertemu atau berkomunikasi dengan dia,
lalu buatlah sebuah daftar utama yang memuat orang-orang yang belum anda hubungi selama
beberapa waktu.
3. Susunlah daftar anda berdasarkan prioritas dengan memeringkat semua orang yang
terdapat dalam daftar tersebut berdasarkan siapa yang pada masa lalu telah membuat anda
merasa bangga menjadi diri anda sendiri. Peringkat yang terakhir menunjukkan urut-urutan di
mana anda harus menghubungi orang-orang yang terdapat di dalam daftar anda. Hubungilah
sedikitnya satu atau dua orang setiap minggu dan, bila memungkinkan, buatlah rencana untuk
bertemu.
4. Kunjungilah situs-situs yang memuat daftar pertemuan atau kegiatan, kemudian skrol
semua kategori mereka.
5. Kenali paling tidak tiga kegiatan atau topik yang mungkin ingin anda ikuti. Carilah
pertemuan-pertemuan yang diadakan di daerah Anda melalui daring. Gunakan daftar anda
untuk menghubungi kembali teman-teman lama anda dan untuk mencari tempat guna
menciptakan teman-teman baru. (hlm 99-100)
Cara untuk berempati. Pertama, bayangkanlah diri anda dalam situasi mereka. Cara terbaik
untuk menilai pengalaman emosional orang lain adalah dengan membayangkan diri anda
berada dalam situasi yang dia alami dengan sikap yang sedapat mungkin sama. Kedua,
kuncinya adalah konteks. Memahami perasaan seseorang membutuhkan sekurang-kurangnya
semacam kerangka berpikir orang tersebut secara kasar pada saat itu. Ketiga, sampaikan
pemahaman anda dengan sungguh-sungguh. Memiliki pemahaman terhadap perasaan orang
lain hanya mempunyai arti apabila kita dapat menyampaikan pengertian secara meyakinkan
dan sepenuh hati. Sampaikan dengan sejelas mungkin. Semakin orang itu menyadari anda
sudah mencurahkan pikiran dan usaha anda untuk menghargai pandangannya, semakin besar
pula dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi ber informasi-empati yang anda lakukan.
(hlm 117-119)
Trauma adalah bagian hidup yang tidak terhindarkan, dan dampak yang mereka timbulkan
seringkali begitu berat. Menyembuhkan luka-luka seperti itu biasanya membutuhkan proses
penyesuaian kembali dan pemulihan panjang yang belum tentu sama untuk setiap orang. (hlm
127)
Trauma mengakibatkan terjadinya tiga luka psikologis. Pertama, rasa kehilangan dan trauma
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dalam kehidupan kita hingga mengancam persepsi-
diri, peran, serta identitas kita yang sejati. Kedua, peristiwa tragis seringkali meragukan
asumsi kita yang paling mendasar tentang dunia dan tempat kita di dalamnya, sedemikian
hingga kita berusaha keras untuk dapat memahami peristiwa yang terjadi atau
mengintegrasikannya ke dalam kerangka sistem keyakinan kita yang lebih luas. Ketiga,
banyak diantara kita yang mengalami kesulitan untuk tetap terhubung dengan orang-orang
dan kegiatan yang dahulu kita anggap berarti dan bahkan mungkin kita merasa seakan-akan
terhubung kembali ke dalam kehidupan kita berarti penghianatan terhadap mereka yang kita
rindukan atau pengabaian terhadap penderitaan yang pernah kita alami. (hlm 130-131)
Trauma dapat membuat hidup kita hancur berkeping-keping, merusak relasi kita, dan
melemahkan identitas kita. Untuk menyusun kembali kepingan-kepingan itu terlebih dahulu
kita harus pulih dari tekanan emosional berat yang dirasakan segera setelah mengalami
kehilangan atau trauma. (hlm 143-144)
Latihan untuk memulihkan aspek yang hilang dari diri anda.
1. Buatlah daftar yang memuat sifat, karakteristik, dan kemampuan yang anda hargai di
dalam diri anda sendiri atau yang dihargai oleh orang lain sebelum peristiwa itu terjadi.
2. Mana dari hal-hal tersebut di atas yang rasanya benar-benar terputus dari kehidupan saat
ini atau yang cenderung tidak sering diungkapkan pada saat ini dibanding sebelumnya.
3. Untuk setiap sifat yang anda cantumkan, tulislah sebuah paragraf singkat yang
menjelaskan mengapa anda merasa terputus dari sifat yang dimaksud atau mengapa sifat itu
tidak lagi anda ekspresikan sesering sebelumnya.
4. Untuk setiap sifat yang ada cantumkan, tulislah sebuah paragraf singkat yang menjelaskan
tentang orang-orang, kegiatan, atau jalan-jalan yang ingin anda tempuh yang dapat membantu
anda mengekspresikan sifat tersebut dengan cara yang lebih substansial daripada yang bisa
anda lakukan saat ini.
5. Beri peringkat hal-hal dari pertanyaan sebelumnya menurut urutan mana yang bisa
dilakukan sekaligus yang secara emosional dapat diatur.
6. Tentukan sasaran bagi diri anda untuk melaksanakan daftar tersebut sesuai kemampuan
anda dan pada seberapa pun kecepatan yang anda rasakan paling nyaman. Dengan melakukan
hal-hal yang tercantum dalam daftar itu, anda akan mulai terhubung kembali dengan aspek-
aspek dari diri dan kepribadian anda yang berarti dan berharga, dan dengan demikian,
melangkah maju. (hlm 154-158)
Karena memiliki harga diri yang rendah sama seperti memiliki sistem imun emosi yang
lemah: membuat kita semakin rapuh terhadap berbagai cedera psikologis yang kita alami
dalam kehidupan sehari-hari, seperti kegagalan dan penolakan. (hlm 347)
Orang yang mempunyai harga diri rendah biasanya kurang bahagia, lebih pesimis, dan
kurang termotivasi dibanding rekan-rekan mereka yang memiliki harga diri lebih tinggi.
Mereka juga mempunyai suasana hati yang jauh lebih buruk: mereka menghadapi risiko lebih
besar untuk mengalami depresi karena, kegelisahan, serta gangguan pola makan, juga
mengalami hubungan yang kurang memuaskan dibandingkan orang-orang dengan harga diri
lebih tinggi. Para peneliti telah menemukan berbagai cara untuk meningkatkan harga diri dan
untuk memperkuat sistem imun emosi kita. (hlm 348)
Ilmuwan di bidang harga diri berhasil mengumpulkan sekeping demi sekeping bukti yang
menunjukkan bahwa dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan harga diri, menjadi rata-
rata adalah yang terbaik bagi kita. Idealnya, harga diri kita seharusnya berada dalam suatu
batas di mana rasa nilai diri kita kuat sekaligus juga stabil. (hlm 350)
Ketika merasa puas dengan diri kita, biasanya kita mampu menyingkirkan segala bentuk
kemunduran, kekecewaan, ataupun kritik yang pada "masa harga diri rendah" akan
memberikan dampak yang sangat berat. (hlm 355)
Kita juga lebih rapuh terhadap kegagalan manakala harga diri kita rendah. Kegagalan
menimbulkan hempasan emosional yang lebih besar serta penurunan motivasi yang lebih
tajam pada orang-orang yang memiliki harga diri rendah daripada yang dialami oleh mereka
yang mempunyai harga diri lebih tinggi. Selain itu, kemungkinan kita juga akan menjadi
kurang gigih setelah mengalami kegagalan dan terlalu menyamaratakan makna dari
kegagalan itu sedemikian rupa sehingga kita menganggapnya sebagai indikasi dari
serangkaian kekurangan yang lebih luas dan lebih serius dibanding yang sesungguhnya. (hlm
357)
Observasi langsung yang dilakukan terhadap hormon-hormon stres seperti kortisol telah
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai harga diri rendah biasanya kurang mampu
menanggapi stres dan mempunyai kadar kortisol lebih tinggi dalam darah mereka daripada
yang dimiliki oleh orang dengan harga diri lebih tinggi. Kadar kortisol yang tinggi juga
dikaitkan dengan tekanan darah tinggi tanah, fungsi sistem imun yang buruk karena, fungsi
kelenjar tiroid yang tertekan, kepadatan otot dan tulang yang berkurang, serta kemampuan
kognitif yang buruk. Salah satu alasan mengapa harga diri yang lebih tinggi mampu menahan
berbagai efek yang ditimbulkan oleh stres karena, baik pada sistem psikologis maupun
fisiologis, adalah karena apabila harga diri kita rendah maka kita cenderung membiarkan
umpan balik yang negatif membuat kita semakin stres dengan membesar-besarkan implikasi
yang ditimbulkannya dan konsekuensi potensial lainnya. (hlm 358-359)
Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa orang dengan harga diri rendah cenderung
tidak banyak bicara dalam kelompok maupun lingkungan pergaulan dan kurang berinisiatif
untuk melepaskan diri dari hubungan dan persahabatan yang tidak membahagiakan ketika
mereka mendapati diri mereka terlibat di dalamnya. (hlm 372)
Salah satu cara untuk meningkatkan harga diri yaitu menerapkan mengasihi diri sendiri dan
menghentikan suara-suara kritis di dalam kepala. Mengasihi diri sendiri sesungguhnya
semakin memperkuat sistem imun emosi kita. Dalam salah satu penelitian, mengasihi diri
sendiri terbukti mampu membantu mahasiswa baru dalam mengatasi perasaan kangen rumah,
depresi, dan ketidakpuasan pada sekolah pilihan mereka. Dalam hal lain, mereka yang
mengasihi diri sendiri mengalami pemulihan emosional lebih cepat yang disebabkan oleh
perpisahan dan perceraian, juga lebih cepat pulih dari pengalaman kegagalan dan penolakan.
(hlm 382)

Cara agar memiliki harga diri yang tinggi?


Untuk meningkatkan harga diri, pertama, cobalah untuk mengakui dan menerima dirimu apa
adanya. Fokuslah pada kelebihan dan prestasi yang telah kamu capai. Berbicara dengan diri
sendiri dengan penuh penghargaan dan positivitas juga membantu.
Selanjutnya, tetaplah berusaha untuk mencapai tujuan dan ambisi yang ingin kamu wujudkan.
Kegigihan dan kerja keras akan meningkatkan rasa percaya diri.
Selalu berusaha menjadi lebih baik dengan terus belajar dan mengembangkan keterampilan.
Perhatikan pola pikir yang negatif dan usahakan untuk mengubahnya menjadi positif.
Ingatlah bahwa harga diri tidak harus bergantung pada pendapat orang lain. Lebih penting
untuk menerima diri sendiri dan menjadi pribadi yang positif, berempati, dan menyenangkan.

Untuk memiliki harga diri yang sehat, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan:
1. Penerimaan diri: Mulailah dengan menerima dan menghargai diri sendiri apa adanya,
dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Jangan terlalu keras pada diri sendiri dan
fokuslah pada kebaikan yang ada dalam dirimu.
2. Kenali nilai-nilai diri: Tentukan nilai-nilai dan prinsip hidup yang penting bagimu,
dan berpegang teguh padanya. Ini akan membantu kamu memiliki panduan dalam
menghadapi situasi yang berbeda.
3. Jujur pada diri sendiri: Kenali kelemahan dan kesalahanmu, dan berkomitmen untuk
mengatasi atau memperbaikinya. Tetap jujur pada dirimu sendiri dalam setiap tindakan dan
keputusan.
4. Berhentilah membandingkan diri dengan orang lain: Fokuslah pada perjalanan dan
pencapaianmu sendiri, tanpa terlalu memperhatikan apa yang dilakukan orang lain. Setiap
orang memiliki perjalanan dan keunikan masing-masing.
5. Tetapkan tujuan dan capai prestasi: Tetapkan tujuan yang realistis dan berusaha untuk
mencapainya. Ketika kamu berhasil mencapai tujuan, ini akan meningkatkan harga dirimu.
6. Hindari self-criticism yang berlebihan: Jangan terlalu keras pada diri sendiri ketika
membuat kesalahan. Perbaiki kesalahan dengan bijaksana dan gunakan kesempatan itu untuk
belajar.
7. Tingkatkan keterampilan dan pengetahuan: Teruslah belajar dan mengembangkan diri
dalam bidang yang kamu minati. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan akan memberi
kamu rasa percaya diri yang lebih besar.
8. Perhatikan pola pikir: Hindari berpikir negatif dan ubahlah pola pikir negatif menjadi
positif. Fokus pada aspek positif dalam setiap situasi.
9. Jalin hubungan sosial yang positif: Cari teman-teman dan lingkungan yang mendukung
dan positif. Jalin hubungan yang saling menghargai dan mendukung satu sama lain.
10. Perhatikan kesehatan fisik dan mental: Merawat tubuh dan pikiranmu dengan baik sangat
penting untuk memiliki harga diri yang sehat. Tetap aktif, makan sehat, dan beristirahat yang
cukup.
Mengembangkan harga diri yang sehat memerlukan waktu dan usaha, tetapi melalui langkah-
langkah ini, kamu dapat membangun rasa percaya diri dan menghargai diri sendiri dengan
lebih positif.

Untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan sehat, ada beberapa tahapan yang perlu
dilakukan:
1. Penerimaan diri: Mulailah dengan menerima diri sendiri apa adanya, dengan segala
kelebihan dan kekurangan. Hindari membandingkan diri dengan orang lain dan fokuslah pada
apa yang membuatmu unik.
2. Kenali potensi dan kelebihan: Identifikasi keahlian dan bakat yang dimiliki, dan
bangun kepercayaan pada kemampuanmu. Jika perlu, cari tahu lebih banyak tentang hal-hal
yang ingin kamu kuasai.
3. Tetapkan tujuan yang realistis: Tetapkan tujuan yang dapat diukur dan dapat dicapai.
Ketika kamu berhasil mencapainya, hal ini akan meningkatkan rasa percaya dirimu.
4. Hadapi rasa takut dan tantangan: Jangan takut untuk menghadapi rasa takut dan
tantangan. Melalui pengalaman mengatasi hambatan, rasa percaya diri akan tumbuh dan
menguat.
5. Jangan terlalu keras pada diri sendiri: Jangan membiarkan kesalahan atau kegagalan
menghancurkan harga dirimu. Lihatlah kesalahan sebagai peluang untuk belajar dan
berkembang.
6. Bersikap positif: Fokus pada pemikiran positif tentang diri sendiri dan masa depan.
Hindari meragukan diri sendiri dan percayalah bahwa kamu dapat mencapai hal-hal yang
diinginkan.
7. Berbicara dengan diri sendiri dengan penuh dukungan: Berbicara dengan diri sendiri
dengan kalimat yang memberi dukungan dan penuh motivasi akan membantu meningkatkan
rasa percaya diri.
8. Ambil inisiatif dan bertindak: Jangan ragu untuk mengambil langkah-langkah kecil
menuju tujuanmu. Bertindaklah proaktif dan inisiatif untuk mencapai apa yang kamu
inginkan.
9. Cari dukungan dari orang-orang terdekat: Jalin hubungan dengan orang-orang yang
memberikan dukungan dan keyakinan pada dirimu. Mereka dapat menjadi sumber inspirasi
dan dorongan dalam mengembangkan rasa percaya diri.
10. Jaga keseimbangan dalam kehidupan: Perhatikan kesehatan fisik dan mentalmu.
Istirahat yang cukup, olahraga, makan sehat, dan waktu untuk bersantai penting untuk
menjaga rasa percaya diri yang sehat.

Ingatlah bahwa membangun rasa percaya diri adalah proses yang berkelanjutan, dan perlu
diusahakan secara konsisten. Dengan mengikuti tahapan-tahapan ini dan menghadapi
tantangan dengan kepala tegak, kamu dapat memperkuat rasa percaya diri dan mencapai
potensi penuh dalam hidupmu.

Buku : The Other Side of Things, Karya : Ahn Kyuchul

Daftar Pustaka : Kyuchul, Ahn. (2022). The Other Side of Things. Yogyakarta: Shira Media.

buah pemikiran hasil membaca halaman 13 : Jika kita ingin mengisi diri kita dengan sesuatu.
Maka kosongkanlah dulu diri kita. Terlalu penuh hanya membuat kita angkuh.
buah pemikiran hasil membaca halaman 29 : Hidup adalah perang dengan musuh-musuh
yang lebih kecil, tetapi lebih kuat dibandingkan kita. Pelajarannya; jangan pernah
meremehkan hal sekecil apa pun!
buah pemikiran hasil membaca halaman 41 : Manusia terkadang terlalu sibuk melihat suatu
masalah yang hanya muncul ke permukaan saja, padahal masalah itu muncul karena ada
sesuatu yang tak terlihat yang sebenarnya itulah sumber masalahnya. Masalah = sesuatu yang
tidak terlihat karena ketidakpedulian manusia.
buah pemikiran hasil membaca halaman 45 : Luka dan sakit manusia seperti gelas kaca yang
pecah, yang bisa mendengar dan melihatnya adalah orang lain. gelas kaca itu sendiri tidak
bisa melihat atau mendengarnya. terkadang kita keras kepala atau masa bodoh, Begitu orang
terdekat kita menyadari luka dan sakit yang ada di dalam diri kita. padahal, mungkin mereka
sudah sering melihat dan mendengar suara dan Serpihan gelas kaca yang pecah. pelajarannya
adalah: terkadang, sinyal atau bantuan yang Tuhan beri untuk diri kita
ada di tangan orang-orang terdekat kita. Tuhan menjawab doa kita melalui bantuan orang
lain. di sini, Tuhan ingin membuat kita belajar untuk rendah hati. tuhan sedang mendidik kita
dan meruntuhkan ego kita yang merasa bisa dan mampu mengatasi semua hal sendiri. Tuhan
ingin mengajarkan, bahwa hidup bukan selalu tentang diri sendiri.
buah pemikiran hasil membaca halaman 73 : Pahamilah dan ketahuilah batas diri kita, jika
ada sesuatu yang memang seharusnya dilepas maka lepaskanlah. Terlalu membawa banyak
hal dalam hidup hanya akan membuat kita kewalahan dan kehilangan keseimbangan.
Tumbuhan tahu bahwa ia harus mati untuk hidup. harus berpisah untuk bertemu, harus
membuang untuk mendapatkan, dan harus meninggalkan untuk bisa kembali. Kita yang kerap
melewatkan kesempatan karena terlalu terlena dengan keragu-raguan dan kebimbangan. (hal
79)
buah pemikiran hasil membaca halaman 91: Dalam memahami subjek, kita harus melihat ke
dalam subjek tersebut, amati dan ketahui, alasan subjek tersebut bergerak dan melakukan
sesuatu. Dibandingkan hanya melihat subjek secara permukaan. Inilah yang seharusnya
banyak orang pahami. Alih-alih sibuk memperhatikan gerak perhatikanlah alasan subjek
tersebut bergerak. Karena dari sana, kita akan mendapatkan pelajaran berharga.41
buah pemikiran hasil membaca halaman 118: Seseorang yang hidupnya hanya memikirkan
diri sendiri untuk bisa hidup makmur, kemudian tidak meninggalkan apa-apa demi
sesamanya, sama seperti gulma. Hiduplah bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk orang
banyak. Tidak perlu muluk-muluk, lakukan hal yang bermanfaat secara konsisten. Tak peduli
besar atau kecil.
Permintaan maaf yang diucapkan di saat sudah lewat kesempatannya pun dicurigai
ketulusannya. (hal 129)
buah pemikiran hasil membaca halaman 131: Terkadang kita memang perlu jeda dan sepi.
Agar kata-kata yang keluar tidak hanya sebagai simbol suara-suara. Tapi lebih kepada makna
dalam kata-kata tersebut. Karena tidak sedikit kata-kata yang keluar hanya menyakiti,
mencemari dan penuh dengan kedustaan.
buah pemikiran hasil membaca halaman 153: Metafora dari kehidupan yang mengajar
kesimpulan dan penyelesaian, padahal ada satu elemen penting yang seharusnya diamati dan
dipelajari, yaitu: sebuah proses.
Jika tidak ingin gagal, sepertinya salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan tidak
mencoba apapun terlebih dahulu. Dalam setiap kegagalan, tentu ada sesuatu atau tujuan yang
ingin dicapai di suatu tempat, juga adanya usaha yang mau dilakukan untuk sampai di titik
itu, jika sudah di awal tidak memiliki tujuan, maka kegagalan pun tidak akan ada. (hal 175)
Kita harus belajar cara berbicara dengan nada yang lebih rendah dan lebih lembut. Juga harus
belajar tentang cara mengurangi perkataan yang tidak berarti dan cara untuk diam. (hal 99)
buah pemikiran hasil membaca halaman 189: Kebanyakan dari kita hanya sibuk memoles
tampilan, hanya demi sebuah tren dan validasi yang sebenarnya rapuh. Seharusnya, kita jauh
lebih sibuk membangun dan memoles yang ada di dalam diri kita sendiri yang bersifat abadi.
Alih-alih sibuk dengan tren yang jauh dari kata abadi. Menurutmu mana yang lebih penting?
buah pemikiran hasil membaca halaman 215: Kita perlu belajar tentang caranya berhenti,
menangani kesepian dan berpisah.

Buku : Terima Kasih Sudah Mengatakannya, Karya : Kim Yu-jin


Daftar Pustaka : Yu-jin, Kim. (2021). Terima Kasih Sudah Mengatakannya. Yogyakarta: Shira
Media.
Dengan mengatakan kata-kata yang baik setiap harinya kita akan menjadi orang yang lebih
baik dan lebih kuat. Yang harus kita lakukan adalah mencari tahu kata-kata apa saja yang
membuat hati terluka. Jangan hanya mengatakan tidak apa-apa setiap saat. Coba untuk
mendengarkan diri terlebih dahulu. Terkadang, coba katakan sesuatu yang bertentangan
dengan ekspektasi orang lain. Jangan terpengaruh pujian, maka kamu tak akan terpengaruh
kritikan. Entah akan berhasil atau tidak, yang penting katakan saja terlebih dahulu. Kemudian
hiduplah dengan penuh keberanian dengan kata-kata sendiri.
Buku : Sebenarnya, Aku Tidak Baik-baik Saja, Karya : Geulbaewoo
Daftar Pustaka : Geulbaewoo. (2022). Sebenarnya, Aku Tidak Baik-baik Saja. Jawa Timur:
PT. Haru Media Sejahtera.
(hal 23) Dengarkanlah keluh kesahnya dulu baru setelah itu kau bisa mengatakan
pendapatmu.
(hal 25) Ada orang yang akan selalu berada di sampingmu.
(hal 29) Jika kesepian, berarti kau sudah terlalu jauh berjalan sendirian, bekerja sangat keras
sendirian, membuat pencapaian sendirian, dan menjauh dari orang-orang yang menurutmu
tidak selaras denganmu. Saat kita kesepian dan tak punya pilihan lain. Pada saat seperti itu,
lakukan semuanya perlahan-lahan. Kembali ke tempat yang familiar karena ke orang-orang
familiar, dan semua hal yang familiar bagimu.
(hal 40-41) Kau tidak perlu mendengarkan semua hal buruk yang orang lain katakan
kepadamu karena itu tidak benar. Akan ada seseorang yang menyadari kesungguhanmu.
(hal 45) Menurutku, cara sederhana dan baik agar bisa dicintai adalah bersimpati dengan
lawan bicara, mendengarkan cerita, tersenyum saat berbicara karena, dan tidak menggurui
saat tahu lawan bicara sedang kesulitan. Kita semua ingin dicintai. kita perlu menilik diri kita
kembali apakah kita sudah melakukan sesuatu yang membuat kita layak dicintai, atau belum.
Akan lebih baik jika kita bisa berhati-hati dengan tindakan kita sekecil apapun agar tidak
menyinggung perasaan orang lain.
(hal 47) Anggaplah semua sebagai proses belajar untuk bisa mengambil alih dan menangani
banyak hal di masa depan. Tentu akan ada orang di sekitar yang menyalahkan kita karena
melakukan kesalahan, tetapi kita tidak perlu terlalu memikirkannya. Kita tidak perlu
menganggap tindakannya itu sangat penting karena kita tidak akan bekerja dengan
selamanya. Tidak apa-apa mengabaikan ucapan dan tindakan orang lain yang tidak penting,
karena itu adalah keterampilan untuk bertahan hidup.
(hal 56-57) Hidup itu panjang, tidak apa-apa jika kau tampak tak berdaya satu hari ini.
Mungkin kau mengira besok dan lusa kau juga akan seperti itu, tetapi itu tidak akan terjadi.
Hari-harimu takkan pernah sama persis. Tidak apa-apa jika kau merasa tak berdaya hari ini.
Setelah kau menggunakan semua energimu, kau perlu waktu untuk mendapatkan energi baru.
Ketidakberdayaan justru datang kepadamu untuk menghentikan waktu dan memberimu
kesempatan agar kau bisa berpikir jernih. Kau hanya sedang mempersiapkan diri untuk
sosokmu yang mengagumkan di kemudian hari.
(hal 59) Jika saat ini kau merasa tak berdaya, kau hanya perlu mengurangi kecepatanmu.
(hal 79) Kau boleh menyerah kapanpun kau benar-benar ingin. Jika kau sudah berkali-kali
menderita, sampai akhirnya benar-benar ingin menyerah, saat itulah kau boleh menyerah.
Dengan begitu kau bisa mencari hal lain yang bisa kau lakukan dengan baik. Kau akan
bertemu banyak orang selama hidup. Seperti apapun orang yang kau temui, selalu ada yang
bisa Kau pelajari dari mereka.
(hal 81) Jika kau menghadapi masalah berat, lebih baik perbanyak istirahat dan lakukan yang
bisa kau lakukan terlebih dahulu. Ketika seseorang memperbanyak istirahat dan hanya
melakukan yang dia bisa, waktu akan membantu menyelesaikan masalah itu.
(hal 88) Jika kau ingin mengubah dirimu sendiri, kau harus berubah sekarang. Jika tidak
melakukannya dari sekarang, kau tidak akan berubah selamanya.
(hal 102-103) Hidupmu akan menjadi lebih baik jika kau melepaskan diri dari kebiasaan
mencampuri urusan orang lain dan menghabiskan waktumu untuk fokus pada hidupmu
sendiri. Berbicaralah dan dengarkanlah dengan tulus. Hanya ketulusan yang memiliki arti
besar dalam hubungan antar manusia.
(hal 105) Penting bagi kita untuk percaya kepada diri sendiri. kau mungkin tidak tahu kapan
dirimu akan bersinar, tapi itu pasti akan terjadi. Seiring berjalannya waktu, kau akan bersinar
terang lebih dari siapapun, sebesar usaha dan kerja kerasmu sekarang. Jadi, aku harap kau
tidak menyerah pada dirimu sendiri, dan terus melangkah dengan penuh keberanian menuju
hari saat kau bersinar terang.
(hal 117) Wujudkan pilihanmu dengan tindakan tanpa terlalu mengkhawatirkan kesalahan.
Dengan begitu, kau bisa mengalami kemajuan dan meningkatkan keterampilan sesuai dengan
keinginanmu secara alami.
(hal 134) Hidupmu tidak akan pernah menjadi seburuk pikiran negatifmu itu. Karena kau
tidak akan membiarkan itu terjadi tanda. Yang kamu butuhkan sekarang adalah keberanian
untuk mencoba sesuatu. Tak peduli apakah kau bisa melakukannya dengan baik atau tidak.
(hal 138) Berbeda dengan orang lain bukan berarti kau orang gagal atau buangan. Pilihlah
jalan yang dekat dengan tujuan hidupmu. Jalan itu akan membuat hatimu paling bersemangat,
sampai kau ingin terus berusaha selama menjalani hidup.
(hal 156) Pada akhirnya, orang yang akan mengalami kesulitan adalah orang yang suka
mencampuri urusan orang lain, bicara sembarangan tanpa berpikir, memanfaatkan kesulitan
orang lain, mengabaikan orang lain dan sombong, iri kepada orang lain, atau mengganggu
orang lain karena tidak suka. Sebaliknya, orang yang mengagumkan adalah seseorang yang
mengurus urusannya sendiri, berhati-hati terhadap ucapannya dan tidak membicarakan orang
lain, tidak selalu menganggap dirinya benar, mau mendengar cerita orang lain, memikirkan
kebutuhan orang lain dengan tulus, dan berbagi tanpa mengharapkan imbalan.
(hal 159) Tidak ada orang yang sepertimu, yang penuh perhatian, khawatir jika menyakiti hati
orang lain, banyak berpikir saat kau tidak melakukan sesuatu dengan baik. Tidak ada orang
yang sepertimu. Aku tahu, betapa menderitanya dirimu, betapa kesepiannya dirimu, dan
betapa kerasnya usahamu agar tampak baik-baik saja.

