Anda di halaman 1dari 9

NAMA : YULIA NUR ‘AENI

NIM : 049541347

PRODI : ILMU HUKUM

UPBJJ : SEMARANG

TUGAS 1

1. Administrasi pertanahan adalah suatu usaha dan manajemen yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertanahan dengan mengerahkan
sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Menurut analisis saudara, apakah administrasi pertanahan dapat
mencegah dan menyelesaikan terjadinya konflik dalam agraria ?

Jawab :

Adminitrasi pertanahan dapat sekali mencegah dan menyelesaikan konflik dalam


masalah agraria , Hak atas tanah pada hakekatnya merupakan hubungan hukumantara
orang (termasuk badan hukum) dengan tanah, dimanahubungan hukum tersebut
memperoleh perlindungan hukum.

Tujuan dari hak atas tanah adalah untuk memberikan kepastian hukum terhadap
hubungan hukum tersebut, sehingga pemegang hak dapat menjalankan kewenangan/isi
hak tanahnya dengan aman.

Selain aspek-aspek pendukung penyelesaian konflik di atas, yang penting ialah bukan
caranya, melainkan pemah aman tentang sumber, asas ketentuan, serta penerapan asas
dan ketentuan tersebut dalam menyelesaikan konflik/sengketa. Selanjutnya, kebijakan
danproduk hukum pertanahan di kabupaten/kota yang bersifat lintas sektoral dan
partisipatif harus dikaji ulang secara berkala. Semuaitu dilakukan dengan tetap
mengedepankan prinsip kehati-hatian, prinsip penghormatan terhadap hak-hak
atastanah, danprinsip
Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang,
dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak
memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana
denda.

2. Kebijakan manajemen pertanahan merupakan peraturan peraturan yang mengatur


kepentingan dan pola interaksi sosial berkenaan dengan penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Untuk itu pemanfaatan tanah harus sesuai dengan
rencana tata ruang dan tata wilayah. Apa akibat hukum jika mendirikan bangunan
namun tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah ?’

Jawab :

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.Rencana tata ruang merupakan hasil perencanaan
tata ruang. Perencanaan tata ruang yaitu suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:

- rencana umum tata ruang; dan

- rencana rinci tata ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana tata ruang wilayah (“RTRW”) yang Anda sebutkan merupakan bagian dari
Rencana Umum Tata Ruang.

Rencana Umum Tata Ruang terdiri dari:

a. RTRW Nasional;
b. RTRW provinsi; dan

c. RTRW kabupatendan RTRW kota.

RTRW memuat program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang


tersebut dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumberdaya alam lain.

Mengenai RTRW diatur lebih rinci dalam peraturan masing-masing daerah seperti
contohnya di Jakarta yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota
Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 TentangRencana Tata Ruang Wilayah 2030 (“Perda RTRW
DKI Jakarta”).

Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang merupakan bagian dari penataan ruang, tujuan
pengendalian pemanfaatan ruang adalah untuk mewujudkan tertib pemanfaatan
ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui: penetapan peraturan
zonasi, perizinan,pemberian insentif dan disinsentif,serta pengenaan sanksi

Peraturan zonasi disusun untuk setiap zona pemanfaatan ruang.Peraturan zonasi berisi
ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang
yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau,
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempa dan bangunan),
penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk
mewujudkanruang yang aman, nyaman, produktif, danberkelanjutan.

Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang


sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.
Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah danpemerintah daerah
sesuai dengan kewenangan nya masing-masing.
Setiap pejabatp emerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai denganrencana tata ruang.

Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Izin pemanfaatan ruang yang
dikeluarkan dan/atau di peroleh dengan tidakmelalui prosedur yang benar, batal demi
hukum.

Insentif adalah perangkat atau upayau ntukmemberikan imbalan terhadap pelaksanaan


kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewaruang, dan urun
saham;

b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swastadan/atau pemerintah daerah.

Disinsentif yaitu perangka tuntuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi


kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tataruang, berupa:

a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Kewajiban Setiap Orang dalam Pemanfaatan Ruang

Menjawab pertanyaan Anda soal pelanggaran RTRW, hal ini berkaitan dengan kewajiban
setiap orang dalam pemanfaatan ruang.

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;


b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-


undangan di nyatakan sebagai milik umum

Sanksi Jika Melanggar Rencana Tata Ruang

Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang.


Pengenaan sanksi dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pengenaan
sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan
perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang
berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi
dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanks ipidana
penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

Setiap orang yang melanggar kewajiban dalam pemanfaatan ruang, dikenai sanksia
dministratif.

Sanksi administratif dapat berupa:

- peringatan tertulis;

- penghentian sementara kegiatan;

- penghentian sementara pelayanan umum;

penutupan lokasi;
- pencabutan izin;

- pembatalan izin;

- pembongkaran bangunan;

- pemulihan fungsi ruang; dan/atau

- denda administrati

Sanksi pidana bagi orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang adalah pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyakRp. 500 juta.

