Tugas 1
Tugas 1
PANCASILA
IDEOLOGI NEGARA, NASIONAL DAN BANGSA
Disusun Oleh :
Aidil Nur Rezki
Stb. F 231 22 002
Kelas A
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan...................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
Bab 2 Pembahasan...................................................................................................2
Bab 3 Kesimpulan....................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................10
ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bagi suatu bangsa dan negara ideologi adalah wawasan, pandangan hidup
atau falsafah kebangsaan dan kenegaraan. Oleh karena itu ideologi mereka
menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk apa mereka menjadi
satu bangsa dan mendirikan negara. Sejalan dengan itu ideologi adalah landasan
dan sekaligus tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
mereka dengan berbagai dimensinya.
Sebagaimana diketahui ada berbagai hal atau faktor yang dapat melahirkan
dan mengembangkan persepsi, sikap dan tingkah laku yang tidak wajar, kurang
sehat atau keliru tentang suatu ideologi. Salah satunya adalah ketika seseorang
atau suatu golongan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan memaksakan
persepsinya sebagai persepsi yang paling benar. Biasanya motif atau tujuan utama
dari pemaksaan persepsinya itu adalah untuk melestarikan kekuasaannya dan
memenangkan kepentingannya
1
1.3 Tujuan
Bab 2 Pembahasan
2.1 Definisi Umum
Ideologi berasal dari kata idea, berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
ide-ide dasar, atau cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi
berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide, atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar.
2
kelompok. Ideologi memiliki beberapa jenis, diantaranya: Komunisme,
Anarkisme, Nasionalisme, Kapitalisme, Demokrasi, Sosialisme, Liberalisme,
Konservatisme, Komunitarianisme, Nazisme, Libertanianisme, Monarkisme,
Fasisme. Ideologi adalah sesuatu yang sangat penting untuk keberlangsungan
hidup suatu golongan ataupun suatu bangsa karena ideologi adalah pedoman,
memberi kejelasan identitas suatu negara serta inspirasi akan cita-cita dan
pendorong dalam tujuan masyarakat.
Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf
Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa
pendapat tersebut antara lain:
3
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata
dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka
oleh kekuasaan berdaulat.
Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 . Bangsa (nation)
atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham kebangsaan,
semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep
yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan
Antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut.
Selain istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah
nasional, nasionalisme yang diturunkan dari kata asing “nation” yang bersinonim
dengan kata bangsa.
4
b. Satu kesatuan daerah ;
5
diambil dalam proses pemerintahan (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).
Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila merupakan ajaran, doktrin,
teori dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya, disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan pelaksanaan
yang jelas. Abdurrahman Wahid (1991:163) menyatakan Pancasila sebagai
falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus diikuti dalam
menyusun undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan
kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-
lembaga dan perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini.Sedangkan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia (Kaelan, 2010 :40-41) memiliki
konsekuensi segala peraturan perundang-undangan dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila. Dengan lain perkataan Pancasila merupakan sumber hukum dasar
Indonesia, sehingga seluruh peraturan hukum positif Indonesia diderivasikan atau
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Kemudian Pancasila sebagai dasar kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia
(Kaelan, 2010 :39). Maksudnya bahwa asal nilai (kausa materialis) Pancasila
adalah bangsa Indonesia sendiri. Konsekuensinya ciri khas sifat, serta karakter
bangsa Indonesia tercermin dalam sistem nilai filsafat Pancasila. Sebagai sistem
nilai, maka susunan Pancasila (1) bersifat hierarkhis dan berbentuk Piramidal, (2)
bersifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi (Kaelan, 2010 :10-12).
Susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, intinya bahwa urut-urutan lima sila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan
pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya.
6
hubungannya saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Tiap-tiap sila
mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya.
Rumusannya sebagai berikut:
2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan,
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima : Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan. Perumusan di atas urut-
urutannya merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Jika urutannya tidak
demikian yakni terpecah-pecah dan tidak ada ada sangkut paut antara sila yang
satu dengan yang lainnya,maka sesungguhnya tidak ada Pancasila, sehingga tidak
dapat dipergunakan sebagai asas kerokhanian bagi negara.
7
2.3 Ideologi Nasional
8
Bab 3 Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
9
Daftar Pustaka
Abdurahman Wahid.1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan
Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan Terhadap Tuhan YME, dalam
Alfian & Oetojo Oesman, eds. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,
Jakarta : BP-7 Pusat.
10