Buku : You Dont Need to be Loved by Everyone, Karya : Lee Pyeong


Daftar Pustaka : Pyeong, Lee. (2023). You Dont Need to be Loved by Everyone. Jakarta
Selatan: TransMedia Pustaka.
(hal 9-10) Penilaian ekstrem dapat dipicu oleh kadar kebencian kita kepada seseorang. Jika
rasa benci sudah semakin besar, hal-hal yang sebenarnya sepele dan masih di dalam batas
kesabaran pasti dapat memantik api permasalahan yang memicu kekacauan. Dengan kata
lain, rasa benci pasti membuahkan kehancuran. Namun, kita harus paham bahwa membenci
seseorang seperti itu merupakan kesalahan sekaligus masalah di dalam hati kita sendiri.
Sebab, orang itu tidak mungkin berubah sesuai keinginan kita. Mereka juga tidak memiliki
kewajiban untuk melakukan itu. Walau begitu perlu diingat bahwa kita juga harus meninjau
perasaan diri sendiri dengan tenang jika sampai membenci seseorang tanpa alasan khusus.
Jangan buang-buang energi yang berharga untuk membenci orang lain. Mari gunakan energi
itu untuk menyayangi dan menghibur diri sendiri.
(hal 63) Saat sudah sekali membenci seseorang, seharusnya kita memberi waktu kepada diri
sendiri untuk memikirkan alasan kita membenci orang itu, serta mengintrospeksi dengan
tenang perasaan benci tersebut.
(hal 100 ) Lao Tzu, "Jangan balas siapapun yang mengolokmu. tubuhmu tidak perlu sampai
bergetar saking inginnya membahas dendam ke orang yang dibenci. Fokuslah untuk duduk
bersenang-senang di pinggir sungai sambil memandangi kelopak bunga yang berguguran di
bawah sinar matahari. Niscaya, kamu akan mendengar kabar kejatuhan musuhmu dengan
sendirinya."
(hal 118) Pertama, kita harus bisa mencambuk diri sendiri jika ingin mengubah sesuatu
menjadi kebiasaan. Kedua, mengambil tindakan tanpa penderitaan adalah sia-sia. Ketiga,
dibutuhkan pengorbanan untuk mewujudkan sesuatu. Keempat, kita adalah satu-satunya yang
bisa mengubah hidup sendiri.
(hal 127) Tidak ada seorang pun yang berhak untuk menilai hidup kita sembarangan.
(hal 137) Pemenang bukanlah sosok yang kuat, melainkan yang bisa bertahan hingga akhir.
Pahlawan adalah orang yang bisa menjaga dirinya sendiri. Mungkin saat ini hidup tampak
tidak berarti dan seperti mesin. Namun, saat kita menoleh ke belakang setelah waktu berlalu,
seluruh proses yang terjadi akan menjadi bukti kesenian kita adalah menjalani hidup.
Karenanya kita harus selalu percaya diri.
(hal 211-212) Perubahan baru akan dimulai saat kita bisa menghentikan kebiasaan untuk
membanding-bandingkan kekurangan dan kelebihan diri sendiri dengan orang lain. Panggilah
sikap positif setiap sedang dihadapkan dengan krisis mental yang tidak beralasan. Kelebihan
yang sebelumnya diremehkan akan terlihat secara utuh saat kita tidak membandingkannya.
Setelah itu, kita pasti dapat merasakan kepercayaan diri yang meningkat dengan sendirinya.

Buku : Kamu Tidak Salah, Karya : Jung Hyeshin


Daftar Pustaka : Hyeshin, Jung. (2022). Kamu Tidak Salah. Jawa Timur: Penerbit Haru.
(terinspirasi dari halaman 5) Jika ingin mengenal seseorang, maka pelajarilah sejarah
hidupnya.
(hal 11) Tidak perlu berusaha keras menjadi orang yang tahu segalanya, cukuplah berusaha
menjadi orang yang peduli. Maka, kamu akan bisa terkoneksi dengan jiwa manusia. Ingatlah:
kamu tidak salah dan kamu tidak rusak.
(hal 28) Para korban trauma hanya ingin dipandang sebagai orang yang hatinya terluka,
bukan pasien.
(hal 51) Banyak orang yang terus-menerus berusaha menghapus aku dalam diri mereka dan
mengubahnya sesuai dengan harapan dan keinginan orang lain.
(hal 55) Kematiannya bukannya disebabkan oleh jantung yang lemah, melainkan karena telah
menjalani hidup dengan menghapus jati diri tanah, hingga akhirnya memutuskan untuk
melepaskan kehidupannya seluruhnya. Siapapun yang makin jauh dari hidupnya akan
membahayakan diri sendiri.
(hal 60) Ketika seseorang diperhatikan dan eksistensinya diakui, dia akan merasakan suatu
kestabilan jiwa yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dalam kondisi itulah, dia dapat
berpikir rasional. Rasionalitas yang tak terduga dari pria lansia itu sebenarnya berasal dari
stabilitas jiwa setelah dirinya diakui.
(hal 62) Manusia akan memberi reaksi yang baik ketika orang lain berempati terhadapnya.
Karena memang begitulah sifat manusia.
(hal 75) Saat bertemu orang, Bagaimana perasaanmu hari ini? Mungkin terdengar sepele,
tetapi pertanyaan sederhana tersebut membuat seseorang merasa dirinya diperhatikan.
Kenyataannya, banyak orang yang kondisi psikologisnya berada di tepi jurang dan perlahan-
lahan jatuh tanpa menunjukkan tanda-tanda. Pernyataan sederhana Bagaimana perasaanmu
hari ini? Tanpa sadar dapat menjadi pertolongan pertama dalam kesehatan mental.
(terinspirasi dari hal 93) Pertolongan pertama psikologis: Perhatikan keberadaan orang
tersebut. Rangkul rasa sakitnya. Tanyakan bagaimana perasaannya secara langsung dengan
kehangatan dan empati.
(hal 95) Pemahaman yang akurat dan empati adalah tindakan yang paling membantu. Dalam
kehidupan sehari-hari, respons yang wajar dan masuk akal dari seseorang terhadap orang lain
terkadang menjadi penyembuhan paling efektif dan dapat menyentuh hati dengan lebih cepat.
Sungguh hal yang sangat membantu jika kita dapat melihat ke dalam hati orang lain yang
terluka, menanyakan perasaannya, memahami dan berempati pada penderitaannya.
(hal 100-102) Yang terpenting bukanlah pertanyaan yang kita ajukan, melainkan perhatian
akan rasa sakit yang dideritanya meski dia telah menyatakan keinginannya untuk mati. Ketika
seseorang mengungkapkan keinginan untuk mati, kebanyakan orang menganggap
menanyakan perasaan mereka secara terperinci akan melukai hati mereka. tidak, itu tidak
benar. Justru sebaliknya. orang yang menderita itu sangat membutuhkan pertanyaan
mendetail terkait yang dialaminya. Penghiburan dan kesembuhan mulai terjadi ketika kita
mulai memperhatikan perasaan dan situasi orang lain yang mengungkapkan rasa sakitnya
yang serius. Itu terjadi bukan karena pertanyaannya karena, melainkan karena kita
memusatkan perhatian pada keberadaan diri mereka yang tengah mengalami kesulitan hidup.
Tindakan itu dapat melindungi sampai dia bertemu dengan tenaga kesehatan mental. Dalam
beberapa kasus, pertolongan pertama semacam ini dapat menyelamatkan hidup seseorang
tanpa bantuan profesional. Ketika seseorang kelelahan akibat rasa sakit, dia lebih
membutuhkan dukungan emosional dibandingkan yang lain.
(hal 107) Rasa sedih karena, tak berdaya, dan kesepian mirip dengan cuaca. emosi bukanlah
gejala penyakit, melainkan respon alami yang mengungkapkan sisi dalam kehidupan atau
keberadaan diri.
(hal 130-131) Perasaan atau emosimu adalah pintu menuju keberadaan diri. Melalui perasaan,
seseorang dapat menemukan aku yang sejati. Dia pun jadi lebih terikat pada aku dalam
dirinya melalui emosi itu. Jika kita menjadi sensitif terhadap emosi kita, kita akan lebih
mudah bertemu aku dalam diri kita dan merasakan keberadaannya. Ketika seseorang
berbicara tentang rasa sakit, luka batin, atau konflik yang dialaminya, Jangan beri dia saran
karena, nasihat, penilaian, dan penghakiman. Dengan begitu, barulah percakapan sungguhan
dapat dimulai.
(hal 137) Pertolongan pertama kesehatan mental ( CPR psikologis) pada intinya adalah
tentang menemukan tepatnya di mana posisi aku dan menuangkan empati ke atasnya bak
hujan yang deras.
(hal 142) Empati adalah kekuatan paling ampuh sekaligus praktis untuk menggerakkan hati
seseorang karena, bahkan untuk menemukan luka batin. Yang paling cepat, akurat, dan
efisien. Empati dianggap lebih unggul ketimbang api depresan manapun yang dikembangkan
melalui metodologi penelitian sama tema seperti dalam ilmu kedokteran mutakhir,
farmakologi, fisiologi, genetika, dan biologi, serta dengan dana penelitian selama beberapa
dekade.
(hal 148-149) Empati merupakan proses kita bersimpati terhadap orang lain, dan saat
melakukannya kita merangsang emosi ke dalam kita sendiri. Saat berempati, secara tak
terduga kita menemukan kesempatan untuk menghadapi luka batin yang pernah kita alami.
Jangan sampai kita kehilangan diri sendiri saat menolong orang lain. Utamakan diri kita
terlebih dahulu. itulah Kunci keberhasilan berempati. Ketika berempati terhadap orang lain
terasa menyakitkan karena luka batin kita ikut terluka kembali, bisa jadi saat itulah
kesempatan kita untuk berempati dan menyembuhkan diri sendiri terlebih dahulu.
(hal 162) Empati bukan sekedar mengenai mendengarkan, tetapi juga mengenai menyimak.
(hal 185) Untuk menjadi orang yang berempati dan dapat menghilangkan rasa sakit
seseorang, kita harus bertanya kepada orang tersebut tentang perasaannya. Kita harus
memperhatikan aku dalam dirinya dan bertanya tentang perasaannya, bukan sibuk
mengungkapkan luka atau menegaskan kepadanya bahwa kita adalah penolong. Tugas kita
hanyalah terus menggenggam tangannya sampai dia merasakan dan menyentuh perasaannya
sendiri. Seperti itulah proses penyembuhan.
(hal 201) Jika seseorang bisa membicarakan kemarahan yang dia rasakan, artinya
kemarahannya tidak akan meledak-ledak. Dia merasa ada yang memahami dan menerima
kemarahannya seutuhnya. Itu juga terjadi karena dia merasa emosinya tidak dihakimi.
(hal 258) Emosi bukanlah objek yang dapat dinilai dengan dibagi menjadi baik buruk, dan
benar salah. Emosi adalah Barometer yang muncul sesuai keadaan seseorang saat ini. Seperti
angin yang menyapu pipi, emosi tidak dapat didefinisikan dan diberi nama, tetapi memiliki
karakter unik. Emosi yang terus bergerak seperti itu adalah tanda yang mencerminkan
eksistensi kita. Setiap emosi yang timbul memiliki alasan, dan setiap kemunculannya benar
adanya.
(hal 260) Smosi bukan objek penghakiman, penilaian, ataupun pengendalian. Emosi adalah
tanda alami dari kehadiran aku dalam diri kita. Emosi baik dan emosi buruk, adalah hal yang
benar.
(hal 319) Memahami dan menerima perasaan tanpa menganggap reaksinya itu sebagai hal
yang aneh.
(hal 335) Seseorang yang terluka ingin membicarakan lukanya lebih dari apapun, tetapi itu
baru bisa terjadi jika dia sudah merasa aman. Ketika dia bertemu dengan seseorang yang
tampaknya dapat mendengarkannya dengan baik karena, dia sering membicarakannya dengan
cara tertentu, bahkan dalam situasi yang tidak menentu atau bahkan pada orang asing. Dia
ingin dimengerti dan dihibur. Hanya disembuhkan jika dia menerima empati dan melepaskan
semua rasa sakitnya.
Gagasan bahwa berbicara tentang luka akan menyebabkan luka yang lebih besar hanya akan
membuat orang tersebut masih menjauh dari penyembuhan. Yang terpenting adalah lebih
dahulu menyembuhkan trauma sekunder yang diterima dari orang-orang sekitar melalui
reaksi negatif terhadap lukanya ketimbang luka itu sendiri.
Mengatasi trauma bisa melibatkan beberapa tahapan, seperti:
1. Penerimaan: Mengakui dan menerima bahwa trauma telah terjadi dan mempengaruhi
Anda.
2. Bantuan Profesional: Cari dukungan dari ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau
terapis, yang berpengalaman dalam mengatasi trauma.
3. Pemahaman: Bekerja sama dengan ahli untuk memahami dampak trauma dan
bagaimana hal itu mempengaruhi pikiran dan perilaku Anda.
4. Terapi: Melalui terapi, Anda dapat belajar teknik koping untuk mengelola emosi dan
mengatasi trauma.
5. Dukungan sosial: Temukan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan
yang dapat membantu Anda dalam proses pemulihan.
6. Perubahan pola pikir: Cari cara untuk mengubah pola pikir negatif atau maladaptif
menjadi lebih positif dan adaptif.
7. Pengaturan diri: Pelajari cara merawat diri, seperti olahraga, meditasi, atau kegiatan
yang Anda nikmati untuk mengurangi stres.
8. Sabar dengan diri sendiri: Ingatlah bahwa pemulihan dari trauma adalah proses yang
memerlukan waktu dan kesabaran.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu berbeda, jadi pendekatan untuk mengatasi
trauma dapat berbeda-beda. Konsultasikan dengan ahli kesehatan mental untuk mendapatkan
panduan yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Menghadapi bipolar atau gangguan bipolar memerlukan pendekatan yang komprehensif.
Berikut adalah beberapa cara terbaik untuk menghadapinya:
1. Pengobatan: Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai. Pengobatan dapat mencakup obat-obatan,
seperti stabilizer mood, dan terapi.
2. Terapi: Terapi perilaku kognitif atau terapi kognitif berbasis komunikasi dapat
membantu Anda mengatasi gejala bipolar dan belajar keterampilan pengelolaan emosi.
3. Pemantauan diri: Catat dan pantau perubahan suasana hati, energi, dan pola tidur
Anda untuk membantu mengidentifikasi gejala bipolar lebih awal.
4. Menjaga rutinitas: Upayakan untuk menjaga rutinitas harian yang stabil dalam makan,
tidur, dan aktivitas fisik. Hal ini dapat membantu menstabilkan suasana hati dan mengurangi
risiko episode bipolar.
5. Dukungan sosial: Dapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan
untuk berbicara tentang pengalaman Anda dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik
tentang kondisi Anda.
6. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang: Substansi ini dapat memperburuk gejala
bipolar dan mengganggu pengobatan.
7. Mengenali tanda-tanda episode: Pelajari tanda-tanda awal episode mania atau depresi,
sehingga Anda dapat mencari bantuan lebih awal jika gejala muncul.
8. Edukasi diri: Pelajari lebih lanjut tentang gangguan bipolar untuk memahami kondisi
Anda dengan lebih baik dan mengelola gejalanya.

Penting untuk diingat bahwa menghadapi bipolar adalah perjalanan yang unik untuk setiap
individu. Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk mencari strategi yang
paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Anda. Juga, jangan ragu untuk mencari bantuan
ketika Anda merasa kesulitan mengatasi gejala atau episode bipolar.

Menghadapi depresi memerlukan perhatian serius dan pendekatan yang berkelanjutan.


Berikut adalah beberapa cara terbaik untuk menghadapinya:
1. Konsultasikan dengan ahli kesehatan mental: Carilah dukungan profesional dari
psikolog, terapis, atau psikiater yang berpengalaman dalam mengatasi depresi. Mereka dapat
membantu Anda dalam mengidentifikasi masalah dan merumuskan rencana perawatan yang
tepat.
2. Terapi: Terapi kognitif perilaku (CBT) dan terapi berbasis interpersonil adalah metode
yang efektif dalam mengatasi depresi. Terapi dapat membantu Anda mengatasi pola pikir
negatif, mengidentifikasi faktor pemicu, dan mengembangkan keterampilan pengelolaan
emosi.
3. Obat-obatan: Jika diperlukan, dokter mungkin meresepkan obat antidepresan untuk
membantu mengatasi gejala depresi. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk
menemukan obat yang tepat dan dosis yang sesuai.
4. Dukungan sosial: Cari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan.
Berbicaralah tentang perasaan Anda dan jangan ragu untuk meminta bantuan ketika Anda
membutuhkannya.
5. Aktivitas fisik: Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu
meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi.
6. Jaga pola tidur yang sehat: Usahakan untuk mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas
setiap malam, karena kurang tidur dapat memperburuk gejala depresi.
7. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang: Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan
terlarang tidak akan membantu mengatasi depresi dan malah dapat memperburuk kondisi.
8. Lakukan kegiatan yang disukai: Temukan dan lakukan kegiatan yang Anda nikmati, seperti
hobi atau olahraga, untuk meningkatkan suasana hati.
9. Batasi stres: Identifikasi dan atasi faktor stres dalam kehidupan Anda. Carilah cara untuk
mengurangi tekanan dan menetapkan batasan yang sehat.
10. Edukasi diri: Pelajari lebih lanjut tentang depresi untuk memahami kondisi Anda dan
mengenali tanda-tanda peringatan yang mungkin muncul.
Ingatlah bahwa menghadapi depresi adalah proses yang memerlukan waktu dan dukungan.
Jangan ragu untuk mencari bantuan dan jangan putus asa jika Anda mengalami kesulitan.
Anda tidak sendirian, dan ada sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk membantu
Anda dalam perjalanan pemulihan.
Mencegah tindakan bunuh diri adalah suatu prioritas yang serius dan mendesak. Jika Anda
atau seseorang yang Anda kenal berpikir tentang bunuh diri, segera hubungi nomor darurat di
negara Anda atau cari bantuan medis segera. Selain itu, berikut adalah beberapa langkah yang
dapat membantu mencegah tindakan bunuh diri:
1. Cari dukungan profesional: Segera konsultasikan dengan ahli kesehatan mental,
seperti psikolog, terapis, atau psikiater, yang berpengalaman dalam penanganan krisis bunuh
diri.
2. Dukungan sosial: Jangan mengisolasi diri. Cari dukungan dari keluarga, teman, atau
anggota komunitas yang peduli dan siap mendengarkan.
3. Tingkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental: Edukasi masyarakat tentang
tanda-tanda peringatan bunuh diri dan kesehatan mental untuk membantu mengenali dan
merespon secara tepat.
4. Waspadai tanda-tanda peringatan: Ketahui tanda-tanda peringatan bunuh diri, seperti
ekspresi putus asa, perubahan drastis dalam perilaku atau suasana hati, dan penarikan dari
hubungan sosial.
5. Jangan ragu bertanya: Jika Anda merasa seseorang mungkin merencanakan bunuh
diri, bertanyalah secara langsung dan terbuka. Ini dapat membantu memulai percakapan dan
menawarkan kesempatan bagi orang tersebut untuk berbicara tentang perasaannya.
6. Amanahkan orang yang berisiko: Jika Anda mengetahui seseorang yang berisiko
bunuh diri, jangan biarkan orang tersebut sendirian. Amanahkan mereka kepada seseorang
yang dapat memberikan bantuan dan tinggal bersama mereka.
7. Jaga kontak: Lanjutkan untuk menjaga kontak dan mendukung seseorang yang
berisiko bunuh diri. Pertimbangkan untuk menghubungi mereka secara teratur.
8. Jangan menyimpan senjata atau bahan berbahaya: Jika ada orang yang berisiko bunuh
diri dalam rumah, pastikan untuk menghilangkan senjata api atau bahan berbahaya lainnya
dari jangkauan mereka.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal berpikir tentang bunuh diri, segera hubungi
layanan darurat atau hotlines kesehatan mental di wilayah Anda. Ingatlah bahwa meminta
bantuan dan berbicara tentang perasaan Anda adalah tindakan kuat dan bukan tanda
kelemahan. Ada banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu dan mendukung Anda.
Ebook: Stop Perundungan/Bullying Yuk!, Karya: Direktorat Sekolah Dasar
Daftar Pustaka : Tim Penyusun Direktorat Sekolah Dasar. (2021). Stop Perundungan/Bullying
Yuk!. Jakarta: Direktorat Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi.
Kriteria korban :
1. Anak yang cenderung sulit bersosialisasi yang sering disebut dengan culun.
2. Anak yang fisiknya berbeda dengan yang lain (terlalu kurus, terlalu gemuk,
mempunyai ciri fisik yang menonjol, dll).
3. Anak yang cenderung berbeda dengan yang lain misalnya berasal dari keluarga yang
sangat kaya, sangat sukses, sangat miskin, sangat terpuruk, dll.

