Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NOVITA PUTRI HARTANTI

NIM : 049530193
PRODI : ILMU HUKUM
UPBJJ : SEMARANG

TUGAS 2
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Contoh kasus 1

JAKARTA — Upaya Sanny Suharli, Chairman Professtama Development Group, mencari


titik terang kasusnya dengan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk. berlanjut. Otoritas Jasa
Keuangan akan memfasilitasi pertemuan antara Sanny Suharli sebagai nasabah Bank
Ekonomi dengan dua petinggi bank yang telah berganti nama jadi PT Bank HSBC
Indonesia. Sanny Suharli berkirim surat ke OJK untuk meminta lembaga pengawas
perbankan itu memfasilitasi pertemuan dirinya dengan Presdir Bank Ekonomi Anthony
Turner dan Gimin Sumalim selaku direktur. Pegawai Bagian Hubungan Masyarakat OJK,
Rusdi Syarief, mengatakan surat permintaan mediasi yang dilayangkan Sanny sudah
diterima. Selanjutnya, surat tersebut diserahkan kepada departemen perlindungan
konsumen OJK.

Sumber: http://bit.ly/AppsBisniscomPS

Pertanyaan:
Menurut analisa anda, apakah kasus diatas, nasabah perbankan dapat menuntut ganti kerugian
berdasarkan UUPK?
Jawab :
Pihak Bank wajib bertanggungjawab pada nasabah penyimpan dalam hal kerugian nasabah
disebabkan oleh pihak Bank. Penyelesaian sengketa kerugian nasabah dapat ditempuh melalui
dua proses yaitu mekanisme persidangan(litigasi) dan mekanisme diluar persidangan (non
litigasi)
Contoh kasus 2

Hukum perlindungan konsumen dalam banyak aspek berkorelasi erat dengan hukum-
hukum perikatan perdata, tetapi tidak berarti hukum perlindungan konsumen semata-
mata ada dalam wilayah hukum perdata. Ada aspek-aspek hukum perlindungan
konsumen yang berada dalam hukum publik, terutama hukum pidana dan hukum
administrasi negara. Jadi, tepatnya hukum perlindungan konsumen ada di wilayah hukum
privat (perdata) dan wilayah hukum publik.

Pertanyaan:
Berikan perbedaan disertai contoh berdasarkan analisa anda, hukum perlindungan
konsumen dalam aspek hukum administrasi, aspek hukum pidana dan dari aspek hukum
perdata?
Jawab :
Hukum Perlindungan Konsumen dalam Hukum Pidana dan Hukum Administrasi. Hukum
perlindungan konsumen dalam hukum pidana mengandung arti bahwa hukum ini memberikan
jaminan keamanan dari segi hukum public yang berkaitan dengan kepidanaan. Hukum
perlindungan konsumen sendiri muncul karena dipicu oleh munculnya beberapa kasus yang
merugikan konsumen serta penyelesaian sengketa konsumen yang tidak memuaskan konsumen.
Contoh kasus biskuit beracun beberapa tahun yang lalu yang terulang kembali dengan kasus mi
instan
Hukum Perlindungan Konsumen dalam Hukum Perdata. Hukum perlindungan konsumen dalam
hukum perdata yakni dalam pengertian hokum perdata dalam arti luas, yakni hukum perdata
yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUH Dagang), serta Peraturan Perundang Undangan Nasional yang
tergolong dalam hukum privat. KUH Perdata walaupun tidak secara khusus mengatur
menyebutkan istilah konsumen, tetapi ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata juga mengatur
masalah hubungan antara pelaku usaha. Salah satu aspek hukum privat yang terdapat dalam
Buku III KUH Perdata tentang Perikatan, yakni berkaitan dengan aspek hokum perjanjian
maupun Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Selanjutnya, dalam KUH Dagang yang berkaitan
Pengangkutan, Asuransi, dll. Adapun dalam peraturan perundang-undangan nasional
perlindungan konsumen antara lain yang terdapat dalam UU Pangan.
Contoh kasus 3

Hubungan hukum yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha selain berdasarkan
perjanjian dapat juga berdasarkan perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan
hukum sangat penting untuk dikaji lebih lanjut, karena merupakan suatu dasar hukum
bagi konsumen untuk melakukan penuntutan terhadap pihak pelaku usaha. Perbuatan
melawan hukum menurut perkembangannya dewasa ini diartikan tidak saja suatu
perbuatan yang melanggar undang-undang tapi juga disebut melakukan suatu perbuatan
hukum.
Pertanyaan:
Menurut analisa anda teori apa saja dalam hal hubungan antara konsumen dan pelaku
usaha biasanya terdapat kausal antara perbuatan dan kerugian serta mengapa perbuatan
melawan hukum tidak diatur secara terperinci dalam undang-undang?
Jawab :
1. Let The Buyer Beware (caveat emptor)
Doktrin ini merupakan embrio dari lahirnya sengketa dibidang transaksi konsumen. Asas ini
berasumsi, pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang sangat seimbang, sehigga tidak
perlu proteksi apapun bagi konsumen.
2. The Due Care Theory
Doktrin atau prinsip ini menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati – hati
dalam meproduksi dan menyalurkan produk, baik barang dan/atau jasa. Selama pelaku usaha
berhati – hati dengan produknya maka pelaku ushaa tidak dapat dipersalahkan.
3. The Privity of Contract
Prinsip in menyatakan, pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen, tetapi
hal itu dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin kontrak.
4. Kontrak bukan syarat
Melihat fenomena lemahnya posisi konsumen dalam prinsip The Privity of Contact yang
mensyaratkan kontrak sebagi dasar gugatan konsumen kepada pelaku usaha yang merugikannya,
maka lahirlah sebuah prinsip dimana kontrak bukan lagi merupakan syarat untuk menetapkan
eksistensi suatu hubungan hukum.
Perbuatan melawan hukum tidak diatur secara rinci dalam undang-undang karena perbuatan
melawan hukum akan berkembang terus-menerus, sehingga penjabaran secara rinci dilakukan
seletah mengkaji secara mendalam perbuatan tersebut atas perbuatan melawan hukum secara
umum. Apabila dituliskan secara rinci mengenai perbuatan melawan hokum yang dimaksud,
maka peraturan perundang-undangan akan berubah secara terus-menerus.

SUMBER : https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-perbuatan-melawan-
hukum-dalam-hukum-perdata-dan-pidana-lt5142a15699512/
Modul HKUM4312 Hal 5.5-5.35

Anda mungkin juga menyukai