Jika tindak pidana tersebut mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.5 miliar. Jika mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar.

Dasar hukum:

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

2. Peraturan Daerah Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2012


Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030

3. Aturan pertanahan di Indonesia mencakup berbagai macam hak atas tanah. Hak-hak
tersebut tersebar luas di berbagai peraturan. Akan tetapi, tetap yang utama untuk
diketahui adalah hak-hak atas tanah yang langsung diatur di UUPA. Pasal 16 Ayat (1)
UUPA menyatakan bahwa terdapat hak-hak atas tanah antara lain sebagai berikut: hak
milik; hak guna usaha; hak guna bangunan; hak pakai; hak sewa; hak membuka tanah;
dan hak memungut hasil hutan. Selain itu, diakui pula hak-hak lain yang diatur pada
peraturan lain dan hak lain yang memiliki sifat sementara. Negara juga mengatur
mengenai hak ulayat. Menurut analisis saudara, bagaimanakah konsep pengaturan
mengenai hubungan hak ulayat masyarakat hukum adat dengan hak menguasai negara?
Jawab:

1. UUPA tidak memberikan kriteria mengenai ek- sistensi hak ulayat itu. Namun, dengan
mengacu pada pengertian-pengertian fundamental tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa
kriteria penentu masih ada atau tidaknya hak ulayat harus dilihat pada tiga hal yakni:

a. Adanya masyarakat hukum adat yang me- menuhi ciri-ciri tertentu sebagai subyek
hak ulayat.
b. Adanya tanah/wilayah dengan batas-batas tertentu, sebagai lebensraum yang
merupa- kan obyek hak ulayat.
c. Adanya kewenangan masyarakat hukum adat untuk melakukan tindakan-tindakan
tertentu.
Dipenuhinya ketiga persyaratan tersebut secara kumulatif, kiranya cukup obyektif
sebagai kriteria penentu masih ada atau tidaknya hak ulayat, sehingga
misalnya, walaupun ada masyarakat hukum dan ada tanah atau wilayahnya, namun
apabila masyarakat hukum tersebut sudah tidak mempunyai kewenangan untuk
melakukan tiga tindakan tersebut, maka hak ulayat dapat dikatakan sudah tidak ada
lagi. Peme- nuhan kriteria tersebut sesuai dengan rasa keadilan berdasarkan dua hal.
Di satu pihak, bila hak ulayat memang sudah menipis atau sudah tidak ada lagi
hendaknya hal ini menjadi kesadaran bersama, bahwa sebetulnya secara sosiologis
masyarakat hukum adat telah ditingkatkan menjadi bangsa Indonesia. Di pi- hak lain,
bila memang hak ulayat dinilai masih ada maka harus diberikan pengakuan atas hak
tersebut di samping pembebanan kewajibannya oleh negara.

2. UUPA tidak ada pengaturan dalam bentuk pe- raturan perundangan mengenai hak
ulayat, dan membiarkan pengaturannya tetap berlangsung menurut hukum adat setempat.
Mengatur hak ulayat menurut para perancang dan pembentuk UUPA akan berakibat
menghambat perkemban- gan alamiah hak ulayat, yang pada kenyataannya memang
cenderung melemah. Kecenderungan tersebut dipercepat dengan membikin bertambah
kuatnya hak-hak individu, melalui pengaturannya dalam bentuk hukum yang tertulis dan
penyelen- ggaraan pendaftarannya yang menghasilkan su- rat-surat tanda pembuktian
haknya.

Melemahnya atau bahkan menghilangnya hak ulayat, diusahakan penampungannya dalam


rangka pelaksanaan hak menguasai dari negara, yang mencakup dan menggantikan
peranan ke- pala adat dan para tetua adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan
dalam hubungannya den- gan tanah-tanah yang sudah dihaki secara indi- vidual oleh para
warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan, seperti halnya tanah-tanah di daerah-
daerah lain.

Masyarakat yang selama ini menguasai tanah atas dasar hukum adat merasa bahwa
tanah yang dikuasai tersebut secara ulayat harus didaftar pa- dahal hak ulayat pun tidak
akan didaftar. UUPA tidak memerintahkan pendaftarannya, dalam PP No. 24 Tahun
1997 hak ulayat secara sadartidak dimasukkan dalam golongan obyek pendaftaran
tanah. Selama ini masyarakat tidak memahami hak-hak apa saja yang didaftar dan
bagaimana prosedur pendaftaran tanah.

Sumber:
- https://mediaindonesia.com/opini/249995/penyelesaian-konflik-agraria
- https://www.hukumonline.com/klinik/a/sanksi-jika-melanggar-rencana-tata-ruang-
wilayah-lt58058fd9e0ccc
- Adimihada Kusnaka, Kearifan Lokal Komunitas Da- pat MengelolaSumberDayaAgraria,
JurnalAnalisisSosial, Vol 6 2 Juli 2001, Bandung: 2001.

Anda mungkin juga menyukai