Kriteria pelaku :
1. Cenderung memiliki sikap hiperaktif, impulsif, aktif dalam gerak, dan merengek,
menangis berlebihan, meuntut perhatian, tidak patuh, menantang, merusak, ingin menguasai
orang lain.
2. Memiliki temperamen yang sulit dan masalah pada atensi/konsentrasi, dan hanya
peduli terhadap keinginan sendiri.
3. Sulit melihat sudut pandang orang lain dan kurang empati.
4. Adanya perasaan iri, benci, marah, dan biasanya menutupi rasa malu dan gelisah.
5. Memiliki pemikiran bahwa "permusuhan" adalah sesuatu yang positif.
6. Cenderung memiliki fisik yang lebih kuat, lebih dominan dari pada teman sebayanya.
Kriteria saksi: Seseorang atau kelompok yang melihat/menyaksikan terjadinya kasus
perundungan/ bullying. (hlm 11)
Perundungan/Bullying adalah perilaku tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik, ataupun
sosial di dunia nyata maupun dunia maya yang membuat seseorang merasa tidak nyaman,
sakit hati dan tertekan baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok. (hlm 6)
TEMPAT TERJADINYA BULLYING?
CYBER
SEKOLAH
RUMAH
LINGKUNGAN MASYARAKAT
(hlm 9)
Yang termasuk jenis bullying :
1. Fisik (memukul, menampar, mendorong, menggigit, menendang, mencubit, mencakar,
pelecehan seksual dll)
2. Cyber (melalui media elektronik)
3. Verbal (lisan, perkataan)
4. Non fisik (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memanggil
dengan julukan atau kecacatan fisik dll)
5. Non verbal langsung/ Non verbal tidak langsung
(hlm. 10)

Ciri satuan pendidikan melanggengkan praktik bullying :


1. Tidak adanya pola keteladanan yang dilakukan oleh pendidik dna tenaga
kependidikan di satuan pendidikan.
2. Tidak adanya pola komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
3. Adanya perilaku kekerasan baik yang dilakukan pendidik dan tenaga kependidikan
dan siswa. (hlm 12)

Korban bullying seringkali mengalami :


1. Kesakitan fisik dan psikologis.
2. Kepercayaan diri yang merosot.
3. Malu, trauma, merasa sendiri, serba salah.
4. Takut sekolah.
5. Korban mengasingkan diri dari sekolah.
6. Menderita ketakutan sosial.
7. Timbul keinginan untuk bunuh diri dan mengalami gangguan jiwa. (hlm 13)

Pelaku bullying seringkali mengalami :


1. Pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada risiko apa pun bagi mereka bila mereka
melakukan kekerasan, agresi, maupun mengancam anak lain.
2. Ketika dewasa, pelaku memiliki potensi lebih besar untuk menjadi pelaku kriminal dan
akan bermasalah dalam fungsi sosialnya. (hlm 14)

Saksi bullying seringkali mengalami :


1. Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang
berat.
2. Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
3. Dapat mengalami penurunan prestasi di kelas karena perhatian masih terfokus pada
bagaimana menghindari menjadi target perundungan dari pada tugas akademik. (hlm 15)

Upaya Pencegahan Bullying Lingkungan/masyarakat


Pencegahan adalah tindakan/cara/ proses yang dilakukan agar seseorang atau sekelompok
orang tidak melakukan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.
1. Anak.
2. Keluarga.
3. Satuan pendidikan.
4. Pemerintah daerah.
5. Pemerintah pusat. (hlm 16)

Pencegahan oleh anak :


1. Mengembangkan budaya relasi/pertemuan yang positif.
2. Ikut serta membuat dan menegakkan aturan sekolah terkait pencegahan bullying.
3. Ikut membantu teman yang menjadi korban.
4. Saling mendukung satu sama lain.
5. Memahami dan menerima perbedaan tiap individu di lingkungan sebaya.
6. Merangkul teman yang menjadi korban bullying. (hlm 17)

Pencegahan oleh keluarga :


1. Membangun komunikasi antara anak dengan orangtua.
2. Memperkuat peran orangtua dalam mencegah perundungan baik di rumah maupun di
sekolah.
3. Sosialisasi dan advokasi terkait hak anak pada orangtua.
4. Menyiapkan anak untuk menghadapi perundungan dengan berkata tidak.
5. Menyelaraskan pendisiplinan tanpa merendahkan martabat baik di rumah maupun di
sekolah.
6. Melaporkan kepada sekolah jika anak menjadi korban.
7. Memberikan pengertian kepada pelaku perundungan untuk ikut mencegah.(hlm 18)

Pencegahan Satuan Pendidikan :


1. Adanya layanan pengaduan kekerasan/ media bagi murid untuk melaporkan bullying
secara aman dan terjaga kerahasiannya.
2. Bekerjasama dan berkomunikasi aktif antara siswa, orang tua, dan guru (3 pilar SRA)
3. Kebijakan anti bullying yang dibuat bersama dengan siswa
4. Memberikan bantuan bagi siswa yang menjadi korban
5. Pendidik dan tenaga kependidikan memberi keteladanan dengan berperilaku positif dan
tanpa kekerasan
6. Program anti bullying di satuan pendidikan yang melibatkan siswa, guru, orang tua,
alumni, dan masyarakat/lingkungan sekitar satuan pendidikan
7. Memastikan sarpras di satuan pendidikan tidak mendorong anak berperilaku bullying (hlm
19)

Pencegahan oleh masyarakat :


1. Mengembangkan perilaku peduli dengan prinsip kepentingan terbaPelahlm 14ik bagi anak
dan semua anak adalah anak kita yang harus dilindungi
2. Bekerjasama dengan satuan pendidikan untuk bersama-sama mengambangkan budaya anti
kekerasan
3. Bersama-sama dengan satuan pendidikan melakukan pengawasan terhadap kemungkinan
munculnya praktik-praktik bullying di lingkungn sekitar satuan pendidikan
4. Bersama dengan satuan pendidikan memberikan bantuan pada siswa yang menjadi korban
dengan melibatkan stakeholder terkait
(hlm 20)

Pencegahan oleh pemerintah pusat :


1. Sosialisasi terkait Permendikbud 82 Tahun 2015 sampai pada level bawah diikuti dengan
penerbitan KIE
2. Sosialisasi kebijakan Satuan pendidikan ramah anak dan Konvensi Hak Anak pada satuan
pendidikan
3. Melakukan monev dengan membentuk lembaga layanan atau call center pengaduan
4. Melakukan koordinasi antar K/L yang memiliki kebijakan atau program berbasis sekolah
untuk bersama-sama melakukan pencegahan terhadap perundungan/bullying.
(hlm 21)

Jurnal Penelitian : Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying Karya:
Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso.
Daftar Pustaka : Zakiyah, Ela Zain, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso. "Faktor
Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying." Jurnal Penelitian dan PPM 04.
no. 2 (2017).
Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok
orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma,
dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering disebut dengan istilah bully. Seorang
bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying sudah sering terjadi di sekolah
dan dilakukan oleh para remaja.
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya. Remaja yang
menjadi korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara
fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi
korban bullying antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan
dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik,
seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di
lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
Contoh kasus terjadi pada seorang siswa sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung diri
menggunakan dasi karena dibully oleh teman sekolahnya. Bocah berumur 8 tahun ini menjadi
korban bullying secara fisik. Ia kerap dipukuli oleh teman-temannya di sekolah. Contoh lain
datang dari Texas. Seorang remaja perempuan nekat menembakkan pistol ke dadanya sendiri
hingga tewas karena ia merasa dihujat habis-habisan di dunia maya.
Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan
sifat kekerasan. Seperti yang dialami seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega
membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap
menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP. Akibat perbuatannya, pelaku yang
masih di bawah umur ini dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perlindungan Anak, serta KUHP Pasal 340, 338, dan 351.
Kasus ini membawa kepada penjelasan bahwa masyarakat khusunya harus lebih paham
mengenai bullying. Apa yang menyebabkan remaja melakukan bullying, apa dampak bagi
pelaku, korban, dan saksi, bagaimana bentuk-bentuk tindakan bullying, dan bagaimana cara
mencegah dan memberhentikan tindakan penindasan ini.
A. Pengertian Bullying
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang
senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully
berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Sedangkan secara terminology
menurut Definisi bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto, 2009)
adalah “sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat (hlm 325) ini diperlihatkan ke dalam aksi,
menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau
sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan
dengan perasaan senang”.
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan secara
psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh
seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying yang biasa disebut bully bisa seseorang,
bisa juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki power
(kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan
dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancan oleh bully.
(Jurnal Pengalaman Intervensi Dari Beberapa Kasus Bullying, Djuwita, 2005 ; 8, dalam
Ariesto 2009).
Peran dalam Bullying
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam perilaku bullying dapat dibagi menjadi 4 (empat)
(dalam http://repository.usu.ac.id) yaitu:
a.Bullies (pelaku bullying) yaitu murid yang secara fisik dan/atau emosional melukai murid
lain secara berulang-ulang (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Remaja yang diidentifikasi
sebagai pelaku bullying sering memperlihatkan fungsi psikososial yang lebih buruk daripada
korban bullying dan murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying (Haynie, dkk., dalam
Totura, 2003). Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan simptom depresi yang lebih
tinggi daripada murid yang tidak terlibat dalam perilaku bullying dan simptom depresi yang
lebih rendah daripada victim atau korban (Haynie, dkk., dalam Totura, 2003). Olweus (dalam
Moutappa, 2004) mengemukakan bahwa pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain
dan memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang sama (Sutton,
Smith, & Sweetenham, dalam Moutappa, 2004).
Menurut Stephenson dan Smith (dalam Sullivan, 2000), tipe pelaku bullying antara lain:
(1) tipe percaya diri, secara fisik kuat, menikmati agresifitas, merasa aman dan biasanya
populer,
(2) tipe pencemas, secara akademik lemah, lemah dalam berkonsentrasi, kurang populer dan
kurang merasa aman, dan
(3) pada situasi tertentu pelaku bullying bisa menjadi korban bullying.
Selain itu, para pakar banyak menarik kesimpulan bahwa karakteristik pelaku bullying
biasanya adalah agresif, memiliki konsep positif tentang kekerasan, impulsif, dan memiliki
kesulitan dalam berempati (Fonzi & Olweus dalam Sullivan, 2000).
Menurut Astuti (2008) pelaku bullying biasanya agresif baik secara verbal maupun fisikal,
ingin popular, sering membuat onar, mencari-cari kesalahan orang lain, pendendam, iri hati,
hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial di sekolahnya. Selain itu pelaku bullying
juga menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah atau di sekitarnya, merupakan tokoh
popular di sekolahnya, gerak geriknya sering kali dapat ditandai dengan sering berjalan di
depan, sengaja menabrak, berkata kasar, dan menyepelekan/ melecehkan.

b. Victim (korban bullying) yaitu murid yang sering menjadi target dari perilaku agresif,
tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan
penyerangnya (Olweus, dalam Moutappa dkk, 2004). Menurut Byrne dibandingkan dengan
teman sebayanya yang tidak menjadi korban, korban bullying cenderung menarik diri,
depresi, cemas dan takut akan situasi baru (dalam Haynie dkk, 2001). Murid yang menjadi
korban bullying dilaporkan lebih menyendiri dan kurang bahagia di sekolah serta memiliki
teman dekat yang lebih sedikit daripada murid lain (Boulton & Underwood dkk, dalam
Haynie dkk, 2001). Korban bullying juga dikarakteristikkan dengan perilaku hati-hati,
sensitif, dan pendiam (Olweus, dalam Moutappa, 2004). Coloroso (2007) menyatakan
korban bullying biasanya merupakan anak (hlm 326) baru di suatu lingkungan, anak termuda
di sekolah, biasanya yang lebih kecil, tekadang ketakutan, mungkin tidak terlindung, anak
yang pernah mengalami trauma atau pernah disakiti sebelumnya dan biasanya sangat peka,
menghindari teman sebaya untuk menghindari kesakitan yang lebih parah, dan merasa sulit
untuk meminta pertolongan. Selain itu juga anak penurut, anak yang merasa cemas, kurang
percaya diri, mudah dipimpin dan anak yang melakukan hal-hal untuk menyenangkan atau
meredam kemarahan orang lain, anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain,
anak yang tidak mau berkelahi, lebih suka menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, anak yang
pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatiaan orang
lain, pengugup, dan peka.
Disamping itu juga merupakan anak yang miskin atau kaya, anak yang ras atau etnisnya
dipandang inferior sehingga layak dihina, anak yang orientsinya gender atau seksualnya
dipandang inferior, anak yang agamanya dipandang inferior, anak yang cerdas, berbakat, atau
memiliki kelebihan. ia dijadikan sasaran karena ia unggul, anak yang merdeka, tidak
mempedulikan status sosial, serta tidak berkompromi dengan norma-norma, anak yang siap
mengekspresikan emosinya setiap waktu, anak yang gemuk atau kurus, pendek atau
jangkung, anak yang memakai kawat gigi atau kacamata, anak yang berjerawat atau memiliki
masalah kondisi kulit lainnya. Selanjutnya korbannya merupakan anak yang memiliki ciri
fisik yang berbeda dengan mayoritas anak lainnya, dan anak dengan ketidakcakapan mental
dan/atau fisik, anak yang memiliki ADHD (attention deficit hyperactive disorder) mungkin
bertindak sebelum berpikir, tidak mempertimbangkan konsekuensi atas perilakunya sehingga
disengaja atau tidak menggangu bully, anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang
salah. ia diserang karena bully sedang ingin menyerang seseorang di tempat itu pada saat itu
juga.
c. Bully-victim yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga menjadi korban
perilaku agresif (Andreou, dalam Moutappa dkk, 2004). Craig (dalam Haynie dkk, 2001)
mengemukakan bully victim menunjukkan level agresivitas verbal dan fisik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak lain. Bully victim juga dilaporkan mengalami peningkatan
simptom depresi, merasa sepi, dan cenderung merasa sedih dan moody daripada murid lain
(Austin & Joseph; Nansel dkk, dalam Totura, 2003). Schwartz (dalam Moutappa, 2004)
menjelaskan bully-victim juga dikarakteristikkan dengan reaktivitas, regulasi emosi yang
buruk, kesulitan dalam akademis dan penolakan dari teman sebaya serta kesulitan belajar
(Kaukiainen, dkk., dalam Moutappa, 2004).
d. Neutral yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.

Faktor Penyebab terjadinya Bullying


Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:
a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering
menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik
yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika
tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba- cobanya itu, ia
akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku
agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari
sini anak mengembangkan perilaku bullying;
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak- anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan (hlm 327) masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman
yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati
antar sesama anggota sekolah;
c. Faktor Kelompok Sebaya.
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha
untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah
satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan.
Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar
siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku
bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah,
2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya,
umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

Jenis Bullying
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso (2007), bullying
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi
diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung
kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa.
Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju,
menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke
posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang- barang
milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin
berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara
serius.
b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak
perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan
dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat
diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar binger yang terdengar oleh
pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di
antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik
kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-
barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan- tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.
c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah pelemahan harga diri si
korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang
terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan
mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau
menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku
ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata,
helaan napas, bahu (hlm 328) yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang
kasar.
d. Cyber bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi, internet
dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari
pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
Bentuknya berupa:
1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar
2. Meninggalkan pesan voicemail yang kejam
3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa (silent calls)
4. Membuat website yang memalukan bagi si korban
5. Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya
6. “Happy slapping” – yaitu video yang berisi dimana si korban dipermalukan atau di-bully
lalu disebarluaskan
Sedangkan Riauskina, dkk (2005, dalam Ariesto, 2009) mengelompokkan perilaku bullying
ke dalam 5 kategori, yaitu:
a) Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,
mengunci, seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan
merusak barang-barang yang dimiliki orang lain);
b) Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan (put- down),
mengganggu, member panggilan nama (name-calling), sarkasme, mencela/mengejek,
memaki, menyebarkan gosip);
c) Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan
ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh
bullying fisik atau verbal) ;
d) Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan
sehingga retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng);
e) Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal). (hlm
329)

Jurnal Penelitian : Ketidakberdayaan dan Perilaku Bunuh Diri: Meta-Analisis Karya: Tience
Debora Valentina, Avin Fadilla Helmi.
Daftar Pustaka : Valentina, Tience Debora, Avin Fadilla Helmi. Ketidakberdayaan dan
Perilaku Bunuh Diri: Meta-Analisis. Jurnal Psikologi 24. no. 2 (2016).
Kematian yang disebabkan oleh bunuh diri meningkat di seluruh dunia. Data yang ditemukan
di Indonesia menyatakan bahwa bunuh diri menjadi penyebab utama kedua kematian pada
usia produktif 15-29 tahun, dan rata-rata kematian karena bunuh diri di Indonesia adalah satu
orang pada setiap satu jam (Kompas, 8 September 2016). Meski demikian, perilaku bunuh
diri tidak hanya muncul pada kelompok remaja ataupun orang muda, namun dapat terjadi
pada semua kelompok usia. Hal ini tentu- nya mendorong penelitian tentang bunuh diri dalam
perspektif Psikologi semakin berkembang.
Pembahasan tentang bunuh diri tidak dapat dilakukan dalam satu konsep tung- gal. O’Connor
dan Nock (2014) mengatakan bahwa perilaku bunuh diri mengacu pada pikiran-pikiran dan
perilaku yang terkait dengan intensi individual untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
Bridge, Goldstein, dan Brent (2006) merangkum beberapa terminologi yang sering digunakan
dalam memahami definisi bunuh diri. Ide bunuh diri mengacu pada pikiran-pikiran tentang
menyakiti atau membunuh diri sendiri. Percobaan bunuh diri adalah suatu tindak- an yang
tidak fatal, menyakiti diri sendiri dengan maksud eksplisit untuk kematian. Tindakan bunuh
diri adalah tindakan menyakiti diri sendiri yang bersifat fatal dengan maksud eksplisit untuk
mati.

Kajian sistematis dan meta-analisis yang dilakukan Large, Smith, Sharma, Nielssen, & Singh
(2011) menemukan bahwa disamping faktor riwayat menyakiti diri sendiri dengan sengaja,
merasa bersalah atau merasa kurang mampu, suasana hati depresi, ide-ide bunuh diri dan
riwayat keluarga dengan bunuh diri, ketidakberdayaan adalah faktor yang memengaruhi
perilaku bunuh diri pada pasien psikiatri rawat inap. Links et al. (2012) juga menemukan
bahwa percobaan bunuh diri sebelumnya, tingkat depresi, ketidakberdayaan, dan impulsivitas
meru- pakan faktor risiko yang memprediksi meningkatnya ide-ide bunuh diri atau perilaku
bunuh diri pada pasien psikiatri yang telah menjalani pengobatan rawat inap. Klonsky, Kotov,
Bakst, Rabinowitz, & Bromet (2012) juga menemukan bahwa ketidakberdayaan memprediksi
percobaan bunuh diri pada pasien dengan gangguan psikosis. Namun penelitian tersebut
belum mewakili semua fenomena karena meng- khususkan pada pasien psikiatri rawat inap
dan juga pasien psikosis. Kajian empiris lainnya kemudian banyak dilakukan ten- tang
perilaku bunuh diri dan menemukan kaitannya dengan ketidakberdayaan dengan variasi
responden, meskipun ketidakberdayaan bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi
perilaku bunuh diri. Pemarapan tersebut menunjukkan bahwa suatu studi dianggap penting
guna melakukan sintesa terhadap hasil-hasil penelitian yang ada serta melihat keter- kaitan
ketidakberdayaan dan perilaku bunuh diri.
Berangkat dari penjelasan di atas, maka perlu dilakukan suatu sintesa untuk men- dapatkan
pola umum keterhubungan dari variabel ketidakberdayaan dan perilaku bunuh diri. Studi-
studi korelasi antara ketidakberdayaan dan perilaku bunuh diri terdahulu menunjukkan hasil
yang ber- variasi. Oleh sebab itu, meta-analisis merupakan bentuk studi yang dianggap dapat
memberikan simpulan hasil umum keterhubungan variabel ketidakberdayaan dan perilaku
bunuh diri dari berbagai literatur yang ada dengan mendasarkannya pada perhitungan
statistika.
Perilaku bunuh diri merupakan spek- trum yang luas. Crosby, Ortega, Melanson (2011)
menyatakan bahwa percobaan bunuh diri adalah perilaku yang tidak fatal, diarahkan pada diri
sendiri dan berpotensi melukai diri sendiri dengan keinginan untuk mati, dan suatu percobaan
bunuh diri dapat atau tidak dapat menghasilkan luka. Silverman et al. (2007) menyatakan
bahwa percobaan bunuh diri adalah perbuatan yang ditimbulkan oleh diri sendiri, suatu
perilaku yang berpotensi melukai diri sendiri dengan hasil yang tidak fatal dan ada bukti baik
itu eksplisit ataupun implisit dari keinginan untuk mati. Untuk meng- gambarkan tingkat
luka, maka dibedakan dengan percobaan bunuh diri tipe I untuk yang tanpa luka dan
percobaan bunuh diri tipe II untuk percobaan bunuh diri yang menimbulkan luka.
Wenzel, Brown, dan Beck (2009) sebe- lumnya juga sudah menjelaskan pendapat Crosby
yang mengatakan bahwa tindakan bunuh diri adalah perilaku yang berpotensi melukai yang
diakibatkan oleh perbuatan sendiri dengan keinginan untuk mati. Tindakan bunuh diri dapat
atau tidak dapat menghasilkan kematian. Ide-ide bunuh diri adalah semua pikiran, gambaran,
keyakin- an-keyakinan, suara-suara atau pemikiran- pemikiran tentang keinginan mengakhiri
hidupnya. Berdasarkan pemaparan terse- but, dapat dipahami bahwa perilaku bunuh diri
bukan hanya tindakan mengakhiri hidup, namun juga termasuk pikiran dan percakapan
tentang bunuh diri, dan juga tindakan menyakiti diri sendiri dengan keinginan untuk mati.
Berbagai penelitian tentang bunuh diri kemudian berkembang, dan seringkali kajian empiris
yang dilakukan menggali berbagai faktor protektif maupun faktor risiko. Selain menemukan
faktor dukungan sosial (Kleiman dan Liu, 2013), mening- katkan hubungan interpersonal
(Choi et al., 2013), mengembangkan strategi koping (Marty, Segal dan Coolidge, 2010)
sebagai faktor protektif atas ide bunuh diri maupun perilaku bunuh diri, penelitian tentang
faktor risiko bunuh diri juga banyak diteliti.
Kajian literatur yang dilakukan oleh Brezo, Paris dan Turecki (2005) menemukan bahwa
disamping kecenderungan ekstro- versi dan kecemasan, ketidakberdayaan termasuk faktor
yang paling berisiko terhadap ketiga bentuk perilaku bunuh diri yaitu ide bunuh diri,
percobaan bunuh dan tindakan bunuh diri. Rutter dan Behrendt (2004) juga menjelaskan
bahwa ada empat faktor psikososial yang penting sebagai faktor risiko bunuh diri pada
remaja yaitu ketidakberdayaan, permusuhan, konsep diri yang negatif, dan terisolasi. Selain
itu, penelitian Kwok dan Shek (2010) memper- oleh hasil bahwa ide-ide bunuh diri pada
remaja memiliki hubungan dengan ketidakberdayaan, dan kuatnya hubungan antara ide-ide
bunuh diri dengan ketidak- berdayaan tersebut terjadi dalam kondisi lemahnya komunikasi
orangtua-remaja. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang
kuat yang dikenali sebagai faktor yang menye- babkan bunuh diri adalah ketidakberda- yaan.
Ketidakberdayaan sejak lama telah menjadi terminologi yang menyatu dengan depresi
sehingga postulasi awal yang berkembang adalah teori ketidakberdayaan dari depresi. Namun
seiring dengan per- kembangan kajiannya, ketidakberdayaan tidak lagi dimasukkan sebagai
salah satu dari simptom-simptom depresi. Menurut teori ketidakberdayaan yang diajukan
oleh Abramson, Metalsky, dan Alloy (1989) simptom-simptom ketidakberdayaan dari depresi
muncul disebabkan oleh sesuatu yang benar-benar diharapkan ternyata tidak terwujud, dan
hal yang tidak menyenang- kan justru muncul bersamaan dengan tidak adanya respon dari
siapapun yang akan mengubah situasi tersebut.
Selanjutnya, disimpulkan bahwa keti- dakberdayaan adalah suatu harapan, dan terminologi
ketidakberdayaan tersebut seringkali berimplikasi perasaan negatif dan juga hasil yang
negatif (Abramson, Metalsky, dan Alloy, 1989). Ketidak- berdayaan akan meningkat selama
masa- masa mengalami tekanan emosional dan berkurang seiring dengan berkurangnya
tekanan (Reinecke dan Franklin-Scott, 2005). Sementara itu, ketidakberdayaan menurut
Wenzel, Brown dan Beck (2009) adalah suatu keyakinan bahwa masa depan itu menakutkan
dan persoalan-persoalan yang dihadapi tidak memiliki jalan keluar.
Westefeld Range, Rogers, Maples, Bromley, & Alcorn (2000) mengatakan ketidakberdayaan
adalah prediktor yang baik bagi bunuh diri. Sementara itu, Beck et al. (1990) telah lama
memaparkan seba- gaimana yang disampaikan oleh Reinecke dan Franklin-Scott (2005)
bahwa ketidak- berdayaan merupakan prediktor yang kuat terhadap perilaku bunuh diri,
termasuk ide- ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Berbagai kajian empiris tersebut
menjelas- kan bahwa ketidakberdayaan memiliki hubungan dengan perilaku bunuh diri.
Merujuk pada paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
bahwa ada hubungan antara ketidakberdayaan dengan perilaku bunuh diri. Untuk menguji
hipotesis tersebut, studi ini menerapkan meta-analisis sebagai metode untuk
mengintegrasikan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya untuk memunculkan
pola-pola hubungan yang lebih kokoh dari penelitian terdahulu (Hunter dan Schmidt,2004).
Card (2012) menjelaskan bahwa meta-analisis melibat- kan analisis statistika hasil-hasil
penelitian lebih dari satu studi. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa hal tersebut mengandung
dua pertimbangan; pertama, bahwa meta- analisis melibatkan hasil-hasil dari beberapa studi
sebagai unit analisis, khususnya dalam bentuk effect size; kedua, bahwa meta- analisis adalah
analisis terhadap hasil-hasil dari beragam studi yang mana studi individual merupakan unit
analisisnya. Hunter dan Schmidt (2004) menyatakan bahwa meta-analisis dapat mengkoreksi
efek-efek yang mengganggu dari kesalahan sampling, kesalahan pengukuran, dan artefak-
artefak lain yang menghasilkan pendapat yang keliru dari temuan-temuan yang bertentangan.
(hlm 123-126)

