Sas0032 - Filsafat Bahasa-34-48
Sas0032 - Filsafat Bahasa-34-48
PERTEMUAN 3
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT BAHASA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mendapatkan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami
perkembangan filsafat bahasa dari masa ke masa yaitu dari masa sebelum abad
modern, pada saat abad 20, hingga sampai perkembangan filsafat bahasa pada abad
21.
B. URAIAN MATERI
Pada pertemuan ketiga ini materi berlanjut kepada perkembangan filsafat pada
beberapa decade, seperti fisafat sebelum abad modern, perkembangan filsafat pada
abad ke-20, perkembangan filsafat pada abad ke-21, dan perkembangan filsafat pada
abad ke-22.
a. Masa pra-Sokrates
Filsafat Bahasa 22
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
sebenarnya bahasa tidak dapat digunakan sebagai alat ajaib untuk mengubah
kehendak dewa untuk mengubah sesuatu di dunia, tetapi pada akhirnya
orang-orang ini berfikir bahwa bahasa pastilah memiliki potensi yang lain.
Pada awalnya bahwa dianggap hanya sebagai bunyi-bunyi yang keluar dari
alat ucap dan berfungsi hanya sebagai alat komunikasi saja, tetapi pada
akhirnya mulai disadari bahwa bahasa memiliki makna dan sifat logis yang
jika diamati memiliki struktur tertentu dan bahasa lebih dari itu dapat diangkat
menjadi sebuah fenomena yang sangat penting.
Pada masa ini pun pendapat tentang bahasa muncul apabila dikaitkan
dengan tinggi rendahnya nada atau intonasi. Intonasi dikaitkan dengan bentuk
bahasa yang sangat awal yaitu sebagai sarana ekspresi emosi saja. Misal
seperti bunyi yang dihasilkan dengan cara mengeluarkan udara dari mulut atau
hidung. Hal ini sejalan dengan pendapat Max Miller (1823-1900), seorang ahli
Filsafat Bahasa
23
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
filologi dari Inggris kelahiran Jerman, teori ini disebut poo-pooh theory, kendati
Miller sendiri tidak setuju dengan pendapat Darwin (Alwasilah, 1990: 3).
Selain itu hal yang serupa muncul pada masa ini, yaitu terlihat pada
bentuk-bentuk teori anomatope, seperti teori bow bow yang menyatakan
bahwa bahasa merupakan hasil rekaman dari bunyi-bunyi alam, seperti
nyanyian burung, anjing yang menyalak, serigala yang mengaung, atau suara
guruh yang dihasillkan oleh angin dan ombak. Pemikiran ini mematahkan
pemikiran Darwin tentang bahasa yang berefolusi atau juga sering disebut
dengan istilah echoic theory
b. Masa Sofis
Filsafat Bahasa 24
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
c. Sokrates
Beberapa hal yang muncul sebagai salah satu bukti filsafat bahasa
mulai digalakan adalah ketika munculnya metode dialektika yang diusung oleh
Sokrates. Menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data atau bahkan
melakukan argumentasi terhadap sebuah pemikiran yang muncul pada filsuf-
filsuf zaman Yunani. Dengan menggunakan metode ini dapat ditarik
kesimpulan mengenai sebuah argumentasi dengan melihat pola jawaban dan
pola bahasa yang digunakan oleh filsuf dalam menjawab pertayaan atau
merespon argumentasi yang digunakan oleh Sokrates. Dari sinilah mulai
adanya sedikit kemunculan filsafat bahasa sebelum abad modern.
Berbicara tentang kaum sofis yang muncul pada zaman ini, kaum sofis
idealnya harus memiliki tiga keterampilan antara lain, yaitu keterampilan
retorika, keterampilan skeptisisme dan keterampilan relativisme. Ketika
seseorang ingin dapat beretorika, orang tersebut harus dapat melatih diri
Filsafat Bahasa
25
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Selanjutnya kaum ini juga tidak lepas dan berpegang pada pandangan
bahwa pikiran manusia tidak dapat mencapai pengetahuan yang definitif,
itulah yang dimaksud dengan skeptisisme. Pengetahuan yang dimiliki
manusia bukanlah yang berlaku universal. Karenanya relativisme moral
menjadi mungkin. Sebab, tidak ada kebenaran yang berlaku umum. Semua
kebenaran harus dibuktikan dengan pola-pola kebahasaan yang bersifat
argumentasi dan persuasi.
