Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SIFILIS (RAJA SINGA)

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Anggita Cahya Puspaningtyas / 03

Budi Wahyu Eka Putra / 06

Dicko Randra Utoyo / 08

Intan Mulyana / 15

M. Maftuh Rezei / 17

M. Avriawan Santoso / 21

XI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN 2

PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lumajang, Maret 31 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................,...... i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................,..... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1-3

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................... 3

1.3 Keaslian Penelitian ..................................................................................................... 3-5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 5

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 5-6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7

2.1 Pengertian Sifilis (Raja Singa) .................................................................................... 7

2.2 Penyebab Sifilis (Raja Singa) ..................................................................................... 7

2.3 Gejala Sifilis (Raja Singa) .......................................................................................... 7-8

2.4 Faktor Resiko Sifilis (Raja Singa) .............................................................................. 8-9

2.5 Diagnosis Sifilis (Raja Singa) ..................................................................................... 9

2.6 Pengobatan Sifilis (Raja Singa) .................................................................................. 9

2.7 Komplikasi Sifilis (Raja Singa) .................................................................................. 9-10

2.8 Pencegahan Sifilis (Raja Singa) .................................................................................. 10

KESIMPULAN DAAN SARAN ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang banyak terjadi
pada laki-laki yang sering berganti - ganti pasangan. Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’
disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama Treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili
spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian
tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui
hubungan genitogenital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat
ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan namun tidak dapat ditularkan
melalui handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.

Peningkatan insidens sifilis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan


demografik, fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan
pendidikan seksual kurang tersebar luas, kontrol sifilis belum dapat berjalan baik serta
adanya perubahan sikap dan perilaku (Daili, 2003).

Di Indonesia kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi cenderung mengalami


peningkatan 10% sedangkan kelompok resiko rendah meningkat 2% sifilis juga merupakan
faktor terjadinya infeksi HIV, sehingga peningkatan kasus sifilis dapat memungkinkan
terjadinya peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS (Farida, 2002).

Sifilis dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi organisme.
Namun ternyata dalam penyebarannya sangat dipengaruhi oleh pola perilaku. Jadi bisa
dikatakan bahwa sifilis dan HIV/AIDS juga merupakan penyakit perilaku (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2002). Menurut Soekidjo (2003) model Perilaku Kesehatan
berdasarkan Lawrence Green (1980), menyatakan bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh 2
(dua) faktor yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku itu sendiri
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: 1) faktor presdisposisi (predisposing factors), 2)
faktor pendukung (enabling factors), 3) faktor pendorong (reinforcing factors).

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya sifilis cukup banyak. Anak jalanan
dengan pola hidup dan aktifitas yang sangat rentan menjadi faktor resiko sifilis di Indonesia.
Anak jalanan di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap
berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan
reproduksi termasuk peningkatan ancaman PMS (dalam hal ini sifilis). Menurut YKAI
(Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok,
yaitu : a. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya (children of the
street), b. Anak - anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, c. Anak - anak
yang berhubungan teratur dengan orang tuanya, d. Anak - anak jalanan yang berusia di atas
16 tahun. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya (children of the
street), mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai
ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan
oleh faktor sosial psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan
dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan
jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

Anak - anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, mereka adalah anak
yang bekerja di jalanan (children on the street). Mereka seringkali diidentikkan sebagai
pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada
umumnya mereka bekerja dari pagi hingga sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong,
pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan
kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

Anak - anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan
orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke
jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua, dan disuruh orang tua.
Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan koran.

Anak - anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk
mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan
ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa (orang tua
ataupun saudaranya) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu,
membawa barang belanjaan (kuli panggul), pengasong, pengamen, pengemis, dan
pemulung.

Problem anak jalanan banyak sekali dengan masalah utama adalah faktor ekonomi.
Mereka melakukan apa saja guna memenuhi kebutuhan mereka, banyak diantaranya tidak
dapat mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat menyebabkan gangguan pada
beberapa sistem tubuh. Selain ekonomi, kebersihan dan perilaku hidup yang kurang baik
menjadi ciri khas anak jalanan. Banyak juga yang melakukan seks bebas, pemabuk,
pemadat, dan mengindahkan perilaku hidup bersih yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan tubuh.