Jurnal Penelitian : Dinamika Psikologis Pada Pelaku Percobaan Bunuh Diri Karya: Luluk
Mukarromah, Fathul Lubabin Nuqul.
Daftar Pustaka : Mukarromah, Luluk, Fathul Lubabin Nuqul. Dinamika Psikologis Pada
Pelaku Percobaan Bunuh Diri. Jurnal Psikologi Islam 11. no. 2 (2014).
Bunuh diri merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan bunuh diri
merupakan fenomena yang sampai saat ini belum bisa ditentukan akar permasalahannya
secara spesifik. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwasannya bunuh diri disebabkan oleh
kombinasi faktor dan motivasi pelaku yang saling berkaitan satu sama lain, baik faktor dan
motivasi instrinsik ataupun ekstrinsik. Faktor dan motivasi instrinsik berarti penyebab
ataupun dorongan dari dalam diri pelaku percobaan bunuh diri, misalnya keadaan psikologis
yang sedang tidak seimbang atau ingin lari dari rasa sakit yang dirasakan, sedangkan faktor
dan motivasi ekstrinsik yaitu penyebab ataupun dorongan dari luar yang berkaitan dengan
pelaku percobaan bunuh diri, misalnya keadaan ekonomi yang sulit, permasalahan yang
dihadapi atau bunuh diri dikarenakan berharap bahwa mereka akan dirindukan atau dikenang
setelah kematian mereka. (Hlm 31)
Perlu adanya penelitian mendalam mengenai bunuh diri, untuk menemukan kecenderungan-
kecenderungan seseorang melakukan percobaan bunuh diri. Penelitian-penelitian terdahulu
umumnya hanya membahas mengenai keterkaitan satu faktor atau beberapa faktor dengan
perilaku bunuh diri, belum ada penelitian yang membahas mengenai gambaran psikologi
sampai seseorang akhirnya memutuskan melakukan bunuh diri. Untuk itu peneliti perlu
melakukan penelitian dengan judul, "Dinamika Psikologis Pada Pelaku Percobaan Bunuh
Diri (Tentament Suicide)." Diharapkan dari penelitian ini akan ditemukan gambaran
psikologis meliputi faktor-faktor, motivasi dan pengambilan keputusan dari pelaku percobaan
bunuh diri, yang nantinya akan bermanfaat sebagai upaya penanggulangan bunuh diri dan
sebagai tambahan referensi mengenai percobaan bunuh diri.

KERANGKA KERJA TEORITIK


Ada beberapa teori yang menjelaskan dinamika bunuh diri antara lain psikoanalisis dan
paradigma kognitif. Dalam psikoanalisa, Freud berpendapat bahwasannya tujuan dari
kehidupan adalah kematian dari sinilah kemudian muncul dorongan agresif yang tujuannya
untuk mempertahankan ego atau ke-akuan dengan cara menyalurkan insting kematian yang
sifatnya merusak ke objek luar dan mengubahnya menjadi tindakan yang bisa diterima oleh
lingkungan, hal ini dimaksudkan untuk menyalurkan energi dari insting kematian, namun
kegagalan ego untuk menyalurkan insting kematian keluar dirinya menyebabkan agresi
berbalik kedalam dirinya sendiri dan apabila cukup kuat orang tersebut akan bunuh diri. Hal
ini menurut Freud merupakan fase depresi, dalam tulisannya Mourning and Melancholia
(Freud, 1917/1950. dalam Davidson, 2006) dikatakan bahwa potensi depresi diciptakan pada
awal kanak-kanak.
Dalam periode oral, kebutuhan seorang anak dapat kurang dipenuhi atau dipenuhi secara
berlebihan sehingga menyebabkan seseorang terfiksasi pada tahap ini, dan tergantung pada
pemenuhan kebutuhan instingtual yang menjadi ciri tahap ini. Dengan terbawanya kondisi
tersebut dalam tahap pematangan psikoseksual, fiksasi pada tahap oral tersebut, orang yang
bersangkutan dapat memiliki kecenderungan untuk sangat tergantung pada orang lain untuk
mempertahankan harga dirinya. Sedangkan akar permasalahan dari depresi sendiri yaitu
karena kehilangan cinta pada oedipus complex yang membuat orang marah kepada diri
sendiri karena dia kehilangan cinta dari orang tua, dari teman bahkan dari negaranya
(Alwisol, 2009). Berbeda dengan Freud yang menganggap depresi berasal dari kehidupan
masa lalunya. Beck (1985) menganggap bahwa depresi disebabkan oleh cara berpikir yang
salah terhadap dirinya, sehingga ia cenderung menyalahkan dirinya sendiri (Lubis, 2009) ini
disebabkan adanya distorsi kognitif yang dialami terhadap diri, dunia dan masa depannya, hal
inilah yang kemudian menimbulkan model kognitif depresi seperti yang dikemukakan oleh
Beck. Model ini terdiri dari tiga konsep khusus yaitu cognitive triad, proses informasi yang
salah dan skema-skema (Lubis, 2009). Dalam pandangan kognitif, selain adanya kesalahan
cara berfikir juga menarik untuk mentelaah cara pengambilan keputusan tindakan percobaan
bunuh diri. Pembuatan keputusan atau decision making ialah proses memilih atau
menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti (Suharnan,
2005). Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta seseorang harus
membuat prediksi ke depan, memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih, atau membuat
estimasi (perkiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti- bukti yang terbatas.
Namun tidak semua keputusan diambil dengan menggunakan pertimbangan yang sistematis
seperti pada teori keputusan klasik di atas, melainkan dengan menggunakan pendekatan
Heuristik. Heuristik menurut Suharman (2005) adalah cara menentukan sesuatu melalui
hokum kedekatan, kemiripan, kecenderungan atau keadaan yang diperkirakan paling
mendekati kenyataan. (Hlm 32)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil wawancara dan asesmen psikologis menunjukkan bahwa pelaku percobaan
bunuh diri melakukan tindakannya disebabkan adanya rasa kehilangan, selain itu juga
dilakukan sebagai sarana untuk mengungkapkan emosi-emosi negatif pada orang lain yang
dirasakannya. Hal ini terjadi karena ego yang lemah, sehingga pelaku cenderung tidak bisa
membentengi diri dan gagal membelokkan agresi pada objek di luar dirinya. Ego ini dibentuk
oleh keluarga dan lingkungan sosialnya.Percobaan bunuh diri dianggap oleh pelaku sebagai
jalan keluar dari masalah yang dihadapi, percobaan bunuh diri juga dianggap sebagai suatu
cara untuk mengubah realitas yang terjadi, seperti kehilangan cinta dan kondisi keluarga yang
menimbulkan emosi-emosi negatif. Selain itu juga ditemukan bahwa pengambilan keputusan
dalam bunuh diri cenderung menggunakan pendekatan heuristik, yang bersifat tidak
sistematis dan cepat. Keputusan ini juga dipengaruhi oleh depresi yang dialami. Depresi pada
pelaku ditandai oleh tiga hal yang kemudian membentuk skema kongnitif yang bersifat
negatif. Tiga hal tersebut meliputi pandangan negatif pada diri dan masa depan, adanya
pengulangan ide bunuh diri dan pikiran ambivalen, dan distorsi kognitif yang membuat
seseorang tidak bisa berpikir mengenai solusi lain yang lebih baik. Percobaan bunuh diri
merupakan fenomena yang sering terjadi di seluruh belahan dunia. Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwasannya, pelaku percobaan bunuh diri memiliki beberapa kesamaan yaitu,
mereka sama-sama datang dari keluarga yang tidak harmonis, meskipun hal ini tidak
berpengaruhi secara langsung pada kedua-duannya, namun ini menjadikan subjek cukup
emosional ketika dihadapkan pada suatu permasalahan. Menurut Lubis (2009) anak yang
ditolak oleh orang tuanya akan menjadi malu dan bingung, karena selalu diombang-
ambingkan perasaan cinta kasih dan kekecewaan atau kebencian terhadap orang tuanya,
sehingga anak-anak akan mengalami kekalutan batin. Timbullah rasa tidak aman secara
emosional (emotional insecurity) dan akan mengakibatkan konflik batin yang serius, trauma
yang ditimbulkan dari penolakan orang tua akan berpengaruh terhadap pengendalian emosi
anak kelak ketika dewasa, sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan atau tekanan hidup
anak cenderung cepat frustasi bahkan sebagai puncaknya akan muncul kecenderungan untuk
bunuh diri. Selain itu perlakuan kasar yang diterima subjek membuatnya mencari figur
pelindung yang tidak ditemukan dalam keluarganya. Figur ini ditemukan subjek pada
tunangannya yang merupakan orang yang dicintainya, sehingga ketika subjek putus dengan
tunangannya ia merasa sedih dan kehilangan figur pelindung sekaligus orang yang
dicintainya tersebut. Freud (dalam Husain, 2005) mengatakan bahwa kehilangan cinta, dapat
menimbulkan dua hal yaitu, apabila perasaan yang ditarik oleh ego adalah perasaan cinta dan
penghormatan maka cinta tersebut akan kembali pada ego, sehingga dia mencintai dirinya
sendiri hal ini merupakan poros dari narsisme, namun kehilangan cinta seringkali
menimbulkan perasaan benci dan permusuhan yang gagal mengaktualisasikan dirinya,
perasaan ingin menghukum objek cinta yang telah hilang kemudian dibalikkan pada ego
sendiri ini merupakan poros sadisme, dan juga poros dari masokhisme. Ini dikarenakan
menyiksa diri sendiri adalah refleksi dari objek cinta yang kejam. Hal ini oleh Freud
dijelaskan sebagai fase depresi dalam Mourning and Melancholia. (Freud, 1917/1950. dalam
Davidson, 2006) untuk menghilangkan frustrasi atau tegangan akibat kehilangan objek cinta,
ego menggunakan mekanisme pertahanan berupa reaksi agresi (aggressive reaction) yaitu,
menggunakan dorongan agresi untuk menyerang objek yang menimbulkan frustrasi,
(Alwisol, 2009) namun kegagalan ego karena tidak dapat menemukan objek cinta yang telah
hilang dan tidak menemukan (Hlm 33) objek penganti, menyebabkan agresi dibalikkan ke
dirinya sendiri. Ini dikarenakan adanya ego yang lemah, pembentukan ego sendiri
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya.
Sedangkan temuan lain dalam penelitian ini menemukan adanya permasalahan dengan
keluarga mulai dari konflik dengan ibunya, ayah subjek yang meninggal dan konflik dengan
kakaknya menjadi pemicu distres subjek selama bertahun-tahun sehingga timbul emosi-emosi
negatif seperti stres, marah dan malu. Dari sini subjek berusaha mengungkapkan emosi
negatif tersebut dengan melakukan percobaan bunuh diri. Menurut Kartono (2000) salah satu
karakteristik orang yang cenderung melakukan percobaan bunuh diri, yaitu selalu dihantui
atau dikejar-kejar rasa cemas, takut, tegang, depresi, marah, dendam, dosa atau bersalah.
Tentu hal ini bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan subjek melakukan percobaan
bunuh diri, mereka juga memandang negatif pada diri dan masa depannya, subjek
memandang negatif pada dirinya karena pelecehan seksual yang pernah dialaminya dan
keadaan diri yang sudah tidak perawan lagi, ini membuat subjek takut akan masa depannya
dan takut tidak akan ada yang mau menerimanya lagi.
Hal ini sesuai dengan teori depresi yaitu kognitif triad yang diusulkan oleh Aaron Beck
(dalam Lubis, 2009) yaitu adanya pengaktifan tiga serangkai pola kognitif yang membuat
individu memandang dirinya, pengalamannya dan masa depannya secara idiosinkritik. Hasil
penelitian juga menyebutkan adanya simtom psikologis yaitu depresi dan simtom fisik yaitu
keadaan subjek yang sedang sakit.
Dari hasil penelitian juga ditemukan adanya kepribadian yang cenderung dependen pada
orang lain, sehingga ketika dihadapkan pada permasalahan subjek cenderung kurang bisa
mengatasi masalah tersebut. Selain itu subjek juga cenderung melankolis.
Menurut Nietzel & Harris (1990) (dalam Davidson dkk, 2006) beberapa orang yang depresi
memiliki ketergantungan yang tinggi dan cenderung menjadi depresi setelah ditolak. Faktor-
faktor di atas tidak berdiri secara sendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain, dari
faktor-faktor tersebut memunculkan adanya motif percobaan bunuh diri. Hasil penelitian
menunjukkan adanya motivasi interpersonal, yaitu sebagai bentuk usaha untuk
mengembalikan objek cinta yang telah hilang, disisi lain percobaan bunuh diri dilakukan
sebagai sarana penyaluran emosi-emosi negatif yang dirasakannya. Menurut Kartono (2000)
motivasi interpersonal dalam kasus bunuh diri terjadi apabila pribadi yang melakukan
tindakan bunuh diri tersebut lewat perbuatannya berusaha untuk mempengaruhi terjadinya
sikap pada orang lain atau mengharapkan adanya perubahan tingkah laku pada orang lain.
Perbuatan bunuh diri juga digunakan sebagai ekspresi dari kemarahan, penolakan dan
pemaksaan kesediaan untuk mengubah perilaku pada orang lain. Selain itu juga ditemukan
motif lain yaitu, percobaan bunuh diri dilakukan sebagai solusi dari permasalahan yang
dihadapi, hal ini sesuai dengan pendapat Shneidman (dalam Davidson dkk, 2006) yang
menganggap bunuh diri sebagai upaya sadar untuk mencari solusi suatu masalah yang
menyebabkan penderitaan mendalam. Dari faktor dan motif tersebut kemudian muncul ide
untuk mati atau bunuh diri, yaitu kurang dari seminggu sampai satu bulan. Sebelum
percobaan bunuh diri pikiran subjek dipenuhi dengan ide ini dan motif atau harapan yang
ingin dicapai dari percobaan bunuh diri, selain itu subjek juga berpikir mengenai
pengalaman-pengalaman negatif seperti pelecehan seksual yang dialami dan kedaan yang
sudah tidak perawan, hal ini menimbulkan ketakutan akan masa depan subjek. Ini sesuai
dengan teori Beck mengenai dichotomous thinking, Hal ini dimanifestasikan dalam
kecenderungan untuk menempatkan semua pengalaman kedalam satu atau dua kategori yang
berlawanan (Lubis 2009). Namun subjek masih memiliki pertimbangan seperti tidak ingin
merasa sakit ketika melakukan percobaan bunuh diri sehingga memilih alat dan dengan cara
yang tidak mendatangkan kematian secara langsung, hal ini dipengaruhi oleh motif
percobaaan bunuh diri yang bertujuan untuk memaksa orang lain untuk kembali padanya dan
sebagai sarana penyaluran emosi negatif. Percobaan bunuh diri dilakukan dengan cara
menyayat-nyayat tangan dengan sayatan yang tidak dalam dan dengan menggunakan obat.
Pada saat percobaan bunuh diri, subjek sadar akan resiko dari tindakannya namun ia tidak
bisa berpikir solusi lain yang lebih baik selain bunuh diri. Hal ini dikarenakan adanya
pengerutan kognitif atau distorsi kognitif yang mengakibatkan adanya deficit problem
solving. Pengambilan keputusan diwarnai pikiran-pikiran yang cenderung mengandung tema
depresif dan memperlihatkan tema kemunduran (personal deficiency). Dilihat dari usia
subjek yang berada pada tahap dewasa awal, menurut Piaget (dalam Boeree, 2009) pada
umumnya orang pada tahap (Hlm 34) dewasa awal sudah mencapai tahap operasional formal,
dimana pada tahap ini seseorang sudah mencapai kematangan dalam prinsip-prinsip logika
dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan yang bersifat abstrak, pada
tahap ini juga orang mampu mempertimbangkan kemungkinan- kemungkinan ketika
menghadapi permasalahan sebelum mengambil tindakan yang lebih jauh. Namun dari hasil
penelitian ditemukan bahwasanya pelaku percobaan bunuh diri, cenderung fokus pada
permasalahanya dan tidak berpikir mengenai solusi atau pertimbangan lain, sebelum
melakukan percobaan bunuh diri. Hal ini bisa dikarenakan adanya depresi yang
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif.
Pasca percobaan bunuh diri subjek mengalami stres dan depresi, yang membuat subjek
cenderung menutup diri. Dukungan dari lingkungan sosial sangat berperan dalam membantu
seseorang keluar dari stres dan depresi yang dirasakannya, sehingga kurang adanya dukungan
dari lingkungan menyebabkan subjek melakukan percobaan bunuh diri berulang kali. Jika
dikaitkan dengan teori bunuh diri menurut Emile Durkheim (dalam Upe, 2010) percobaan
bunuh diri dilakukan karena kurangnya disiplin atau integrasi sosial, dilihat dari hasil
penelitian percobaan bunuh diri yang dilakukan tergolong bunuh diri egoistik dan anomi.
Percobaan bunuh diri dilakukan karena kurangnya integrasi sosial dalam hal ini yaitu
keluarga sehingga subjek tidak merasa terikat dan menganggap kepentingannya lebih besar
dari kepentingan sosialnya. Ketika subjek merasa apa yang diharapkannya tidak sesuai
dengan harapannya ia mudah menjadi bimbang dan bahkan tidak memiliki tujuan hidup lagi,
hal inilah kemudian yang membuat subjek memutuskan melakukan percobaan bunuh diri.
Disisi lain adanya konflik dengan lingkungan sosial, menunjukkan adanya ketidakmampuan
dalam menjalankan role expectation, yaitu peran yang diharapkan masyarakat, sehingga
subjek merasa frustrasi dan memutuskan untuk melakukan percobaan bunuh diri (Siahaan,
1986).
Dilihat dari karakteristik pengambilan keputusan secara khusus, umumnya ketika dihadapkan
dengan permasalahan subjek cenderung tidak menggunakan pemikiran yang matang dan
sistematik melainkan menggunakan pemikiran nonsistematik yang dikenal dengan
pendekatan Heuristik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jolliant dkk.
(2005) (dalam Halgin & Whitbourne, 2011) adanya penurunan kemampuan dalam
mengambil keputusan pada pelaku percobaan bunuh diri yang cenderung mengambil
keputusan yang tidak bijaksana. Pendekatan heuristik menurut Suharnan (2005) adalah cara
menentukan sesuatu melalui hukum kedekatan, kemiripan, kecenderungan atau keadaan yang
di perkirakan paling mendekati kenyataan. Pada kasus percobaan bunuh diri ditemukan
bahwasannya tidak adanya perencanaan ketika seseorang memutuskan untuk melakukan
percobaan bunuh diri melainkan hanya diputuskan sesaat sebelum percobaan bunuh diri
berlangsung, hal ini sebagai respon atas keadaan yang menimbulkan frustrasi, pada keadaan
ini seseorang cenderung berusaha mereduksi tegangan dengan membayangkan alternatif-
alternatif yang normal diluar fakta. Pada subjek penelitian ditemukan bahwasannya ia
membayangkan kekasihnya akan kembali kalau dia melakukan percobaan bunuh diri, atau
prilaku orang disekitarnya akan berubah ketika ia melakukan percobaan bunuh diri.
Dalam pendekatan heuristis hal ini dikenal dengan heuristis simulasi dengan penalaran
kontrafaktual (Taylor dkk, 2009). Saat seseorang memunculkan pikiran berandai-andai ini,
orang biasanya hanya fokus pada kejadian atau tindakan tertentu, dalam hal ini subjek hanya
fokus pada kejadian kehilangan dan rasa marah sedangkan tindakan yang dibayangkan yaitu
percobaan bunuh diri. Ketika dihadapkan pada persoalan yang serius seperti menyangkut
hidup dan mati, umumnya orang akan berpikir secara sistematik dengan berbagai
pertimbangan, namun pada pelaku percobaan bunuh diri cenderung sebaliknya. Ini bisa
dipengaruhi oleh mental set yang terbentuk berdasarkan pengalaman dan cenderung tidak
disadari, menurut Aarts & Dijksterhuis (2003) pada dasarnya, karena bertahun-tahun kita
merespon emosional, kognitif dan perilaku terhadap berbagai situasi menjadi otomatis
(Taylor dkk, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya mereka hanya berpikir mengenai pikiran-pikiran
yang cenderung mengandung tema depresif dan memperlihatkan tema kemunduran (personal
deficiency). Pertama yaitu mereka cenderung memandang diri dan masa depannya secara
negatif hal ini disebut oleh Beck dengan pengaktifan kongnitif triad, Kedua mereka
cenderung mengulang ulang ide yang sama yaitu bunuh diri, dan ditambah adanya proses
informasi yang salah dan cenderung untuk menempatkan semua pengalaman kedalam satu
atau dua kategori yang berlawanan atau berpikir ambivalen, yaitu selain berpikir mengenai
harapan dan tujuan bunuh diri ia juga berpikir mengenai (Hlm 35) pengalaman-pengalaman
negatif yang pernah ia alami, jadi terdapat keinginan untuk mati atau hidup yang tidak jelas,
hal ini sesuai dengan karakteristik yang diungkapkan oleh Kartono (2000). Ketiga, subjek
juga mengalami penurunan fungsi Kongnitif atau distorsi kongnitif yang membuatnya tidak
bisa melihat alternatif lain selain bunuh diri sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Hal ini kemudian membentuk suatu skema negatif berdasarkan tema-tema idiosinkratik di
atas, hal inilah yang kemudian membuat seseorang mengambil keputusan untuk melakukan
percobaan bunuh diri.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa percobaan bunuh diri dilakukan
karena adanya emosi negatif karena emosi-emosi negatif yang dirasakannya. Hal ini terjadi
karena ego yang lemah, gagal membelokkan agresi pada objek diluar dirinya. Ego ini
dibentuk oleh keluarga dan lingkungan sosialnya, percobaan bunuh diri merupakan jalan
keluar dari masalah yang dihadapi, percobaan bunuh diri juga dianggap sebagai suatu cara
untuk mengubah realitas yang terjadi, Pengambilan keputusan dalam bunuh diri cenderung
menggunakan pendekatan heuristis, yang bersifat tidak sistematis dan cepat, hal ini juga
dipengaruhi oleh depresi yang dialami, depresi disini ditandai oleh tiga hal yang kemudian
membentuk skema kongnitif yang bersifat negatif. Tiga hal ini meliputi pandangan negatif
pada diri dan masa depan, adanya pengulangan ide bunuh diri dan pikiran ambivalen, dan
distorsi kognitif yang membuat seseorang tidak bisa berpikir mengenai solusi lain yang lebih
baik.
(Hlm 36)

