Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1

PANCASILA
IDEOLOGI NEGARA, NASIONAL DAN BANGSA

Disusun Oleh :
Aidil Nur Rezki
Stb. F 231 22 002
Kelas A

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
Kata Pengantar
Alhamdulliah, Puji Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Makalah ini membahas tentang IPTEKS dalam Islam.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua

Palu, 02 Maret 2023

Aidil Nur Rezki

i
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

Bab 2 Pembahasan...................................................................................................2

2.1 Definisi Umum...............................................................................................2

2.1.1 Definisi Ideologi......................................................................................2

2.1.2 Definisi Bangsa dan Negara....................................................................3

2.1.3 Definisi Nasional.....................................................................................4

2.2 Ideologi Negara dan Bangsa...........................................................................5

2.3 Ideologi Nasional...........................................................................................8

Bab 3 Kesimpulan....................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................10

ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Bagi suatu bangsa dan negara ideologi adalah wawasan, pandangan hidup
atau falsafah kebangsaan dan kenegaraan. Oleh karena itu ideologi mereka
menjawab secara meyakinkan pertanyaan mengapa dan untuk apa mereka menjadi
satu bangsa dan mendirikan negara. Sejalan dengan itu ideologi adalah landasan
dan sekaligus tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
mereka dengan berbagai dimensinya.

Dari semua definisi yang dikemukakan tersebut kita mengetahui bahwa


ideologi itu berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang
bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu
masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka. Melalui
rangkaian atau sistem nilai dasar itu mereka mengetahui bagaimana cara yang
paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam
bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan dan
membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.

Sebagaimana diketahui ada berbagai hal atau faktor yang dapat melahirkan
dan mengembangkan persepsi, sikap dan tingkah laku yang tidak wajar, kurang
sehat atau keliru tentang suatu ideologi. Salah satunya adalah ketika seseorang
atau suatu golongan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan memaksakan
persepsinya sebagai persepsi yang paling benar. Biasanya motif atau tujuan utama
dari pemaksaan persepsinya itu adalah untuk melestarikan kekuasaannya dan
memenangkan kepentingannya

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ideologi, Negara, Nasional dan Bangsa?


2. Bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Negara?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Nasional?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Bangsa?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ideologi, Negara, Nasional


dan Bangsa?
2. Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Negara?
3. Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Nasional?
4. Untuk mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan Ideologi Bangsa?

Bab 2 Pembahasan
2.1 Definisi Umum

2.1.1 Definisi Ideologi

Ideologi berasal dari kata idea, berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
ide-ide dasar, atau cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi
berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide, atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar.

Ideologi merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diyakini


sebagai kebenaran oleh beberapa orang atau beberapa kelompok. Ideologi sendiri
terdiri dari perangkat-perangkat keyakinan ke arah berbagai organisasi dan proses
masyarakat. Ideologi tidak hanya memberikan gambaran dunia kepada
penganutnya, tetapi juga memberikan pemahaman/nilai yang benar tentang dunia
sebagaimana adanya dan seharusnya. Dalam konsep netral ideologi juga dapat
dilihat sebagai sistem pemikiran, sistem keyakinan ataupun sistem simbol yang
berhubungan dengan tindakan sosial dan praktik politik. Menurut Karl Marx
sendiri ideologi adalah ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama struktur
kekuasaan, sedemikian rupa, sehingga orang menganggapnya sah. Ideologi
melayani kepentingan kelas berkuasa karena memberikan legitimasi kepada suatu
keadaan yang sebenarnya tidak memiliki legitimasi (Sobur, 2013:212).

Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ideologi


merupakan suatu ide/gagasan yang disusun dengan sistematis dan gagasan ini
diyakini kebenarannya serta dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari suatu

2
kelompok. Ideologi memiliki beberapa jenis, diantaranya: Komunisme,
Anarkisme, Nasionalisme, Kapitalisme, Demokrasi, Sosialisme, Liberalisme,
Konservatisme, Komunitarianisme, Nazisme, Libertanianisme, Monarkisme,
Fasisme. Ideologi adalah sesuatu yang sangat penting untuk keberlangsungan
hidup suatu golongan ataupun suatu bangsa karena ideologi adalah pedoman,
memberi kejelasan identitas suatu negara serta inspirasi akan cita-cita dan
pendorong dalam tujuan masyarakat.