Dilihat dari beberapa aspek, semua hal tersebut tidak dapat terlepas dari Al quran.
Dalam hal ini ada dua aspek yang bisa kita telaah, yakni aspek dalam diri dan kebiasaan
hidup. Allah berfirman dalam surat An Nahl 114 yang artinya, Maka makanlah yang halal
lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah,
jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. Disini jelas sekali, kita dianjurkan memakan
makanan yang halal, karena makanan yang tidak halal sangat tidak bermanfaat bagi kita.
Pada anak jalanan banyak diantara mereka yang mengkonsumsi alkohol yang sudah sangat
jelas dapat merusak tubuh kita. Banyak alasan yang mendasari tetapi hal ini berkaitan kaitan
dengan cobaan hidup yang terjadi pada mereka, dimana mereka tidak sanggup menyikapi
permasalah-permasalahn yang mereka hadapi. Seharusnya mereka ingat, bahwa Allah tidak
akan memberi cobaan yang melebihi kemampuan umatnya, selain itu yang paling utama
yang seharusnya tertanam dalam diri mereka bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu
bangsa sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri (Al an’aam 38), sayang sekali
mereka mengambil jalan pintas yang salah, disinilah peran kita sebagai sesama umat
muslim untuk membantu, karena dalam harta kita juga terdapat harta mereka, jangan jauhi
mereka, tapi merangkul mereka.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, diperlukan penelitian untuk mengetahui


hubungan antara prevalensi sifilis dengan faktor resiko riwayat kontak seksual bebas pada
anak jalanan di Yogyakarta.

Adapun pertanyaan penelitiannya meliputi :

1. Berapa prevalensi sifilis pada anak jalanan ?

2. Berapa prevalensi kontak seksual bebas pada anak jalanan ?

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan faktor resiko telah banyak dilakukan, antara lain
adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Endang R. Sedyaningsih pada tahun 2001 di Jakarta
tentang Prevalensi Infeksi Menular Seksual dan Perilaku Berisiko Terkait di Kalangan
Anak Jalanan di Jakarta. Hasil penelitiannya : rerata umur 15 tahun, modus 16 tahun.
Lebih dari separuh (58,4%) adalah children" on" the street (masih kontak reguler dengan
keluarga), sisanya children" of" the street (sesekali/tidak kontak dengan keluarga).
Umumnya pernah mendengar tentang AIDS, tetapi pengetahuan tentang IMS rendah.
Ditemukan perilaku seksual berisiko tinggi, terutama pada children "on" the street (1 dari
3 menyatakan pernah berhubungan seks). Lebih dari 22,3% pernah berhubungan seks.
Hubungan seks oral dan dubur juga ditemukan (minimal 10% dan 11,6% dari yang
melakukan seks). Pemakaian kondom sangat rendah : 5% selalu, 6,5% jarang.
Didapatkan prevalensi gonore 7,7%, klamidia 7,4%, sfilis 0% dan HIV 0%. Bagian
tubuh yang terinfeksi : dubur 2,2%, tenggorokan 2,2% dan uretra 9,5%. Perilaku berisiko
lain (pemakai aktif dan pernah) : merokok (77,5%), minum alkohol (49,4%), pakai obat
terlarang, (31,7%), pakai narkoba suntik (4,4%), dan menghirup lem (20,1%). Perilaku
mencari pengobatan : 31,4% biasa mengobati sendiri.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Pranata, Aria pada tanggal 11 Oktober 2010 di
Puskesmas Padang Bulan, Medan tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Masyarakat Terhadap Penyakit Menular Seksual. Hasil penelitiannya : menunjukkan
sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 43 orang
(44,8%), dan mayoritas sampel berusia 20-26 tahun sebanyak 72 orang (75%),
perempuan 59 orang (61,5%), jenis pendidikan SMA sebanyak 48 orang (50%),
mahasiswa sebanyak 57 orang (59,4%). Responden yang di kategorikan memiliki sikap
yang positif dengan hasil 91,7 % sebanyak 88 orang. Hasil analisis statistik terhadap
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS di dapatkan nilai
korelasi Spearman (P) sebesar 0,010 (P<0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap PMS.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, Maharani Asina pada tanggal 19 April 2010
tentang Self-Efficacy Pada Anak Jalanan. Hasil penelitiannya : menunjukkan bahwa
faktor yang paling mempengaruhi self-efficacy pada anak jalanan adalah kurangnya
motivasi dan dorongan dari orang-tua dan guru untuk belajar sehingga partisipan
menjadi malas belajar dan justru lebih semangat mencari uang. Orang-tua partisipan
lebih fokus pada jumlah uang yang dihasilkan partisipan di jalanan daripada hasil belajar
mereka di sekolah. Meskipun partisipan sebenarnya ingin dapat meningkatkan hasil
belajarnya namun karena keterbatasan kemampuan partisipan sehingga partisipan tidak
dapat merealisasikan keinginannya tersebut.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mury Ririanty pada tahun 2009 di Jember tentang
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko anak jalanan di kabupaten
Jember propinsi Jawa timur. Hasil penelitiannya : menunjukkan bahwa secara umum
perilaku seksual responden beresiko (51,6%). Hal ini diantaranya berhubungan dengan
karakteristik responden diantaranya umur (p value=0,005), aktivitas di jalanan (p
value=0,035), lama di jalan perhari (p=0,009), kebiasaan mengkonsumsi zat addiktif (p
value=0,007), tipe anak jalanan (0,022) serta sikap terhadap kesehatan reproduksi, PMS
dan HIV/AIDS (0,027). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap tentang kesehatan
reproduksi, PMS dan HIV/AIDS serta dukungan pemimpin kelompok dengan nilai
probabilitas responden yang berperilaku seksual dan memiliki sikap dan pemimpin
kelompok sesuai dengan variabel berpengaruh sebesar 65,58%.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Tri Buana Tungga pada tahun 2010 di Kecamatan
Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir tentang Hubungan perilaku pekerja seks
komersial dengan kejadian penyakit Sifilis dan HIV di lokalisasi perbatasan kecamatan
Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2008. Hasil penelitiannya : faktor
Predisposing, Enabling dan Reinforcing yang berhubungan dengan ranah pengetahuan
adalah masa kerja (p=0,027); ranah sikap adalah masa kerja (p=0,377), penghasilan
(p=0,002), pendidikan (p=0,000), dan ketersediaan pelayanan kesehatan (p=0,000) dan
sumber informasi (p=0,029); sedangkan ranah tindakan adalah tingkat penghasilan
(p=0,031), sumber informasi (p=0,002), dan ketersediaan pelayanan kesehatan
(p=0,000). Dan Ranah perilaku yang berhubungan kejadiaan sifilis dan HIV adalah
tindakan (p=0,018). Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir khususnya Dinas
Kesehatan dan KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) agar dapat mengambil
kebijakan dalam upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan penyakit
menular seksual khususnya penyakit sifilis dan HIV.