Jurnal Penelitian : Hubungan Kepercayaan Diri Remaja dan Kedekatan Orangtua Dengan Ide
Bunuh Diri Karya: Kanza Salsabiela, Ice Yulia Wardani.
Daftar Pustaka : Salsabiela, Kanza, Ice Yulia Wardani. Hubungan Kepercayaan Diri Remaja
dan Kedekatan Orangtua Dengan Ide Bunuh Diri. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa 1. no. 1
(2019).
Bunuh diri merupakan fenomena global dan terjadi sepanjang hidup. Bunuh diri adalah
kematian yang disebabkan karena mencederai diri sendiri hingga meninggal.1 Tindakan
bunuh diri merupakan suatu tindakan yang diarahkan kepada diri sendiri dan dengan sengaja,
yang mengakibatkan cedera atau kemungkinan cedera pada diri sendiri.2 (WHO) Percobaan
bunuh diri yang pernah dilakukan oleh individu merupakan faktor risiko paling penting yang
diketahui untuk kematian akibat bunuh diri. Individu yang sebelumnya pernah mencoba
bunuh diri memiliki risiko lebih tinggi meninggal akibat bunuh diri dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah mencoba bunuh diri.3 Faktor psikososial seperti peristiwa
kehidupan yang penuh tekanan, kekerasan antarindividu, dan menjadi target agresi telah
ditemukan berhubungan dengan pemikiran dan upaya untuk bunuh diri.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 mengindikasikan bahwa setiap
tahunnya, di dunia hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri, berarti satu orang
setiap 40 detik.Di Indonesia, prevalensi tingkat kematian bunuh diri yaitu 3.4 per 100.000
populasi, dengan rata-rata regional sebesar 13.2, per tahun 2016.5 Bunuh diri merupakan
penyebab kematian terbesar nomor dua pada anak berusia 15-29 tahun. Untuk setiap kasus
bunuh diri, diperkirakan 100-200 remaja melakukan upaya bunuh diri. Ini berarti bunuh diri
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius yang mempengaruhi banyak kalangan
remaja dan orang dewasa.
Masa remaja merupakan periode di mana individu melakukan transisi dari masa anak-anak
menuju dewasa, yang berlangsung antara usia 13 dan 20 tahun. Remaja mengalami tahap
transisi perkembangan fisik dan mental yang melibatkan perubahan biologis (yaitu pubertas),
sosial dan psikologis Penyesuaian dan adaptasi diperlukan untuk mengatasi perubahan-
perubahan ini dan agar dapat membangun identitas yang matang.6 Pada fase ini, remaja
menginvestigasi dan mengidentifikasi identitas diri dan menetapkan masa depan yang akan
diraih, dan remaja mencari cara untuk mengekspresikan dirinya secara efektif. Namun, jika
remaja merasa bahwa ia tidak dapat mengekspresikan diri dengan cara apa pun karena
batasan sosial, ia akan mengalami kebingungan peran. Peran dan dampak dari konteks sosial
tertentu seperti teman sebaya, sekolah, dan keluarga termasuk orang tua cenderung memiliki
pengaruh signifikan pada remaja.
Studi menemukan bahwa rasa erat akan mendorong eksplorasi dan pengembangan
kompetensi kognitif, sosial dan emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Grace,Obondo,
Bifulco, & Kumar (2018) menemukan hubungan positif yang signifikan antara peningkatan
masalah emosional dan perilaku dan peningkatan rentannya kedekatan. Kedekatan yang
eratdapat berfungsi sebagai sistem penyangga pada tahap perkembangan dari banyaknya
tekanan internal dan eksternal. Kedekatan yang tidak erat mempengaruhi perkembangan
masalah emosional dan perilaku pada remaja. Semakin anak merasa tidak erat, semakin
rentan dia berpotensi untuk mengalami masalah emosi.
Deeley & Love (2013), dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa emosi terkait kepercayaan
diri yang rendah akan mempengaruhi kecenderungan untuk bunuh diri. Remaja diharapkan
mendapat manfaat dari peningkatan rasa percaya diri. Namun, ketika ide bunuh diri sering
terjadi, hal itu kemungkinan terjadi sebagai respons otomatis terhadap pengalaman sulit yang
dialami oleh individu . Oleh karena itu hubungan langsung antara kepercayaan diri emosi dan
ide bunuh diri lebih mudah diidentifikasi pada masa remaja, ketika individu sering
mengembangkan ide bunuh diri untuk pertama kalinya.9 Uraian tersebut membuat penulis
tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara kepercayaan diri, kedekatan orang tua,
dengan ide bunuh diri lebih jauh lagi di kalangan remaja siswa SMA. (hlm 39-40)
Kepercayaan Diri pada Remaja SMA
Kepercayaan diri pada remaja yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan sebagian
besar remaja berada dalam kategori kepercayaan diri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat risiko bagi remaja untuk memiliki kepercayaan diri yang rendah. Sementara itu,
sebanyak 16,9% remaja mengalami kepercayaan diri yang rendah. Menurut teori Erikson,
masa remaja memasuki fase identitas versus kebingungan peran, dengan rentang usia antara
12 hingga 19 tahun, dan pada fase ini, remaja menginvestigasi dan mengidentifikasi alternatif
mengenai penetapan masa depan dan pribadinya.12 Responden yang mengikuti penelitian ini
berada dalam rentang usia 15-18 tahun, yang berarti semua responden termasuk ke dalam
remaja yang berada dalam fase ini. Fase ini merupakan fase kritis untuk remaja, dan jika fase
ini berhasil dilewati dengan baik, maka mereka akan dapat menetapkan keputusan dengan
baik pada diri seseorang. Namun, apabila fase krisis tidak berhasil tertangani dengan baik,
maka akan menyebabkan pembangkangan, identitas sosial yang tidak dapat diterima, dan rasa
tidak memiliki tujuan pada diri seseorang, yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka
setelah melewati fase ini.
Pada fase remaja, proses kematangan emosi berlangsung, dan hal ini berpengaruh pada
tingkat kepercayaan diri mereka. Remaja yang matang dalam emosinya lebih percaya diri dan
aman karena tingkat kematangan emosi dalam diri individu memanfaatkan ruang lingkup
penuh dari kekuatan individu, kapasitas dan kemampuan untuk digunakan dan dinikmati.2
Ada sepuluh indikator dari kepercayaan diri seseorang, yaitu arah dan nilai, motivasi,
stabilitas emosional, pola pikir positif, kesadaran diri, fleksibilitas dalam perilaku, keinginan
untuk berkembang, kesehatan dan energi, kesediaan untuk mengambil risiko, dan perasaan
memiliki tujuan.13 Indikator-indikator ini akan mempengaruhi kematangan emosi remaja
sehingga berpengaruh pula terhadap rasa percaya diri mereka. (hlm 43-44)
Hubungan Kepercayaan Diri Remaja dengan Ide Bunuh Diri
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa terdapat hubungan
antara kepercayaan diri remaja dengan ide bunuh diri. Hasil ini sejalan dengan penelitian di
China yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri
remaja dengan ide bunuh diri . Penelitian itu menunjukkan bahwa kurangnya kepercayaan
diri adalah faktor risiko yang lebih kuat dari ide bunuh diri.
Hasil dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa sebagian besar orang yang memiliki
kepercayaan diri tinggi tidak memiliki ide bunuh diri. Sebaliknya, sebagian besar orang yang
memiliki kepercayaan diri rendah memiliki ide bunuh diri dengan tingkat tinggi. Hal ini
merujuk kepada teori perkembangan Erikson di mana remaja termasuk ke dalam fase
identitas versus kebingungan peran. Fase ini merupakan fase yang penting untuk menentukan
titik balik atau momen keputusan antara kemajuan dan regresi, serta integrasi, dan
keterbelakangan.
Pada masa remaja, remaja mencapai kondisi di mana mereka akan merasa bahwa mereka
memiliki identitas masing-masing .19 Selama tugas mengembangkan rasa identitasnya
sendiri, remaja akan mencari cara untuk mengekspresikan individualitasnya secara efektif.
Remaja akan mampu mengekspresikan diri apabila mereka memiliki rasa percaya diri. Ketika
ada rasa percaya diri yang rendah, remaja menderita ketidakpastian, ketidakamanan,
ketakutan dan mengalami distensi sosial. Hal-hal inilah yang menjadi faktor seseorang
memiliki ide bunuh diri. Faktor-faktor ini termasuk ke dalam faktor risiko bunuh diri, yaitu
masalah suasana hati. Selain itu, faktor-faktor tersebut juga termasuk ke dalam faktor
predisposisi bunuh diri, karena faktor predisposisi bunuh diri yang dilihat dari segi psikologis
yaitu kemarahan berbalik ke dalam, keputusasaan, rasa bersalah, sering marah serta memiliki
perilaku kekerasan, rasa malu dan penghinaan, dan stres yang berkembang.
Hubungan Kedekatan Orang Tua pada Remaja dengan Ide Bunuh Diri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedekatan orang tua terhadap
ide bunuh diri pada remaja. Namun, peneliti belum menemukan adanya jurnal penelitian lain
yang melakukan penelitian serupa, sehingga peneliti tidak dapat membandingkannya dengan
penelitian sebelumnya. Kendati demikian, terdapat penelitian yang dilakukan di Amerika
yang mengatakan bahwa rasa aman pada remaja karena merasa dekat dengan orang tua dapat
mendorong eksplorasi dan pengembangan kompetensi kognitif, sosial dan emosional. Studi
menunjukkan bahwa remaja yang merasa aman karena dekat dengan orang tua cenderung
memiliki masalah kesehatan mental yang lebih sedikit, termasuk pemikiran untuk melakukan
bunuh diri. Joiner dalam Lovell & White (2019) mengatakan bahwa orang memiliki
keinginan untuk hidup ketika mereka merasa efektif dan terhubung dengan orang lain.20
Ketika efektivitas dan hubungan terganggu, seorang individu mengembangkan keinginan
untuk bunuh diri. Hal ini disebabkan karena adanya dua faktor, yaitu beban yang dirasakan,
yaitu memiliki persepsi diri sebagai beban pada orang-orang penting; serta adanya rasa tidak
terikat oleh siapa pun, yaitu isolasi dan kurangnya koneksi atau ikatan dengan orang lain.20
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, bahwa sebagian besar remaja yang
dekat dengan orang tuanya tidak mempunyai ide bunuh diri, dan sebaliknya, sebagian besar
remaja yang tidak dekat dengan orang tuanya memiliki ide bunuh diri. (hlm 45-46)
PPT : Kembaren, Dr. Lahargo. (2023). Keterampilan Sosial Pada Orang dengan Gangguan
Jiwa [PowerPoint slides].
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan positif dan negatif
dalam hubungan interpersonal baik secara verbal ataupun nonverbal yang selaras dengan
situasi yang dihadapi dan sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
Manfaat dari keterampilan sosial :
1. Mengembangkan reaksi yang tepat dalam berbagai situasi sosial.
2. Meningkatkan komunikasi non verbal dan verbal.
3. Mengurangi kecemasan dan stres dalam berbagai situasi sosial.
4. Meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Adapun gejala yang terjadi apabila kita mengalami gangguan dalam keterampilan sosial
adalah :
1. Sulit berkomunikasi dengan orang lain.
2. Tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.
3. Tidak tahu bagaimana harus bersikap.
4. Sulit memilih kata-kata yang hendak diucapkan.
5. Bagaimana mengekspresikan perasaan positif atau negatif.
Keterampilan sosial yang menurun menjadi penyebab sulitnya orang dengan gangguan jiwa
untuk bisa berinteraksi, bekerja, bersosialisasi di keluarga dan masyarakat. Inilah yang
kemudian akan menimbulkan stigma dan diskriminasi sehingga pemulihan menjadi
terhambat. Adapun penurunan keterampilan sosial dapat terjadi pada orang yang mengidap
skizofrenia, depresi, bipolar, ansietas dan, fobia sosial, ataupun retardasi mental, seperti
autisme, ADHD.
Komponen keterampilan sosial :
1. Isi pembicaraan: apa topik yang sedang dibicarakan.
2. Volume suara: tinggi rendahnya volume yang digunakan.
3. Kecepatan bicara: pelan atau cepat bicaranya.
4 Intonasi suara: bagaimana penekanan suara saat bicara.
5 Pitch: nada suara.
6. Perilaku non verbal: eye contact, postur tubuh, ekspresi wajah, gerakan tangan dan badan.
7. Perhatian dan interpretasi: memperhatikan lawan bicara dan berusaha mengerti apa yang
disampaikan.
8. Interaktif: memberikan respon yang sesuai pada lawan bicara.
9. Situasional: melihat keadaan atau situasi yang dihadapi.
Prinsip latihan keterampilan sosial :
1. Mendengar aktif: berusaha memahami pesan yang ingin disampaikan lawan bicara.
2. Empati: kemampuan untuk merasakan dan memberikan respon terhadap perasaan orang
lain.
3. Persuasi: upaya membujuk agar seseorang percaya atau melakukan yang kita pikirkan.
4. Komunikasi yang efektif: terjadi pertukaran informasi, ide, pikiran secara dua arah dan
bermanfaat.
5. fleksibel: terbuka dengan kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain.
6. Resolusi konflik: kemampuan untuk menemukan sumber masalah dan menentukan solusi
tepat untuk menyelesaikan masalah.
7. Respek: hormat pada orang lain dengan mengetahui kapan dan bagaimana caranya untuk
memulai komunikasi dan merespon orang lain. 8. Manajemen relasi: kemampuan untuk
memelihara suatu hubungan yang sehat dan membangun koneksi dengan orang lain.
Cara meningkatkan keterampilan sosial :
1. Ketahui kemampuan diri.
2. Belajar dari orang lain.
3. Ikuti kursus atau pelatihan.
4. Tetapkan tujuan.
5. Berlatih terus-menerus.
6. Jangan takut salah.
Materi latihan keterampilan sosial
1. Keterampilan sosial dasar
a. mendengarkan orang lain.
b. mengajukan permintaan.
c. mengekspresikan perasaan positif.
d. mengekspresikan perasaan tidak menyenangkan.
2. Keterampilan percakapan
a. mendengarkan orang lain.
b. memulai percakapan dengan orang yang baru.
c. mempertahankan percakapan dengan bertanya.
d. mempertahankan percakapan dengan memberi informasi faktual.
e. mempertahankan percakapan dengan mengekspresikan perasaan.
f. mengakhiri percakapan.
g. masuk ke dalam percakapan yang sudah berlangsung.
h. mengikuti topik yang sedang dibicarakan.
i. apa yang dilakukan saat orang lain berbicara di luar topik.
j. mendapatkan sudut pandang anda.
k. apa yang dilakukan bila tidak paham dengan yang dibicarakan orang lain.
3. Keterampilan asertif
a. mengajukan permintaan.
b. menolak permintaan.
c. membuat komplain.
d. respon terhadap komplain.
e. mengekspresikan perasaan tidak nyaman.
f. mengekspresikan perasaan marah.
g. meminta informasi.
h. memberitahu orang lain bahwa anda tidak nyaman atau aman.
i. meminta pertolongan.
j. memberikan respon pada nasehat yang tidak diinginkan.
4. Keterampilan manajemen konflik
a. kompromi dan negosiasi.
b. meninggalkan situasi yang membuat stress.
c. tidak setuju dengan pendapat orang lain tanpa berargumentasi.
d. memberikan respon terhadap tuduhan yang tidak benar.
e. meminta maaf.
Keterampilan sosial penting untuk dimiliki agar dapat berinteraksi dan bersosialisasi di
masyarakat. keterampilan sosial dapat dilatih dan dipelajari kembali.

Video :
TEDx Talks. (2015, Desember 1) How I Survived Workplace Bullying. [Video] Youtube.
https://youtu.be/YmRKlZEXVQM
Biasanya, justru pembully-lah yang memiliki masalah dengan dirinya sendiri. Hatinya justru
yang lemah, ia memproyeksikan masalahnya kepada orang lain lewat tindakan bullying
tersebut. Bukan karena kamu lemah.
Bullying diibaratkan meninggal secara perlahan dan penuh penderitaan. Kita perlu
menanyakan pada diri sendiri, jika kita mungkin pernah mengatakan sesuatu yang
menyinggung atau menyakiti orang lain. Berharap, ke depannya kita belajar dari kesalahan
tersebut serta berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi.
Biasanya, orang-orang yang menjadi korban bully adalah mereka yang sulit beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan budaya atau lingkungan sekitarnya, atau mereka yang berani
berbicara serta bersikap sesuai dengan prinsip dan jalan hidupnya.
Bagi para korban bullying, akan ada jenis suara yang sering terulang. Seperti contohnya,
"Ada sesuatu yang salah dengan diriku." Perlu dipahami, jika suara keputusasaan ini berasal
dari orang-orang sekitar yang tak satu pun ada yang berani membicarakannya. Padahal
mereka sebenarnya tahu dengan apa yang terjadi, mereka melihat, mereka mendengar, tetapi
tidak ada satu pun yang melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Yang pada akhirnya melalui
sikap 'diam' itu bullying terus berlanjut.
Menjadi kuat bukan berarti tak terkalahkan. Salah satu cara menghadapi bullying adalah
dengan memulai menaruh rasa penasaran tentang mengapa beberapa orang tersebut percaya
bahwa mereka berhak berkata mau pun bersikap seperti itu. Satu-satunya yang bisa kita
kendalikan adalah diri kita sendiri. Tentang bagaimana kita berdamai dengan suatu hal, atau
bagaimana reaksi kita terhadap kejadian tersebut.
Buatlah buku panduanmu sendiri yang memuat cara-cara guna bertahan dan menghadapi
pembully-an yang kamu alami. Aturan pertama yang bisa kamu lakukan misalnya. Jangan
pernah lupa untuk mendokumentasikan kejadian bullying tersebut. Entah melalui rekaman
suara, video, atau foto. Bahkan perlu bagi kita untuk mencatat tanggal, hari, bulan serta
tahun. Juga lokasi, siapa nama-nama dari pelaku bully tersebut, kapan dan dimana, termasuk
kesalahan kita sendiri ketika menghadapi kejadian tersebut. Untuk ke depannya menjadi
bagian evaluasi diri sehingga kita bisa bertahan kemudian menjadi lebih kuat di masa yang
akan datang.
Aturan kedua yang bisa kamu lakukan ialah awali pagi hari dengan mindset dan kata-kata
yang positif. Kamu bisa memulainya dengan memberikan dirimu afirmasi positif secara rutin
dengan tulus pada dirimu sendiri. Sekarang sudah banyak kumpulan kata dan bahkan kartu-
kartu yang berisi kata-kata positif untuk meningkatkan harga diri serta rasa percaya dirimu.
Aturan yang ketiga, mungkin terdengar sedikit klise. Tetapi, ini selalu bermanfaat. Yaitu,
jangan malas untuk berolahraga. Lakukan olahraga yang kamu suka. Boleh jogging, angkat
beban, berenang, basket, voli atau sejenisnya. Mengapa hal ini penting? Sebab, ketika kamu
sedang dibawah tekanan stress yang tinggi dan banyak. Olahraga menolongmu untuk
menghadapi stress tersebut dengan cara yang sehat, serta mampu mengeluarkan energi
negatif yang ada di dalam dirimu sendiri. Ini baik untuk kesehatan jantungmu, dengan
kualitas tidurmu, dan membuatmu menjadi lebih kuat. Sehingga membuatmu merasa tidak
mudah terintimidasi secara fisik. Kalau perlu, kamu bisa mengikuti olahraga bela diri.
Ketika seseorang mengalami bully, mereka kehilangan suara mereka sendiri. Mereka
kehilangan kekuatan dan naluri, bahwa mereka sebenarnya berhak mengatakan tidak dan
melakukan penolakan, komplain, mau pun membela diri mereka sendiri, mereka kehilangan
kekuatan untuk melawan.
Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan mulai belajar menghargai serta
menghormati nilai diri. Bahwa kita ini bernilai, berharga, serta penting. Bangunlah hubungan
yang baik dengan diri kita sendiri sekali pun saat itu kita tengah mengalami hal yang tidak
menyenangkan. Belajarlah membuat batasan perihal daftar perilaku dan perkataan apa saja
yang kita bisa terima dan mana yang tidak. Dengan harapan, ke depannya jika kita
menemukan perkataan atau sikap yang tidak kita sukai, sebab menyinggung atau pun
menyakiti kita bisa menyampaikannya dengan percaya diri tanpa harus takut dan merasa
terancam.
Belajarlah cara berkomunikasi yang baik. Seperti contohnya komunikasi asertif. Ketika kamu
mendapat perkataan tak mengenakkan. Kamu bisa menyampaikannya dengan tegas namun
tetap sopan. Contoh: "Saat kamu mengatai aku kurus. Aku merasa tersinggung. Tolong,
hentikan." Para pembully biasanya senang mempermainkan respon diri, namun, ketika kamu
mulai belajar mengubah responmu terhadap tindakan mau pun perkataan mereka, maka
mungkin dinamika itu akan runtuh dan berubah. Dengan cara belajar mengubah responmu,
kamu sebenarnya sudah mengambil kembali kekuatanmu, dan bisa jadi orang-orang yang
berada di sekitarmu pun akan berani membelamu.
Lakukanlah hobi yang menyenangkan yang kamu sukai, yang membuatmu merasa lebih baik,
terus bangun dan tingkatkan rancangan buku panduanmu sendiri guna bertahan dari bully
secara rutin agar kamu mampu bertahan dan tumbuh menjadi lebih kuat, lebih baik. Yang
terpenting adalah tidak pernah putus asa. Memiliki sikap yang positif sangatlah kuat
pengaruhnya, karena itu adalah satu hal yang paling bisa kita kontrol dan dengan
melakukannya memberikan kita daya tahan serta daya bangkit dalam hidup.
Percayalah, suara-suaramu pasti akan terdengar keluar sana! Menggerakkan hati orang-orang
yang tulus memberimu dukungan serta pertolongan.

TEDx Talks. (2012, Mei 1) How Do I Deal with A Bully, Without Becoming a Thug? [Video]
Youtube. https://youtu.be/sgWyolwBGgE
Para pembully menggunakan tiga cara untuk menyerang korbannya. Yang pertama yaitu,
mereka menggunakan kekerasan secara politik/wilayah. Yang kedua, mereka menggunakan
kekerasan fisik untuk meneror. Dan yang ketiga, mereka menggunakan kekerasan mental dan
emosional untuk merusak.

Cara terbaik guna mengatasi bullying adalah dengan belajar merubah respon. Karena, hanya
hal itulah yang paling bisa kita kendalikan serta bangun. Kenali dirimu dengan baik.
Duduklah bersama ketakutanmu. Tanyakan padanya, apa yang sebenarnya ia inginkan dan
butuhkan. Tingkatkan dan bangun kekuatan dalam diri melalui pengetahun akan diri sendiri.
Berdamai dengan rasa takut serta marah, dan menjadikan mereka sebagai kawan berjuang
alih-alih menjadi budaknya. Dan jangan lupa untuk bekerja sama dengan orang lain melalui
keberanian diri untuk meminta tolong. Jangan pernah hadapi bully sendiri.

Drama Korea rekomendasi : Tomorrow, Sol Mechanic/Fix You


Quote dari drama korea Soul Mechanic :
"Apapun penyakitmu jangan berjuang sendiri. Jika kamu bisa mengatasinya sendiri, maka itu
bukan penyakit."
"Jangan paksakan dirimu pada standar hidup orang lain. Pujian ataupun kritikan semuanya
akan berlalu seperti angin. Semua akan berlalu dengan cepat."
"Orang-orang yang memilih kematian, bukan karena mereka ingin mati. Tapi, karena mereka
ingin mengakhiri rasa sakit."

Drama korea It's Okay Not to be Okay :


"Ingatlah dan hadapi. Jika tidak dihadapi, kamu hanya akan menjadi anak kecil dengan jiwa
yang tidak tumbuh."
"Orang yang bertumbuh dengan luka, akan menjadi kuat dan semangat."

Drama korea Tomorrow :


"Mereka hanya mau tersenyum dan hidup normal. Bukannya mereka ingin mati, mereka
hanya tidak mau hidup seperti itu. Jadi, jangan bicara begitu pada mereka. Ketika kamu
bahkan tidak tahu apa-apa tentang mereka."
"Apa kamu pikir semua akan berakhir setelah kamu mati? Setiap manusia dihadapkan dengan
pilihan. Setiap pilihan tersebut datang dengan konsekuensinya."
"Mereka yang menginjak orang lain tidak akan ingat. Hanya mereka yang diinjak yang
ingat."

Drama korea Dr. Romantic 3 :


"Kau tahu cara membalas dendam yang sebenarnya? Dengan menjadi manusia yang lebih
baik daripada mereka. Kau buktikan kepada mereka yang mengabaikan dan
mendiskriminasimu, bahwa prasangka dan kekhawatiran mereka salah tempat dan omong
kosong. Dengan kemampuanmu. Tidak ada balas dendam yang

lebih baik daripada itu."


"Jangan takut membuat kesalahan. Jangan mencemaskan pandangan orang lain atau pendapat
mereka tentangmu. Kau ingin tahu sebuah rahasia? Bukan pandangan orang lain tentangmu
yang membentuk dirimu. Pandanganmu sendirilah yang membentuk dirimu. Jadi, puji dan
bersikap baiklah kepada dirimu sendiri."
"Kamu bisa menyalahkan orang lain yang membuat dunia jadi berantakan. Tapi tidak akan
ada yang berubah meskipun kamu terus menyalahkan orang lain. Kecuali, kamu berubah."
Drama korea It's okay that's love :
"Orang-orang yang paling sulit untuk dicintai biasanya adalah mereka yang paling
membutuhkannya."
"Orang-orang cenderung bersimpati pada penderita kanker, amputasi, atau berkebutuhan
khusus. Namun, orang yang sakit mental justru dianggap kasta terendah. Seolah-olah mereka
bukan manusia. Padahal siapapun pernah menderita stres, atau bahkan trauma. Mereka
berbicara seolah-olah kebal terhadap hal tersebut."
"Seseorang menjadi dewasa karena sering melewati pahitnya hidup. Sebaliknya, ia tak akan
pernah menjadi dewasa jika hanya tahu tentang manisnya kehidupan."
"Luka lama kita, trauma kita, menahan kita untuk maju."