2.1.2 Definisi Bangsa dan Negara

Suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan


mempunyai kesamaan bahasa, agama, budaya, dan sejarah. Dalam pengertian
lainnya, bangsa adalah sekelompok manusia yang dipersatukan karena memiliki
persamaan sejarah dan cita-cita yang mana mereka terikat di dalam satu tanah air.
Sedangkan, pengertian bangsa dalam arti sosiologis/antropologis adalah
perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan bersama dalam suatu wilayah Sedangkan, dalam arti politis Pengertian
Bangsa adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk pada
kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.

Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam


mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup
berbagai kehidupan. Dasar Negara yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila,
nilai-nilai luhur yang terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh
sebelum Indonesia merdeka. Secara historis pengertian Negara senantiasa
berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat ini.

Pengertian tentang Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf
Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa
pendapat tersebut antara lain:

a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas


keluarga dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang
sempurna dan berkecukupan.

3
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata
dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka
oleh kekuasaan berdaulat.

c. Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad


Zubaidi, 2007), negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

d. Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah


asosiasa yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah
berdasarkan sistem hukum diselenggarakan oleh pemerintah diberi
kekuasaan memeksa.

e. Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang


rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari
warganya untuk ketaatan melalui kekuasaan yang sah.

2.1.3 Definisi Nasional

Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 . Bangsa (nation)
atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham kebangsaan,
semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep
yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan
Antropologi pun sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut.
Selain istilah bangsa, dalam bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah
nasional, nasionalisme yang diturunkan dari kata asing “nation” yang bersinonim
dengan kata bangsa.

Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mendefinisikan


istilah bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap aktual hingga saat
ini. Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan “nation”,
artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur
sebagai berikut :

a. Satu kesatuan bahasa ;

4
b. Satu kesatuan daerah ;

c. Satu kesatuan ekonomi ;

d. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;

e. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

2.2 Ideologi Negara dan Bangsa

Ideologi negara merupakan perkembangan dari ideologi bangsa.


Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1991:163), menyatakan Pancasila sebagai
ideologi bangsa artinya setiap warga negara Republik Indonesia terikat oleh
ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima.
Kadang-kadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi Pancasila sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010: 30-31). Pancasila sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dimaksdukan bahwa Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia,
namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta
nilai-nilai relegius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang merupakan
materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asala bahan)
Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan
oleh para pendiri negara. Sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara
dan ideologi bangsa dan negara Indoensia.

Pembukaan UUD 1945, menyatakan bahwa Pancasila adalah dasar negara.


Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh
penyelengaraan negara Republik Indonesia. Dengan kata lain Pancasila
merupakan Dasar Falsafah Negara atau Ideologi Negara, karena memuat norma-
norma yang paling mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-
bentuk penyelenggaraan negara serta kebijaksanaan- kebijaksanaan penting yang

5
diambil dalam proses pemerintahan (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).
Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila merupakan ajaran, doktrin,
teori dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya, disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan pelaksanaan
yang jelas. Abdurrahman Wahid (1991:163) menyatakan Pancasila sebagai
falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus diikuti dalam
menyusun undang-undang dan produk hukum yang lain, dalam merumuskan
kebijakan pemerintah dan dalam mengatur hubungan formal antar lembaga-
lembaga dan perorangan yang hidup dalam kawasan negara ini.Sedangkan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia (Kaelan, 2010 :40-41) memiliki
konsekuensi segala peraturan perundang-undangan dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila. Dengan lain perkataan Pancasila merupakan sumber hukum dasar
Indonesia, sehingga seluruh peraturan hukum positif Indonesia diderivasikan atau
dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Kemudian Pancasila sebagai dasar kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia
(Kaelan, 2010 :39). Maksudnya bahwa asal nilai (kausa materialis) Pancasila
adalah bangsa Indonesia sendiri. Konsekuensinya ciri khas sifat, serta karakter
bangsa Indonesia tercermin dalam sistem nilai filsafat Pancasila. Sebagai sistem
nilai, maka susunan Pancasila (1) bersifat hierarkhis dan berbentuk Piramidal, (2)
bersifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi (Kaelan, 2010 :10-12).
Susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, intinya bahwa urut-urutan lima sila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan
pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya.