Pada penelitian ini, peneliti meneliti atau mengacu pada prevalensi sifilis dengan riwayat
kontak seksual bebas pada anak jalanan di Yogyakarta. Hal ini dikarenanakan jumlah anak
jalanan di kota – kota besar menunjukkan peningkatan yang sangat tajam (dalam penelitian
ini khususnya kota Yogyakarta). Jumlah anak jalanan di Yogyakarta mengalami
peningkatan dari 812 anak jalanan, meningkat menjadi 1100 anak jalanan. (Sri Ismurdiapti,
2003.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :

Mengetahui prevalensi sifilis dan riwayat kontak seksual bebas pada

anak jalanan di Yogyakarta.

2. Tujuan khusus :

a. Mengetahui prevalensi sifilis pada anak jalanan.

b. Mengetahui faktor resiko riwayat kontak seksual bebas dengan sifilis

pada anak jalanan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini InsyaAlloh akan didapatkan beberapa manfaat,

antara lain adalah :

1. Bagi anak jalanan

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan data untuk meningkatkan

derajat kesadaran mereka dalam pencegahan sifilis

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat membantu pemecahan problematika penyakit sifilis

pada anak jalanan di masyarakat


3. Bagi institusi kesehatan

Penelitian ini dapat membantu sebagai dasar perumusan kebijakan –

kebijakan yang akan diambil terhadap kasehatan anak jalanan.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang resiko sifilis akibat

kontak seksual bebas pada anak jalanan

5. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat membantu sebagai acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang memiliki kemiripan tema.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sifilis (Raja Singa)

Penyakit raja singa atau sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini dimulai dengan luka yang tidak nyeri, biasanya
pada alat kelamin, rektum atau mulut. Kondisi ini paling sering menyebar melalui
kontak seksual dari orang yang terinfeksi melalui kontak kulit atau selaput lendir dari
luka ini.Selain itu, penyakit ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anak yang baru lahir
selama kehamilan, persalinan, hingga menyusui. Setelah infeksi awal, bakteri
penyebabnya dapat bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa
menimbulkan gejala. Namun, suatu hari infeksinya bisa aktif kembali. Jika didiagnosis
dengan cepat, penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik. Tanpa
pengobatan, penyakit yang juga dikenal dengan sebutan raja singa ini dapat merusak
jantung, otak atau organ lain, dan dapat mengancam jiwa.