Buku : Kupikir Segalanya Akan Beres Saat Aku Dewasa , Karya : Kim Haenam, Park
Jongseok
Daftar Pustaka : Haenam, Kim. Park Jongseok. (2021). Kupikir Segalanya Akan Beres Saat
Aku Dewasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Ketika kita memproses kejadian dari sisi negatif, pikiran kita mengabaikan hal baik yang
terjadi dan berfokus pada hal negatif. Kemudian, kita menganggap hal negatif itu adalah
segalanya. Jika mengartikan sebuah kejadian atau situasi dari sisi negatif, anda akan
terperangkap dalam dunia yang negatif dan gelap. (Hlm 6)
Cara kita berpikir menentukan arah perasaan kita. Perasaan mempengaruhi arah pikiran kita,
dan rangkaian kejadian itu membuat siklus yang meningkatkan perasaan kita. (Hlm 10)
Jika kita tidak kehilangan harapan terhadap diri kita, harapan terhadap dunia juga dapat
terjaga. (Hlm 11) kau harus berusaha semaksimal mungkin. Minta maaflah dengan tulus, atau
bila perlu katakanlah bahwa kau menderita bipolar agar mereka mengerti. Kau juga harus
berusaha mengembalikan hubungan baik dengan seksama, memulai pertemanan baru, atau
mempersiapkan karir baru sedikit demi sedikit. Saat melakukan ini, jangan terburu-buru dan
mulailah dengan perlahan. Kalau kau tidak sabar, atau memaksakan diri melakukannya,
kemungkinan penyakit bipolar untuk kembali akan semakin besar. Pada tahap awal, penyakit
ini bisa diobati dengan mengonsumsi obat-obatan. Akan tetapi, ketika memasuki masa
pertengahan, pengobatan lebih efektif dilakukan melalui konsultasi dan terapi. Terlebih lagi,
terapi yang dilakukan melalui keluarga merupakan cara yang paling penting dan efektif untuk
penyembuhan. (Hlm 20)
Duka adalah proses melepaskan kesedihan. Akan tetapi, jika kesedihan tidak tersalurkan
dengan baik dan tidak terhangat oleh sungai waktu sehingga tersumbat di suatu tempat, kita
dapat menderita depresi. (Hlm 28)
Menangislah sepuasnya dan bersedihlah secukupnya. Masa berduka adalah waktu untuk
bersedih dan merasa sakit, yang terasa mengganggu kita. Setelah terbebas dari kesedihan itu,
kita akan terlepas dari duka secara sehat. Yang bisa kita lakukan adalah bersedih dan
merasakan sakit secukupnya. Seiring waktu, kesedihan itu akan berlalu dan menghilang. Jika
saat sedih kita tidak cukup merasakan sedih, jika saat sakit kita tidak cukup merasa sakit
karena, kesedihan dan rasa sakit itu akan tertimbun dalam diri kita dan menjadi penyakit.
Menyalurkan kesedihan dan rasa sakit adalah proses yang sangat sulit. Sebenarnya, untuk
melawan kesedihan yang kita alami, akan lebih efektif jika kita memiliki teman untuk berbagi
kesedihan dibandingkan memendamnya sendirian. Dengan berbagai kepada orang lain tanda
hubungan dengan mereka yang masih hidup akan menggantikan rasa kehilangan kita. (Hlm
33-35)
Rawatlah diri anda sendiri seperti orang lain merawat Anda, maafkanlah diri sendiri seperti
orang lain memaafkan Anda. Ini adalah langkah awal untuk keluar dari penderitaan agar bisa
berdamai dengan diri Anda dan memiliki pola pikir bahwa anda bisa berbahagia seperti orang
lain. (Hal 67)
Entah sejak kapan kita menetapkan nilai keberhasilan dari seberapa banyak kita berusaha,
seberapa berhasilnya kita, dan seberapa keras kita bekerja. Bagi orang yang lelah dan ingin
beristirahat karena, kata-kata ini seakan memberitahu mereka untuk mengumpulkan tenaga
dan kembali bekerja, dan bagi orang yang merasa berhasil dan ingin menikmati
keberhasilannya, seakan memberitahu mereka untuk tidak merasa puas akan hal kecil dan
terus berlari untuk meraih hal yang lebih besar adalah titik untuk keluar dari burn out
syndrome, jangan ikuti kecepatan orang lain. (Hal 73)
Untuk menjaga kecepatan anda secara konsisten, anda tidak boleh membandingkan diri
dengan orang lain. Meskipun orang lain berlari cepat dan berusaha sekuat tenaga, itu adalah
usaha mereka. Jika mereka berlari dengan kencang dan jatuh pada suatu hari, itu tidak akan
membuat Anda terbangun, dan jika anda terjatuh karena mengikuti kecepatan mereka,
tindakan ada yang membangunkan Anda pula. Anda harus menikmati kecepatan anda sendiri
karena ini adalah hidup anda. Jika anda lelah, Anda boleh beristirahat, bekerja, dan berusaha
lebih sedikit. (Hal 74)
Jika kita menginginkan perhatian orang lain secara berlebihan, kita beresiko untuk kehilangan
jati diri karena. Kita tidak boleh kehilangan atau merupakan jati diri. Jika kita menyerah atau
malu terhadap diri kita, itu artinya kita kehilangan potensi dan kesempatan kita. Anda tidak
boleh melupakan usaha dan jati diri Anda dan hidup terseret oleh penilaian orang lain secara
pasif. Kebahagiaan kita ada pada diri sendiri karena bukan orang lain. (Hlm 92)
Orang yang menilai hidupnya lewat orang lain tidak dapat merasakan kepuasan dan tidak
memperoleh kebahagiaan di dalamnya. (Hlm 112)
Diantara banyak cara manusia untuk menghindar dari kenyataan, cara yang paling amatir
adalah dengan menyangkal. Akuilah keresahan masa lalu. Itu adalah awal terpecahkannya
masalah. (Hlm 118)
Anda tidak perlu merasa takut atau malu terhadap perasaan yang Anda rasakan. Semua
perasaan itu biasa. Perasaan itu memberitahu anda apa yang anda inginkan, serta penyebab
Anda mengalami frustrasi, serta kejadian apa yang sedang anda alami. Mengetahui serta
menerima perasaan yang Anda rasakan adalah langkah awal bagi anda untuk menjadi pemilik
perasaan Anda sendiri. (Hlm 134)
Perasaan adalah energi, anda perlu mengekspresikannya agar energi itu tidak menumpuk.
Mengekspresikan perasaan adalah hal yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mental
Anda. Usaha untuk merasa senang ketika senang, mengekspresikan kesedihan ketika anda
sedih karena, dan mengatakan "aku marah" ketika anda sedang marah. Hal ini terdengar
sederhana dan mudah, tapi anda memerlukan kepercayaan diri untuk bisa mengekspresikan
perasaan Anda tanpa rasa takut karena, mengenai perasaan Anda, dan mengontrolnya.(Hlm
136-137)
Perasaan adalah salah satu cara berkomunikasi. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
perasaan kita sendiri, juga mengetahui perasaan orang lain. Dengan begitu, anda tidak
melukai satu sama lain dan saling mengontrol perasaan masing-masing sesuai kebutuhan
sehingga kita dapat berkomunikasi dengan nyaman. (Hlm 138)
Perasaan adalah tanda kalau sesuatu sedang tidak beres dalam diri kita. Karena itu, untuk
mengetahuinya, anda perlu menghadapi perasaan tersebut. Jika kita mengakui perasaan
dengan berkata, "ah, Saya marah," "ah, Saya sedih, tanda kutip" ah, saya kesepian tanda
kutip, Anda dapat menghadapinya dan mengekspresikannya secara sehat. (Hlm 142)
Siapa pula yang ingin merasa khawatir secara sengaja. Kata-kata tanda kedip jangan khawatir
"jika dikeluarkan tanpa berempati terhadap apa yang mereka alami dan sebaiknya Jangan
diucapkan. Kata-kata" semua akan baik-baik saja "juga tidak jauh berbeda. Orang yang
mengalami panik disorder, OCD, serta stres akibat trauma adalah orang yang akan terus
mengalaminya dan menderita selama 5 atau 10 tahun ke depan. Karena itu, kata-kata tersebut
bagi penderita malah semakin menunjukkan bahwa mereka tidak simpatik terhadapnya.
Dibanding mengatakan sesuatu yang klise atau aneh untuk menyemangati mereka, lebih baik
anda tidak berkata apa-apa dan menjaga mereka. Hanya dengan memegang tangan atau
memeluk mereka tanpa berbicara, itu dapat membuat mereka 80% merasa lebih baik. Cara
yang lebih baik lagi adalah tidak berkata apa-apa dan mendengarkan cerita mereka selama 30
menit atau lebih. Dengan mendengarkan cerita mereka sambil menggenggam tangan atau
mengelus pundak karena, efek yang dihasilkan lebih efektif, karena hal itu berarti membeli
sinyal fisik bahwa mereka baik-baik saja. dalam otak penderita kecemasan, karena hormon
norepinefrin dan saraf otak yang tegang, dia tidak bisa melakukan aktivitas secara kognitif.
Dengan kata lain, meskipun diberitahu kalau mereka baik-baik saja, mereka tidak mengerti.
Karena itu, pelukan hangat atau gerakan fisik lainnya akan memberi rasa aman pada mereka.
Tentu saja, meskipun Anda adalah orang yang dekat sekalipun, Anda harus berhati-hati saat
bersentuhan dengan mereka. Jika dengan proses ini penderita bisa tenang dan tidak lagi
mengalami gejala fisik karena anda baru boleh melakukan pendekatan rasional dan kognitif.
Hal ini disebut "pelatihan kesadaran" agar mereka kemudian memproses peristiwa yang
sempat kacau. (Hlm 158-160)
Pengalaman penderita yang bisa mengontrol perasaan sehingga perasaannya bisa berubah
adalah salah satu cara bagi penderita depresi untuk menemukan jati dirinya, memiliki fisik
dan batinnya. Karena jika dia bisa mengontrol perasaan ya, itu artinya dia mengetahui
bagaimana cara terhindar dari rasa tak berdaya dan depresi yang mematikan itu sendiri.
Depresi bisa diartikan sebagai kehilangan jalan. Ketika kita kehilangan jalan sehingga merasa
takut dan sedih karena, kita perlu mengetahui cara untuk terbebas dari kabut tebal tersebut.
(Hlm 173)
Self harm adalah cara seseorang menahan keinginan untuk mati dan penderitaan yang
dialaminya sekaligus cara mengekspresikannya. Jika ungkapan itu tidak didengarkan dan
diacuhkan oleh orang sekitarnya, self harm bisa berubah menjadi bunuh diri. (Hlm 181)
Penting untuk mengobati emosional breakdown, tapi penting juga untuk mencegahnya
terjadi. Agar perasaan Anda tidak menumpuk, keluarkanlah secara berkala. Tentu saja bukan
berarti Anda harus marah apa adanya. Jika anda melepaskan amarah begitu saja, anda malah
akan melukai orang di sekitar Anda. Karena itu, Anda harus bisa mengontrol Kapan harus
mengeluarkan emosi dan kapan harus menahannya. Ada juga harus mengetahui cara merawat
dan menjaga perasaan Anda. (Hlm 230)
Entah sejak kapan masyarakat kita atau perangkap dalam prasangka, "jika kau orang yang
kuat, kau tidak boleh menangis." Semakin berusia dewasa, tangisan menjadi sangat
dilecehkan. Jika menahan tangise terus menerus, anak itu akan tumbuh menjadi anak yang
tidak bisa menangis meskipun dia sedih. (Hlm 272)
Tangisan yang kau tahan justru akan menghancurkanmu. Umumnya, orang berpikir bahwa
orang yang kuat tidak akan menangis. Pernyataannya, orang yang tidak bisa menangis justru
adalah orang yang lemah. (Hlm 276)
Orang yang mengalami depresi akan mengalami kekuatan diri yang melemah, dan untuk
melawan itu, mereka menjadi pribadi yang jahat dan dipenuhi rasa bersalah serta agresif.
Pribadi yang lemah tersembunyi dalam diri. Untuk melindungi dirinya yang lemah, pribadi
yang jahat muncul dan menyebabkan konflik antara rasa bersalah dan rasa marah dalam diri
karena. Jika perasaan dan perilaku sudah sangat terpisahkan seperti ini, pribadi yang lemah
dan tidak berdaya akan tersembunyi dan terlindungi. Pribadi yang jahat akan ketakutan
muncul serta mengerahkan amarahnya keluar. Orang yang benar-benar kuat tidak
menyembunyikan diri mereka yang lemah karena mereka cukup kuat untuk menghadapi sisi
lemah mereka yang muncul. Mereka bertingkah laku apa adanya dan bertindak sesuai alur
kehidupan. Mereka mengakui kesedihan dan kemurungan yang muncul dan menghadapinya
secara sehat karena, sehingga berhasil mengatasinya. Tangisan adalah cara yang sehat untuk
mencurahkan perasaan tanda titik jika dianalisis karena tangisan dapat membersihkan hati
kita dari kebencian dan ketakutan. ketika menangis, saraf simpatetik kita beristirahat dan
saraf parasimpatetik kita bereaksi untuk membantu kita beristirahat. Ini membantu kita
menghentikan keinginan untuk bertindak ceroboh dan berbahaya. Rasa takut, sedih, atau
marah tersebut keluar melalui air mata. Karena itu, setelah menangis, hati kita akan merasa
lega. Tangisan juga cenderung menyesuaikan suasana hati. Ketika kita merasa frustrasi atau
sedih, perasaan yang tidak bisa diselesaikan tersebut akan tersalurkan melalui tangisan.
Karena itu, ketika tangisan kita tertahan karena suatu hal, fungsi tangisan yang menetralkan
dan mengeluarkan perasaan kita juga ikut tertahan. Perasaan yang tertahan tersebut akan
tertimbun dan menyerang kita. Maka suatu saat tanah, perasaan itu seketika akan berubah
menjadi depresi karena. Keluarkanlah tangisanmu sekarang. (Hlm 277-278)
Air mata adalah ketulusan hati kita. Bisa menangis ketika ingin menangis adalah suatu
anugerah. Hati kita yang tadinya terasa berat karena tidak bisa mengeluarkan perasaan kini
terasa ringan. Tangisan adalah cara yang baik untuk mengeluarkan rasa sedih dan Sakit.
Perasaan yang menggantung dalam hati kita dikeluarkan dan dibersihkan dengan air mata.
Air mata juga menyapu bersih perasaan yang tersimpan dalam hati dan mengubahnya
menjadi air yang jernih dan mengalir karena, sehingga tubuh akan menjadi lebih sehat. Air
mata juga memiliki keistimewaan untuk dapat dibagi. Jika ada orang yang ikut menangis
bersama kita, kita tidak merasa sendirian dan menjadi lebih kuat untuk bisa bangkit lagi
karena. Tangisan juga merupakan bentuk simpati. Ketika kita tidak memiliki seseorang untuk
menangis bersama atau menyemangati kita dan kita menangis sendirian, air mata kita seakan
mengatakan, "ya, kau sangat kesusahan sekarang." (Hlm 281)
Jika dilihat ke belakang, orang yang paling banyak menyakiti diri kita adalah kita sendiri.
Seperti itu, kita seringkali menyesali pilihan yang telah kita buat dan pada akhirnya
mengganggu diri sendiri. (Epilog)
Orang yang tidak memperhatikan masa kini dan masa depan tidak memiliki kesempatan
untuk berkembang dan membuat perubahan. Dia hanya mengatakan pada dirinya, "mengapa
aku seperti ini?" Tanpa melakukan perubahan apapun. Dia mengetahui tidak ada yang bisa
menyemangatinya dan dia hanya menyalahkan orang lain. "Lawan kata kemurungan
bukanlah kebahagiaan, tapi kemajuan. Cara untuk keluar dari kemurungan adalah dengan
bergerak sedikit demi sedikit dan membuat perubahan.” (Hlm 284)
Perasaan orang yang mengalami depresi: "Saya benci dan malu terhadap diri saya yang
mengalami depresi. Saya terperangkap dalam kelemahan saya sendiri, menjadi pribadi yang
semakin payah, membenci diri sendiri, dan berusaha melarikan diri darinya. Saya berusaha
menyangkal bahwa saya yang mengalami depresi bukanlah diri saya yang sebenarnya karena,
sehingga saya membenci diri sendiri." (Hlm 285)
Hal yang ingin orang-orang depresi rasakan dari mereka agar memahami keadaan mereka:
"mereka tidak menganggap saya rendah meskipun saya mengidap depresi dan mengajarkan
saya bahwa bahkan dengan mengalami depresi pun saya bisa menjadi orang baik." (Hlm 286)

