Makalah Pak
Makalah Pak
KELOMPOK 4
Penyusun:
Flora Agatha Griselda
Jessica Sugiarto Effendy
Charlene Regine Sienatra
Anggota:
Ainsley Carita Soewandi
Yohana Fransisca Virline Wijaya
Tirza Heavem
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam perspektif Kristen yang terinspirasi oleh ajaran Alkitab, individualisme diakui
sebagai suatu aspek kebebasan pribadi, namun ditempatkan dalam konteks kebersamaan dan
kasih. Kisah-kisah dalam Alkitab, khususnya ajaran Yesus, menekankan pentingnya
persekutuan dan kekeluargaan. Berkumpul bersama memunculkan hadirat Allah dan
menciptakan keharmonisan di antara kelompok. Sayangnya, nilai-nilai kekeluargaan ini
sering kali terkikis oleh arus budaya modern yang semakin cenderung menuju
individualisme, terutama di era teknologi ini yang memunculkan isolasi sosial, terutama di
kalangan remaja.
Dampak individualisme, baik positif maupun negatif, muncul dalam dinamika
hubungan sosial. Orang yang cenderung individualis mungkin memiliki ego yang tinggi dan
kesulitan dalam bersosialisasi, tetapi di sisi lain, mereka seringkali memiliki kecerdasan
tinggi dan kemampuan intrapersonal yang kuat. Hal ini menciptakan paradoks di mana
kemampuan interpersonal menurun sementara kemampuan intrapersonal meningkat. Kendati
demikian, penting bagi seorang Kristen untuk mengendalikan intensitas individualisme agar
tidak berujung pada isolasi sosial yang merugikan, sambil tetap memegang nilai-nilai kasih,
kepedulian, dan kekerabatan.
Sebagai refleksi Kristiani terhadap individualisme, perlu diingat bahwa seorang
remaja yang tumbuh dewasa harus mampu bergantung kepada dirinya sendiri dan Allah tanpa
melupakan kasih dan kepedulian terhadap sesama. Sementara individualisme dapat
membentuk karakter yang mandiri, keberadaan dalam masyarakat dan menjaga kekerabatan
tetaplah nilai-nilai yang dihargai. Dalam menghadapi arus individualisme yang semakin kuat,
pesan Kristen mengajak untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara kemandirian dan
ketergantungan pada nilai-nilai keagamaan yang mendalam.