Dalam susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, maka Ketuhanan yang


Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan
keadilan sosial. Sebaliknya Ketuhanan yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan
Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial, demikian selanjutnya,
sehingga tiaptiap sila di dalamnya mengandung sila-sila yang lain. Kemudian
susunan Pancasila dalam hierarkhis pyramidal dapat dirumuskan dalam

6
hubungannya saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Tiap-tiap sila
mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya.
Rumusannya sebagai berikut:

1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang


berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusywaratan/perwakilan, yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan,
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan Yang


Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, , yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan,
yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusywaratan/perwakilan adalah kerakyatan berketuhanan Yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila kelima : Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan. Perumusan di atas urut-
urutannya merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Jika urutannya tidak
demikian yakni terpecah-pecah dan tidak ada ada sangkut paut antara sila yang
satu dengan yang lainnya,maka sesungguhnya tidak ada Pancasila, sehingga tidak
dapat dipergunakan sebagai asas kerokhanian bagi negara.

7
2.3 Ideologi Nasional

Ideologi nasional mencakup ideologi negara dan ideologi yang


berhubungan dengan pandangan hidup bangsa. Ideologi nasional bangsa
Indonesia tercermin dan terkandung dalam pembukaan Undang-undang Dasar
atau UUD 1945, yaitu ideologi perjuangan. Ideologi perjuangan sarat akan jiwa
dan semangat perjuangan bangsa untuk mewujudkan negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Makna Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional fungsinya identik dengan Pancasila sebagai
ideologi negara yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, tetapi titik berat
nasionalnya adalah pada kebangsaan.

Pancasila sebagai ideologi nasional mencerminkan seperangkat nilai


terpadu dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Pancasila menjadi tata nilai
yang digunakan sebagai acuan di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Bangsa Indonesia sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi nasional
merupakan titik temu, rujukan bersama, kesepakatan bersama, dan nilai integratif
bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan inilah yang dipertahankan dan dikembangkan
dalam kehidupan bangsa Indonesia yang plural atau memiliki keanekaragaman
dalam banyak aspek kehidupan. Dengan demikian, makna yang terkandung dalam
Pancasila sebagai ideologi nasional adalah: Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan negara. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama. Oleh
karena itu, Pancasila menjadi salah satu sarana pemersatu masyarakat Indonesia.

8
Bab 3 Kesimpulan
3.1 Kesimpulan

Ideologi negara hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil


perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-
ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat,
nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai relegius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Lalu ideologi bangsa
artinya setiap warga negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan
yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima. Kemudian ideologi
nasional mencerminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan politik bangsa
Indonesia

9
Daftar Pustaka
Abdurahman Wahid.1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan
Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan Terhadap Tuhan YME, dalam
Alfian & Oetojo Oesman, eds. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam
Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,
Jakarta : BP-7 Pusat.

Soerjanto Poespowardojo.1991. Pancasila Sebagai Ideology Ditinjau Dari Segi


Pandangan Hisup Bersama, dalam Alfian & Oetojo Oesman, eds. 1991.
Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat.

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta,


2020.

Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, Dikdik Baehaqi Arif. IDENTITAS


NASIONAL. Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional 2012
BAHAN AJAR

Mahkamah konstitusi. Modul Pancasila Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan


Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara

10

Anda mungkin juga menyukai