Buku : Tak Apa-Apa Tak Sempurna (The Gifts of Imperfection), Karya : Brene Brown,
Ph.D., L.M.S.W.
Daftar Pustaka : Brown, Brene Ph.D.,L.M.S.W. (2020). Tak Apa-Apa Tak Sempurna (The
Gifts of Imperfection). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Mempraktekkan keberanian, belas kasih, dan keterhubungan di dalam hidup sehari-hari
adalah cara kita menumbuhkan penghargaan diri. Perasaan malu dan takut tidaklah mampu
menerima keterhubungan yang kuat di antara orang-orang. Kesediaan untuk membiarkan
orang lain melihat diri kita sebagai orang yang tidak sempurna justru menguatkan relasi yang
berlanjut hingga hari ini itulah sebabnya kita bisa menyebut keberanian, belas kasih, dan
keterhubungan sebagai karunia dari ketidaksempurnaan. (Hlm 19)
Keberanian memiliki efek riak. Setiap kali memiliki keberanian, kita membuat setiap orang di
sekitar kita menjadi sedikit lebih baik dan dunia menjadi sedikit lebih berani. Dan dunia kita
perlu untuk menjadi sedikit lebih ramah dan berani. (Hlm 25)
Bersedia berada di dalam kegelapan Saya bersama saya. Dia bukan hadir di sana sebagai
penolong atau untuk memperbaiki saya tanah, dia hanya hadir bersama saya menggenggam
tangan saya saat saya berjalan tertatih-tatih melewati perasaan perasaan saya. (Hlm 27)
Orang-orang yang berbelas kasih adalah orang-orang yang mengenal batas. Inti dari belas
kasih sebenarnya adalah penerimaan. Semakin kita menerima diri kita sendiri dan orang lain,
semakin kita berbelas kasih. Riset ini telah mengajari saya bahwa jika kita benar-benar ingin
mempraktekkan belas kasih, kita harus mulai dengan menetapkan batas dan meminta orang
bertanggung jawab atas perilakunya. Kita hidup di dalam budaya menyalahkan, kita ingin
tahu siapa yang bersalah dan bagaimana mereka harus membayar kesalahannya. Saya rasa
pola seperti inilah yang membuat kita dipenuhi kemarahan dan perasaan sok benar sendiri
tetapi begitu rendah dalam berbelas kasih. (Hlm 28)
Kuncinya adalah memisahkan manusia dari perilakunya menghadapi dan menangani tindakan
mereka, bukan pribadi mereka. (Hlm 31)
Keterhubungan atau koneksi sebagai energi yang hadir di antara orang-orang ketika mereka
merasa dilihat, didengarkan, dan dihargai, ketika mereka bisa memberi dan menerima tanpa
menghakimi, dan ketika mereka mendapatkan nutrisi dan kekuatan dari relasi. Sebenarnya,
kita ini diprogram untuk saling terhubung. Sejak lahir, kita membutuhkan keterhubungan
untuk tumbuh secara emosional, jasmaniah, rohaniah, dan intelektual. Sekarang ini, kita tahu
bahwa kebutuhan akan keterbukaan lebih dari sekedar perasaan atau naluri. Kebutuhan ini
bersifat ilmiah. Tepatnya, di dalam ilmu persarafan. (Hlm 32-33)
Bahwa keterhubungan yang kita alami di dalam relasi-relasi kita berdampak pada
perkembangan dan kinerja otak kita. (Hlm 33)
Hanya karena kita terhubung secara elektronik belumlah berarti kita merasa dilihat dan
didengarkan. Malah sebenarnya, hiperkomunikasi bisa berarti kita menghabiskan lebih
banyak waktu di Facebook daripada bertatap muka dengan orang-orang yang kita sayangi.
Seakan-akan kita ini menyetarakan sukses dengan tidak membutuhkan siapapun. Banyak
orang yang bersedia mengeluarkan tangan untuk menolong, tetapi kita enggan mengeluarkan
diri untuk meminta tolong ketika kita sendiri membutuhkannya. (Hlm 33-34)
Kesediaan untuk menceritakan kisah kita, merasakan kepedihan orang lain, dan tetap
terhubung secara murni di dunia yang serba terputus ini bukanlah sesuatu yang bisa kita
lakukan dengan setengah hati. (Hlm 35)
Jika kita ingin mengalami perasaan cinta dan perasaan memiliki dengan sepenuh-penuhnya,
kita harus percaya bahwa kita pantas untuk cinta dan perasaan memiliki itu. Perasaan cinta
dan memiliki yang mendalam adalah kebutuhan yang tidak dapat dikurangi dari semua
wanita, pria, dan anak-anak. Secara hayati, kognitif, jasmaniah, dan rohaniah, kita diprogram
untuk mencintai tanah, dicintai, dan memiliki. Ketika kebutuhan-kebutuhan ini tidak
terpenuhi, kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kita patah. Kita hancur berantakan.
Kita mati rasa. Kita pedih. Kita melukai orang lain. Kita menjadi sakit. Tentu saja ada
penyebab lain dari penyakit, mati rasa, dan luka, tetapi tidak adanya cinta dan perasaan
memiliki akan selalu menjurus ke penderitaan. (Hlm 42)
Cinta bukanlah sesuatu yang kita berikan atau dapatkan, Cinta adalah sesuatu yang kita
pelihara dan tumbuhkan, suatu hubungan yang hanya bisa ditumbuhkan di antara dua orang
ketika cinta sudah hadir di dalam diri masing-masing, kita hanya bisa mencintai orang lain
sebanyak kita mencintai diri kita sendiri. Mempermalukan, menyalahkan, tidak hormat tanah
pengkhianatan tanah, dan mengurungkan afeksi akan merusak akar-akar dari mana cinta
bertumbuh. Karena perasaan memiliki yang sejati hanya terjadi ketika kita menghadirkan diri
yang otentik dan tidak sempurna kepada dunia maka perasaan memiliki kita tidak pernah bisa
lebih besar daripada tingkat penerimaan diri kita sendiri. (Hlm 43)
Mempraktekkan self love berarti belajar mempercayai diri sendiri, memperlakukan diri
sendiri dengan hormat, dan bersikap baik serta afektif kepada diri sendiri. Ini tugas yang sulit
mengingat betapa kerasnya sebagian besar dari kita terhadap diri kita sendiri. Saya tahu saya
bisa berbicara keras kepada diri saya sendiri dengan cara yang tidak akan pernah saya
lakukan kepada orang lain. Berapa banyak dari kita yang cepat sekali berpikir, astaga, betapa
bodohnya saya dan wah, idiot benar saya ini? Mengatakan bodoh atau idiot kepada orang
yang kita cintai tentulah tidak selaras dan praktek cinta, begitu pula perkataan yang sama
kepada diri kita sendiri akan berdampak sangat serius pada cara kita mencintai diri sendiri.
(Hlm 44)
Mengapa kita mengalami kesulitan lebih daripada sebelumnya? Karena kita tidak
membicarakan hal-hal yang menghalangi kita dalam melakukan apa yang kita ketahui
sebagai hal yang terbaik bagi kita, anak-anak kita, keluarga kita, organisasi kita, dan
masyarakat kita. (Hlm 60)
Tiga hal pertama yang perlu kita ketahui tentang perasaan malu: 1. Kita semua memilikinya.
Perasaan malu adalah universal dan merupakan salah satu emosi manusia yang paling primitif
yang kita alami. Orang yang tidak mengalami rasa malu adalah orang yang tidak memiliki
kapasitas untuk empati dan keterhubungan manusiawi
2. Kita semua takut membicarakannya.
3. Semakin sedikit kita membicarakannya, semakin besar kendali yang dimiliki oleh perasaan
malu atas hidup kita. (Hlm 63)
Ketika sesuatu yang memalukan terjadi dan kita menguncinya, ia akan beranak-pinak dan
tumbuh. Ia akan memakan kita. Kita perlu membagikan pengalaman kita. Perasaan malu
terjadi diantara orang-orang dan menyembuh diantara orang-orang. Jika kita bisa menemukan
seseorang yang telah mendapatkan hak untuk mendengar kisah kita, kita perlu
menceritakannya. Perasaan malu akan kehilangan daya kuasanya ketika dibicarakan. Dengan
demikian, kita perlu memelihara kisah kita untuk melepaskan perasaan malu karena, dan kita
perlu mengembangkan kelenturan terhadap perasaan malu untuk memelihara kisah kita. (Hlm
66)
Apa perbedaan antara perasaan malu dan bersalah?
Malu = saya buruk.
Bersalah = saya telah melakukan sesuatu yang buruk.
Malu adalah soal siapa diri kita, dan bersalah adalah soal perilaku kita. (Hlm 68)
Mendasari tentang bagaimana kita ingin hidup. Ke autentikan adalah sekumpulan pilihan
yang harus kita buat setiap hari. Ke autentikan adalah soal pilihan untuk hadir dan menjadi
riil. Pilihan untuk menjadi jujur. Pilihan untuk memperbolehkan orang lain melihat diri kita
yang sesungguhnya. (Hlm 82)
Ke autentikan adalah praktik sehari-hari dari melepas anggapan diri kita yang seharusnya dan
merangkul diri kita yang sesungguhnya. Memilih keautentikan berarti: menumbuhkan
keberanian untuk menjadi tidak sempurna, untuk menetapkan batasan, dan untuk
memperbolehkan diri menjadi rentan. Melatih belas kasih karena mengetahui bahwa kita
semua terbuat dari kekuatan dan perbuatan, dan menumbuhkan keterhubungan dan perasaan
memiliki yang hanya bisa terjadi ketika kita percaya bahwa kita memadai. (Hlm 83)
Memilih kautentikan bukanlah pilihan yang mudah. E. E. Cummings pernah menulis, "tidak
menjadi siapapun kecuali diri anda sendiri di sebuah dunia yang siang dan malam berusaha
sekeras mungkin untuk menjadikan Anda apa saja selain diri anda sendiri, berarti berperang
di dalam peperangan yang paling sulit yang bisa dihadapi manusia, dan tidak pernah berhenti
berperang." "Tetap menjadi riil" adalah salah satu perang paling berani yang akan pernah kita
jalani. Ketika kita memilih menjadi diri kita yang sesungguhnya tanah, orang-orang akan sulit
memahami bagaimana dan mengapa kita berubah. (Hlm 84)
Mengorbankan diri yang sesungguhnya demi pendapat orang lain bukanlah hal yang layak
untuk dilakukan. Ya, memang akan ada kesulitan bagi orang-orang di sekitar kita, tetapi pada
akhirnya, menjadi diri yang sesungguhnya adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan
kepada orang-orang yang kita cintai. (Hlm 88)
Sebuah rumusan yang lebih akurat tentang apakah perfeksionisme itu dan apa yang
dilakukannya kepada hidup kita. 1. Perfeksionisme tidaklah sama dengan upaya untuk
menjadi diri yang terbaik. Perfeksionisme bukanlah tentang pencapaian kesehatan dan
pertumbuhan. Perfeksionisme adalah kepercayaan bahwa jika kita hidup sempurna, tampak
sempurna, dan bertindak sempurna, kita dapat meminimalkan atau menghindari rasa sakit
dari disalahkan, dihakimi, dan malu. Perfeksionisme adalah perisai. Perfeksionisme adalah
perisai seberat 20 ton yang kita gotong kemana-mana karena dianggap dapat melindungi kita,
padahal sebenarnya tanah, justru ialah yang menghalangi kita untuk bisa lari dan terbang:.
Perfeksionisme bukanlah peningkatan diri. Pada intinya, perfeksionisme adalah usaha untuk
mendapatkan persetujuan dan penerimaan dari orang lain. Pada suatu saat, kita mengadopsi
sistem kepercayaan yang berbahaya dan melumpuhkan ini: saya adalah apa yang saya capai
dan seberapa bagus saya mencapainya. Menyenangkan orang lain. Tampil beraksi. Sempurna.
Upaya peningkatan diri yang sehat akan berfokus pada diri sendiri, bagaimana saya bisa
meningkat? Perfeksionisme akan berfokus pada orang lain, apa yang akan mereka pikir?
(Hlm 93)
Riset menunjukkan bahwa perfeksionisme menghambat keberhasilan. Malah sebenarnya,
perfeksionisme seringkali adalah jalan menuju depresi, kecemasan, kecanduan, dan
kelumpuhan hidup. Perfeksionisme adalah suatu sistem kepercayaan yang menghancurkan
diri dan membuat kecanduan yang membangkitkan pikiran primer berikut: jika saya tampak
sempurna, hidup dengan sempurna, dan melakukan segala sesuatu dengan sempurna, saya
dapat menghindari atau meminimalkan perasaan yang menyakitkan dari rasa malu, dihakimi,
dan disalahkan. Perfeksionisme bersifat menghancurkan diri karena pada dasarnya tidak ada
hal yang sempurna. Kesempurnaan adalah sebuah tujuan yang tidak bisa dicapai. Selain itu,
perfeksionisme lebih merupakan soal persepsi, kita ingin dilihat sebagai sempurna. Sekali
lagi, ini tidak bisa dicapai, tidak ada cara untuk mengendalikan persepsi orang lain, terlepas
dari seberapa banyak waktu dan tenaga yang kita curahkan. Perfeksionisme bersifat
menimbulkan kecanduan karena ketika kita mengalami rasa malu, dihakimi, dan disalahkan,
seringkali kita percaya bahwa ini disebabkan karena kita tidak cukup sempurna. Jadi tanah
bukan yang mempertanyakan logika yang keliru dari perfeksionisme, kita malah semakin
keras berusaha untuk hidup, tampak, dan melakukan segalanya dengan sempurna. Perasaan
malu, dihakimi, dan disalahkan adalah realitas dari pengalaman manusia. Perfeksionisme
malah meningkatkan kemungkinan kita akan mengalami emosi-emosi yang menyakitkan ini
dan seringkali menjuruskan ke sikap menyalahkan diri sendiri: Ini adalah kesalahan saya.
Saya merasa seperti ini karena "saya merasa tidak cukup baik". Untuk mengatasi
perfeksionisme, kita perlu bisa mengenali dan mengakui kerentanan kita terhadap
pengalaman malu, dihakimi, dan disalahkan yang universal; Mengembangkan kelenturan
terhadap rasa malu; Dan mempraktekkan belas kasih. (Hlm 94-95)
Menurut Neff, belas kasih diri mempunyai tiga unsur: keramahan diri, kemanusiaan bersama,
dan kesadaran. Kera mandiri: sikap hangat dan pengertian kepada diri sendiri ketika kita
menderita, gagal, atau merasa tidak memadai, dan bukan mengabaikan kepedihan kita atau
menghukum diri dengan kritik diri. Kemanusiaan bersama: kemanusiaan bersama mengenali
bahwa penderitaan dan perasaan tidak memadai adalah bagian dari pengalaman semua
manusia, sesuatu yang kita semua alami dan bukan sesuatu yang hanya terjadi pada "diri
saya" saja. Kesadaran: mengambil pendekatan yang seimbang terhadap emosi-emosi negatif
sehingga perasaan-perasaan itu tidak ditekan atau dibesar-besarkan. Kita tidak bisa
mengabaikan kepedihan kita dan sekaligus merasakan belas kasih untuknya. Kesadaran
mewajibkan kita untuk tidak mengidentifikasi diri secara berlebihan dengan pikiran dan
perasaan sedemikian rupa sehingga kita terjebak dan tersapu harus negatif atas. (Hlm 98-99)
Ada sebuah kalimat di dalam lagu "Anthem"nya Leonard Cohen yang mengingatkan ketika
memasuki modus" ingin mengendalikan segala sesuatu dan menjadikan yang sempurna."
kalimat itu berbunyi, "segala sesuatu memiliki keretakan. Melalui retakan itulah cahaya
menembus masuk. Begitu banyak orang sibuk menambah retakan, berusaha membuat
segalanya tampak sempurna. Kalimat lagu ini membantu mengingatkan akan keindahan
retakkan. Mengingatkan bahwa ketidaksempurnaan kita bukanlah ketidak memadaian,
melainkan pengingat bahwa kita semua berada di sini bersama-sama. Tidak sempurna tanah
tetapi bersama-sama. (Hlm 102)
Harapan adalah kombinasi dari penetapan tujuan, memiliki kekuatan dan keteguhan untuk
mengejarnya, dan percaya pada kemampuan kita sendiri. Harapan adalah sesuatu yang
dipelajari! (Hlm 107)
Kita mengembangkan cara berpikir yang penuh harapan ketika kita memahami bahwa
beberapa usaha yang patut dijalani memang akan sulit, menghabiskan waktu, dan sama sekali
tidak bisa dinikmati. Harapan juga mewajibkan kita mengerti bahwa hanya karena proses
pencapaian suatu tujuan bisa menyenangkan, cepat, dan mudah tidaklah berarti bahwa tujuan
itu tidak terlalu bernilai dibandingkan tujuan yang sulit. Jika kita ingin menumbuhkan sikap
penuh harapan, kita harus bersedia menjadi lentur dan menunjukkan ketekunan. Tidak semua
tujuan akan tampak dan terasa sama. Toleransi bagi kekecewaan, keteguhan, dan kepercayaan
pada diri sendiri adalah inti dari harapan. (Hlm 109)
Kegelapan tidaklah menghancurkan terang, ia justru merumuskannya. Ketakutan kita pada
kegelapan lah yang mendesak kebahagiaan kita ke bawah bayang-bayang. (Hlm 134)

Mengapa kita adalah bangsa yang lapar akan lebih banyak kebahagiaan: karena kita
dilaporkan oleh tidak adanya rasa syukur. (Hlm 135)
Di dalam buku I Thought It Was Just Me, Saya menulis "tampaknya kita mengukur nilai dari
sumbangsih orang-orang dengan kadar pengakuan publik terhadap mereka. Dengan kata lain,
harga diri diukur oleh ketenaran dan kekayaan. Budaya kita sangat mudah menyepelekan para
pria dan wanita pekerja keras yang biasa dan pendiam. Pada banyak peristiwa kita
menyamakan biasa dengan membosankan, atau yang lebih berbahaya lagi karena, biasa telah
menjadi sinonim dengan tidak berarti." (Hlm 137)
Intuisi tidaklah berdiri sendiri dari proses akal. Otak melakukan pengamatan, memindai
arsip-arsipnya, dan mencocokkan pengamatan dengan ingatan, pengetahuan, dan pengalaman
yang sudah ada. Setelah melakukan serangkaian pencocokan, kita mendapatkan "perasaan
intuitif" tentang apa yang telah kita amati. Terkadang intuisi kita memberitahu apa yang perlu
kita ketahui, di lain waktu intuisi mengarahkan kita kepada penemuan fakta dan pemikiran
akal. (Hlm 140)
Intuisi bukanlah satu-satunya cara untuk mengetahui, intuisi adalah kemampuan kita untuk
memberi ruang bagi ketidakpastian dan kesediaan kita untuk mempercayai banyak cara guna
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, termasuk naluri, pengalaman, iman, dan akal.
(Hlm143)
Bahwa ketakutan kita pada apa yang asing dan ketakutan kita untuk menjadi salah lah yang
menciptakan sebagian besar konflik dan kecemasan. Kita membutuhkan keduanya, iman dan
akal, untuk menciptakan makna di sebuah dunia yang tidak pasti. Iman adalah sebuah tempat
misteri, tempat kita menemukan keberanian untuk percaya pada apa yang tidak bisa kita lihat
dan kekuatan untuk melepaskan ketakutan kita pada ketidakpastian. (Hlm 144)
Perbandingan adalah pencuri kebahagiaan. (Hlm 150)
Kreativitas, yang merupakan ungkapan dari keaslian kita, akan membantu kita untuk tetap
ingat bahwa apa yang kita datangkan ke dunia adalah sesuatu yang sangat asli dan tidak bisa
dibandingkan. Dan, tanpa perbandingan, konsep-konsep seperti di depan atau di belakang
atau yang terbaik atau yang terburuk akan kehilangan maknanya. (Hlm 153)
Di dalam budaya masa kini, di mana nilai diri kita dikaitkan dengan nilai penghasilan, dan
kita mendasarkan harga diri kita pada tingkat produktivitas, menghabiskan waktu untuk
melakukan aktivitas yang tidak bertujuan adalah hal yang langka. Malah sebenarnya, bagi
kebanyakan dari kita tanah itu terdengar seperti serangan cemas yang siap menerkam. (Hlm
157)
Menurut centers disease control, kurang tidur berkaitan dengan sejumlah penyakit dan
kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, obesitas, dan depresi. Pesan-pesan dari
setan kecil di dalam diri yang mengatakan bahwa kita terlalu sibuk untuk bermain dan
menghamburkan waktu untuk bersenang-senang adalah setan sama yang berbisik:
"1 jam lagi bekerja! Kau bisa membayar utang tidurmu di akhir minggu."
"Tidur siang hanya untuk orang malas."
"Ayo terus maju. Kau pasti bisa menanganinya." (Hlm 159)
Response panik akan menghasilkan lebih banyak kepanikan dan ketakutan. Sebagai psikolog
dan penulis, Harriet Lerner berkata, "kecemasan itu sangat menular, begitu pula ketenangan."
(Hlm 168)
Dokter lerner menjelaskan bahwa kita semua memiliki pola-pola cara mengelola kecemasan.
Beberapa dari kita merespons kecemasan dengan berfungsi secara berlebihan dan beberapa
lainnya dengan kurang berfungsi. Orang-orang jenis pertama, yang menjadi berfungsi secara
berlebihan seperti saya, bisa mengupayakan agar lebih bersedia untuk merangkul kerentanan
dalam menghadapi kecemasan, dan orang-orang jenis kedua karena yang menjadi kurang
berfungsi atau, bisa mengupayakan untuk memperbesar kekuatan serta kompetensinya. (Hlm
172-173)
Keraguan diri akan menggerogoti proses penemuan karunia kita dan usaha membagikannya
kepada dunia. Lebih dari itu, jika mengembangkan dan membagi karunia kita adalah cara kita
untuk menghormati jiwa dan berhubungan dengan Tuhan, maka keraguan diri itu merupakan
cara membiarkan ketakutan kita menggerogoti iman kita. (Hlm 178-179)
"Jangan tanya apa yang dibutuhkan oleh dunia. Tanya apa yang membuat kita menjadi Hidup,
Dan lakukanlah. Karena yang dibutuhkan oleh dunia adalah orang-orang yang telah menjadi
hidup." (Hlm 182)
Ehrenreich menyimpulkan bahwa kita "pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang nyaris
secara manual terdorong untuk membagikan kegembiraan kita. (Hlm 186)
Ketika kita tidak memberi izin kepada diri sendiri untuk menjadi bebas karena, kita jarang
bisa menerima kebebasan itu pada diri orang lain. Kita merendahkan mereka,
menertawakannya, mengejek perilakunya, dan terkadang menghina mereka. (Hlm 195)

Buku : Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan, Karya : Jeon Seunghwan
Daftar Pustaka : Seunghwan, Jeon. (2022). Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kesedihan yang selalu kita pendam suatu saat akan muncul secara tiba-tiba. Dalam
perjalanan pulang dari tempat kerja, ketika sedang makan, atau sebelum tidur, terkadang kita
merasakannya. Kehidupan memang selalu dipenuhi perubahan perasaan hati. (Hlm 3)
Memang Ada saatnya kita sangat membutuhkan penghiburan dari orang lain. Artinya, kita
butuh waktu untuk meluapkan kesedihan kita sambil bersandar ke orang lain. Namun
terkadang, kita juga perlu menghibur diri dengan menghadapi kesedihan tersebut secara
langsung. (Hlm 5)
Malam penuh ke tulisan itu biasanya datang ketika kita cemas bahwa hal yang kita inginkan
tidak akan tercapai, ketika kita merasa buntu karena masa depan tidak tergambar jelas, tidak
punya kepercayaan diri dalam sebuah hubungan, atau karena harga diri yang sangat jatuh dan
membuat kita takut menampakan sisi buruk kita kepada orang lain. Kecemasan hanyalah
bentuk rasa ketidakyakinan. (Hlm 9)
Walaupun kita tidak berniat membandingkan diri dengan orang lain, tetap saja perasaan
cemas muncul membesar karena terus memundurkan sekitar dan membandingkan diri dengan
orang lain. Karena tidak ada seorangpun yang tahu tentang masa depan sehingga sangat wajar
kita berpikir Apakah semua ini sudah cukup bagi kita, atau Apakah jalan yang kita tempuh
sekarang sudah benar. Tidak pernah ada masa di mana kita tidak menemukan kecemasan.
Sumber kecemasan justru bisa berasal dari tiadanya objek yang nyata atau yang selalu
berubah. (Hlm 11)
Menerima kecemasan sebagai bagian dari kehidupan. Tidak perlu terlalu fokus terhadapnya.
Terlalu berusaha untuk menghilangkannya malah akan meletakkannya pada sebuah tempat di
dalam hati. (Hlm 12)
Dalam essainya yang berjudul dariku yang sendiri untukmu yang sendiri, penulis Seong
Sooseon menuliskan: apa yang kamu lakukan sekarang sudah cukup baik, kamu
melakukannya dengan baik, Jangan cemas. Kadang-kadang, Aku mengharapkan ada
seseorang yang mengatakan yang terlebih dahulu kepadaku sebelum aku bertanya. Tidak apa-
apa mesti kata-kata itu bohong karena, Tapi tolong katakan kepadaku bahwa aku sudah
melakukannya dengan baik. (Hlm 13-14)
Agar bisa bahagia kita harus mendengarkan dengan baik isi hati kita. Karena kebahagiaan
tidak bisa tercapai dengan bergantung pada keinginan orang lain. Kebahagiaan tidak berada
jauh, tapi ada ketika kita jujur pada keadaan saat ini dan di sini. (Hlm 17)
Makin banyak luka yang dialami seseorang, dia akan makin sering tersenyum, lebih berhati-
hati karena, Dan makin merusak keras menunjukkan sisi kirinya yang lebih baik. Mengubur
luka jauh di bagian hati terdalam tidak dapat menghilangkan luka tersebut. Suatu saat, luka
tersebut bisa tiba-tiba muncul pada waktu yang tidak kita sangka. Air mata yang keluar secara
tiba-tiba tanah, karena luka yang kita tidak ketahui, bisa saja terjadi di hari yang sangat
normal. Contohnya, ketika kita mendengar orang lain mengucapkan kalimat ini kepada kita
"kau benar tidak apa-apa?" (Hlm 20)
Jangan takut atau merasa sedih ketika sedang terluka, sebaliknya meski melukai orang lain
janganlah merasa bersalah, tetapi sentuh hati kita dengan refleksi diri. Ada permintaan yang
ingin kusampaikan kepadamu. Permintaan itu adalah berusahalah menghadapi apapun
masalah dalam dirimu yang tampak tak terselesaikan dengan kesabaran anak, dan berusaha
untuk mencintai masalah tersebut layaknya sebuah buku yang ditulis dengan kata-kata asing
atau sebuah kamar yang terkunci rapat. Dan janganlah terburu-buru ingin menemukan jalan
keluarnya. Kau tak akan bisa mendapatkan jawabannya meski berusaha sekeras apapun.
Sebab, kau belum pernah secara langsung mengalami jawaban itu. Oleh karena itu tanda mata
penting untuk mengalami segala hal secara langsung. Suatu hari nanti tanpa kamu ketahui,
kau akan menyadari kau telah hidup di dalam jawaban itu sendiri. (Hlm 27)
Penyair Baekseok punya pun menuangkan perasaan seperti itu dalam puisinya berjudul "there
is a white wind wall." yang paling dicintai oleh yang di atas adalah semua yang miskin,
kesepian, Malang, dan yang selalu bisa membuat hidup dipenuhi cinta yang berlimpah
meskipun kerap diliputi kesedihan. (Hlm 30)
Maka ketika kita ingin menghibur seseorang yang terpenting dilakukan adalah mendengarkan
cerita mereka sambil berempati. Di dunia ini ada begitu banyak rupa dan bentuk rasa sepi
dan koma dan tidak bisa saling dibandingkan antara satu sama lain. Ketika ada 100 orang
berarti ada 100 jenis rasa kesepian, dan hanya kita sendiri yang bisa mengatasi rasa kesepian
tersebut. Kita tidak bisa dengan mudah mengatakan bahwa kita tahu persis rasa yang dialami
orang lain.
(Hlm 32)
Kita bisa mendapatkan penyesalan ketika kita tidak memberikan usaha kita secara
sepenuhnya di masa sekarang. Misalnya, kita tidak memperlakukan orang yang berada di
depan mata kita dengan berharga dan cenderung menyepelekannya, atau terus
menyalahkannya untuk hal yang sepele. (Hlm 36)
Ketika seseorang menusuk hati kita dengan ucapan atau tindakan, atau ketika dikhianati oleh
seseorang yang kita sayangi atau percayai karena, kehidupan kita akan goyah dan hati kita
akan dipenuhi kebencian dan kemarahan. (Hlm 40)
Dalam kehidupan, bentuk kebahagiaan hampir mirip satu dengan yang lainnya, tetapi bentuk
kemalangan sangatlah beragam. Setiap pribadi memiliki bentuk rasa sakit yang berbeda. Ini
berlaku sama bagi yang miskin maupun yang kaya. Karena itu, kita bukanlah orang yang
istimewa. Jika kita merasa hanya kita yang selalu tertimpa kesialan, sebenarnya Kita
sendirilah yang menjatuhkan diri pada kemalangan tersebut. Ungkapan di atas adalah kutipan
dari novel Jiro Asada berjudul Chateau de la reine. (Hlm 41)
Penyair Park Yeonjoon memberikan kita nasihat seperti ini. Apabila muncul rasa sakit meski
tidak parah, tubuh ataupun hati akan terikat ke sana Dan tidak akan bisa bergerak bebas.
Kesakitan bukanlah sesuatu yang harus dilawan, melainkan dibiarkan mengalir untuk
dihadapi dan kemudian dilepaskan. (Hlm 42-43)
Berani menerima dapat menghilangkan obsesi. Sikap menerima akan membawa ketenangan
meski di sisi lain membawa kesedihan. (Hlm 47)
Seperti yang dikatakan oleh Freud, "apa yang kita pendam pasti akan kembali tanda kutip,
sesuatu tak bisa dengan mudah menghilang meski kita telah membuangnya. Obsesi juga
punya sisi baik. Banyak karya luar biasa lahir akibat keingintahuan besar terhadap sebuah
informasi, karya seni, atau karya ilmiah. Yang terpenting adalah kemana arah obsesi tersebut
menuju. Bila arahnya tepat, obsesi bisa membantu kehidupan pribadi, sosial, negara, maupun
kemanusiaan. (Hlm 49)
Kita harus terobsesi padahal yang bisa membuat kehidupan kita menjadi lebih bahagia dan
berarti serta membuang jauh-jauh obsesi yang bisa berdampak negatif bagi orang di sekitar
kita. (Hlm 50)
Dalam buku Mark Manson the art of not giving f***. Menghindari masalah atau berpura-pura
tidak punya masalah bisa menyebabkan ketidakbahagiaan. Apabila ingin bahagia, kita harus
mencoba menyelesaikan sesuatu. Oleh karena itu, itu salah satu bagian dari kebahagiaan
adalah bersikap dan beraktivitas. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa didapat hanya
dengan berdiam diri. Penulis Mark Manson ingin menyampaikan bahwa bila kita ingin
memiliki hidup yang lebih baik dan berbahagia, kita harus mengurangi kekhawatiran yang
tidak perlu dan hanya memikirkan hal yang perlu saja. (Hlm 54-55)
Crystal petit Collin dalam bukunya berjudul I think too much mengatakan bahwa hal yang
pertama kali harus dilakukan untuk hidup dengan nyaman dan bahagia adalah dengan peduli
dan mencintai diri sendiri terlebih dulu. Mencintai diri sendiri adalah prioritas. Inti harga diri
terdapat dalam rasa cinta kepada diri sendiri. Mencintai diri adalah landasan paling dasar dari
harga diri. Manusia dapat bertahan dari segala tantangan hanya dengan rasa cinta kepada
dirinya. Hidup kita bisa menjadi kurang bahagia ketika kita tidak bisa menjaga diri sendiri.
Karena, waktu kita terlalu banyak termakan oleh kekhawatiran yang tidak perlu, atau
memikirkan masalah lain yang tidak berkaitan dengan kita. Kebahagiaan dan kemalangan
adalah sesuatu yang kita buat sendiri. Sayangilah dan berikan belaian hangat kepada seorang
anak yang ada di dalam diri kita hanya dengan begitu kita tidak akan tergoyahkan oleh
cobaan apapun dan menimbulkan kekuatan yang kokoh. Kebahagiaan dan kemalangan dalam
kehidupan adalah hasil pilihan hati kita sendiri. (Hlm 56)
Jalan kaki dapat membawa manfaat yaitu membawa energi positif pada kehidupan kita. Itu
adalah alasan mengapa bukan hanya Rousseau tapi banyak tokoh filsuf atau seniman yang
gemar berjalan kaki. (Hlm 79)
Jangan sembarangan mengeluarkan isi pikiran dan hati dengan ucapan. Jangan bertindak
ataupun berbicara atas dasar pikiran yang dangkal. Jujurlah kepada dirimu sendiri daripada
apapun. Maka, dengan sendirinya kamu juga akan jujur kepada orang lain. (Hlm 83)