2.2 Penyebab Sifilis (Raja Singa)

Penyebab sifilis adalah bakteri yang bernama Treponema pallidum. Cara paling
umum penyebaran sifilis adalah melalui kontak dengan luka orang yang terinfeksi
selama aktivitas seksual. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau lecet
pada kulit atau selaput lendir. Penyakit ini menular selama tahap primer dan sekunder,
dan kadang-kadang pada awal periode laten. Pada kasus yang lebih jarang, kondisi ini
dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi aktif, seperti saat berciuman. Ini
juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya selama kehamilan atau persalinan. Penyakit
ini tidak dapat menyebar dengan menggunakan toilet, bak mandi, pakaian atau
peralatan makan yang sama, gagang pintu, kolam renang, atau bak air panas. Setelah
sembuh, penyakit ini tidak bisa kembali atau kambuh dengan sendirinya. Namun,
seseorang dapat terinfeksi kembali jika memiliki kontak dengan luka sifilis dari orang
lain.

2.3 Gejala Sifilis (Raja Singa)

Sifilis berkembang dalam tubuh seseorang secara bertahap, sehingga gejala


penyakit raja singa ini akan bervariasi, antara lain:

1. Sifilis Primer
Gejala pada kondisi ini umumnya muncul berupa luka dengan 10 hingga 90 hari
setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Pemulihannya memakan waktu sekitar 3 hingga
6 minggu.

2. Sifilis Sekunder

Jenis ini bisa terjadi beberapa minggu setelah luka menghilang, dengan ruam yang
terdapat di bagian tubuh manapun khususnya di telapak tangan dan kaki. Ditambah
dengan penyakit flu, rasa lelah, sakit kepala, nyeri pada persendian, dan demam
umumnya menjadi contoh gejala lain yang dialami pengidap. Segera tangani kondisi
ini dengan tepat, agar infeksi tak berlanjut ke tahap berikutnya.

3. Sifilis Laten

Jika tidak segera diobati, penyakit ini bisa berpindah ke tahap laten dari tahap
sekunder. Pada sifilis laten, kondisinya terjadi tanpa gejala, tapi dalam 12 bulan
pertama, infeksi masih bisa menular.

4. Sifilis Tersier

Ini merupakan jenis yang paling berbahaya. Sekitar 30-40% pengidap sifilis yang tidak
mendapatkan pengobatan berisiko mengalami komplikasi ini. Gejala yang terjadi akan
sangat dipengaruhi oleh bagian tubuh mana dimasuki bakteri sifilis. Jenis tersier
memiliki dampak terhadap mata, jantung, otak, pembuluh darah, tulang, persendian,
dan juga hati. Hal tersebut menyebabkan pengidap akan mengalami kebutaan,
penyakit jantung dan juga stroke akibat dari terjadinya infeksi menular seksual
tersebut.

5. Sifilis Kongenital

Jika kondisi ini terjadi pada ibu hamil, maka janin wanita tersebut bisa juga tertular.
Infeksi bisa menular kepada janin jika seorang ibu hamil yang mengidap sifilis. Risiko
tersebut bisa kamu kurangi dengan mengobati infeksi sebelum masa kehamilan
mencapai 4 bulan. Jika penanganan dan pengobatan terlambat, ibu hamil tersebut akan
terkena komplikasi. Komplikasi bisa berupa bayi lahir prematur, keguguran, bayi lahir
dengan sifilis, dan hilangnya nyawa bayi setelah lahir.

2.4 Faktor Risiko Sifilis (Raja Singa)

Siapa pun yang aktif secara seksual bisa terkena penyakit ini, tetapi beberapa
orang memiliki peningkatan risiko terinfeksi. Risiko akan jadi lebih tinggi jika:

 Melakukan hubungan seks sesama jenis.


 Melakukan hubungan seks tanpa kondom, terutama jika memiliki banyak
pasangan.

 Mengidap HIV/AIDS.

 Berhubungan seks dengan seseorang yang mengidap sifilis.

 Mengidap IMS jenis lain, seperti klamidia, gonore, atau herpes genital.