d. Plato
Filsafat Bahasa 26
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Sumber : https://fithrotulkamilia.wordpress.com/2016/05/23/pemikiran-plato-
tentang-dunia-ide-dan-dunia-pengalaman/
Teori Plato dianggap tidak relevan karena jika menunjuk pada bunyi-
bunyi yang dihasilkan oleh manusia malah sering tidak ditemukan peniruan
bunyi dari satu kata terhadap kata lain. Padahal jika dilihat lebih dalam, teori
mengenai peniruan bunyi tersbut dapat disebut sebagai sebuah teori yang
mungkin dapat terjadi karena bahasa manusia akan selalu berubah dan
dinamis, sehingga sangat memungkinkan jika ada peniruan bunyi yang
muncul disana.
e. Aristoteles
Filsafat Bahasa
27
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
menjadi Onoma dan Rhema tetapi ia menambahkan satu jenis lagi yaitu
disebut sebgai Syndesmoi. Onoma pada konsep Aristoteles memiliki makna
yang berbeda, Onoma merupakan bunyi yang secara konseptual memiliki
makna. Kemudian Rhema merupakan kata dasar dari Onoma, dan Syndesmoi
adalah kata penghubung. Adapun gambaran aristoteles terlihat seperti di
bawah ini.
f. Kaum Stoa
Kaum stoa merupakan salah satu kaum filsuf yang cukup berhasil dalam
mengembangkan prinsip-prinsip dan pemikiran tentang kebahasaan.
Kontribusi kaum stoa terhadap teori kebahsaaan muncul karena kaum ini telah
melakukan studi mengenai bahasa secara logika dan grmatika kemudian
mereka telah berhasil membuat istilah-istilah teknis yang digunakan dalam
teori kebahasaan. Meskipun teori kaum stoa ini masih dipengaruhi oleh logika
pemikiran saja.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh kaum stoa antara lain
membedakan tiga aspek utama dari bahasa, aspek utama dalam bahasa itu
adalah (1) Tanda atau Simbol (2) makna dan (3) situasi. Jika dilihat ketiga
aspek utama ini sangat mendekati istilah-istilah yang muncul di dunia linguistik
selain itu, kaum stoa mulai membagi istilah jenis kata dalam bahasa ke dalam
beberapa istilah seperti nomina, verba, syndesmoi dan athron. Nomina
merupakan kata benda, verba merupakan kata kerja, syndesmoi kata hubung
dan athron merupakan kata yang digunakan untuk menunjukkan jenis
kelamin.
Filsafat Bahasa 28
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
g. Kaum Alexandrian
Buku ini berisi mengenai bentuk morfologi dan fonologi dari sebuah
bahasa. beberapa istilah morfologi yang diklasisifikasin dalam buku ini adalah
delapan jenis kata, seperti Onoma yaang merupakan istilah dari kata benda
atau orang yang sudah mengalami infleksi, rhema yang merupakan jenis
katayang dipengaruhi tensen atau kala waktu, metoche, kata partisipel, arthon
yang merupakan istilah untuk kata yang berartikulasi, antonymia yang
merupakan jenis kata ganti, prothesis yang merupakan istilah preosisi,
epirrhema yang merupakan istilah dari kata adverbial dan syndesmoi yang
merupakan istilah dari kata hubung.
Filsafat Bahasa
29
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
perkebangan filsafat pun dipengaruhi oleh beberapa aliran yang muncul pada
saat itu. Pada abad 19 dan awal abad 20, filsa fat pada saat itu memiliki dua
aliran yang sangat mendominasi pemikiran para filsuf yaitu aliran idealisme dan
aliran empirisme. Pada saat itu kedua aliran tersebut tersebat di dunia filsafat
barat, seperti aliran filsafat idealisme yang sangat berkembang di Jerman dan
filsafat Empirisme yang sangat berkembang di Inggris. Aliran idealisme
mengambil beberapa pemikiran dari beberapa tokoh filsafat seperti, Plato, Elea,
Hegel, David Hume, dan Al – Ghazali, sedangkan aliran empiris mengambil
beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh filsafat seperti ain Francis Bacon, Thomas
Hobbes, John Locke, dan David Hume. Perbedaan yang sangat menonjol pada
aliran empirisme adalah berkutat pada sesuatu yang dapat dibuktikan dengan
nyata, sehingga pada aliran ini tidak memberikan ruang pada aspek metafisis
seperti agama. Kemudian, filsafat idealisme berpusat pada ide yang dimana
doktrin-doktrin mengenai agama itu dapat diterima. Bahasa yang merupakan
sesuatu yang dianggap sebagai empiris akhirnya lebh berkembang di Inggris,
dan akhirnya bermunculan filsuf-filsuf yang berfokus dan mengamati bahasa
sebagai fenomena yang menarik. Salah satu yang terkenal dan berpengaruh
terhadap filsafat yang berkenaan dengan bahasa dan berpengaruh terhadap
corak filsafat abad 20 adalah Filsafat analitik bahasa.