Sumber : Healing The Emptiness

Rasa sakit di rancang untuk melindungi kita dari bahaya yang lebih dalam. penderitaan terjadi
ketika kita mengabaikan peringatan yang dikirimkan oleh rasa sakit tadi. yang menjadi
tantangan hari ini adalah kita hidup di dunia yang tidak memahami perbedaan tersebut. dalam
budaya modern seorang rasa sakit tidak seharusnya ada. (Hlm 22)

Rasa sakit adalah pembawa pesan. seringkali rasa sakit merupakan langkah perlindungan.
rasa sakit juga menunjukkan ada hal-hal yang perlu diubah dalam hidup, diri, dan hubungan
kita. rasa sakit pemberitahuan kita kebiasaan-kebiasaan yang perlu kita tinggalkan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang sangat perlu kita adopsi. seringkali, rasa sakit menuntut kita
mengatasi luka tersembunyi yang perlu disembuhkan. (Hlm 25)

Tujuan dari rasa sakit adalah untuk membunyikan alarm di dalam diri, sehingga kita bisa
mengatasi masalahnya, dan memperbaikinya sampai ke akar-akarnya. (Hlm 27)

Jika seseorang tidak pernah mengalami kesedihan atau ketakutan atau kemarahan apapun
tentang apapun, itu akan menjadi pertanda adanya penyakit mental atau trauma yang tidak
dapat disembuhkan. tak mengalami kesedihan, kemarahan, atau ketakutan sama sekali tidak
sehat. cobaan dalam kadar tertentu adalah bagian penting dari pengalaman kemanusiaan kita.
saat kita bereaksi dalam cara yang sehat, cobaan akan membuat kita lebih lembut hati dan
rendah hati. cobaan dapat memperdalam rasa empati dan ulas ASI serta ketergantungan kita
pada Tuhan. (Hlm 29)

Definisi refiliasi menurut American psychological Association adalah "proses adaptasi yang
baik dalam menghadapi kesusahan, trauma, tragedi, ancaman, atau sumber stres yang
signifikan." menilik definisi residensi, mengacu pada mengatasi sekaligus bertahan hidup
dalam menghadapi tantangan. Kita tidak hanya memiliki kapasitas untuk bertahan dari
tekanan dan tantangan, tetapi kita juga benar-benar memiliki kapasitas untuk tumbuh serta
berkembang melalui tekanan dan tantangan tersebut. (Hlm 33-34)

Ernest hammingway pernah menulis: "dunia menganjurkan semua orang. dan sesudahnya,
banyak orang yang menjadi kuat di tempat-tempat yang hancur. tanda kutipan Tuhan
memberi manusia kapasitas untuk tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berkembang dan
bertumbuh melalui ketidakpastian serta tantangan. (Hlm 52-53)

Seperti emas, Allah berfirman di dalam Alquran tentang memurnikan orang-orang beriman
melalui cobaan atau ujian. ketika emas dipanaskan, kotorannya dibersihkan. begitu pula
Ketika Hati orang-orang Beriman di tempat melalui ujian atau cobaan, kotorannya
dibersihkan. Allah berfirman: Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa
Mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. (Quran Surat Ali Imron [3]: 141) (hlm 55)

Ketika kita diberi karunia oleh Tuhan, seperti pengetahuan, keterampilan atau bakat apapun,
karunia ini juga merupakan bentuk ujian. mereka menaikkan kehormatan kita, tetapi karunia
itu juga menempatkan kita dalam posisi untuk membantu, melayani, dan menyelamatkan
orang lain. Jika kita menggunakan karunia tadi dengan tujuan ini, kita akan diberi lebih
banyak lagi oleh sang pemberi. (Hlm 64)

Sepanjang Alquran, Allah mengakui luka emosional serta psikologis yang kita alami dalam
hidup ini. Allah menunjukkan kepada kita bahwa bahkan orang-orang yang beriman pun pada
akhirnya dapat memiliki residu terlama emosional di dalam hati mereka. (Hlm 67)

Allah menunjukkan kedalaman penderitaan Maryam Alaihissalam dalam Alquran melalui


FirmanNya: rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar)pada pangkal pohon kurma.
dia (Maryam) berkata, "oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak
diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya.)" Quran Surat Maryam [19] : 23). Allah
memperlihatkan sekilas gambaran penderitaannya kepada kita kondisi emosionalnya Maryam
sangat menderita, yang baik secara fisik maupun emosional. tetapi, Allah juga menunjukkan
bagaimana dia membimbing Maria melewati situasi tersebut. (Hlm 68-69)

Allah menggambarkan trauma ibunda Musa Alaihissalam: hati ibunda Musa menjadi hampa.
sungguh, hampir saja dia mengungkapkan (bahwa bayi itu adalah anaknya), seandainya kami
tidak meneguhkan hatinya agar dia termasuk orang-orang yang beriman kepada janji Allah.
(Quran surat al-qashash [28]: 10). Berpalinglah kepada Allah untuk menumbuhkan hati anda.
berpalinglah kepada Allah agar kepemimpinan itu menyatu utuh kembali, dan bahkan lebih
indah daripada sebelumnya. Allah dapat menyatukan kepingan-kepingan hati anda dan
memperbaikinya dengan emas. Allah telah berjanji bahwa orang beriman akan selalu
dipersatukan kembali dengan orang-orang terkasih yang telah hilang, dalam kehidupan ini
ataupun kehidupan selanjutnya: lalu kami memberikan dia (Musa) kepada ibunya agar
Senang Hatinya kita tidak bersedih, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. ( Qs. Al-Qashash [28] : 13) (hlm 70-71)

Kisah tentang duka cita dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Allah
menyembuhkan hati dengan mengafiri rasa sakit kita, menegaskan bahwa kita dilihat dan
dipahami, dan meyakinkan bahwa siksaan itu bukanlah kesalahan kita, dan bahwa tidak ada
yang dapat mencemarkan atau merendahkan kita karena semua kehormatan hanyalah milik
Allah. (Hlm 72)

Nasihat melalui mengakui rasa sakit, dalam ayat ini, Allah menenangkan dengan mengakui
rasa sakit: dan kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit
disebabkan perkataan yang mereka ucapkan. (Qs. Al-Hijr [15] : 97)

Nasihat dengan melihat dan memahami, dalam ayat ini, Allah menghibur dengan
menegaskan bahwa dia mengetahui dan memahami apa yang Rasulullah alami. Maka jangan
sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati sungguh, kami
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dari apa yang mereka nyatakan. (Qs. Ya sin [36] :
76)
Nasihat dengan menjamin bahwa bukan sang korban yang patut dipersalahkan, dalam ayat
ini, Allah menghibur Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dengan meyakinkannya bahwa
siksaan yang dialaminya bukanlah salahnya ataupun karena sesuatu di dalam
dirinya. Sungguh, kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu
(Muhammad), (Janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan
engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Qs. Al- an'am [6] : 33)

Nasihat melalui jaminan martabat, dalam ayat ini, Allah menghibur dengan memberitahu
bahwa segala kehormatan datangnya hanya dari Allah. dan bahwa, tidak ada yang memiliki
kekuatan untuk mencemari Anda atau mengambil martabat anda karena semua Kehormatan
dan martabat adalah milik Allah: janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. sesungguhnya
kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Qs. Yunus [10] 65) (hlm 73-74)

Langkah pertama untuk penyembuhan adalah: mendiagnosis akar penyebab rasa sakit kita.
Allah berfirman: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs. Al-ra'd [13] 11) (hlm 79)

Alih-alih sibuk menyembunyikan luka. berpura-pura sempurna, dan baik-baik saja karena
takut dan malu terlihat lemah dan terluka. lebih baik gunakan energi tersebut untuk
menyembuhkan luka. trauma yang tidak sembuh akan mempengaruhi segalanya. (Hlm 81)

Salah satu studi di Harvard yang dilakukan oleh dokter Irving Kirsch menemukan bahwa
memperbaiki pola tidur saja dapat memperbaiki kadar depresi sebesar 6 poin pada skala
Hamilton, sementara anti depresan kimia memberikan peningkatan rata-rata hanya 1,8 poin.
ini bukan berarti ketidakseimbangan kimiawi tidak ada; tetapi seringkali pendekatannya
sangat kabur. Bahkan dalam lingkup biologis, ada banyak faktor lain yang dapat
menyebabkan depresi seperti: pola makan yang buruk, khusus bocor, gangguan tidur,
perubahan pasca persalinan, hipotiroidisme, kadar vitamin D rendah, dan kadar B12 rendah.
(Hlm 83)

Beberapa orang percaya bahwa memaafkan berarti membiarkan penganiayaan berlanjut.


pengampunan bukan berarti bersikap pasif terhadap ketidakadilan yang sedang berlangsung.
pengampunan berarti melepaskan apa yang telah terjadi pada masa lalu, sambil menghentikan
ketidakadilan berlanjut ke masa depan. kita bisa melepaskan masa lalu, sambil berupaya
untuk mengubah masa depan. (Hlm 157)

Lepaskan amarah atau keinginan untuk balas dendam, karena anda tahu bahwa Allah akan
mengurusnya, atas nama anda. itulah kebebasan. dan, itulah penyembuhan. (Hlm 158)

Sabar bukan berarti tanpa emosi. ingat Yakub Alaihissalam memiliki shabrun Jamil atau
kesabaran yang indah dan ideal, namun dia juga menangis sampai buta setelah kehilangan
Yusuf Alaihissalam. dan, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berduka setelah
kematian Khadijah radhiyallahu'an serta orang-orang terdekatnya. kesedihan adalah bagian
dari menjadi manusia. dan, proses berduka adalah bagian dari penyembuhan. seringkali,
ketika duka cita atau Kesedihan tidak diproses dengan baik, emosi tersebut akan berubah
menjadi kemarahan yang toksik. emosi yang tidak tersalurkan dapat berubah menjadi toksik.
duka cita bukan Toxic., kesedihan bukan Toxic. namun, duka cita dan kesedihan yang belum
tertuntaskan adalah topik. emosi Ini hanya perlu diselesaikan. Kita perlu merasakannya. kita
harus membawa mereka, untuk keluar, di sisi lain. kita mungkin perlu terapi untuk sembuh.
tapi ketika emosi ditekan, itu bisa meracuni kita, karena berubah menjadi amarah. atau, itu
bisa mengeraskan hati kita. atau, membuat kita mati rasa. seringkali, saat kita sedih, kita tidak
membiarkan diri kita sedih. kita marah karena kita sedih. (Hlm 159)

Dalam proses penyembuhan, kita perlu memberi diri kita sendiri, dan orang lain, izin untuk
merasakan, tanpa penghakiman ataupun perlawanan. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
mengatakan bahwa air mata adalah Rahmat yang ditempatkan di hati orang-orang beriman.
kita harus menerima belas kasih itu. manfaatkan. sembuhkan diri. dan kemudian, bangkit
lagi. (Hlm 160)

Kita mungkin menemukan rasa nyaman palsu dalam ilusi memegang kendali dan dalam
penipuan diri dari mentalitas "aku sanggup melakukan ini". sebenarnya, Tidak seorangpun
"sanggup melakukan ini". kita tidak sanggup melalui apapun sendirian. bahkan, salah satu
doa yang sering diucapkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah: maka janganlah engkau
serahkan aku kepada diriku Meski sekejap mata. sekejap mata bukan waktu yang sangat
lama, Namun makhluk ciptaan terbaik saja memohon agar tidak dibiarkan sendiri, bahkan
untuk sesaat. Kemandirian adalah jebakan yang berbahaya. ketergantungan kepada kekuatan
ilahi adalah jalan menuju penyembuhan. dan, berpaling kepada Allah adalah cara tercepat
untuk sembuh. air mata bukanlah kelemahan, mereka adalah Rahmat. Alquran adalah obat.
doa adalah keselamatan. sujud adalah pemulihan, dan sepertiga malam terakhir adalah ruang
rawat darurat kita. menangislah kepada Allah, dan anda akan sembuh. bersama adalah kepada
Allah, dan dia akan memperbaiki hati anda. tujuan Ujian adalah agar kita kembali kepadanya
dan meminta pertolongan. itulah hakikat maqom kita. dengan berpaling kepada Allah dan
bergantung hanya kepadaNya, ditinggikan derajat Kita bersamanya. (Hlm 164-165)

Kekuatan dukungan sosial juga merupakan bukti betapa pentingnya kita dalam proses
penyembuhan orang lain. ucapan kita dapat membantu menyembuhkan, atau dapat
menghancurkan, orang lain. kita bisa menjadi alat yang berguna, atau senjata yang
mematikan, dalam proses penyembuhan orang lain. (Hlm 166)

Langkah pertama menuju kekuatan emosional adalah memiliki Pengharapan yang realistis
terhadap dunia dan Pengharapan yang positif terhadap Allah. (Hlm 174)

Studi psikologis menemukan bahwa menuliskan hanya tiga hal yang anda syukuri setiap hari,
secara signifikan dapat mengurangi depresi. (Hlm 177)

Kita harus bertanya pada diri sendiri apakah cara berpikir, kebiasaan, atau tindakan tertentu
akan membantu atau justru merugikan. kita harus sadar dan mengambil peran aktif dalam
penyembuhan kita sendiri. Ini adalah bagian dari mengasihi diri. (Hlm 178)

Universitas Harvard melakukan studi longitudinal terpanjang mengenai kebahagiaan. dalam


studi ini, para peneliti mengikuti peserta selama hampir 80 tahun, mengukur tingkat
kebahagiaan mereka, bersama dengan berbagai faktor lain, seperti kekayaan, karir, kesehatan,
serta hubungan. studi tersebut menemukan bahwa hubungan dekatlah yang membuat orang
bahagia sepanjang hidup mereka, melebihi uang ataupun ketenaran. studi lebih lanjut
mendapati bahwa hubungan Kitalah yang membantu kita melindungi dari ketidakpuasan
hidup, menunda penurunan mental secara fisik, dan merupakan prediktor umur panjang dan
bahagia yang lebih baik dibanding kelas sosial, IQ dan, atau bahkan gen. (Hlm 180-181)
"melakukan orang lain sebagaimana anda ingin Tuhan memperlakukan Anda." Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "barang siapa tidak mau berbelas kasih, maka ia tidak
akan mendapatkan belas kasih." (Al-Mu'jam Al-Kabir 3847). (Hlm 184)

Jadi, ketika anda menemukan diri dalam kesulitan atau bahkan jatuh dalam keputusan,
ingatan nikmat Allah atas anda dan semua waktu ketika dia telah menyelamatkan Anda pada
masa lalu. cara ini akan menyembuhkan Anda. memperkuat anda. dan, ini akan
memungkinkan anda untuk berdiri lagi. rasa syukur adalah penangkal depresi serta iri hati,
sekaligus sedang berkah. studi menemukan bahwa orang dengan tingkat rasa syukur yang
lebih tinggi tercatat lebih unggul dalam hal optimisme, pengaruh positif, serta kepuasan
hidup. dalam penelitian psikologi positif, rasa syukur secara kuat dan konsisten diasosiasikan
dengan kebahagiaan yang lebih besar. (Hlm 189)

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mendefinisikan kekuatan dengan sangat berbeda. beliau
bersabda, "perumpamaan orang mukmin adalah ibarat tanaman muda yang segar. dan, dari
arah manapun angin datang ia menekuk, tetapi Ketika angin menjadi tenang, ia lurus kembali.
demikian pula, seorang mukmin ketika tertimpa musibah (namun dia tetap bersabar sampai
Allah menghilangkan kesulitannya.) dan perumpamaan orang fasik itu seperti pohon pinus
yang tetap Kukuh dan lurus sampai Allah menebang atau (memecahkannya) kapan saja dia
kehendaki. (Shahih Al-Bukhari 5644) (hlm 200)

Kekuatan berasal dari kelembutan batin, bukan kekerasan. (Hlm 201)

Seringkali, kita hanya lebih menyakiti diri sendiri dengan menolak ketetapan Allah. ketika
Allah menunjukkan kepada kita kekuatannya, kita harus menanggapi dengan patuh dan
menerima. bukan melawan. (Hlm 202)

Satu-satunya cara untuk selamat dari badai adalah dengan menerima bahwa badai itu ada, lalu
mencari perlindungan. (Hlm 203)

Terkadang, tujuan dari ujian tadi adalah untuk mendorong kita meminta bantuan kepada
Tuhan. tujuan utama dari badai adalah untuk mendorong kita ke tempat perlindungan. tempat
perlindungan Allah. untuk berpaling kepadanya dalam kebutuhan total serta kerendahan diri.
(Hlm 204)

Ketika cara kita bertindak atau tidak bertindak ditentukan oleh pendapat dan penilaian orang
lain, itu berarti kita menyembah opini orang lain. dan, tidak ada yang lebih zalim daripada
menyembah sesuatu yang berubah-ubah dan tidak berdasar seperti penilaian orang lain. kita
hanya akan terseret kemana-mana dan hancur. (Hlm 214)

Ketika secara konsisten dibersihkan dari noda dosa, hati dapat berfungsi dengan cara yang
sehat. hati adalah lensa. jika lensanya kotor, ia akan melihat dunia dengan cara yang
menyimpang. dia akan melihat dunia sebagai tempat yang gelap dan tidak akan bisa
membedakan mana yang benar dan salah. saat lensa berkabut, penglihatan pun jadi berkabut.
Kita harus membersihkan lensa agar penglihatan batin kita bisa jernih. dan, tajam. Allah
berfirman: Tidakkah mereka berjalan di bumi sehingga hati mereka dapat memahami atau
telinga mereka dapat mendengar? sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta ialah hati yang berada dalam dada. (Qs. Al-hajj [22] : 46) hati juga merupakan tempat
kita terhubung dengan Allah. jika hati tidak bersih, hubungan kita dengan Allah akan
tercemar. cara paling ampuh untuk melepaskan dendam adalah dengan merelakan dan
membiarkan Tuhan yang mengurus. temukan kedamaian dalam pengetahuan bahwa Allah
melihat segala Dan Dia Maha Adil. temukan kedamaian dalam pengetahuan bahwa Tuhan
akan memberi Anda keadilan. jadi anak, bersihkan hati anda dan jangan berikan ruang di
dalam diri anda kepada mereka yang telah menyakiti anda. (Hlm 224-225)

Salah satu cara yang paling penting untuk menjaga hati dan menjaga proses penyembuhan
adalah dengan menjaga gerbang menuju hati: mata, telinga, dan lidah. konon, "Kau adalah
apa yang kau makan." ini juga berlaku untuk makanan jiwa. hati dan jiwa kita akan menjadi
produk dari segala yang kita terima melalui mata dan telinga, serta yang kita tunjukan dengan
lidah. Selain itu, sesuatu yang kita lihat, dengar, dan ucapkan akan berefek menjadi titik
fokus kita. itu akan tumbuh di hati kita. (Hlm 249)

Setan menggunakan taktik yang sama dengan anak-anak Adam. misalnya, sebelum kita
berbuat dosa, setan akan meyakinkan kita bahwa dosa itu kecil sementara ampunan Allah
besar. kemudian setelah kita berbuat dosa, setan akan meyakinkan kita untuk berhenti
berharap karena dosanya terlalu besar dan ampunan Allah selalu kecil. ketika kita melewati
kesulitan, setan akan meyakinkan kita bahwa itu karena Allah marah atau membenci kita
karena. ia ingin membuat kita berhenti mencoba. untuk melepaskan harapan. untuk
membenci diri kita sendiri. tenggelam dan merasa malu dan rasa membenci diri atau ia akan
memperdaya kita melalui kesombongan. (Hlm 258)

Hati itu ditakdirkan untuk tetap lembut. dan semakin lembut hati, semakin tangguh pula
dirinya. (Hlm 259)

Kebanyakan orang tidak mampu menjaga ucapannya dan akhirnya menyakiti orang lain
melalui ucapan tersebut. Dalam firman Allah: dan sungguh, kami mengetahui bahwa dadamu
menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan jadilah engkau diantara orang-orang yang bersujud. (Qs. Al-Hijr [15] : 97-98)
(hlm 276)
Penting juga untuk merenungkan apa yang menyebabkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
susah seperti yang dijelaskan dalam ayat ini. bukan perang atau serangan fisik penyebabnya,
melainkan kata-kata. hanya kata-kata. dan, itulah kekuatan kata-kata. ucapan dapat
membangun kembali dan menyembuhkan, tapi juga bisa menghancurkan. dan, mematahkan.
inilah sebabnya dalam Islam amalan lidah begitu berat. (Hlm 277)

Kebanyakan orang memaknai agama secara terbalik. sebagian besar hanya fokus pada ritual,
tetapi mengabaikan pentingnya cara kita memperlakukan orang lain. dan, ini dimulai dari
keluarga kita sendiri. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "orang mukmin yang
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu adalah
orang yang paling baik kepada istrinya." (Jami Al-Tirmidzi 1162) dalam hadis ini, Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam telah menetapkan kriteria keagungan: akhlak atau karakter, dan
terutama Bagaimana cara kita memperlakukan keluarga kita sendiri. Namun, Kebanyakan
orang memaknainya secara terbalik. kita salat dan berpuasa. kita menghabiskan waktu di
masjid dan memakai pakaian Islami. kita berdebat tentang cara menyembelih sembelihan
yang benar. dan pada saat yang sama, kita bersikap buruk terhadap keluarga kita. dan,
terhadap orang lain. ucapan memiliki kekuatan besar. pertimbangkan cara Allah
menggambarkan kekuatan dari pernyataan lisan: ingatlah ketika kamu menerima (berita
bohong) itu dari mulut ke mulut, dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu
ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu
soal besar. (Qs. Al-Nur [24] : 15) (hlm 278)

Ketika kita membantu orang lain, Tuhan sendiri membantu kita. salah satu rute tercepat untuk
mendapatkan pertolongan dan kemenangan Allah adalah dengan membantu orang lain. saat
kita kesakitan, Jalan kuat tercepat dari rasa sakit itu adalah dengan mengangkat rasa sakit dari
orang lain. ini adalah prinsip Ilahi: cara kita memperlakukan orang lain digaungkan dalam
cara Tuhan memperlakukan kita. maka, kita harus mencari pertolongan Allah dan berbuat
baik terhadap makhlukNya. baik dalam kata-kata maupun dalam tindakan kita. (Hlm 281)

Tidak diragukan lagi, dosa lebih baik di hadapan Allah dan lebih mungkin membawa
keselamatan daripada orang yang membanggakan diri, memandang rendah orang lain, dan
yang berpikir bahwa dia sedang beramal baik kepada Allah. (Hlm 294)

Rasa takut entah akan mendorong kita keluar, panik, menahan diri, dan melawan. atau, akan
mendorong kita ke dalam untuk mencari perlindungan, keheningan, keselamatan, dan
Kedamaian. (Hlm 295)

Rumus penyembuhan ala nabi yang pertama berpaling kepada Allah semata. yang kedua
bersikap jujur. yang ketiga Memiliki harapan. yang keempat mengambil tindakan tanda. yang
kelima melapangkan dada dan meneguhkan hati. Berpaling kepada Allah semata: Allah
adalah sumber utama pertolongan, kenyamanan, dan penyembuhan. jika kita beralih kepada
selain Allah dengan sepenuh hati, kita hanya akan lebih menderita. dan, kita akan lanjut
menderita sampai kita berhenti dan berbalik arah. dan kembali kepada Allah. bersikap jujur
tanpa baju pelindung: tidak ada penyembuhan tanpa bersikap jujur terhadap diri sendiri dan
Tuhan. Bagaimana kita bisa menyembuhkan luka jika kita menutupinya dan berpura-pura
luka itu tidak ada? kita harus bisa melepas baju pelindung dan topeng kita dan Bersikap apa
adanya terhadap diri sendiri dan Tuhan. Ayub Alaihissalam tidak berpura-pura. dia jujur
tentang rasa sakitnya. dia berseru: "aku telah ditimpa kesengsaraan.". Yakub alaihi salam juga
bersikap sedemikian jujur tentang rasa sakitnya. dia berteriak: "aku hanya mengeluhkan
penderitaan dan kesedihanku kepada Allah." dia mengakui kesedihannya pada dirinya sendiri
dan Tuhan. Hlm 319-321)
Karakter lahir dari ombak, dari jenis yang menghancurkan. (Hlm 333)

Para pahlawan tidak dikenal berkat trofit trofi yang mereka dapatkan. mereka dikenal oleh
bekas luka mereka. (Hlm 334)

Anda mungkin juga menyukai