2.5 Diagnosis Sifilis (Raja Singa)

Untuk mendiagnosis, dokter akan bertanya tentang riwayat seksual yang kamu
miliki, termasuk apakah kamu mempraktikkan seks yang aman. Sangat penting untuk
jujur selama diskusi ini. Sebab, dokter dapat membantu menilai risiko dan
merekomendasikan tes untuk IMS lainnya. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan
memeriksa dan mengambil sampel darah untuk mencari tanda-tanda infeksi. Dokter
juga mungkin mengeluarkan beberapa cairan atau sepotong kecil kulit dari luka dan
mengujinya di laboratorium.

2.6 Pengobatan Sifilis (Raja Singa)

Bagi primer dan sekunder, pengobatan dapat kamu lakukan dengan antibiotik
melalui pemberian suntikan dengan biasanya bisa kamu lakukan selama kurang lebih
14 hari. Untuk sifilis tersier dan pada wanita hamil, waktu pengobatan akan lebih lama
dan menggunakan antibiotik yang dokter berikan melalui infus. Pengidapnya akan
menjalani tes darah untuk memastikan agar infeksi telah sembuh dengan total, setelah
menjalani pengobatan antibiotik.

2.7 Komplikasi Sifilis (Raja Singa)

Tanpa pengobatan, penyakit ini menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh.

Beberapa potensi komplikasi penyakit raja singa ini yang dapat terjadi adalah:

 Benjolan Kecil atau Tumor. Pada tahap akhir, benjolan (gumma) dapat
berkembang pada kulit, tulang, hati atau organ lainnya. Gumma biasanya hilang
setelah pengobatan dengan antibiotik.

 Masalah Neurologis. Seperti meningitis, gangguan pendengaran, masalah


penglihatan, demensia, disfungsi seksual pada pria, dan inkontinensia urine.

 Masalah Kardiovaskular. Seperti pembengkakan aorta atau arteri utama dalam


tubuh, dan pembuluh darah lainnya. Kondisi ini juga dapat merusak katup
jantung.
 Infeksi HIV. Orang dewasa dengan kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk
tertular HIV. Luka dapat berdarah dengan mudah, membuat HIV lebih mudah
masuk ke aliran darah selama aktivitas seksual.

 Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Sifilis kongenital sangat meningkatkan


risiko keguguran, bayi lahir mati, atau kematian bayi dalam beberapa hari setelah
lahir.

2.8 Pencegahan Sifilis (Raja Singa)

Sebelum terinfeksi, kamu bisa melakukan cara berikut ini agar terhindar dari sifilis, di
antaranya:

 Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang.

 Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual.

 Berhenti untuk melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama.

 Secara terbuka mendiskusikan riwayat penyakit kelamin yang kamu alami


bersama pasangan.

 Biasakan menggunakan kondom saat berhubungan seksual.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proporsi infeksi sifilis diperoleh hasil terdapat 6 orang ABK yang positif sifilis (18,8%)
dan 11 orang TKBM yang positif sifilis (37,9%).

2. Terdapat hubungan antara infeksi sifilis dengan infeksi HIV pada ABK dan TKBM di
wilayah kerja KKP Kelas III Tembilahan, nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,046 (sig
<0,05).

3. Terdapat risiko ABK dan TKBM yang terinfeksi sifilis untuk terinfeksi HIV, nilai odds
ratio (OR) = 6,462 (1,060-39,395). Infeksi sifilis merupakan predisposisi terhadap
peningkatan risiko penularan infeksi HIV. ABK dan TKBM yang terinfeksi sifilis berisiko
6,46 kali untuk terinfeksi HIV

Saran

1. Perlunya pemeriksaan sifilis dan HIV secara berkala pada ABK dan TKBM, mengingat
ABK dan TKBM rentan untuk terinfeksi sifilis maupun HIV.

2. Melakukan sosialisasi dan edukasi pada ABK dan TKBM mengenai pencegahan, cara
penularan serta bahaya infeksi sifilis dan HIV.

3. Perlunya pemeriksaan sifilis dan HIV pada istri ABK dan TKBM, dalam rangka memutus
rantai penularan infeksi sifilis dan HIV.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/sifilis#h-1-apa

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/sifilis-adalah

https://www.neliti.com/id/publications/20274/prevalensi-infeksi-menular-seksual-
faktor-risiko-dan-perilaku-di-kalangan-anak-j

https://text-id.123dok.com/document/ozlnpj2q-hubungan-tingkat-pengetahuan-dan-
sikap-masyarakat-terhadap-penyakit-menular-seksual-di-puskesmas-padang-bulan-
medan.html

Anda mungkin juga menyukai