Filsafat Bahasa 30
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Filsafat Bahasa
31
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Suatu perkembangan yng lain pada zaman modern ini adalah munculnya
ilmu-ilmu pengetahuan dan banyaknya terbitan-terbitan naskah-naskah klasik
yang menjadi awalnya muncul mesin cetak sehingga pada zaman ini literasi
sudah mulai berkembang. Banyak sekali tokoh-tokoh pemikir pada zaman
modern ini yang mulai sadar akan berkembangnya filsafat bahasa seperti Rene
Descartes yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Dengan ini juga muncul
pemikiran- pemikiran di ranah filsafat bahasa yang berkonsentrasi terhadap
perkembangan filsafat analitik.
Filsafat Bahasa 32
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
kebenaran itu, menurut (Alwasilah, 2008: 24) hanya bisa dilakukan lewat sebuah
objek, yaitu bahasa . Mengaoa seperti itu dikarenakan bahasa memiliki fungsi
kognitif, yaitu dengan sebuah bahasalah manusia dapat menjelaskan sebuah
pemikiran yang proposisi- proposisi yang dipikirkannya, apakah benar atau
salah, sehingga ia menerima atau menolaknya secara rasional.
Tokoh - tokoh yang termasuk ke dalam aliran filsafat analitik berperan dan
berpengaruh besar dalam mengukuhkan aliran ini antara lain George Edward
Moore (1873-1958), Bertrand Russell (1872-1972), dan Ludwig Wittgenstein
(1899 – 1951), serta John Langshaw Austin (1911 – 1960). Adapun gambaran
wajah dari para tokoh-tokoh tersebut sebagai berikut.
Gambar 3.4
Wajah George Edward Moore (1873-1958)
Sumber : https://www.pewartanusantara.com/biografi-george-edward-
moore-dengan-teori-etikanya/
George Edward Moore (1873 – 1958) adalah seorang tokoh filsafat yang
berasal dari Inggris. Beliau dijuluki sebagai pelopor filsafat analitika bahasa dan
juga mengabadikan hasil pemikirannya dalam sebuah buku yang berjudul
Principia Ethica. Pemikiran beliau pada dasar bermula dari sebuah reaksi balik
terhadap keadaan berfilsafat di Inggris pada saat itu yang sangat dibatasi karena
didominasi oleh paham idealisme yang masuk ke Inggris sekitar abad ke 19.
Aliran yang George Edward Moore usung sering disebut sebagai neo-
hegelianisme. Istilah Neo-hegelianisme ini muncul sangat dipengaruhi oleh
pemikiran Plato, selain itu neo Platonisme yang memberi ruang cukup luas pada
gagasan-gagasan metafisika, dan terutama sangat dekat dengan pandangan-
Filsafat Bahasa
33
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Filsafat Bahasa 34
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Gambar 3.5
Wajah Bertrand Russell (1872-1972)
Sumber : https://www.pewartanusantara.com/biografi-bertrand-russell-
filsuf-dan-ahli-matematika-dari-britania-raya/
Bertrand Russell adalah seorang filsuf bahasa yang memiliki aliran yang
sama dengan George Edward Moore yang berada dalam aliran Filsafat analitis.
Aliran ini banyak membahas tentang struktur kebahasaan, misal dalam analisis
struktur fungsi kata dalam kalimat, aliran ini menyatakan bahwa terdapat Predikat
yang sudah memuat di dalam Subjek. Misal dalam contoh kalimat Semua sudut
segitiga adalah 180 derajat atau lingkaran tidak mempunyai sudut. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Kant Analytic (of) a sentence or truth) demonstrably true (and
necessasarily true) by virtue of the logical form or the meanings of the
components words. The concept was introduced by Kant, who defined it in terms
of a sentence (he called it a judgment) in which the predicate was contained in
the subject and added nothing to it‖ (Solomon, 1992: 329).
Filsafat Bahasa
35
Universitas Pamulang Sastra Indonesia S-1
Gambar 3.6
wajah Ludwig Wittgenstein (1899 – 1951)
Filsafat Bahasa 36